Proposal
Proposal
Disusun Oleh :
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia (lansia) merupakan periode alamiah yang dialami setiap individu
melalui proses menua. Menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar akan dialami semua orang dan biasanya ditandai dengan adanya kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan bertambah buruk, gerakan lambat,
serta postur tubuh yang tidak proporsional.
Stres secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Tingkat stres
pada lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia
sebagai akibat dari stresor berupa perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial
dalam kehidupan yang dialami lansia. Lansia yang tinggal dirumah terkadang akan
merasa bosan dengan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Terlebih lagi jika
terdapat masalah dengan anggota keluarga sehingga hal tersebut dapat membuat lansia
cepat marah dan sulit tidur. Hal tersebut merupakan gejala awal timbulnya stres pada
lansia, sehingga membuat lansia menjadi beban pikiran, harga diri rendah, dan stres.
Stres dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
Terapi farmakologis penanganan stres berupa obat anti depresan dan anti cemas golongan
benzodiazepam seperti alprazolam, yang dalam penerapannya menyebabkan
ketergantungan yang cukup besar. Terapi non farmakologis penanganan stres salah
satunya adalah senam otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari
anak-anak hingga lansia. Senam ini berupa gerakan silang atau gerakan saling bergantian.
Kegiatan mengenang merupakan aktivitas yang alami bagi semua orang di segala usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mengenang meningkat dan
semakin penting.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
• Untuk mengidentifikasi peningkatan tindakan keperawatan terhadap
manajement stress pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia adalah kelompok orang sedang mengalami suatu proses perubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1995) lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas
usia 60 tahun keatas (Notoadmojo 2007, h. 279). Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis (Makhfudli 2009, h. 249). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
merupakan tahap akhir rentang hidup dengan batas usia 60 tahun keatas yang ditandai dengan
berbagai penurunan (seperti kondisi fisik, psikologis, dan sosial).
Batasan-batasan lanjut usia Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut
usia, yaitu:
a. World Health Organization (WHO) (dalam Nugroho 2008, h.24) menyebutkan batasan-
batasan umur lanjut usia, yaitu :
b. Menurut Masdani (dalam Nugroho 2008, hh. 24-25) mengatakan, lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian.
c. Menurut Setyonegoro (dalam Nugroho 2008, h. 25) mengelompokkan lanjut usia sebagai
berikut :
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70 -75 tahun
(young old), 75 -80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).
Stres merupakan suatu perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Situasi stres
mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya, mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu
sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. yang akan menstimulasi pelepasan sekelompok
hormon termasuk kortisol saat tubuh mengalami stres. Hormon stres akan menekan sistem
kekebalan tubuh. Apabila stres tidak diatasi maka akan berdampak bagi kesehatan dan
kualitas hidup lansia.
Teori stress apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati (dikutip dalam
Sunaryo 2014, h. 215), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah,
suara bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat obatan, zat beracun, hormon
atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
Tahapan stres Menurut Hawari (dikutip dalam Sunaryo 2014, h. 219) menjelaskan
bahwa tahapan stres adalah sebagi berikut:
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga
yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, cepat lelah saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal tersebut
karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali,
bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi
dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f. Stres tahap keenam, yaitu tahapan stres dengan tanda tanda, seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta pingsan.
Reaksi tubuh terhadap stres Menurut Hawari (dikutip dalam Sunaryo 2014, hh. 219-
220) reaksi tubuh terhadap stres, yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubanan, atau kerontokan.
e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, dan kedutan pada kulit wajah.
g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering, timbul eksim, biduran,
gatal gatal, tumbuh jerawat, telapak tangan dan kaki sering berkeringat, dan kesemutan.
j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.
k. Sering berkemih.
Tingkat stres Menurut Potter & Perry (1989 dikutip dalam Rasmun 2009 hh. 25-
26) membagi tingkat stres menjadi tiga yaitu :
a. Stres ringan Apabila stressor yang dihadapi setiap orang teratur, misalnya terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit
atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang
dan was-was.
b. Stres sedang Apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa
hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan dan
mengharapkan pekerjaan baru. Pada medium ini individu mulai kesulitan tidur sering
menyendiri dan tegang.
c. Stres berat Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial
dan penyakit fisik yang lama. Pada stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik
dan mental.
a. Skor 1 untuk setiap pertanyaan yang tidak ada atau tidak pernah dialami.
d. Skor 4 untuk setiap pertanyaan yang hampir setiap saat atau selalu dialami.
Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Melakukan beberapa manajement stress yaitu seperti relaksasi, pendekatan perilaku
dan kognitif. Terapi dengan pendekatan perilaku-kognitif salah satunya yaitu terapi
Reminiscence atau terapi kenangan, terpai senam otak dan melakukan pengambilan beberapa
sampel untuk mengetahui tingkat stress yang mempengaruhi para lansia ini.
2.4 Hipotesis
Adapun rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Manajemen Stress Terhadap Kesehatan Pada Lansia Di Desa Ketapang Daya Sampang
Madura.
BAB III
A. Kerangka Konseptual
B. Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia
Ha : Ada pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia di wilayah
Ketapang Daya, Sampang Madura.
Hp : Tidak ada pengaruh manajemen strees terhadap kesehatan lansia di
wilayah Ketapang Daya, Sampang Madura.
BAB IV
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.Pada tahap awal penelitian ini dilakukan observasi
setelah itu akan dilakukan analisis hubungan antar variabel.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu dengan rancang bangun penelitian cross
sectional yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari hubungan antar variabel
bebas dan variabel terikat dengan cara pendekatan observasional dimana pengumpulan data
dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Murti, 2003).
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Lansia di wilayah Ketapang Daya, Sampang
Madura tahun 2020 sebanyak 756 Lansia.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu
sampel harus betul-betul representatif (mewakili), karena apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
Lansia (45-60 bulan) yang terpilih sebagai sampel di wilayah Ketapang Daya, Sampang
Madura tahun 2020. Untuk menentukan ukuran sampel, peneliti menggunakan rumus
Standley Lameshow sebagai berikut:
𝑁𝑧 2𝑝(1 − 𝑝)
n=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑧2𝑝(1 − 𝑝)
Keterangan:
3. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Simple random sampling
(acak sederhana) adalah suatu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, dimana
setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Dalam teknik sampling acak sederhana ini, perbedaan karakter yang mungkin ada
pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya. Maka dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan yang
sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Menggunakan Kuesioner
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggotaanggota satu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
variabel dibedakan menjadi 2 yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perilaku Kognitif ( terapi
reminiscence, terapi senam otak).
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Pengaruh
tingkat stress pada lansia.
a. Data Primer
Data primer yakni data hasil penelitian yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau
responden melalui teknik pengisian kuesioner atau pertanyaan yang telah disusun dan melalui
pengamatan langsung di lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang diperoleh melalui Data kesehatan dan pendapat dari keluarga
lansia di wilayah Ketapang Daya, Sampang Madura.
2. Prosedur Penelitian
a. Proses penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari pihak akademik, izin
kepada kepala Puskesmas.
b. Setelah mendapatkan izin, peneliti meminta persetujuan pada responden.
f. Megumpulkan hasil kuesioner dan dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengecek ada
tidaknya kuesioner yang belum diisi.
1. Pengolahan data
Pengolahan data pada dasarnya adalah proses penyimpulan data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder yang diolah menjadi data informasi, data diolah dengan
menggunakan sistem komputerrisasi, adapun tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Editing data, dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya data yang diisi
responden di lapangan.
b. Coding data, adalah kegiatan mengklasifikasikan data dengan cara memberi kode untuk
memudahkan peneliti pada saat melakukan entry data. Peneliti memberikan kode pada data
yang telah didapatkan meliputi :
Kode 0 : Ada
c. Entry data, adalah proses pemasukan data ke dalam program komputer untuk selanjutnya
dianalisis.
d. Cleaning data, proses pengecekan data yang dilakukan setelah data di entry kedalam
program komputer.
e. Tabulating, penyusunan atau perhitungan data yang berdasarkan variabel yang diteliti.
2. Analisa Data, Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
b. Analisis Bivariat, Analisis Bivariat, yaitu untuk melihat kemaknaan hubungan antara
variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dengan menggunakan uji
statistik chi-square (x2) dengan derajat kemaknaan 0,05.
I. Etika penelitian
Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki kebebasan dalam menentukan
dirinya maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Pada penelitian ini menjunjung
tinggi etika penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian sebagai
berikut:
1. Prinsip manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan memaksimalkan manfaat.
Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan
manusia secara individu atau masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini memiliki hak untuk
mendapatkan perlindungan dari kejahatan, kegelisahan dan hak untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi.
a. Hak untuk menentukan pilihan, yaitu hak untuk memutuskan dengan sukarela ikut ambil
bagian dalam suatu penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini meliputi hak untuk
mendapatkan pertanyaan, mengungkapkan pendapat dan menarik diri.
b. Hak untuk mendapat data yang lengkap, Menghormati martabat manusia meliputi hak-hak
masyarakat untuk memberikan informasi, keputusan sukarela tentang keikut sertaan
penelitian yang memerlukan data lengkap.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak-hak
memberikan perawatan secara adil dan hak untuk menjaga privasi manusia.
4. Informed Consent
Tujuannya adalah mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
5. Anomity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar
pengumpulan data
6. Confidentiality
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian