Anda di halaman 1dari 32

DESKRIPSI MATA KULIAH DAN SILABUS

Pada pertemuan pertama berisi pengenalan mata kuliah dan silabus yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya. Isi dari silabus tersebut antara lain:

a. Hakikat manusia
b. Karakter dan kepribadian
c. Pembentukan karakter
d. Karakter: kepedulian, kejujuran, kedisiplinan
e. Pengertian profesi
f. UU dan peraturan pemerinatah profesi guru
g. Kompetensi guru
h. Kode etik guru
i. Pembelajaran abad 21
j. Diskusi isu actual tentang pendidikan

Selain itu juga mempelajari mengenai hakikat manusia.

1. Manusia sebagai ciptaan tuhan > melakukan segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya
2. Manusia sebagai makhluk social > manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain
3. Manusia sebagai individu > senantiasa menjaga kesehatan jasmani dan
rohaninya
4. Manusia sebagai makluk unik > manusia memiliki kepribadian dan karakter
yang berbeda-beda

1
KARAKTER DAN KEPRIBADIAN GURU

Pada pertemuan 2 ini yang dipelajari yaitu mengenai karakter dan kepribadian
sebagai seorang guru atau seorang pendidik profesional. Guru memiliki tugas-tugas
penting yang harus dijalankan, yaitu mendidik (mentransfer ilmu), mengajar,
membimbing, melatih, mengarahkan, dan menilai serta mengevaluasi peserta
didiknya.

Selain menjalankan tugas-tugas yang ada, seorang guru juga harus memiliki
etika yang baik. Etika sendiri memiliki banyak arti, ada yang menyebut etika sebagai
ilmu tentang filsafat moral, ilmu tentang tata laku, dan ilmu yang mengkaji,
menyelidiki mana yang benar dan mana yang salah.

Perilaku dan etika guru meliputi :

 Pertanggungjawaban (responsibility)
 Pengabdian (dedication)
 Kesetiaan (loyality)
 Persamaan (equality)
 Kepantasan (eqiuty)

Perilaku dan etika guru diatas harus dimiliki oleh setiap guru atau tenaga
pendidik professional agar dapat mencapai tujuan pendidikan, demi mewujudkan
cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kemudian, pada pertemuan ini juga mempelajari tentang focus perhatian


profesi guru yaitu berfokus pada citra guru, perilaku guru dalam KMB, perilaku guru
dalam masyarakat, serta kompetensi guru yang meliputi kepribadian, social,
pedagogic, dan professional. Lalu yang terakhir yaitu mengenai bagaimana upaya
guru untuk menunjukkan citra yang baik di sekolah maupun dimasyarakat. Upaya
tersebut dalam dilakukan dengan berusaha memenuhi peranannya dalam KBM,
menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai positif, dan mampu menempatkan
perannya dalam masyarakat.

2
KARAKTER DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

Dalam kamus Berbahasa Indonesia-inggris karakter berarti watak, sifat.


Dalam KBBI karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti.
Karakter merupakan tabiat, perangai, atau perbuatanyang selalu dilakukan atau
kebiasaan.

Menurut suyanto (2009) Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Pritchard (1988) Karakter adalah
sesuatu yang berkaitan dengan kebiasaan hidup individu yang bersifat menetap dan
cenderung positif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berfikir, bersikap,


bertindak, yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan dan
keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu yang memiliki karakter baik
adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjwabkan
setiap keputusan, sedangkan idivudu yang buruk adalah dimana seorang individu yang
akan egois terhadap apa yang ia impikan tanpa memperhatikan sekitarnya.

Karakter Baik atau Sehat


1. Afiliasi tinggi : mudah menerima orang lain, toleran dan dapat diajak kerja
sama.
2. Power tinggi : meguasai teman dalam arti positif, dapat jadi pemimpin,
mempunyai inisiatif
3. Achiever : termotivasi untuk berprestasi, egosentris
4. Asserter : lugas, tegas, tak banyak bicara
5. Adventurer : meyukai hal-hal baru, petualangan

3
Karakter Tidak Sehat
1. Nakal
2. Tidak teratur
3. Provokator
4. Pembangkang
5. Penguasa

Selain itu dijelaskan juga 6 point uatama dalam pendidikan karakter meliputi:

1. Trustworthy : jujur, menepati janji, loyalitas tinggi


2. Menghormati orang lain : mementingkan kepentingan umum, tidak egois, siap
dengan perpedaan, tidak merasa paling benar
3. Bertanggung jwab
4. Adil
5. Cinta dan perhatian
6. Masyarakat yang baik

Adapun 9 pilar dalam karakter universal sebagai berikut:

1. Cinta tuhan & dan ciptaannya


2. Kemandirian & tanggung jawab
3. Kejujuran & amanah
4. Kehormatan & santun
5. Dermawan, suka enolong, gotong royong, & kerjasama
6. Percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan

Dalam bab ini dijelaskan bagaimana cara untuk membentuk karakter. Cara yang
dilakukan yaitu dengan melakukan pembiasaan secara berulang-ulang yang didahului
oleh kesadaran dan pemhaman akan mebentuk karakter seseorang. Peran orang tua

4
snagat penting dalam hal ini, karena pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil
agar lebih terbiasa. Karakter juga dapat terbentuk kafrena faktor gen, jika orang
tuanya memiliki sikap yang baik maka anaknya juga dapat memiliki sikap yang baik,
misalnya jika orang tuanya tegas maka anaknya kelak juga bias menjadi seorang anak
yang tegas.

Selain karena faktor orang tua, pembentukan karakter juga dapat dilakukan
dalam beberapa cara yaitu dengan :

a. Teaching : pembelajaran/perkuliahan
b. Modelling: keteladanan
c. Reinforcing : peraturan & pengkondisian
d. Habituating : pembiasaan oleh setiap individu

Lalu dijelaskan pula bagaimna mengubah sikap dan akhlak kita agar menjadi
lebih baik, yaitu dengan cara berguru atau menjadi murid dari seorang guru yang
dapat menunjukkan kekurangan kita, meminta bantuan teman yang tulus
maumemberi tahu kekurangan kita, memanfaat kritik orang lain yang tidak suka pada
kita, serta dengan cara bergaul dengan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik.
Perubahan sikap ini awalnya dipaksa, terpaksa, lalu akan terbiasa dengan sendirinya.

Berikut adalah langkah-langkah pembentukan karakter:


1. Memasukkan konsep karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan mrtodr
a. Metode Knowing The Good : menanamkan nilai kebaikan
b. Desiring The Good: membuat anak memiliki alasan untuk berbuat baik
c. Loving The Good: mengembangkan sikap mencintai
d. Acting The Good: melaksanakan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari

5
2. Membuat slogan yang mempu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala
tingkah laku masyarakat kampus atau sekolah, contohnya:
a. Kebersihan sebagian dari iman
b. Senyum adalah ibadah
c. Kebersihan pangkal kesehatan
3. Pemantauan secara kontinyu

KEPRIBADIAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN

Kepribadian adalah sikap ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas, dann perilaku
seseorang yang terwujud dalam tindakan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu
yang menjadi ciri khas pribadinya. Pengetian lainnya yaitu, kepribadian adalah cara
merespon terhadap masalah, bersifat unik, dinamis, yang merupakan hasil interaksi
fisik/genetic , environment, emosional, kognisi, serta menunjukkan cara individu
dalam mengelola wakyunya.
Yang membedakan orang berkepribadian baik dan tidak berkepribadian adalah
impressivenessnya atau hal yang mengesankan terwujud melalui tindakan dan
pembicaannya. Orang yang berkribadian akan tampak mengesankan, dapat membuat
orang lain respek saat ia bicara, sikap tubuhnya, isyarat tubuh, menatap wajah orang
lain, masalah fisik tidak terlalu diperhatikan.
Faktor genetic dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan
perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan atau faktor lingkungan yang
menentukan terbentuknya kepribadian, melainkan melalui pengaruh resiprokal.
Askep-aspek kepribadian:
a. Karakter
b. Tempramen
c. Sikap
d. Stabilitas ekonomi
e. Sifat pribadi

6
Faktor-faktor yang berpengaruh erhadap kepribadian:
a. Sifat dasar
b. Kebiasaan
c. Cara bersikap
d. Cara berbicara
e. Karakter
f. Integritas

PENGERTIAN, CIRI, DAN PROFESI KEPENDIDIKAN


 Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas
menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti
kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Pendidikan adalah suatu
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam
hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Jadi pengertian profesi pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai
keahliannya yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar bisa berperan
aktif dalam hidupnya sekarang dan masa datang.
Sejalan dengan karakteristik tersebut, Achmad Sanusi, dkk. (1991),
mengemukakan bahwa karakteristik suatu profesi yaitu:
1.   Suatu jabatan yaang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (crusial).  
2. Jabatan yang menuntut keterampilan atau keahlian tertentu.   
3. Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu (body of knowledge)
yang jelas, sistematik, eksplisit, dan bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum (publik).  

7
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat pergguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi
nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. 
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan pendapat
ahli (judgement) terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam praktik memberikan pelayanan kepada masyarakat, anggota profesi
bersifat otonom dan bebas dari campur tangan pihak luar.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh
karenanya – secara umum, dan semestinya – memperoleh imbalan yang
tinggi pula.

DISKUSI KELOMPOK KARAKTER PEDULI, HORMAT, JUJUR,


TANGGUNG JAWAB DAN PERSATUAN

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003


pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara."

Pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang mengandung khas baik (mengeti


nilai kebaikan, mau berbuat baik, berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber


dari nilai moral universal (bersifat absolut) sebagai pengejawantahan nilai-nilai
agama yang biasa disebut dengan the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki
tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut

8
para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah
dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah,
keadilan kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan.
Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan
falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik
agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.

Berikut adalah fungsi pendidikan karakter:

 Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan


berperilaku baik
 Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik
 Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila 

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH MENGENAI


PROFESI GURU

 UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 2 Nomor 1


 UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 7
 UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 20
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republic Indonesia Nomor 9 Tahun
2010 Pasal 1
 UU SISDIKNAS Pasal 42
 PERMENDIKNAS Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru
 UU No. 23 Tahun 2017 Pasal 1
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017

9
KOMPETENSI GURU

Kompetensi guru adalah indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik


guru yang dinilai kompeten secara profesional. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, social, dan spiritual
yang secara menyeleruh membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme.

Jenis- Jenis Kompetensi Guru

A. Kompetensi Pedagogik

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan
dikuasai oleh guru terkait dengan Kompetensi Pedagogik.
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu/diajarkan.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

B. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

10
1. Kepribadian yang mantap dan stabil
2. Kepribadian yang dewasa
3. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

C. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran


secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung pelajaran yang dimampu
2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang dimamp
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara
kreatif.

D. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi


dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

1. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif


karena pertimbangan jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial keluarga.

11
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

Syarat-Syarat Menjadi Guru:

1. Takwa Kepada Tuhan


Takwa kepada tuhan merupakan syarat menjadi guru yang utama.
Dalam artian sebagai seorang guru haruslah mendidik anak yang
sesuai dengan perintah agama agar dapat menjadi seseorang guru yang
baik dan professional.
2. Memiliki ahlak atau berkelakuan Baik
Dalam syarat menjadi guru yang baik haruslah memiliki akhlakul
karimah
3. Berilmu
Berilmu juga merupakan syarat menjadi guru yang sangat penting,
karena semakin tinggi pendidikan seorang guru maka semakin tinggi
dan baik pula mutu pendidikannya
4. Sehat jasmani dan Rohani
Syarat menjadi guru juga harus memiliki kesehatan yang baik pula
dapat memungkinkan bagi seorang guru untuk dapat menjalankan
tugasnya sebagai tenaga pengajar dengan baik dan sesuai tujuan.

Undang-Undang yang Menjadi Landasan Kepribadian Guru

 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal (8)

12
“Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”

Pasal 10 ayat (1)

“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi


pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi”

TUGAS FUNGSI DAN PERAN GURU TERHADAP PEMBELAJARAN DAN


MASYARAKAT

Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah


mengembangkan potensi karakter dan kompetensi profesional yang baik. Untuk
mencapai tujuan tersebut tentu kita membutuhkan seorang guru profesional yang
dapat mendidik siswanya dan sebagai panutan siswa dan masyarakat sekitar.

1. Tugas Guru Terhadap Pembelajaran dan Masyarakat

a. Informator
b. Organisator
c. Motivator
d. Inisiator
e. Transmitter
f. Fasilitator
g. Mediator
h. Evaluator
i. Guru Sebagai Model dan Teladan
j. Sebagai anggota masyarakat

13
2. Fungsi Guru Terhadap Pembelajaran dan Masyarakat
a. Merencanakan tujuan belajar.
b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar.
c. Memimpin, yang meliputi memberikan motivasi, mendorong, dan
memberikan stimulus pada siswi.
d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
e. Menciptakan interpersonal yang kuat, khususnya empati, respek, dan
kesungguhan.
f. Kesungguhan dalam menerima dan peduli terhadap peserta didik atau
siswa.
g. Mengekspresikan ketertarikan dan antusisme.
h. Menciptakan suatu atmosfer kebersamaan dan kepaduan kelompok.
i. Mendengarkan siswa dan menghormati hak mereka untuk berbicara dalam
resitasi dan diskusi.

3. Peran Guru Terhadap Pembelajaran dan Masyarakat

a. Pendidik
b. Penggerak Potensi
c. Manager
d. Penengah Konflik
e. Pemimpin kultural

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21


Di abad 21 guru menghadapi tantangan yang sulit dalam pekerjaannya, misal
saja semakin beragamnya siswa dan orang tua, tuntutan kualitas pendidikan yang
lebih tinggi, standar proses, dan hasil belajar mengajar yang lebih tinggi.
Dibandingkan dengan era sebelumnya, seorang guru profesional saat ini harus
memiliki kompetensi guru yang lebih luas, seperti mengajar dan mengelola kelas

14
secara efektif; membangun, mengembangkan, dan mengelola hubungan dengan siswa
dan komunitas sekolah; menggunakan teknologi untuk komunikasi dan instruksi yang
lebih efektif; dan juga menjadi pembelajar profesional yang berkelanjutan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan dan tuntutan yang cepat dari lingkungan
sekolahnya.

Karakter pembelajaran abad 21 yang sering disebut sebagai 4C, yaitu:


a. Communication (Komunikasi)
Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya
maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik.
b. Collaboration (Kerjasama)
Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja
secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya;
menghormati perspektif berbeda.
c. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan
Masalah)
Peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara
sistem.
d. Creativity and Innovation (Daya cipta dan Inovasi)
Peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan
responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

Tujuan pendidikan abad 21:


a. Mempersiapkan orang dalam dunia pasang surut, dinamis, unpredictable
(tidak bisa diramalkan).
b. Perilaku yang kreatif.

15
c. Membebaskan kecerdasan individu yang unik.
d. Menghasilkan innovator

Karakteristik Pembelajaran di Abad 21


1. Interaktif, merupakan capaian pembelajaran lulusan yang diraih dengan
mengutamakan proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen.
2. Integratif , bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran
lulusan secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui pendekatan
antardisiplin dan multidisiplin.
3. Saintifik, bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta
lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah
ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
kebangsaan.
4. Kontekstual, bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan
masalah dalam ranah keahliannya.
5. Tematik, bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi
dan dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.
6. Efektif , bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna
dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam
kurun waktu yang optimum.
7. Kolaboratif , bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran bersama yang melibatkaninteraksi antar individu pembelajar
untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
8. Berpusat pada mahasiswa, bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih
melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan

16
kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta
mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.

Tantangan dan Tuntutan Pembelajaran di Abad 21

Dengan semakin berkembangnya zaman, guru tentunya akan mendapatkan


tantangan yang lebih berat dan kompleks. Guru pada abad ini dituntut untuk
melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi.
Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas pada abad ini harus disesuaikan dengan
standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi..

Di zaman serba global saat ini, dapat dikatakan hampir tidak ada batas yang jelas
antara bangsa satu dengan bangsa lain, baik dalam konteks budaya maupun
peradabannya. Manusia bisa dengan mudah berbaur dengan manusia lain di berbagai
belahan bumi ini. Apa yang dituntut dari out put pendidikan di era global ini adalah
lulusan-lulusan yang mampu berpikir kritis, memiliki kompetensi dalam pemecahan
masalah, kreatif inovatif, kompeten dalam ICT, komunikatif dan menguasai berbagai
bidang.

Dengan demikian peran pendidik di abad 21, yaitu:


 Pendidik sebagai fasilitator,
 Pendidik sebagai pembimbing,
 Pendidik sebagai motivator,
 Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas siswa),
 Pendidik sebagai kawan belajar bagi peserta didik.

KARAKTER DAN KEPRIBADIAN GURU STRATEGI PENGELOLAAN


KELAS YANG EFEKTIF
Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan dasar
mengajar bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana pembelajaran

17
yang optimal, artinya kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan
professional guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan
peserta didik dan menciptakan disiplim belajar secara sehat.
Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru yang mampu
mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam
kurikulum. Untuk membawa peserta didik mencapai tujuan-tujuan itu, guru perlu
memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi profesional. Karena melalui
kemampuan-kemampuan tersebut guru melaksanakan peranan-peranannya.

Tujuan Pengelolaan Kelas


a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
b. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual siswa dalam kelas

Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas


1. Pendekatan modifikasi perilaku (Behavior-Modification Approach)
Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral yang menganggap perilaku
manusia yang baik maupun yang tidak baik merupakan hasil belajar.
2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate Approach)
Pendekatan sosio-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling.
Pandangannya adalah bahwa proses belajar-mengajar yang berhasil
mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik antara guru dan
subyek didik.
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group-Process Approach)
Pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan dinamika
kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien berlangsung dalam konteks kelompok.

18
Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif
1. Kondisi belajar yang optimal, kondisi belajar yang nyaman, tenang, sejuk
sehingga sangat membantu perhatian siswa pada materi pelajaran.
2. Menunjukkan sikap tanggap, perilaku positif atau negatif yang muncul di
dalam kelas harus dapat disikapi dengan baik sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Memusatkan perhatian kelompok, dengan memusatkan perhatian secara
terus menerus terhadap siswa dapat mempertahankan konsentrasi siswa
disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah dan sasaran yang
akan dicapai.
4. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, sering terjadi kurangnya
konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah
dan sasaran yang akan dicapai.
5. Memberikan teguran dan penguatan, teguran diberikan untuk
mengarahkan tingkah laku siswa, dan penguat perlu dilakukan untuk
memberikan respon positif dengan cara memberikan pujian dan
penghargaan

Hambatan atau Masalah dalam Pengelolaan Kelas


Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor
penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik,
lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas. Secara umum masalah yang
biasa dihadapi dalam pengelolaan adalah sebagai berikut.
1.Masalah yang ada dalam wewenang guru. Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas
yang ada dalam ruang lingkup wewenang seorang guru bidang studi untuk
mengatasinya.

19
2.Masalah yang ada dalam wewenang sekolah. Dalam kenyataan sehari-hari di kelas,
akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya
berada di luar jangkauan guru bidang studi.
3.Masalah-masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah. Masih ada satu
masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru bidang studi atau sekolah
untuk mengatasinya.

KODE ETIK GURU


Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntuk keahlian khusus,
tanggung jawab, serta kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut.

Empat fungsi kode etik :

1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi


tanggungjawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.

2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan
pemerintah.

3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
padaprofesinya.

4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinyadalam melaksanakan tugas.

Pasal-Pasal Kode Etik Guru

Pasal 1 ayat satu dan dua berisi tentang pengertian kode etik guru, tujuan,
beserta fungsinya. Menurut pasal ini kode etik guru berfungsi sebagai nilai moral
untuk membedakan perilaku guru yang baik dan buruk. Pasal 2 ayat satu dan dua
masih berisi tentang fungsi kode etik dimana kode etik guru berfungsi sebagai
landasan tugas untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

20
Pasal 3 dan pasal 4 berisi tentang sumpah dan janji guru Indonesia. Pasal 3
dengan 3 ayat berisi tentang isi sumpah dan janji guru Indonesia. Pasal 4 ayat 1 dan 2
berisi tentang aturan yang melampiri sumpah dan janji guru tersebut.

Pasal 5 berisi nilai-nilai dasar dan nilai operasional kode etik guru Indonesia.
Nilai-nilai ini berjumlah tiga ayat, dengan ayat pertama nilai agama dan nilai
Pancasila.

Inti dari pasal 6 ayat 1adalah mewujudkan hubungan guru dengan peserta
didik yang baik. Guru diharapkan dapat menjadi contoh dan teladan bagi peserta
didiknya. Guru tidak hanya melakukan tugasnya dalam mengajar namun juga
berperan dalam membimbing kepribadian dan karakter peserta didik serta sebagai
pelindung dan tempat peserta didik untuk berkonsultasi dalam memecahkan suatu
masalah.

Pada pasal 6 ayat 2 ini mengatur mengenai hubungan Guru dengan orang tua/
wali murid. Hal ini diatur agar terjalin suatu komunikasi yang baik untuk mencapai
tujuan bersama yaitu mengembangkan peserta didik/ anak menjadi pribadi yang
unggul baik secara kepribadian, akademik maupun sesuai dengan minat bakatnya,
serta sebagai evaluasi dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dalam kode etik profesi guru pasal 6 ayat 3 menjelaskan hubungan anatara
guru dengan masyarakat. Guru diharapkan mampu mewujudkan aspirasi dan harapan
masyarakat mengenai pendidikan serta guru harus aktif dalam lingkungan
masyarakat. Guru juga tidak diperbolehkan pasif mengenai perubahan dalam
masyarakat, karena guru merupakan sarana masyarakat mendapat ilmu dan
memajukan pendidikan di daerahnya. Contohnya seperti kasus tidak adanya guru di
SMA Pulo 2 Aceh padahal masyarakat mengaharapkan agar anak-anak Pulo Aceh
mendapatkan pendidikan yang baik. Hal tersebut telah melanggar pasal 6 ayat 3a, 3b,
dan 3e dalam kode etik guru.

Dalam kode etik profesi guru pasal 6 ayat 4 menjelaskan tentang hubungan
guru dengan rekan sejawat. Adanya pasal dan ayat ini diharapkan dapat menjaga

21
kesejahteraan dan kondisi lingkungan tempat guru bekerja. Konflik sekecil apaun
mengenai rekan sejawat bisa jadi telah melanggar pasal dan ayat ini. Sebagai contoh
ketika seorang guru memulai sebuah konflik karena perebutan jadwal mengajar maka
oknum guru tersebut telah melanggar pasal 6 ayat 3q.

Dalam kode etik profesi guru terkhusus di pasal 6 ayat 5 dan 6 mengandung
dua poin penting yaitu hubungan guru dengan profesinya dan hubungan guru dengan
organisasi profesinya. Hubungan guru dengan profesinya yang tertuang pada kode
etik profesi guru menjelaskan bahwa guru dalam proses belajar mengajar harus
profesional terhadap tugasnya, berusaha meningkatkan kompetensi yang dimiliki
serta dapat menjaga nama baik jabatan yang diduduki sekarang. Contohnya seperti
menjaga perkataan atau tindakan agar tidak merendahkan jabatannya sebagai seorang
guru.

Poin penting yang kedua yaitu hubungan guru dengan organisasi profesinya.
Dalam hal ini guru masuk dalam organisasi profesi guru yang hendaknya harus
berperan aktif, memajukan, melaksanakan program-program, dan menjalankan
tugasnya dalam organisasi profesi guru. Selain itu, guru tidak boleh keluar dari
organisasi profesi tanpa alasan dan tanggung jawab yang jelas.

Pasal 6 ayat 7 berisi bahwa guru merupakan sebagai contoh dan panutan bagi
anak didiknya. Guru harus sadar bahwa profesinya sangat dinilai oleh masyarakat .
Selain hanya mentransfer ilmu pengetahuan guru juga harus bisa mengajajarkan nilai
nilai karakter dan budaya yang ada di masyarakat indonesia.

Pasal 7 menjelaskan tentang pelaksanaan pelanggaran dan sanksi(1) Guru dan


organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan kode etik guru Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan kode etik guru
Indonesia kepada rekan sejawat, penyelenggaraan pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.

22
Maksud dari pasal tersebut adalah guru harus menyadari tentang kode etik
guru saat mengajar. Selain itu guru juga harus memiliki karakter yang baik dalam
berkomunikasi sesama rekan sejawatnya .

Inti yang dapat diambil dari pasal 8 adalah guru harus selalu menaati kode etik
guru, dan selalu menaati peraturan yang ada, karena guru merupakan yang di gigih
dan ditiru, dan suatu negara dilihat baik pendidikan nya juga dilihat dari bagaimana
peran guru didalamnya.Maka sebagai guru yang baik, harus lah menaati peraturan
dan tidak boleh melanggar peraturan karena telah tertera dalam pasal di atas.

Pasal 9 ayat satu hingga 5 menjelaskan bahwa setiap guru yang melakukan
pelanggaran akan diberikan rekomendasi saksi dan pihak yang berwenang dalam hal
ini yaitu Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Setiap pemberian sanksi harus bersifat
objektif, tidak diskriminatif, dan sesuai peraturan perundang-undangan. Namun setiap
pelanggar dapat melakukan pembelaan baik dengan ataupun tanpa bantuan organisasi
profesi guru.

Pasal 10 berisi peraturan mengenai tenaga kerja asing yang bertugas sebagai
pendidik di Indonesia. TKA harus mematuhi kode etik guru ketika bekerja sebagai
guru di Indonesia.

Pasal 11 berisi merupakan bagian umum yang berisi penutup undang-undang


kode etik guru. Pasal ini sekaligus menjadi pasal terkahir dalam peraturan kode etik
guru ini.

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Guru adalah bagian integral dari organisasi pendidikan di sekolah secara


menyeluruh. Untuk itu, sebagai bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga
profesional, maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

23
Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan akan menfasilitasi guru untuk dapat mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan. PPG ini diarahkan untuk dapat memperkecil jarak antara
pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang mereka miliki
sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya
itu.

PPG adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan


kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan
dengan keberhasilan siswa. Harapannya melalui kegiatan PPG akan terwujud guru
yang profesional yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang kuat,
tuntas dan tidak setengah-setengah,tetapi tidak kalah pentingnya juga memiliki
kepribadian yang matang, kuat dan seimbang.

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah dua kali diubah,terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

Tujuan khusus PPG adalah sebagai berikut.

1. Memfasiltasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah


ditetapkan.
2. Memfasilitasi guru untuk terus memutakhirkan kompetensi yang mereka
miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan
profesinya.
3. Memotivasi guru-guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
4. Mengangkat citra, harkat, martabat profesi guru, rasa hormat dan kebanggaan
kepada penyandang profesi guru.

24
Manfaat Pembinaan Profesi Guru

Manfaat PPG yang terstruktur, sistematik dan memenuhi kebutuhan


peningkatan profesionalan guru adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa memperoleh jaminan kepastian untuk mendapatkan pelayanan dan


pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal
melalui penguasaan iImu pengetahuan dan teknologi.

2. Bagi Guru

PPG memberikan jaminan kepada guru untuk menguasai ilmu pengetahuan


dan teknologi serta kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya yang
bermartabat, terlindungi, sejahtera, dan profesional agar mampu menghadapi
perubahan internal dan eksternal dalam kehidupan abad 21 selama karirnya.

3. Bagi Sekolah/Madrasah

PPG memberikan jaminan terwujudnya sekolah/madrasah sebagai sebuah


organisasi pembelajaran yang efektif dalam rangka meningkatkan kompetensi,
motivasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen pengabdian guru dalam memberikan
layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik.

4. Bagi Orang Tua/Masyarakat

PPG memberikan jaminan bagi orang tua/masyarakat bahwa sesuai dengan


kebutuhan dan kemampuannya masing-masing anak mereka di sekolah memperoleh
bimbingan dari guru yang mampu bekerja secara profesional dan penuh tanggung

25
jawab dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran secara efektif, efisien, dan
berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional dan global.

5. Bagi Pemerintah

Dengan kegiatan PPG, pemerintah mampu memetakan kualitas layanan


pendidikan sebagai upaya pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja guru
serta dalam rangka mewujudkan dalam pemberian pelayanan.

Maka, PPG muncul sebagai solusi untuk permasalahan tersebut. PPG ini
mempunyai tujuan yang amat mulia, yaitu untuk mencetak guru Indonesia menjadi
lebih berkualitas dan berbobot. PPG juga bertujuan untuk memprofesionalkan guru
dan meningkatkan mutu guru dan pendidikan di Indonesia.

Problematika Program PPG :

1. PPG dapat diikuti oleh lulusan Non pendidikan (Misalkan, Sarjana Hukum,
Sarjana Ekonomi, dll).
2. PPG itu patokan seorang guru bisa disebut guru profesional.
3. Materi yang diajarkan dalam PPG tidak berbeda jauh dengan yang diajarkan
pada mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan
4. PPG itu Mahal

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang baik pada peserta didik tentang kemajemukan,
keberagaman, dan segala perbedaan yang ada di negara maupun di dunia, serta
membentuk karakter peserta didik agar bisa saling menerima perbedaan yang ada,
mengembangkan sikap toleransi, simpati, empati, dan rasa persatuan setidaknya di
lingkungan sekitarnya.

26
Problema Pendidikan Multikultural di Indonesia

Problema pendidikan multikultural di Indonesia memiliki keunikan yang tidak


sama dengan problema yang dihadapi oleh negara lain. Keunikan faktor-faktor
geografis, demografi, sejarah, dan kemajuan sosial ekonomi dapat memicu
munculnya problema pendidikan multikultural di Indonesia, antara lain sebagai
berikut:

1. Keragaman Identitas Budaya Daerah

Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik.


Keragaman budaya daerah memang memperkaya khasanah budaya dan
menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multikultural.

2. Kurang Kokohnya Nasionalisme

Keragaman budaya ini membutuhkan adanya kekuatan yang


menyatukan (integrating force) seluruh pluralitas negeri ini. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa, kepribadian nasional, dan ideologi
negara merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar lagi dan berfungsi
sebagai integrating force.

3. Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke Daerah

Sejak dilanda arus reformasi dan demokratisasi, Indonesia


dihadapkan pada beragam tantangan baru yang sangat kompleks. Satu di
antaranya yang paling menonjol adalah persoalan budaya.

4. Fanatisme Sempit

Fanatisme dalam arti luas memang diperlukan. Namun yang salah


adalah fanatisme sempit, yang menganggap bahwa kelompoknyalah yang
paling benar, paling baik, dan kelompok lain harus dimusuhi. Gejala

27
fanatisme sempit yang banyak menimbulkan korban ini banyak terjadi di
tanah air ini

5. Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural

Ada tarik menarik antara kepentingan kesatuan nasional dengan


gerakan multikultural. Di satu sisi ingin mempertahankan kesatuan bangsa
dengan berorientasi pada stabilitas nasional. Namun dalam penerapannya,
kita pernah mengalami konsep stabilitas nasional ini dimanipulasi untuk
mencapai kepentingan-kepentingan politik tertentu. Adanya Gerakan Aceh
Merdeka di Aceh dapat menjadi contoh ketika kebijakan penjagaan
stabilitas nasional ini berubah menjadi tekanan dan pengerah kekuatan
bersenjata

Di sisi multikultural, kita melihat adanya upaya yang ingin


memisahkan diri dari kekuasaan pusat dengan dasar pembenaran budaya
yang berbeda dengan pemerintah pusat yang ada di Jawa ini. Contohnya
adalah gerakan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua.

6. Kesejahteraan Ekonomi Yang Tidak Merata Di Antara Kelompok Budaya

Keterlibatan orang dalam demonstrasi yang marak terjadi di tanah


air ini, apapun kejadian dan tema demonstrasi, seringkali terjadi karena
orang mengalami tekanan hebat di bidang ekonomi. Bahkan ada yang
demi selembar kertas dua puluh ribu orang akan ikut terlibat dalam
demontrasi yang dia sendiri tidak mengetahui maksudnya. Sudah banyak
kejadian yang terungkap di media massa mengenai hal ini. Orang akan
dengan mudah terintimidasi untuk melakukan tindakan yang anarkhis
ketika himpitan ekonomi yang mendera mereka. Mereka akan
menumpahkan kekesalan mereka pada kelompok-kelompok mapan dan
dianggap menikmati kekayaan yang dia tidak mampu meraihnya.

7. Keberpihakan yang Salah dari Media Massa Khususnya Televisi Swasta


dalam Memberitakan Peristiwa

28
Di antara media massa tentu ada ideologi yang sangat dijunjung
tinggi dan dihormati. Persoalan kebebasan pers, otonomi, hak publik
untuk mengetahui hendaknya diimbangi dengan tanggung jawab terhadap
dampak pemberitaan. Mereka juga perlu mewaspadi adanya pihak-pihak
tertentu yang pandai memanfaatkan media itu untuk kepentingan tertentu,
yang justru dapat merusak budaya Indonesia.

Implementasi Pendidikan Multikultural

1. Pendekatan kontribusi (the contributions approach)

Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas dipakai
dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis. Cirinya adalah dengan
memasukkan pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke
dalam pelajaran yang sesuai. Hal inilah yang selama ini sudah dilakukan
di Indonesia.

2. Pendekatan aditif (aditif approach)

Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema,


perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan dan
karakteristik dasarnya. Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan
buku, modul, atau bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah
secara substansif. Pendekatan aditif sebenarnya merupakan fase awal
dalam melaksanakan pendidikan multikultural, sebab belum menyentuh
kurikulum utama.

3. Pendekatan transformasi (the transformation approach)

Pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar kurikulum dan


menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema,
dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis. Perspektif

29
berpusat pada aliran utama yang mungkin dipaparkan dalam materi
pelajaran. Siswa boleh melihat dari perspektif yang lain.

4. Pendekatan aksi sosial (the sosial action approach)

Mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, namun


menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang
berkaitan dengan konsep, isu, atau masalah yang dipelajari dalam unit.
Tujuan utama dari pembelajaran dan pendekatan ini adalah mendidik
siswa melakukan kritik sosial dan mengajarkan keterampilan membuat
keputusan untuk memperkuat siswa dan membentuk mereka memperoleh
pendidikan politis, sekolah membantu siswa menjadi kritikus sosial yang
reflektif dan partisipan yang terlatih dalam perubahan sosial. Siswa
memperoleh pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang mereka butuhkan
untuk berpartisispasi dalam perubahan sosial sehingga kelompok-
kelompok etnis, ras dan golongan-golongan yang terabaikan dan menjadi
korban dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat.

Dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural di kelas


banyak bergantung pada peran dan kemampuan guru dalam
multilkulturalisme. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu guru,
antara lain:

a. Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial, stereotipe, prejudice,


labelling anda, serta pernyataan-pernyataan yang anda buat tentang
kelompok etnis lain. Seperti orang Cina pelit, orang Jawa manutan,
siswa kelas bawah memang sulit maju dan sebagainya.

30
b. Perluas pengetahuan guru tentang kehidupan masyarakat lain yang
berbeda latar belakang etnis, agama, jenis kelamin, dan status sosial
ekonomi.

c. Yakinkan bahwa kelas anda membawa citra positif tentang berbagai


ragam perbedaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan nyata
seperti majalah dinding, poster, kalender yang memperlihatkan
perbedaan ras, jender, agama, status sosial, ekonomi, sehingga siswa
terbiasa melihatnya.

d. Sensitiflah pada perilaku, sikap siswa anda yang rasial, bimbing dan
yakinkan mereka agar dapat menerima perbedaan sebagai hal wajar
dan anugerah yang memperkaya budaya manusia.

e. Gunakan buku, film, video, dan rekaman untuk melengkapi buku teks,
agar dapat memperkaya pengetahuan siswa tentang keragaman budaya
yang ada di masyarakat di tanah air maupun di dunia.

f. Ciptakan iklim berbagi pada siswa dengan memberi kesempatan siswa


menceritakan pangalaman pribadi tentang budaya mereka maupun
budaya lain yang mereka ketahui.

g. Gunakan teknik belajar kooperatif dan kerja kelompok untuk


meningkatkan integrasi sosial di kelas dan di sekolah, waspada bila
terjadi kelompok-kelompok yang eksklusif.

31
32

Anda mungkin juga menyukai