Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH CIRCULATION

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Dosen Pengampu : H. Toto Subiakto, S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 3

1. Ahmad Fikri Perangin Angin : (P27905118001)


2. Brilianty Wahyu Utami SA : (P27905118003)
3. Jenni Astri Desista BR. T : (P27905118012)
4. Nanda Triocha : (P27905118021)
5. Rindi Handika : (P27905118025)
6. Siti Meliana Putri : (P27905118031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT


atas segala rahmat dan Ridho-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik, guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Jiwa yang berjudul “Circulation“.

Kami berharap makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca
dan mohon maaf atas kekurangan yang masih terdapat didalamnya, karena kami
menyadari adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka dengan senang hati
kami akan menerima kritik dan saran pembaca guna memperbaiki dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

Tangerang, 10 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung ....................................................................2
B. Tahapan RJP ................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
B. Saran ............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam
nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi
dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari
10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan
oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang
lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat
darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8
menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan
secara efektif dan efisien (Mancini, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung ?
2. Apa saja bagian dari Circulation?
3. Apakah penyebab dari syok?
4. Apa itu resusitasi jantung paru?
5. Bagaimanakah tahapan RJP?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi jantung
2. Untuk mengetahui bagian dari circulation
3. Untuk mengetahui penyebab dari syok
4. Untuk mengetahui resusitasi jantung paru
5. Untuk mengetahui tahapan RJP

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung


Jantung terletak pada bagian bawah kiri region tengah diantara dinding dada
dan paru-paru. Dilindungi oleh costae dan sternum, pada bagian belakang dilindungi
oleh columna spinalis. Jantung terbagi atas 4 ruang, yaitu ruang bagian kiri yaitu
atrium dan dua ruang bagian kanan yaitu ventrikel. Fungsi dari atrium adalah
mengakumulasi darah sehingga ventrikel dapat terisi dengan cepat, meminimalkan
penundaan dalam siklus pemompaan. Atrium kanan menerima darah dari vena
seluruh tubuh kemudian memompakan ke ventrikel kanan. Dengan tiap kontraksi dari
ventrikel kanan, darah dipompakana ke paru-paru untuk dioksigenisasi. Darah dari
paru-paru kembali ke atrium kiri. Dari atrium tersebut kemudian dialirkan ke seluruh
tubuh melalui arteri. Darah tetap dibawah tekanan dan dalam kegiatan sirkulasi yang
konstan. Pada orang dewasa saat beristirahat jantung berkontraksi antara 60-80
x/menit. Denyut nadi adalah tanda dari tekanan yang diberikan setiap kontraksi.
Setiap kali jantung memompa, gelombang darah akan dikirimkan melalui arteri.
Gelombang tersebut dirasakan sebagai denyut nadi. Dapat dirasakan pada arteri besar
yang terletak diatas tulang.
Jantung, paru-paru, dan otak bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan.
Fungsi dari ketiga saling ketergantungan. Bila salah satu mengalami gangguan dua
organ lainnya akan mengalami gangguan pula. Bila salah satu organ tersebut
mengalami kegagalan fungsi, maka kedua organ lainnya akan mengalami hal yang
sama segera.

Saat jantung berhenti berdenyut Kematian klinis terjadi pada penderita dalam
henti nafas dan henti jantung.

2
RJP segera dilakukan untuk mengembalikan keadaan penderita tanpa
kerusakan. Kematian klinis terjadi selama 4-6 menit, sel otak mulai mengalami
kematian. Setelah 8-10 menit tanpa denyut nadi, kerusakan yang irreversible terjadi
pada otak.
Ingat : bila penderita henti nafas belum tentu henti jantung
Bila penderita henti jantung secara otomatis penderita mengalami henti
nafas lakukan RJP segera...... !!!!
Banyak alasan kenapa jantung dapat berhenti, dapat disebabkan oleh penyakit
jantung, kejang, stroke, reaksi alergi, diabetes dan penyakit lainnya. Jantung juga
dapat berhenti karena cedera yang berat. Pada bayi masalah pernafasan yang berat
dapat menyebabkan henti nafas-henti jantung. Kesemuanya berakhir pada satu hasil
akhir yakni kegagalan oksigenisasi sel, terutama otak dan jantung.
1. Umum
Sirkulasi terdiri dari jantung dan pembuluh darah, dan darah.
a. Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80 menit. Bila
kurang dari 50 per menit disebut bradikardi, bila lebih dari 100 per menit
disebut takhikardi bradikardi sering ditemukan pada atlit terlatih. Pada bayi
frekuensi denyut jantung adalah 85-200 per menit,sedangkan pada anak-
anak (2-10 tahun) 60-140 per menit. Pada syok bila ditemukan bradikardi
merupakan tanda prognostik yang buruk.
b. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dewasa adalah 90-140 mmHg. Pada anak-anak
dapat dipakai rumus :
Tekanan sistolik minimal =70 + (2 x usia dalam tahun)
Tekanan darah tidak dapat dipercaya sebagai indikator dini pada syok
karena : (1) tekanan darah sistolik dapat tidak turun, sampai kehilangan
darah lebih dari 30% volume darah baru akan turun. (2) pada penderita
hipertensi, tekanan darah mungkin turun, tetapi masih dianggap normal.

3
c. Penentuan denyut jantung
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.karotis, arteri
m.sterno-kleidomastoideus.
Pada bayi meraba denyut nadi adalah pada a.brachialis, yakni pada sisi
medial lengan atas.
2. Syok
Syok dapat disebabkan berbagai hal. Apapun sebabnya penderita selalu
dipasang infus. Gejala syok adalah kulit pucat dan dingin (gangguan perfusi
kulit), tachycardia, berkurangnya urin (oliguria sampai anuria karena gangguan
perfusi ginjal), gangguan kesadaran (gangguan perfusi otak) dan turunnya
tekanan darah (bukan gejala dini). Pengelolaan syok ditujukan terhadap
penyebabnya, bila syok karena perdarahan misalnya maka perdarahan harus
dihentikan.
3. Resusitasi jantung paru
American Heart Association menggunakan 4 akses rantai penyelamatan untuk
menggambarkan bahwa waktu merupakan hal yang sangat penting dalam
penyelamatan penderita khususnya pada penderita dengan VF, SCA. Tiga dari 4
rantai ini juga relevan untuk penderita dengan henti nafas henti jantung. Rantai
penyelamatan sebagai berikut :
 Cepat hubungi SPGDPT (hubungi 118)
 Cepat melakukan RJP. RJP segera dapat memberikan kesempatan
dua atau tiga kali lipat penderita dengan VF SCA selamat.
 Cepat melakukan defibrilasi : RJP dan defibrilasi pada penderita
dapat meningkatkan tingkat penyelamatan 45%-75%.
 Cepat memberikan bantuan hidup lanjut.
Anda dapat mengetahui penderita membutuhkan tindakan RJP dengan
memastikan penderita tidak sadar, tidak bernafas, dan nadi tidak berdenyut.
Kompresi dada berhasil karena menekan jantung diantara sternum dan tulang
belakang yang memaksa darah keluar. Bukti terbaru mengindikasikan bahwa

4
mereka menghasilkan perubahan tekanan didalam rongga dada. Tekanan ini
yang bertanggung jawab untuk meningkatkan sirkulasi ke seluruh tubuh.
RJP (CPR) harus dimulai segera mungkin dan dilakukan terus menerus sampai :
 Petugas kelelahan.
 Penderita telah diserahterimakan pada petugas kesehatan lain atau petugas
rumah sakit.
 Penderita sedang diresusitasi.
 Penderita telah dinyatakan meninggal oleh pihak yang berwenang
(dokter).
B. Tahapan RJP
Langkah-langkah dari bantuan hidup dasar merupakan serangkaian dari
penilaian dan tindakan yang bertahap yang digambarkan pada algoritme BHD.
Tujuan dari gambaran algoritme adalah untuk menghadirkan langkah-langkah secara
logika dan mudah untuk dilakukan. Sebelum mendekati penderita, penolong harus
memastikan TKP aman.
1. Cek kesadaran
Setelah penolong memastikan tempat kejadian aman, penolong harus memeriksa
kesadaran penderita. Caranya dengan memanggil sambil menepuk pundak
penderita dan tanyakan “apakah anda baik-baik saja?”. Jika penderita masih
respon tetapi terluka atau membutuhkan bantuan medis segera hubungi 118?
Atau SPGDT lokal, kemudian kembali lagi segera dan periksa kembali penderita.
2. Aktifkan SPGDT (EMS)
Jika penolong menemukan penderita dalam keadaan tidak sadar (contoh tidak
ada pergerakan atau respon saat dirangsang), penolong harus segera
menghubungi SPGDT (hubungi 118) dan kembali lagi kemudian lakukan RJP
dan defibrilasi bila perlu. Saat dua penolong atau lebih datang, satu penolong
harus memulai tahapan RJP sementara satu penolong yang lain dapat
menghubungi SPGDT/minta bantuan.
3. Buka jalan nafas (airway) dan periksa pernafasan (breathing)

5
Untuk persiapan RJP, letakkan penderita pada posisi terlentang. Jika penderita
dalam posisi telungkup ubah posisi penderita pada posisi terlentang.

Buka jalan nafas dengan Manuver Head Tilt Chin Lift bila tidak trauma
kepala atau leher. Bila petugas mencurigai adanya trauma servikal, buka jalan
nafas dengan Manuver Jaw Thrust tanpa ekstensi kepala. Karena menjaga patensi
jalan nafas dan memberikan ventilasi yang adekuat merupakan prioritas dalam
RJP (CPR).
4. Periksa pernafasan (breathing)
Sambil pertahankan jalan nafas terbuka, lihat, dengar, dan rasakan (raba) adanya
nafas atau tidak. Bila anda memeriksa penderita selama 10 detik dan mendapati
penderita tidak bernafas berikan nafas bantuan 2 kali. Pemberian nafas bantuan
(Rescue Breathing) berikan 2 nafas bantuan, tiap satu kali nafas lebih dari satu
detik, dengan volume yang cukup sampai terlihat dada mengembang (naik).
Selama tindakan RJP tujuan dari ventilasi adalah mempertahankan oksigenisasi
yang adekuat (cukup). Berikut adalah rekomendasi umum yang dibuat :
a. Dalam menit pertama penderita dengan VF SCA, bantuan nafas mungkin
tidak begitu penting dibandingkan dengan kompresi dada, karena level
oksigen dalam darah masih tinggi dalam beberapa menit setelah henti
jantung. Pada henti jantung awal, pemberian oksigen myocardial dan
cerebral (otak) lebih dibatasi oleh aliran darah Cardiac Output daripada
kurangnya oksigen dalam darah. Selama RJP (CPR) aliran darah dibuat
oleh kompresi dada. Penolong harus melakukan kompresi dada dengan
efektif dan meminimalkan penghentian (interupsi) pada kompresi dada.
b. Ventilasi dan kompresi, keduanya sangat penting dengan VF SCA yang
lama, (prolonged VF SCA ), saat oksigen pada darah digunakan.
5. Pemeriksaan nadi
Petugas harus memeriksa nadi tidak boleh lebih dari 10 detik (10 detik) jika tidak
teraba petugas harus memulai dengan kompresi dada.
6. Bantuan pernafasan tanpa kompresi dada

6
Jika penderita orang dewasa dengan nadi teraba membutuhkan ventilasi
tambahan. Berikan bantuan nafas pada tempo 10-12 kali per menit atau  1
tiupan tiap 5-6 detik.
Tiap tiupan/satu kali nafas bantuan harus diberikan lebih dari satu detik
walaupun telah terpasang airway definitive. Tiap tiupan atau bantuan ventilasi
harus dapat menyebabkan dada mengembang/naik. Selama pemberian pernafasan
bantuan, nilai kembali nadi tiap 2 menit tetapi saat pengecekan ulang nadi tidak
boleh lebih dari 10 detik.
7. Kompresi dada
Kompresi dada terdiri dari tindakan penekanan dada (kompresi dada) dibagian
bawah pada pertengaan sternum secara teratur (rhytmic). Kompresi ini
menghasilkan aliran darah dengan meningkatkan tekanan intra thoraks dan
langsung menekan jantung. Walaupun kompresi dada yang dilakukan secara
tepat dan baik dapat memaksimalkan tekanan systolic arterial 60 – SOmmHg,
dan tekanan diastolic rendah dan tekanan rata-rata pada artery carotis jarang
melebihi 40 mmHg. Aliran darah dialirkan oleh kompresi dada yang memberikan
jumlah oksigen yang sedikit dan dialirkan ke otak dan myocard. Pada korban
dengan VF SCA, kompresi dada meningkatkan angka keberhasilan. (Sama
seperti pemberian defribilasi). Kompresi dada sangat penting jika kejut listrik
(Shock) pertama diberikan  4 menit setelah penderita jatuh tidak sadar.
Penelitian tentang kompresi dada ini dihasilkan dari penelitian consensus 2010
yang menyimpulkan bahwa :
a. Kompresi dada yang “efektif” sangat penting dalam menyediakan aliran
darah selama RJP (CPR). Untuk memberikan kompresi dada yang “efektif”,
tekan dengan keras dan cepat” tekan dada penderita pada kecepatan / tempo
 100 x/menit, dengan kedalaman 2 inci ( 4-5 cm), yang membuat dada
kembali ekspirasi setelah kompresi dada dilakukan, dan membuat waktu
kompresi dan relaksasi sama/ seimbang.
b. Meminimalkan penghentian (interupsi) pada kompresi dada.
8. Tekhnik

7
Untuk memaksimalkan keefektifan kompresi dada adalah :
a. Dengan meletakkan penderita pada posisi terlentang pada alas yang keras,
(contoh : diletakkan diatas papan keras (back board) atau lantai.
b. Penolong berlutut disamping penderita sejajar dengan thoraks/dada
penderita.
c. Penolong harus menekan pada petengahan bagian bawah sternum penderita,
diantara puting susu.
d. Letakkan tumit tangan diatas sternum pada bagian tengah dan letakkan
tangan kedua diatasnya.
e. Tekan sternum  2 inci ( 4-5cm) dan kemudian biarkan dada kembali pada
posisi normal. Dada yang kembali pada posisi semula membuat aliran darah
dari vena balik ke jantung, merupakan hal yang penting untuk RJP (CPR)
dan harus ditekankan pada pelatihan.
Catatan :
 Pada petugas kesehatan tidak boleh lagi melakukan penghentian lebih lama
dan sesering mungkin dan cobalah untuk membatasi penghentian tersebut
tidak boleh lebih dari 10 detik kecuali untuk tindakan khusus seperti
pemasangan airway definitive atau penggunaan defibrillator.
 AHA merekomendasikan bahwa penderita tidak boleh dipindahkan pada saat
RJP sedang dilakukan kecuali penderita tempat yang berbahaya atau
penderita sangat membutuhkan dilakukan tindakan surgical. RJP (CPR)
lebih baik dilakukan dengan penghentian (dalam kompresi dada) lebih
sedikit saat dilakukan resusitasi dimana saat penderita ditemukan.
 Penelitian pada boneka dan binatang menunjukkan bahwa pada saat
kompresi yang merupakan bagian dari siklus menunjukkan 20% - 50%
meningkatkan perfusi otak dan coranaria saat tempo / kecepatan kompresi
ditingkatkan menjadi 130-150 kompresi per menit.
 Tempo (rate) kompresi mengacu pada kecepatan kompresi bukan jumlah
dari kompresi yang dilakukan per menit.

8
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan Circulation mempertahankan kerja jantung dan bagian tubuh lainnya
merupakan bagian terpenting dalam penanganan penderita. Tanpa ini, penderita akan
meninggal dengan cepat.
Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus
dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau
terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi
lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, kami harapkan semoga dapat digunakan sebagai
pedoman bagi pembaca maupun penulis baik tenaga kesehatan khususnya perawat
maupun para mahasiswa agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang
professional.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Curtis, K., Murphy, M., Hoy, S., dan Lewis, M.J. (2009). The emergency nursing
assessment process: a structured framedwork for a systematic approach.
Australasian Emergency Nursing Journal, 12; 130-136
Djumhana, Ali. (2011). Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. FK. UNPAD.
Diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/ tanggal 20 april 2015.

iii

Anda mungkin juga menyukai