16 49 2 PB PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

33

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976

PENAMPILAN SEPULUH GENOTIPE CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

THE PERFORMANCE OF TEN RED PEPPER GENOTYPES


(Capsicum annuum L.)
1*)
Rizki Ramadhani , Damanhuri, Sri Lestari Purnamaningsih
*)
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui A research purposes are to know the
penampilan morfologi, agronomi dan performance of morphology, agronomic and
ketahanan terhadap hama dan penyakit resistance of ten red pepper genotypes to
sepuluh genotipe cabai merah pada lahan pests and diseases on invested pests and
terinfestasi hama dan patogen secara alami pathogens naturally land was conducted in
telah dilaksanakan di kelurahan Dadaprejo, Dadaprejo village, Junrejo sub district, Batu
kecamatan Junrejo, kota Batu dari Maret city from March to August 2012. Research
sampai Agustus 2012. Metode penelitian was used Randomized Block Design with
menggunakan Rancangan Acak Kelompok genotype as a treatment with three
(RAK) dengan genotipe sebagai perlakuan replications. The result showed that the
yang diulang tiga kali. Hasil penelitian variation of morphology characters is still
menunjukkan bahwa keragaman karakter found in genotype CB 051, CB 053, CB 113,
morfologi masih terdapat dalam genotipe CB 116 and CB 118. CB 053 have a high
CB 051, CB 053, CB 113, CB 116 dan PVC (Phenotype Variability Coefficient)
CB 118. CB053 menunjukkan nilai Koefisien value on fruit thickness, number of good
Keragaman Fenotipe (KKF) tinggi pada fruit, weight of good fruit, number of bad
karakter tebal daging buah, jumlah buah fruit, weight of bad fruit, number of total fruit
baik, bobot buah baik, jumlah buah jelek, per plant and weight of total fruit per plant
bobot buah jelek, jumlah buah total per character. CB 051 have a high PVC value
tanaman, dan bobot buah total per on number of bad fruit and weight of bad
tanaman. CB 051 memiliki nilai KKF tinggi fruit character. Individual CB 053.23, CB
hanya pada karakter jumlah buah jelek dan 053.24, CB 053.33 are resistant to aphid,
bobot buah jelek. Individu CB 053.23, CB CMV, fusarium wilt; CB 055.32 is resistant
053.24, CB 053.33 tahan terhadap aphid, to mite and CMV; CB 056.21 and CB
CMV, layu fusarium; CB 055.32 tahan 056.31 are resistant to CMV and fusarium
terhadap tungau dan CMV; CB 056.21, CB wilt; CB 113.17 and CB 113.18 are
056.31 tahan terhadap CMV dan layu resistant to mite and damping-off. The
fusarium; CB 113.17, CB 113.18 tahan potential individual are having agronomic
terhadap tungau dan rebah semai. Individu- superiority on total number of fruit per plant
individu tersebut didukung keunggulan and total weight of fruit per plant, higher
agronomi karakter jumlah buah total per than other individual on each genotype.
tanaman dan bobot buah total per tanaman
lebih tinggi dari individu lain dalam masing- Keywords: red pepper, morphology,
masing genotipe. agronomic, resistance to pest and disease
character
Kata kunci: cabai merah, karakter morfologi,
agronomi dan ketahanan terhadap hama
dan penyakit
34

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

PENDAHULUAN isoenzim, dan marka molekular (Somantri et


al., 2008). Informasi karakter setiap individu,
Tanaman cabai merah (Capsicum berguna untuk mengetahui apakah dalam
annuum L.) merupakan salah satu sayuran genotipe tersebut telah terjadi keseragaman
penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi. atau masih beragam. Genotipe yang
Selain dapat dikonsumsi dalam bentuk buah menunjukkan keragaman, dapat dilakukan
segar, cabai dapat dikonsumsi kering seleksi individu kembali terhadap individu-
sebagai bumbu masakan dan juga sebagai individu yang memiliki penampilan lebih baik
bahan baku industri baik industri pangan, atau memiliki karakter tertentu seperti
pakan unggas dan farmasi, serta banyak ketahanan. Seleksi terhadap karakter
mengandung zat-zat gizi. Areal pertanaman ketahanan didukung dengan kondisi lahan
cabai paling luas diantara tanaman sayuran percobaan yang telah ditanami cabai
lainnya. Luasnya areal pertanaman tidak berulang kali, diduga lahan tersebut
diikuti oleh tingginya produktivitas. terinfestasi hama dan patogen secara alami.
Pada tahun 2011 luas panen cabai Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sebesar 239.770 ha dengan produksi mengetahui penampilan morfologi,
1.483.079 ton dan produktivitas sebesar agronomi dan ketahanan terhadap hama
-1
6,19 ton.ha , angka tersebut menunjukkan dan penyakit sepuluh genotipe cabai merah
peningkatan produksi dibandingkan tahun pada lahan terinfestasi hama dan patogen
2010 sebesar 1.332.356 ton dengan secara alami.
-1
produktivitas 5,61 ton.ha (BPS, 2012).
Peningkatan produksi cabai merah dapat BAHAN DAN METODE
terus diupayakan karena berdasarkan
pernyataan Duriat et al., (1996) potensi hasil Percobaan dilaksanakan bulan Maret
-1
cabai merah dapat mencapai 12-20 ton.ha . sampai Agustus 2012 di kelurahan
Salah satu upaya dalam Dadaprejo, kecamatan Junrejo, kota Batu.
meningkatkan produktivitas komoditas cabai Lahan percobaan terletak ± 600 m dpl.
yaitu dengan merakit varietas unggul baru curah hujan ± 1600 mm/tahun, suhu rata-
°
melalui program pemuliaan tanaman rata harian 24 C, kelembaban ± 78% dan
dengan diawali pengumpulan plasma jenis tanah Alluvial. Alat-alat yang
nutfah. Plasma nutfah tidak hanya digunakan dalam penelitian ini antara lain
mencakup varietas unggul yang sudah timbangan analitik, jangka sorong, kamera
dirakit pemulia tetapi juga varietas-varietas digital dan alat tulis. Bahan-bahan yang
lokal, kerabat liar yang sudah digunakan dalam penelitian ini antara lain
dibudidayakan maupun introduksi dari sepuluh genotipe cabai merah hasil
negara lain. Sebagai bahan pemuliaan, penggaluran dari varietas lokal dan
varietas lokal maupun introduksi dapat introduksi (Tabel 1), dolomit, pupuk kotoran
menjadi bahan yang baik untuk lebih sapi, pupuk NPK Mutiara (16-16-16) dan
meningkatkan keunggulan varietas yang pupuk daun Gandasil D. Pengendalian
sudah ada. hama dan penyakit menggunakan
Adanya variasi di dalam populasi insektisida berbahan aktif Profenofos dan
varietas lokal maupun introduksi merupakan Spinosad, fungisida berbahan aktif Propineb
dasar melakukan seleksi individu untuk dan bakterisida berbahan aktif
kemudian dilakukan penggaluran. Setiap Oksitetrasiklin.
individu tanaman hasil penggaluran Metode percobaan yang digunakan
kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
informasi yang terkandung dalam setiap faktor tunggal yaitu genotipe, terdiri dari
genotipe, berupa sifat-sifat penting yang sepuluh genotipe yang diulang tiga kali
bernilai ekonomis atau yang merupakan sehingga didapatkan 30 petak percobaan.
penciri dari varietas yang bersangkutan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 16
Sifat atau karakter yang diamati dapat tanaman sehingga total populasi yaitu 480
berupa karakter morfologis, karakter tanaman.
agronomis, karakter fisiologis, marka
35

Rizki Ramadhani
JURNAL PRODUKSI: Penampilan
TANAMAN Sepuluh Genotipe
Vol. 1 No. 2 Cabai MEI-2013
Merah.....................................................
ISSN: 2338-3976

Tabel 1 Genotipe dan Asal Genotipe Cabai Merah (Yulianah, 2007)

No Genotipe Asal
1. CB 051 Hasil penggaluran generasi ke 4 Jatilaba (PT. EastWest Seed)
2. CB 053 Hasil penggaluran generasi ke 4 Randu (Lokal Jawa Timur)
Hasil penggaluran generasi ke 4
3. CB 054
PBC 473 (AVRDC)
Hasil penggaluran generasi ke 4
4. CB 055
PBC 1367 (AVRDC)
Hasil penggaluran generasi ke 4
5. CB 056
PBC 67MC5 (AVRDC)
6. CB 057 Hasil penggaluran generasi ke 4 02094 (AVRDC)
7. CB 111 Hasil penggaluran generasi ke 1 Tanjung (Balitsa)
8. CB 113 Hasil seleksi individu generasi ke 1 TW (Lokal Brebes)
9. CB 116 Hasil seleksi individu generasi ke 1 TW (Lokal Brebes)
10. CB 118 Hasil seleksi individu generasi ke 1 TW (Lokal Brebes)

Tabel 2 Data perkembangan jumlah tanaman hidup selama penelitian

Umur (bulan)
Genotipe Populasi awal
1 2 3 4
CB 051 48 47 37 20 20
CB 053 48 43 33 21 20
CB 054 48 16 4 1 1
CB 055 48 45 38 6 6
CB 056 48 36 19 5 5
CB 057 48 26 9 2 2
CB 111 48 31 16 6 6
CB 113 48 45 37 15 15
CB 116 48 38 21 9 9
CB 118 48 34 14 3 3
Jumlah 480 361 228 88 87

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman, bobot buah total per tanaman dan
individu tanaman. Karakter yang diamati bobot per buah.
terdiri dari karakter kualitatif yang Analisis data kuantitatif menggunakan
menunjukkan sifat morfologi suatu tanaman analisa ragam (ANOVA) tidak
dan karakter kuantitatif yang menunjukkan memungkinkan untuk dilakukan karena
sifat agronomi suatu tanaman. Pengamatan banyak tanaman yang mati pada beberapa
karakter morfologi meliputi tipe genotipe. Data kemudian dianalisis secara
pertumbuhan, warna batang, warna buku deskriptif pada setiap genotipe dengan
pada batang, warna daun, bentuk daun, menghitung kisaran, rerata, ragam,
bentuk tepi kelopak, bentuk buah, bentuk simpangan baku dan koefisien keragaman
pangkal buah, bentuk ujung buah, warna fenotipe.
buah muda, warna buah masak, permukaan
buah dan warna biji. Karakter agronomi HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi umur berbunga, umur panen, tinggi
tanaman, tinggi dikotomus, diameter 1. Hasil
batang, lebar tajuk, panjang daun, lebar 1.1 Kondisi Umum Penelitian
daun, panjang buah, diameter buah, tebal Serangan hama yang terjadi pada
daging buah, jumlah buah baik per saat di persemaian yaitu siput, belalang,
tanaman, jumlah buah jelek per tanaman, kutu daun dan tungau. Penyakit rebah
jumlah buah total per tanaman, bobot buah semai (damping off) yang disebabkan oleh
baik per tanaman, bobot buah jelek per jamur Pythium sp. juga ditemukan saat
persemaian akibat kelembaban yang cukup
36

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

tinggi (77%). Setelah pindah tanam, bergelombang. Hama tungau teh kuning (P.
gangguan hama yang terjadi di lahan pada latus) khususnya menyerang daun-daun
fase pertumbuhan vegetatif ialah aphid muda. Pertumbuhan pucuk yang terserang
(Myzus persicae), tungau teh kuning menjadi terhambat. Genotipe yang
(Polyphagotarsonemus latus), thrips (Thrips mengalami serangan paling tinggi yaitu CB
parvispinus), dan ulat grayak (Spodoptera 054 dan CB 057.
litura). Saat fase generatif, muncul serangan Serangan penyakit selama percobaan
lalat buah (Bactrosela dorsalis) tetapi tidak yaitu rebah semai dan layu fusarium.
menimbulkan kerusakan yang berarti. Penyakit rebah semai terjadi pada hampir
Penyakit yang dominan menyerang yaitu semua genotipe kecuali CB 113 dan CB 116
rebah semai, Virus Mosaik Mentimun dengan serangan paling tinggi terdapat
(Cucumber Mosaic Virus = CMV) dan layu pada CB 054. Tanaman yang mati akibat
fusarium. Tingkat kematian tanaman sangat rebah semai diduga terkontaminasi
tinggi baik dibulan pertama, kedua, maupun tanaman-tanaman yang terserang rebah
ketiga selama percobaan (Tabel 2). Jumlah semai selama di persemaian.
akhir yang dapat diamati tersisa 87 dari 480 Penyakit lain yang penyebarannya
tanaman sebagai populasi awal. sangat cepat dan sukar dikendalikan yaitu
penyakit layu. Berdasarkan hasil pengujian
1.2 Ketahanan terhadap serangan hama di Laboratorium Bakteriologi HPT Fakultas
dan penyakit Pertanian Universitas Brawijaya ditemukan
Karakter ketahanan masing-masing bahwa sampel mengandung patogen baik
genotipe terhadap serangan hama ataupun jamur maupun bakteri. Selain pengujian
penyakit berbeda-beda mengakibatkan pada laboratorium juga dilakukan pengujian
jumlah kematian tanaman yang berbeda dengan cara mencelupkan pangkal batang
tiap genotipe. Jumlah kematian tanaman terserang ke dalam air jernih.
tiap genotipe cabai merah akibat serangan Tidak ditemukan adanya aliran massa
hama atau penyakit disajikan pada Tabel 3. bakteri (ooze) sehingga diduga layu yang
Hal tersebut diketahui melalui pengamatan terjadi diakibatkan oleh jamur Fusarium
kondisi tanaman di lapang akibat serangan oxysprorum dan keberadaan patogen
hama maupun infeksi patogen yang terjadi bakteri hanya dalam konsentrasi rendah.
secara alami. Semangun (1994) menyatakan bahwa aliran
Berdasarkan hasil pengamatan di massa bakteri merupakan salah satu ciri
lapang hampir seluruh tanaman terserang khas layu bakteri yang membedakannya
oleh hama aphid dengan tingkat keparahan dengan layu yang disebabkan oleh
yang berbeda-beda tetapi tidak seluruhnya cendawan.
menimbulkan kematian secara langsung.
Dampak kematian tanaman secara 1.3 Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai
langsung akibat hama aphid hanya terjadi Merah
pada genotipe CB 055. Pada genotipe lain 1.3.1 Karakter Morfologi
gejala kerusakan yang terjadi lebih Pengamatan karakter morfologi
menunjukkan ciri terserangnya tanaman dilakukan secara visual berdasarkan
terhadap virus CMV. Suryaningsih et al., Descriptor for Capsicum (Capsicum spp.)
(1996) menyatakan bahwa gejala CMV yaitu dari International Plant Genetic Resources
pertumbuhan tanaman relatif menjadi kerdil, Institute. Berdasarkan hasil pengamatan
daun cabai menjadi belang hijau muda dan diketahui bahwa keseragaman penampilan
hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil morfologi di dalam genotipe terdapat pada
daripada daun tanaman sehat dan CB 055, CB 056, CB 111 dan CB 118.
sepanjang tulang-tulang daun terdapat Genotipe lain masih menunjukkan
jaringan yang menguning atau hijau gelap keragaman di dalam genotipe pada karakter
atau tulang daun menonjol dan berkelok- warna batang, warna buku pada batang,
kelok dengan pinggiran daun yang bentuk tepi kelopak dan permukaan buah.
37

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

Tabel 3 Jumlah kematian tanaman tiap genotipe cabai merah akibat serangan hama atau
penyakit

Jumlah tanaman mati akibat serangan hama atau penyakit


Genotipe Tanaman Sehat
Hama Aphid Hama Tungau CMV Rebah Semai Layu Fusarium
CB 051 0 0 16 1 11 20
CB 053 0 0 0 5 23 20
CB 054 0 24 8 13 2 1
CB 055 22 0 5 3 12 6
CB 056 0 7 14 6 16 5
CB 057 0 20 12 8 6 2
CB 111 0 17 9 8 8 6
CB 113 0 4 10 0 19 15
CB 116 0 12 13 0 14 9
CB 118 0 8 19 7 11 3

Keragaman karakter warna batang dan tersebut dapat dilihat nilai pemusatan data
warna buku pada batang terdapat pada CB berdasarkan nilai kisaran dan rerata (nilai
051 dan CB 053, keragaman karakter tengah). Nilai kisaran yang tinggi
bentuk tepi kelopak terdapat pada CB 053 mengindikasikan bahwa antar individu satu
dan CB 116, serta keragaman karakter dan lainnya diduga masih terdapat
permukaan buah terdapat pada CB 051, keragaman sehingga dapat dilakukan
CB 053, CB 057, CB 113 dan CB 116. seleksi individu terhadap tanaman yang
Dari 13 karakter morfologi yang memiliki penampilan agronomi lebih baik
diamati, keseragaman karakter kualitatif daripada individu lainnya.
pada sepuluh genotipe terdapat pada
bentuk buah memanjang, bentuk pangkal 2. Pembahasan
buah tumpul, bentuk ujung buah lancip, Seleksi terhadap genotipe-genotipe
warna buah masak merah dan warna biji tahan dilakukan melalui pengamatan kondisi
kuning jerami. tanaman di lapang akibat serangan hama
maupun infeksi patogen yang terjadi secara
1.3.2 Karakter Agronomi alami. Tanaman yang bertahan hidup
Adanya perbedaan jumlah tanaman diduga memiliki ketahanan lebih baik
yang dapat bertahan hidup antar genotipe daripada tanaman yang mati. Seleksi alami
hingga akhir penelitian menyebabkan hanya akan berlangsung dengan menghilangkan
tiga dari sepuluh genotipe yang dapat genotipe-genotipe yang rentan dan tersisa
dianalisis hingga Koefisien Keragaman genotipe-genotipe yang lebih tahan.
Fenotipe (Tabel 4). Genotipe tersebut yaitu Genotipe-genotipe tahan dapat
CB 051, CB 053 dan CB 113 karena dimanfaatkan sebagai sumber genetik
memiliki tanaman yang dapat bertahan dalam program perbaikan varietas cabai
sampai akhir penelitian lebih dari sepuluh merah terutama untuk merakit varietas-
individu. Sedangkan, 6 genotipe yang lain varietas tahan.
hanya dianalisis menggunakan nilai kisaran Pengendalian terhadap hama dan
dan rata-rata. Keragaman fenotipik tiap patogen dilakukan menggunakan pestisida
karakter menunjukkan nilai yang berbeda, kimia dan pengendalian mekanis tetapi
dikelompokkan dalam kategori keragaman serangan tetap tinggi khususnya pada hama
rendah (0 - 25%), agak rendah (25 - 50%), tungau. Hal tersebut terjadi akibat
agak tinggi (50 - 75%) dan tinggi ketidakefektifan pengendalian disebabkan
(75 - 100%). dalam campuran pestisida yang digunakan
Keragaman genotipe CB 055, CB tidak terdapat akarisida. Prabaningrum dan
056, CB 057, CB 111, CB 116 dan CB 118 Suhardjono (2007) menyatakan bahwa
tidak dapat diamati karena jumlah tanaman pemilihan pestisida oleh petani cenderung
yang dapat bertahan hidup sangat sedikit, tidak berdasarkan OPT yang menyerang.
kurang dari sepuluh individu. Pada genotipe Padahal ketepatan identifikasi OPT sangat
38

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

diperlukan sebagai landasan tindakan (dalam Sumarno dan Zuraida, 2008)


pengendalian. Praktek pengendalian menyatakan bahwa program pemuliaan
akhirnya hanya didasarkan untuk mengatasi yang tidak didukung oleh ketersediaan
hama utama. Hama tungau seharusnya plasma nuttfah sebagai sumber gen akan
dikendalikan dengan akarisida berbahan berakibat terjadinya penyempitan
aktif dikofol atau piridaben. kandungan genetic varietas yang dihasilkan,
Agrios (2005) menyatakan bahwa yang berarti menuju kondisi penyeragaman
epidemi penyakit tumbuhan berkembang latar belakang plasma nutfah varietas yang
sebagai akibat kombinasi yang tepat pada ditanam.
waktunya dari unsur-unsur yang Varietas dengan latar belakang
mengakibatkan penyakit tumbuhan, yaitu plasma nutfah yang sempit (narrow
tumbuhan inang yang rentan, patogen yang germplasm based varieties) akan sangat
virulen dan kondisi lingkungan yang riskan dan berbahaya oleh adanya sifat
menguntungkan terhadap timbulnya peka terhadap serangan hama penyakit dan
penyakit serta tindakan manusia. Diduga cekaman lingkungan, karena menurunnya
serangan hama dan penyakit yang begitu daya sangga genetik (genetic buffering
tinggi dipengaruhi oleh sejarah penggunaan capacity) dan berkurangnya plastisitas
lahan yang ditanami cabai berulang kali varietas yang bersangkutan.
sehingga tidak memutus siklus hama dan Karakter kualitatif yang menunjukkan
penyakit di lahan. Diduga lahan tersebut sifat morfologi suatu tanaman merupakan
terinfestasi hama dan patogen secara alami. karakter yang dapat dibedakan berdasarkan
Penggunaan materi berupa varietas kelas atau jenis, dikendalikan oleh satu atau
local dan introduksi berkaitan dengan dua gen yang disebut gen mayor serta
identifikasi sumber gen yang berguna dalam sangat sedikit dipengaruhi oleh lingkungan
program pemuliaan tanaman. Borlaug, 1981 (Mangoendidjojo, 2003).

Tabel 4 Nilai KKF Genotipe CB 051, CB 053 dan CB 113

Nilai KKF (%)


Karakter
CB 051 CB 053 CB 113
UB (hst) 55,4 50,1 29,3
UM (hst) 49,3 45,1 10,6
TT (cm) 52,6 50,6 18,1
LT (cm) 45,9 60,6 17,9
PDi (cm) 49,3 45,9 18,6
DBa (cm) 56,4 56,0 22,3
PD (cm) 43,1 41,5 14,5
LD (cm) 48,1 42,2 13,8
PB (cm) 48,1 55,5 18,0
DBu (cm) 50,4 50,6 18,5
TDB (cm) 53,3 94,8 27,5
JBB 69,5 82,7 139,7
BBB (g) 61,6 89,2 107,4
JBJ 104,2 161,3 182,8
BBJ (g) 120,9 131,4 175,9
JBT/Tan 66,7 83,9 144,8
BBT/Tan (g) 61,2 87,5 108,3
BB (g) 61,8 59,2 46,4

Ket : UB = umur berbunga, UM = umur masak, TT = tinggi tanaman, LT = lebar tajuk, PDi = panjang
dikotomus, Dba = diameter batang, PD = panjang daun, LD = lebar daun, PB = panjang buah, DBu =
diameter buah, TDB = tebal daging buah, JBB = jumlah buah baik, BBB = bobot buah baik, JBJ = jumlah
buah jelek, BBJ = bobot buah jelek, JBT/Tan = jumlah buah total per tanaman, BBT/Tan = bobot buah
total per tanaman, BB = bobot per buah.
39

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

Berdasarkan hasil pengamatan, agronomi suatu tanaman disebabkan


keragaman yang terjadi pada karakter karakter tersebut dikendalikan oleh banyak
kualitatif dari sepuluh genotipe yang diuji gen (poligen) dengan pengaruh lingkungan
lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. sangat besar (Crowder, 1997). Berdasarkan
Sepuluh genotipe cabai yang digunakan keragaman karakter agronomi yang
berasal dari hasil penggaluran varietas lokal diperoleh dari hasil pengamatan pada
dan introduksi yang diduga memiliki latar penelitian ini maka perlu diupayakan seleksi
belakang genetik yang berbeda. individu untuk memperoleh individu-individu
Adanya keragaman tanaman pada yang mempunyai potensi untuk
suatu populasi padahal merupakan hasil dikembangkan lebih lanjut.
penggaluran masih dapat terjadi sebagai Pada percobaan ini terlihat bahwa
akibat penyerbukan silang yang serangan hama dan penyakit yang tinggi
menyebabkan adanya pertukaran gen dan dapat menurunkan potensi produksi secara
dapat timbul kombinasi baru signifikan. Namun, terdapat beberapa
(Poespodarsono, 1989). Kusandriani (1996) individu yang potensial untuk dikembangkan
menyatakan bahwa penyerbukan silang dari segi produksi dengan kriteria bobot
pada tanaman cabai dapat dipengaruhi oleh buah total per tanaman lebih tinggi dari
posisi dan ukuran stigma. Penyerbukan individu lain yaitu CB 053.23 (162,3 g), CB
silang sering terjadi pada bunga yang 053.24 (109,4 g), CB 053.33 (137,0 g), CB
memiliki letak kepala putik lebih tinggi dari 056.21 (174,4 g), CB 056.31 (328,0 g), CB
kotak sari (bentuk pin) daripada bunga yang 113.17 (129,7 g) dan CB 113.18 (131,2
memiliki letak kepala putik lebih rendah dari g). Serangan hama dan penyakit diduga
kotak sari (bentuk thrum). Massa tepung memiliki korelasi denga sifat morfologi dan
sari cabai juga sangat ringan dan stigmanya agronomi genotipe cabai. Seperti pada
terbuka, sehingga serangga ataupun angin serangan hama Aphid yang banyak
dapat menyebabkan terjadinya persilangan menimbulkan kematian pada CB 055
antar tanaman. Frekuensi penyerbukan sebanyak 22 tanaman dengan gejala
silang pada cabai cukup tinggi antara 7,6 - klorosis dan kerontokan daun. Hal tersebut
36,8% (Odland dan Portier, 1941; diduga dipengaruhi oleh preferensi aphid
Greenleaf, 1986). terhadap karakteristik daun CB 055 yang
Dari hal tersebut dapat diketahui memiliki luas daun paling besar diantara
bahwa walaupun tanaman cabai merupakan genotipe lain, warna daun hijau tua berbeda
tanaman menyerbuk sendiri sehingga dengan genotipe lain yang memiliki warna
susunan genotipe yang dimiliki homosigot daun hijau, selain itu berdasarkan
tetapi memiliki kemungkinan terjadi pengamatan pribadi penulis, daun CB 055
keragaman di dalam populasi akibat cenderung lebih mudah sobek dengan
penyerbukan silang oleh bantuan angin atau permukaan yang sedikit kasar. Sedangkan
serangga polinator maupun pengaruh karakteristik daun genotipe lain diduga tidak
morfologi bunga cabai itu sendiri. Terlebih terlalu disukai aphid. Permukaan daun licin
percobaan ini dilakukan di lahan terbuka dan mengkilat sehingga menyulitkan aphid
sehingga kemungkinan terjadinya untuk menempel dan menghisap cairan
penyerbukan silang lebih tinggi. pada daun tersebut. Preferensi hama
Evaluasi keanekaragaman genetik terhadap karakter morfologi tertentu
berguna untuk mengetahui pola berakibat pada penurunan karakter
pengelompokan populasi masing-masing agronomi seperti jumlah buah dan bobot
genotipe dan untuk mengetahui karakter buah total per tanaman.
penciri setiap kelompok genotipe yang Didukung oleh pernyataan Sumiati,
diamati. Genotipe yang belum menunjukkan 1985 (dalam Moekasan, 2012) menyatakan
penampilan seragam penting dalam bahwa untuk mendapatkan bobot buah
pemuliaan tanaman yaitu sebagai bahan yang tinggi harus tersedia sejumlah
seleksi. fotosintat yang cukup melalui proses
Keragaman yang terjadi pada fotosintesis dan ditranslokasikan ke organ
karakter kuantitatif yang menunjukkan sifat penerima (bunga dan buah). Untuk
40

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

mendapatkan buah berukuran besar harus tanaman lebih tinggi dari individu lain dalam
terjadi pembelahan sel yang disertai dengan masing-masing genotipe.
pembesaran sel. Peristiwa tersebut
dipengaruhi oleh aksi kerja fitohormon DAFTAR PUSTAKA
auksin, gibberelin dan sitokinin dalam
keseimbangan yang serasi. Ketiga Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fifth
kelompok hormon tersebut sebagian besar Edition. Academic Press. New York.
diproduksi pada jaringan meristem seperti [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas
pada daun-daun atau ujung akar yang Panen, Produksi dan Produktivitas
sedang tumbuh. Dengan demikian Cabai 2011. http://www.bps.go.id.
kerusakan yang terjadi pada daun muda Diakses tanggal 12 Agustus 2012.
karena serangan aphid, thrips tungau serta Crowder, L.V. 1997. Genetika Tumbuhan.
CMV dapat mengganggu pembentukan UGM Press. Yogyakarta.
buah sehingga terjadi penurunan hasil Duriat, A.S. 1996. Cabai merah :
panen hampir pada semua individu. Komoditas Prospektif dan Andalan.
Untuk penelitian selanjutnya, individu CB Dalam: Atie Sri Duriat, A.W.W.
053.23, CB 053.24,CB 053.33, CB 055.32, Hadisoeganda, Thomas Agoes
CB 056.21, CB 056.31; CB 113.17 dan CB Soetiarso, dan L. Prabaningrum
113.18 dapat dipilih sebagai bahan seleksi (Eds.). Teknologi Produksi Cabai
galur untuk program pemuliaan tanaman Merah. Balai Penelitian Tanaman
selanjutnya sesuai tujuan pemuliaan yang Sayuran Pusat Penelitian dan
diharapkan. Selain itu penelitian dengan Pengembangan Hortikultura, Badan
pengamatan heritabilitas dan koefisien Penelitian dan Pengembangan
keragaman genetik perlu dilakukan untuk Pertanian. Lembang.
mengetahui besar pengaruh gen terhadap Greenleaf, W.H. 1986. Pepepr breeding. In:
fenotipe yang diekspresikan. Mark J. Basset (ed) Breeding
Vegetable Crops. AVI Publishing Co.
KESIMPULAN IPGRI. 1995. Descriptor for Capsicum
(Capsicum spp.). http://www.ipgri.
Keragaman karakter morfologi masih cgiar.org./publication/pdf/345/.pdf.
terdapat dalam genotipe CB 051, CB Diakses tanggal 22 November 2011.
053, CB 113, CB 116 dan CB 118. Kusandriani, Y. dan A.H. Permadi. 1996.
Keragaman tersebut terdapat pada karakter Pemuliaan Tanaman Cabai. Dalam:
warna batang, warna buku pada batang, Atie Sri Duriat, A.W.W.
bentuk tepi kelopak buah dan permukaan Hadisoeganda, Thomas Agoes
buah. CB053 menunjukkan nilai Koefisien Soetiarso, dan L. Prabaningrum
Keragaman Fenotip tinggi pada karakter (Eds.). Teknologi Produksi Cabai
tebal daging buah, jumlah buah baik, bobot Merah. Balai Penelitian Tanaman
buah baik, jumlah buah jelek, bobot buah Sayuran Pusat Penelitian dan
jelek, jumlah buah total per tanaman, dan Pengembangan Hortikultura, Badan
bobot buah total per tanaman. CB 051 Penelitian dan Pengembangan
memiliki nilai Koefisien Keragaman Fenotip Pertanian. Lembang. 1996.
tinggi hanya pada karakter jumlah buah Pembentukan Hibrida Cabai. Balai
jelek dan bobot buah jelek. Individu CB Penelitian Tanaman Sayuran
053.23, CB 053.24, CB 053.33 tahan Lembang.
terhadap aphid, CMV, layu fusarium; CB Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar
055.32 tahan terhadap tungau dan CMV; Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:
CB 056.21, CB 056.31 tahan terhadap CMV Kanisius.
dan layu fusarium; CB 113.17, CB 113.18 Moekasan, TK. dan L. Prabaningrum.
tahan terhadap tungau dan rebah semai. 2012. Penggunaan Rumah Kasa
Individu-individu tersebut didukung untuk Mengatasi Serangan
keunggulan agronomi karakter jumlah buah Organisme Pengganggu Tumbuhan
total per tanaman dan bobot buah total per
41

Rizki Ramadhani : Penampilan Sepuluh Genotipe Cabai Merah.....................................................

pada Tanaman Cabai Merah di Pemanfaatan Plasma Nutfah.


Dataran Rendah. J. Hort. 22(1):65-75. http://my-curio.us/
Odland, M.L. and A.M. Porter. 1941. A Suryaningsih, E., R. Sutarya, dan A.S.
study of natural crossing in pepper Duriat. 1996. Penyakit Tanaman
(Capsicum frutescens L.) J. Am. Soc. Cabai Merah dan Pengendalian.
Hort. Sci. 38:585-588. Dalam: Atie Sri Duriat, A.W.W.
Prabaningrum, L. dan Y.R. Suhardjono. Hadisoeganda, Thomas Agoes
2007. Identifikasi Spesies Trips Soetiarso, dan L. Prabaningrum
(Thysanoptera) pada Tanaman (Eds.). Teknologi Produksi Cabai
Paprika (Capsicum annuum var. Merah. Balai Penelitian Tanaman
grossum) di Kabupaten Bandung, Sayuran Pusat Penelitian dan
Jawa Barat. J. Hort. 17(3):270-276. Pengembangan Hortikultura, Badan
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Pertanian. Lembang.
UGM Press.Yogyakarta. Yulianah, I. 2007. Studi Pewarisan Karakter
Ketahanan Cabai (Capsicum annuum
Somantri, I.H., M. Hasanah dan H.
L.) terhadap Layu fusarium (Ralstonia
Kurniawan. 2008. Teknik Konservasi
solanacearum). M.Sc. Thesis. Institut
Ex-Situ, Rejuvinasi, Karakterisasi,
Pertanian Bogor. Bogor.
Evaluasi, Dokumentasi, dan

Anda mungkin juga menyukai