Konsep Berpikir Kritis Dan Pengambilan K
Konsep Berpikir Kritis Dan Pengambilan K
Oleh
KELOMPOK 5
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kelompok 5 diberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Berpikir Kritis Dan
Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan Serta Perumusan Diagnosis
Keperawatan”. Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang penulis
alami, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Ibu Dr.
Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I (KDK I) kelas C yang telah memberikan arahan serta motivasi
dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua yang senantiasa mengucap doa, keluarga yang telah
memberikan kontribusi ide yang baik, dan teman-teman yang telah memberikan
dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini
dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai konsep berpikir kritis untuk pengambilan keputusan di dalam bidang
keperawatan dan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu penulis berharap
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis mohon
maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan penulis menyadari masih
perlu ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, penulis sangat mengharapkan akan
pemberian saran dan kritik yang membangun.
ii
DAFTAR ISI
iii
Daftar Pustaka .............................................................................................. 25
ABSTRAK
Perawat membutuhkan cara berpikir kritis dalam praktiknya. Berpikir kritis akan
berguna untuk pengambilan keputusan dalam menetapkan kondisi pasien atau
klien perawat tersebut. Kesalahan dalam menetapkan kondisi pasien akan
mempengaruhi kualitas kan kuantitas perawatan yang diberikan kepada pasien
tersebut. Dalam bertugas, perawat juga menggunakan diagnosis keperawatan agar
perkembangan kondisi kesehatan pasien dapat lebih terdata dan dapat ditetapkan
pelayanan-pelayanan yang akan diberikan selanjutnya
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
10. Bagaimana dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan?
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
ISI
3
prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Dalam kaitannya
dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk
akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada
keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka dan Saylor, 1994
dalam Potter dan Perry, 2005).
Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir kritis
spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Kompetensi berpikir kritis umum mencakup metode ilmiah, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencangkup
mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang
terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap
pilihan tersebut terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat
pilihan akhir (Potter dan Perry, 2005).
4
dari pembuatan keputusan dan memastikan bahwa waktu perawat digunakan
dengan baik dan bahwa perawat cukup tanggap terhadap kebutuhan klien.
5
secara kritis terdapat lima komponen model yaitu pengetahuan dasar,
pengalaman, kompetensi berpikir kritis, perilaku dan standar.
6
dalam proses keperawatan, seorang perawat akan menerapkan pada rasa,
kesan, dan data yang berupa fakta yang ditemukan.
Selain itu dengan rasa percaya diri seorang perawat dapat belajar
bagaimana berbicara secara meyakinkan saat memulai perawatan terhadap
pasien dengan mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan
tindakan keperawatan. Adanya rasa tanggung jawab dan otoritas seperti
merujuk pada aturan dan prosedur untuk melakukan penanganan terhadap
pasien. Perilaku disiplin seperti sistematis dalam setiap hal dan rasa adil,
seorang pemikir kritis dapat mengatasi segala hal dengan adil.
7
2.1.4. Proses Keperawatan sebagai Kerangka Kerja Praktik Keperawatan
8
rencana asuhan keperawatan. Perencanaan ini melibatkan perawat, klien,
individu pendukung, dan pemberi asuhan lain.
9
Terdapat dua jenis diagnosis kesehatan, yaitu diangnosis medis dan
diagnosis keperawatan. Diagnosis medis adalah identifikasi kondisi
penyakit berdasarkan evaluasi tertentu dari tanda fisik, gejala, riwayat medis
klien, hasil pemeriksaan, dan prosedur diagnostik. Dokter diizinkan untuk
mengobati penyakit yang diderita oleh pasien yang dapat digambarkan
melalui pernyataan diagnosis medis pasien tersebut.
10
mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan yaitu diagnosis aktual,
diagnosis risiko, diagnosis kesejahteraan, dan diagnosis keperawatan
promosi kesehatan.
Menganalisis argumen dan isu- isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan
11
Membuat data keperawatan yang akurat
12
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis
keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati
(NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
o Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti
secara umum
o Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
o Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah
keperawatan dengan masalah medis
o Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis
dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau
masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan
lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
1. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau
kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi
sosial, dll)
3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu
memberikan perawatan.
4. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis
keperawatan.
13
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat
menggunakan 3 komponen (PES) atau 2 komponen (PE) yang sangat
tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat
rumusan diagnosa keperawatan dapat disajikan dalam rumus sebagai
berikut:
1. Diagnosa keperawatan aktual:
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan
tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh
nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan
nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat
trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90 X/ m (Sign/Simptom).
2. Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:
Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma
jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan
kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi
apabila tidak mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan
oleh perawat.
14
pengumpulan data sebaiknya sebelum pengkajian, perawat secara kritis
menelaah tingkat kenyamanannya dan kompetensinya dengan
keterampilan wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu perawat juga
harus menentukan keakuratan data yang dikumpulkan, untuk
meminimalkan resiko ketidakakuratan dapat meminta bantuan teman kerja
yang lebih berpengalaman dalam menjelaskan penyebab kesalahan.
15
dengan situasi yang tidak dapat diubah, mengacaukan etiologi atau
penyebab masalah, menggunakan prosedur selain dari respon manusia,
kurang spesifik pernyataan diagnosa, membuat asumsi, dan menulis
pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum.
16
Diagnosis keperawatan memfasilitasi komunikasi yang efektif karena
data yang didapatkan oleh perawat dapat dijadikan bahan acuan tenaga
kesehatan lain tanpa perlu bertanya secara berulang-ulang kepada pasien
yang terlibat. Tindakan bertanya secara berulang-ulang tentu dapat
mengakibatkan waktu istirahat pasien terganggu, karena itu tindakan
tersebut selayaknya dikurangi.
5. Memberikan metode untuk menyintesis dan mengkomunikasikan perawat
lain tentang pengamatan dan penilaian kebutuhan kesehatan seorang
pasien
Diagnosis keperawatan juga memberikan metode untuk menyintesis
dan mengkomunikasikan perawat tentang pengamatan dan penilaian
kebutuhan kesehatan seorang pasien. Hal ini dapat mempengaruhi
pendanaan pelayanan kesehatan preventif dan komprehensif perawatan.
Diagnosis keperawatan dapat mengurangi pelayanan-pelayanan kesehatan
yang tidak dibutuhkan pasien dalam pengobatan penyakit pasien (Gordon,
1994).
6. Memberikan sebuah jalan untuk pengembangan teori dan keperawatan
penelitian
Diagnosis keperawatan dapat memberikan jalan untuk pengembangan
teori dan keperawatan penelitian karena diagnosis keperawatan mencakup
aspek biologis, psikologis, sosial, dan aspek spiritual pasien yang
menjadikan catatan mengenai data pasien lebih luas. Data yang cukup luas
tersebut dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut tentang penyakit yang
diderita pasien dan juga teori baru tentang penyakit tersebut dapat
ditemukan sehingga dapat tercipta penanganan dan perawatan yang lebih
efektif dalam menyembuhkan pasien dari penyakit tersebut.
7. Memungkinkan untuk pemberdayaan dari profesi keperawatan
Diagnosis keperawatan juga dapat memungkinkan terjadi
pemberdayaan dari profesi keperawatan karena dapat menjadikan perawat
lebih teratur dan disiplin serta memperjelas peran perawat dalam menangani
pasien.
8. Menyediakan sarana untuk asuhan keperawatan individual
17
Diagnosis ini juga dapat menyedialan sarana untuk asuhan keperawatan
karena penanganan-penanganan yang akan diberikan kepada pasien dapat
direncanakan serta diputuskan melalui data diagnosis.
9. Memprioritaskan kebutuhan klien.
Diagnosis keperawatan dapat memprioritaskan kebutuhan klien karena
diagnosis ini berisikan tentang penyakit dan kondisi pasien tersebut secara
lebih lengkap dan dapat segera diputuskan penanganan-penanganan atau
fasilitas-fasilitas apa saja yang dibutuhkan pasien.
Keterbatasan diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa hal, yaitu;
1. Membatasi penggunaan diagnosis keperawatan hanya pada perawat
profesional
Diagnosis keperawatan hanya dapat digunakan oleh perawat profesional
saja, sedangkan tenaga kesehatan lain atau bahkan pasien sendiri tidak
mengerti isi serta fungsi dari diagnosis keperawatan. Hal ini karena istilah
atau bahasa yang digunakan di dalam diagnosis kadang bertele-tele dan
mengandung istilah yang hanya berlaku di beberapa media (selingkung),
seperti jargon. Selain itu diagnosis keperawatan terlalu membatasi, tidak
lengkap, berorientasi medis, dan membingungkan. Banyak perawat yang
tidak tahu cara menggunakan diagnosis keperawatan sendiri, terutama
perawat pemula. Beberapa perawat juga merasa tidak memiliki diagnosis
yang dibutuhkan sehingga diagnosis menjadi tidak spesifik.
2. Perawat tidak bisa menggunakan kata-kata yang biasa digunakan
Perawat tidak bisa menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dalam menulis diagnosis, perawat harus
menggunakan istilah-istilah medis yang kurang spesifik dalam menjelaskan
masalah pasien agar dapat ditangani secara lebih lanjut dengan khusus oleh
perawat lain. Kata-kata yang dimaksud adalah contohnya penyakit susah
tidur dan istilah yang digunakan adalah insomnia, dan sebagainya.
3. Perencanaan perawatan membuang waktu
Perencanaan perawatan dalam diagnosis keperawatan dianggap
membuang waktu karena perawat praktik sering memberitahu para perawat
pelajar bahwa rencana perawatan yang mereka tulis tidak berguna di dalam
18
keperawatan klinis. Hal ini disebabkan mayoritas perencanaan perawatan
adalah penanganan standar untuk masalah atau situasi tertenu, sedangkan
penanganan-penanganan tersebut telah diketahui oleh perawat
berpengalaman.
4. Tidak semua perawat menggunakan diagnosis
Di dalam praktik keperawatan, tidak semua jenis perawat menggunakan
diagnosis. Beberapa perawat pada bidang tertentu tidak menggunakan
diagnosis seperti perawat praktisi, perawat ahli bius, dan bidan. Perawat-
perawat tersebut hanya fokus pada obat-obatan, sehingga peran perawat
yang sesungguhnya menjadi tidak jelas karena penggunaan diagnosis
keperawatan tidak dilakukan.
5. Diagnosis keperawatan tidak peka terhadap budaya
Menurut Leininger (1990), NANDA (North America Nursing
Diagnosis Association) membuat sistematika diagnois hanya berdasarkan
budaya Anglosfer-Amerika (Amerika Serikat dan Kanada) yang bukan
merupakan budaya yang relevan sengan budaya dari negara lain. Diagnosis
keperawatan seharusnya menggunakan diagnosis yang bersangkutan dengan
budaya negeri atau daerah itu sendiri.
6. Diagnosis keperawatan dapat melanggar kerahasiaan
Diagnosis keperawatan dapat melanggar kerahasiaan pasien karena
pada umumnya perawat serta tenaga kesehatan lain harus bisa menjaga
privasi yang berarti dari pasien yang ditangani, sesuai dengan kode etik
tenaga kesehatan. Informasi dalam diagnosis biasanya mengandung aib dari
pasien yang tidak ingin diketahui oleh siapapun, misalnya hamil di luar
nikah, penyakit-penyakit kelamin, maupun permasalahan hormon yang
bersifat pribadi. Informasi ini dapat tersebar secara tidak terkendali apabila
perawat atau tenaga kesehatan lain tidak berhati-hati dan tidak memegang
teguh kode etik.
Menurut Iyer, Taptich, dan Bernocchi-Losey (1994), keberatan untuk
menggunakan diagnosis keperawatan meliputi:
1. Perawat akan bekerja terlalu keras dari sebelumnya dan memiliki
sedikit waktu untuk menghabiskan waktu dengan klien,
19
2. Perawatan masih diselenggarakan di sekitar diagnosis medis dan
perawat yang terlibat dalam penyelesaian tugas didasarkan pada fokus
diagnosa tersebut,
3. Perawat takut ditertawakan ketika menggunakan diagnosis
keperawatan,
4. Daftar diagnosis keperawatan tidak selalu sesuai dengan situasi klien.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
21
Proses diagnoses adalah hasil analisis data dan identifikasi seorang
tenaga kesehatan berdasarkan respon pasien atau klien terhadap masalah
pelayanan (Potter & Perry, 2009). Terdapat dua jenis diagnosis kesehatan,
yaitu diangnosis medis dan diagnosis keperawatan. Diagnosis medis adalah
identifikasi kondisi penyakit berdasarkan evaluasi tertentu dari tanda fisik,
gejala, riwayat medis klien, hasil pemeriksaan, dan prosedur diagnostik.
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial, atau proses kehidupan
22
diagnosa keperawatan, karena itu dalam membuat diagnosa sangat
dibutuhkan ketelitian dan kecermatan.
3.2. Saran
23
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada
kekurangan di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
25