Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Manajemen Stress Terhadap Kesehatan Pada Lansia Di Desa

Ketapang Daya Sampang Madura

Disusun Oleh :

Siti Maryani (171141027)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa lanjut usia (lansia) merupakan periode alamiah yang dialami setiap individu
melalui proses menua. Menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar akan dialami semua orang dan biasanya ditandai dengan adanya kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan bertambah buruk, gerakan lambat,
serta postur tubuh yang tidak proporsional.

Di Indonesia, jumlah lansia terus mengalami peningkatan. Perkiraan penduduk


lansia di Indonesia tahun 2020 mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1
tahun.2 Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali didapatkan hasil proyeksi penduduk
Provinsi Bali menurut kelompok usia pada tahun 2014, tercatat kelompok umur 60-64
tahun sebanyak 140.600 jiwa, pada kelompok umur 65-69 tahun sebanyak 107.700 jiwa,
kelompok umur 70-74 sebanyak 78.100 jiwa, dan pada kelompok umur diatas 75 tahun
sebanyak 89.000 jiwa.

Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah terutama dari


segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Untuk menunjang kesejahteraan lansia tersebut,
maka pemerintah membangun rumah khusus untuk lansia yang dikenal dengan Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW). Salah satu PSTW yang ada di Bali adalah PSTW Jara
Mara Pati Singaraja, dan merupakan panti yang mengasuh lansia terbanyak di Bali.
Keluarga banyak membawa lansia ke panti dengan alasan tidak lagi mampu menjaga dan
mengurus lansia di rumah. Hal ini menjadikan tidak sedikit lansia yang berpikir negatif
tentang keputusan keluarga yang menempatkan lansia di pant Stres merupakan realita
kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dihindari.

Stres secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Tingkat stres
pada lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia
sebagai akibat dari stresor berupa perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial
dalam kehidupan yang dialami lansia. Lansia yang tinggal dirumah terkadang akan
merasa bosan dengan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Terlebih lagi jika
terdapat masalah dengan anggota keluarga sehingga hal tersebut dapat membuat lansia
cepat marah dan sulit tidur. Hal tersebut merupakan gejala awal timbulnya stres pada
lansia, sehingga membuat lansia menjadi beban pikiran, harga diri rendah, dan stres.

Stres merupakan suatu perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Situasi


stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. yang akan menstimulasi
pelepasan sekelompok hormon termasuk kortisol saat tubuh mengalami stres. Hormon
stres akan menekan sistem kekebalan tubuh. Apabila stres tidak diatasi maka akan
berdampak bagi kesehatan dan kualitas hidup lansia.

Stres dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
Terapi farmakologis penanganan stres berupa obat anti depresan dan anti cemas golongan
benzodiazepam seperti alprazolam, yang dalam penerapannya menyebabkan
ketergantungan yang cukup besar. Terapi non farmakologis penanganan stres salah
satunya adalah senam otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari
anak-anak hingga lansia. Senam ini berupa gerakan silang atau gerakan saling bergantian.
Kegiatan mengenang merupakan aktivitas yang alami bagi semua orang di segala usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mengenang meningkat dan
semakin penting.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh manajemen Stress Terhadap Kesehatan Pada Lansia Di Desa


Ketapang Daya Sampang Madura?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh manajemen Stress Terhadap Kesehatan Pada


Lansia Di Desa Ketapang Daya Sampang Madura.

2. Tujuan Khusus
• Untuk mengidentifikasi peningkatan tindakan keperawatan terhadap
manajement stress pada lansia.

• Untuk mengidentifikasi cara meningkatkan kesehatan dari manajemen stress


pada lansia

• Untuk menganalisis bagaimana cara manajemen stress pada lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Lanjut usia adalah kelompok orang sedang mengalami suatu proses perubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1995) lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas
usia 60 tahun keatas (Notoadmojo 2007, h. 279). Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis (Makhfudli 2009, h. 249). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
merupakan tahap akhir rentang hidup dengan batas usia 60 tahun keatas yang ditandai dengan
berbagai penurunan (seperti kondisi fisik, psikologis, dan sosial).

Batasan-batasan lanjut usia Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut
usia, yaitu:

a. World Health Organization (WHO) (dalam Nugroho 2008, h.24) menyebutkan batasan-
batasan umur lanjut usia, yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly): antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old): antara 75 dan 90 tahun.


4) Usia sangat tua (very old): di atas 90 tahun.

b. Menurut Masdani (dalam Nugroho 2008, hh. 24-25) mengatakan, lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian.

1. Pertama: fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun,

2. kedua: fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun,

3. ketiga: fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun, dan

4. keempat: fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia.

c. Menurut Setyonegoro (dalam Nugroho 2008, h. 25) mengelompokkan lanjut usia sebagai
berikut :

1) Usia dewasa muda (elderly adulhood): 18 atau 20-25 tahun.

2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas: 25 – 60 atau 65 tahun.

3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70 -75 tahun
(young old), 75 -80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).

Stres merupakan suatu perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Situasi stres
mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya, mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu
sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. yang akan menstimulasi pelepasan sekelompok
hormon termasuk kortisol saat tubuh mengalami stres. Hormon stres akan menekan sistem
kekebalan tubuh. Apabila stres tidak diatasi maka akan berdampak bagi kesehatan dan
kualitas hidup lansia.

2.2 Kerangka Teori

Teori stress apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati (dikutip dalam
Sunaryo 2014, h. 215), dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah,
suara bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat obatan, zat beracun, hormon
atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.

d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan


pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

f. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial,


budaya atau ketegangan.

Tahapan stres Menurut Hawari (dikutip dalam Sunaryo 2014, h. 219) menjelaskan
bahwa tahapan stres adalah sebagi berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga
yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, cepat lelah saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal tersebut
karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali,
bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi
dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.

f. Stres tahap keenam, yaitu tahapan stres dengan tanda tanda, seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta pingsan.
Reaksi tubuh terhadap stres Menurut Hawari (dikutip dalam Sunaryo 2014, hh. 219-
220) reaksi tubuh terhadap stres, yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubanan, atau kerontokan.

b. Gangguan ketajaman penglihatan.

c. Tinitus (pendengaran berdenging).

d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.

e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, dan kedutan pada kulit wajah.

f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering, timbul eksim, biduran,
gatal gatal, tumbuh jerawat, telapak tangan dan kaki sering berkeringat, dan kesemutan.

h. Napas terasa berat dan sesak.

i. Jantung berdebar, muka merah atau pucat.

j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.

k. Sering berkemih.

l. Otot sakit, seperti ditusuk, pegal dan tegang.

m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.

n. Libido menurun atau bisa juga meningkat.

Tingkat stres Menurut Potter & Perry (1989 dikutip dalam Rasmun 2009 hh. 25-
26) membagi tingkat stres menjadi tiga yaitu :

a. Stres ringan Apabila stressor yang dihadapi setiap orang teratur, misalnya terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit
atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang
dan was-was.

b. Stres sedang Apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa
hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan dan
mengharapkan pekerjaan baru. Pada medium ini individu mulai kesulitan tidur sering
menyendiri dan tegang.

c. Stres berat Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial
dan penyakit fisik yang lama. Pada stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik
dan mental.

Instrumen penilaian tingkat stress Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42


(DASS 42) merupakan instrumen yang digunakan oleh Lovibon 1995 untuk mengetahui
tingkat depresi, kecemasan dan stress yang berjumlah 42 pertanyaan. Tes ini merupakan tes
standar yang sudah diterima secara internasional (Nursalam 2008, h.195). Penilaian
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) adalah dengan memberikan skor yaitu :

a. Skor 1 untuk setiap pertanyaan yang tidak ada atau tidak pernah dialami.

b. Skor 2 untuk setiap pertanyaan yang kadang-kadang dialami.

c. Skor 3 untuk setiap pertanyaan yang sering dialami.

d. Skor 4 untuk setiap pertanyaan yang hampir setiap saat atau selalu dialami.

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Melakukan beberapa manajement stress yaitu seperti relaksasi, pendekatan perilaku
dan kognitif. Terapi dengan pendekatan perilaku-kognitif salah satunya yaitu terapi
Reminiscence atau terapi kenangan, terpai senam otak dan melakukan pengambilan beberapa
sampel untuk mengetahui tingkat stress yang mempengaruhi para lansia ini.

2.4 Hipotesis

Adapun rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Manajemen Stress Terhadap Kesehatan Pada Lansia Di Desa Ketapang Daya Sampang
Madura.
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

1. Pendekatan Cross Sectional


a. Relaksasi
b. Pendekatan Perilaku
c. Kognitif

Mengetahui Tingkat Stress pada Lansia

1. Pendekatan Perilaku Kognitif


a. Terapi Reminiscence atau
terapi kenangan
b. Terapi senam otak
c. Pengambilan sampel

B. Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia
Ha : Ada pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia di wilayah
Ketapang Daya, Sampang Madura.
Hp : Tidak ada pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia di
wilayah Ketapang Daya, Sampang Madura.
BAB IV
Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.Pada tahap awal penelitian ini dilakukan observasi
setelah itu akan dilakukan analisis hubungan antar variabel.

B. Rancangan Bangun Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu dengan rancang bangun penelitian cross
sectional yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari hubungan antar variabel
bebas dan variabel terikat dengan cara pendekatan observasional dimana pengumpulan data
dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Murti, 2003).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Perumahan Ketapang Daya, Sampang Madura

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Lansia di wilayah Ketapang Daya, Sampang
Madura tahun 2020 sebanyak 756 Lansia.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu
sampel harus betul-betul representatif (mewakili), karena apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
Lansia (45-60 bulan) yang terpilih sebagai sampel di wilayah Ketapang Daya, Sampang
Madura tahun 2020. Untuk menentukan ukuran sampel, peneliti menggunakan rumus
Standley Lameshow sebagai berikut:

𝑁𝑧 2𝑝(1 − 𝑝)
n=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑧2𝑝(1 − 𝑝)

Keterangan:

n = Perkiraan besar sampel

N = Perkiraan besar populasi

Z = Nilai standar distribusi normal (1,96)

p = Perkiraan proporsi kejadian variabel yang diteliti (0,29)

Dalam penelitian ini jumlah proporsi didapatkan dari:

Jumlah Lansia = 226 = 0,29

Jumlah Populasi Lansia 756


d = Tingkat ketelitian yang digunakan (0,05)

Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah 133 lansia

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Simple random sampling
(acak sederhana) adalah suatu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, dimana
setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Dalam teknik sampling acak sederhana ini, perbedaan karakter yang mungkin ada
pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya. Maka dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan yang
sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

E. Kerangka Operasional atau Alur Penelitian

Mencatat seluruh Lansia yang ada di Wilayah Ketapang Daya,


Sampang Madura

Memilih daftar sampel dengan Simple Random Sampling,


dengan jumlah sample 133 orang

Menggunakan Kuesioner

Pengolahan data, analisis data,


pembahasan, kesimpulan dan
F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggotaanggota satu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
variabel dibedakan menjadi 2 yaitu variabel independen dan variabel dependen.

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perilaku Kognitif ( terapi
reminiscence, terapi senam otak).

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Pengaruh
tingkat stress pada lansia.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer yakni data hasil penelitian yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau
responden melalui teknik pengisian kuesioner atau pertanyaan yang telah disusun dan melalui
pengamatan langsung di lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder yakni data yang diperoleh melalui Data kesehatan dan pendapat dari keluarga
lansia di wilayah Ketapang Daya, Sampang Madura.

2. Prosedur Penelitian

a. Proses penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari pihak akademik, izin
kepada kepala Puskesmas.
b. Setelah mendapatkan izin, peneliti meminta persetujuan pada responden.

c. Sebelum melaksanakan prosedur penelitian terlebih dahulu peneliti menjelaskan tujuan


penelitian.

d. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta

menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden.

e. Peneliti memberikan kuesioner pada responden untuk di isi sesuai pentunjuk.

f. Megumpulkan hasil kuesioner dan dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengecek ada
tidaknya kuesioner yang belum diisi.

g. Hasil dari penelitian di olah dan dianalisis menggunakan uji chisquare.

H. Teknik Penelolaan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data pada dasarnya adalah proses penyimpulan data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder yang diolah menjadi data informasi, data diolah dengan
menggunakan sistem komputerrisasi, adapun tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing data, dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya data yang diisi
responden di lapangan.

b. Coding data, adalah kegiatan mengklasifikasikan data dengan cara memberi kode untuk
memudahkan peneliti pada saat melakukan entry data. Peneliti memberikan kode pada data
yang telah didapatkan meliputi :

Pendekatan Perilaku Kognitif

Kode 0 : Ada

Kode 1 : Tidak ada

c. Entry data, adalah proses pemasukan data ke dalam program komputer untuk selanjutnya
dianalisis.

d. Cleaning data, proses pengecekan data yang dilakukan setelah data di entry kedalam
program komputer.
e. Tabulating, penyusunan atau perhitungan data yang berdasarkan variabel yang diteliti.

f. Describing data, adalah menggambarkan data atau menerangkan data.

2. Analisa Data, Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis Univariat, Analisis Univariat, yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi


variabel-variabel yang diteliti. Hasil analisis akan memberikan gambaran secara deskripsi
hasil penelitian secara umum.

b. Analisis Bivariat, Analisis Bivariat, yaitu untuk melihat kemaknaan hubungan antara
variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dengan menggunakan uji
statistik chi-square (x2) dengan derajat kemaknaan 0,05.

I. Etika penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki kebebasan dalam menentukan
dirinya maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Pada penelitian ini menjunjung
tinggi etika penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian sebagai
berikut:

1. Prinsip manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan memaksimalkan manfaat.
Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan
manusia secara individu atau masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini memiliki hak untuk
mendapatkan perlindungan dari kejahatan, kegelisahan dan hak untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi.

2. Prinsip Menghormati martabat manusia

Prinsip ini meliputi :

a. Hak untuk menentukan pilihan, yaitu hak untuk memutuskan dengan sukarela ikut ambil
bagian dalam suatu penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini meliputi hak untuk
mendapatkan pertanyaan, mengungkapkan pendapat dan menarik diri.
b. Hak untuk mendapat data yang lengkap, Menghormati martabat manusia meliputi hak-hak
masyarakat untuk memberikan informasi, keputusan sukarela tentang keikut sertaan
penelitian yang memerlukan data lengkap.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak-hak
memberikan perawatan secara adil dan hak untuk menjaga privasi manusia.

4. Informed Consent

Tujuannya adalah mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.

5. Anomity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar
pengumpulan data

6. Confidentiality

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai