Halaman Judul
Daftar isi................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB IV PENUTUP...............................................................................................16
4.1 Kesimpulan......................................................................................................16
4.2 Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2
berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai
akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka
lakukan.
Secara umum terdapat dua alasan terhadap pentingnya para perawat
tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk
memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan
konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat
dari liabilitas.
Untuk itu dalam makalah ini akan di bahas tentang kode etik
keperawatan dan berbagai hal yang terkait dengan kode etik tersebut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kode etik keperawatan menurut ICN, ANA, PPNI.
2. Mengetahui fungsi kode etik keperawatan.
3. Mengetahui isi kode etik keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung,
1981 mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan
martabat (2). Peduli dan bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan
(4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik
tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan
sebagai perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi
antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi., yaitu
memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi kepentingan
pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis
anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) ke-1
mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata cara yang
menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola,
Ketentuan, aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak
menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
- Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai
dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam
situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat
mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
7
1) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan
status sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah
kesehatannya.
2) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh
informasi yang bersifat rahasia.
3) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya
terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau
illegal.
4) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan
perawatan yang dijalankan masing-masing individu
5) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
6) Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan
kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan
keperawatan kepada orang lain.
7) Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan
pengetahuan profesi.
8) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan.
9) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
10) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik
terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan
integritas perawat.
11) Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan public.
8
3.3 Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan
di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat
Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal
29 November 1989. Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4
bab dan 16 pasal yaitu:
- Bab 1: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap individu,keluarga, dan masyarakat.
- Bab 2: terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap tugasnya.
- Bab 3: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
- Bab 4: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap profesi keperawatan.
- Bab 5: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap pemerintah,bangsa,dan tanah air.
A. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan
yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari
filsafat tersebut adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari
etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, di perlukan
peraturan tentang hubungan dengan perawat dengan masyarakat, yaitu
sebagai berikut:
9
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman
pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap
keperawatan individu,keluarga,dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya,adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari
individu,keluarga, dan masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap
individu,keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus
ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga, dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai
bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
10
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan
tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
11
2) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
dan keperawatan kepada masyarakat.
12
3.5 Isi Kode Etik
Kode etik bersisi prinsip-prinsip etik yang dianut oleh profesi tertentu.
Prinsip-prinsip etik yang terpenting dalam upaya pelayanan kesehatan adalah
prinsip otonomi yang berkaitan dengan prinsip veracity, nonmaleficence,
beneficence, convidentiality, dan justice (Sumaryono, 1995 ). Otonomi
merupakan bentuk kebebasan seseorang untuk bertindak berdasarkan rencana
yang telah ditentukannya sendiri. Di dalam prinsip ini setidaknya terkandung
tiga elemen yaitu kebebasan untuk memutuskan, kebebasan untuk bertindak,
kebebasan untuk mengakui dan menghargai martabat dan otonomi pihak lain.
Prinsip veracity mewajibkan kedua belah pihak, perawat dan pasien, untuk
menyatakan yang sebenarnya tentang kondisi pasien dan pengobatannya yang
dilakukan. Prinsip nonmaleficence berarti bahwa perawat dalam memberikan
upaya pelayanan kesehatan senantiasa dengan niat untuk membantu pasien
mengatasi masalah kesehatannya. Berdasarkan prinsip beneficence, perawat
memberikan upaya pelayanan kesehatan dengan menghargai otonomi pasien.
Hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Prinsip
confidentiality berarti bahwa perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
telah dipercayakan pasien kepadanya, yaitu berupa informasi mengenai
penyakitnya dan tindakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, kecuali jika
pasien mengijinkan atas perintah undang-undang untuk kepentingan
pembuktian dalam persidangan. Prinsip justice berarti bahwa setiap orang
berhak atas perlakukan yang sama dalam upaya pelayanan kesehatan tanpa
mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan kedudukan sosial
ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam fasilitas, tetapi
bukan dalam hal pengobatan dan atau perawatan.
Kode Etik Keperawatan Indonesia terdiri dari mukadimah dan batang
tubuh. Mukadimah berisi :
1) Pedoman kehidupan profesi keperawatan, bahwa masyarakat Indonesia
membutuhkan pelayanan keperawatan;
2) Sifat dan dasar pelayanan keperawatan;
3) Ruang lingkup pelayanan keperawatan;
13
4) Kesiapan perawat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan secara
profesional;
5) Perawat berjiwa Pancasila dan UUD 1945, dalam melaksanakan
pekerjaan berpedoman kepada ketentuan kode etik.
Sedangkan batang tubuh berisi sebagai berikut :
1) Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat;
2) Tanggung jawab perawat terhadap tugas;
3) Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lain;
4) Tanggung jawa perawat terhadap profesi keperawatan;
5) Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Bentuk Kode Etik Keperawatan Indonesia adalah Keputusan
Musyawarah Nasional IV Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun
1989. Kode etik ini disusun oleh Komisi C PPNI pada tahun 1989, yang
kemudian dalam keputusan MUNAS IV PPNI NO: 09/MUNAS
IV/PPNI/1989 tentang pemberlakukan Kode Etik Keperawatan, kode etik ini
menjadi materi/isi keputusan musyawarah tersebut yang tertuang dalam
bagian lampiran. Kode etik ini hanya berlaku bagi perawat, jadi sifatnya
intern. Kode etik harus mampu menjadi tolok ukur nilai dan moral perawat
dalam melaksanakan pekerjaannya.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan
bertanggunggugat atas pelayanan / asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh
sebab itu pemberian pelayanan / asuhan keperawatan harus berdasarkan pada
landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan keperawatan di Indonesia
sangat di perlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan etika
keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat
masih sulit dilaksanakan di lapangan karena bentuk kode etik yang ada masih
belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk teknisnya.
- Kode etik menurut ICN, ANA,PPNI yaitu :
1. kode etik menurut ICN :
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa
keperawatan bersifat universal. Keperawatan menjunjung tinggi
kehidupan, martabat dan hak asasi manusia. Keperawatan tidak dibatasi
oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, aliran
politik, agama, dan status sosial.
Adapun kode etiknya adalah sebagai berikut :
a) Tanggung jawab utama perawat
b) Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat
c) Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
d) Perawat dan lingkungan masyarakat
e) Perawat dan sejawat
f) Perawat dan profesi keperawatan
2. Kode etik menurut ANA
a. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh
pertimbangan status sosial atau ekonomi.
b. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh
informasi yang bersifat rahasia.
15
c. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan
keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak
berkompoten, tidak etis atau illegal.
d. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan
perawatan yang dijalankan masing-masing individu.
e. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan
menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria
dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab dan
melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan
dan meningfkatkan standar keperawatan.
h. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
i. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
j. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi
publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta
mempertahankan integritas perawat.
k. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan public.
3. Kode etik menurut PPNI
a. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
b. Tanggungjawab terhadap tugas.
c. Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya.
d. Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan.
e. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara.
16
Persamaan kode etik menurut ICN, ANA, PPNI yaitu :
Ketiga kode etik tersebut membahas tentang standar yang mengukur
dan mengevaluasi perilaku moral keperawatan, dan sama-sama bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat,
kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.
Fungsi kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota
profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa
dengan kode etik profesi, pelakasana profesi mampu mengetahui suatu hal
yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dia lakukan.
Isi dari kode etik memiliki prinsip-prinsip etik yang dianut oleh profesi
tertentu. Prinsip-prinsip etik yang terpenting dalam upaya pelayanan
kesehatan adalah prinsip otonomi yang berkaitan dengan prinsip veracity,
nonmaleficence, beneficence, convidentiality, dan justice (Sumaryono, 1995).
4.2 Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai
bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek
keperawatan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik
dilapangan.
4. Keputusan etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan
tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap
Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.
5. Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan
bila perlu diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika
keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.
17
DAFTAR PUSTAKA
18