Anda di halaman 1dari 2

Deby Putri Utami

21040117140066

REFORMA AGRARIA DAN INKLUSI SPATIAL DALAM PENERAPAN


PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERBASIS KOMUNITAS.

Latar Belakang
Berdasarkan agenda baru perkotaan atau New Urban Agenda yang mengangkat tema
Sustainable Urban Development secara spesifik menjawab Goal 11 dalam SDGs. Agenda baru
perkotaan memiliki agenda diantaranya agenda yang dibahas yaitu Agenda Pertanahan dan
Perencanaan Kota serta Agenda Perumahan dan Infrastruktur Pelayanan Dasar (Watson, 2016).
Pembangunan di Indonesia selama ini terlalu terfokus pada pertumbuhan ekonomi dengan
mengabaikan pembangunan sosial atau investasi sumber daya manusia. Pembangunan inklusif
atau pembangunan untuk semua sangat penting dan mendesak, terutama pembangunan inklusif
dalam pengembangan perumahan dan permukiman. Pembangunan inklusif merespon dengan
berfokus terutama pada aspek sosial dan lingkungan dari pembangunan dan pada generasi saat
ini (Pouw & Gupta, 2017).
Pemasalahan agraria yang cukup mendesak salah satunya adalah distribusi lahan yang
tidak merata yang berakibat pada timbulnya perumahan kumuh. Konsep reforma agraria
dilatarbelakangi terhadap kesadaran pemerintah untuk mengatur tata ruang kota menjadi lebih
baik, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yaitu rumah tinggal, fasilitas
umum, dan infrastruktur. Tanah atau lahan mempunyai kekuatan ekonomis di mana nilai atau
harga tanah sangat tergantung pada penawaran dan permintaan. Dalam jangka pendek
penawaran sangat inelastis ini berarti harga tanah pada wilayah tertentu akan tergantung pada
faktor permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat kesempatan
kerja dan tingkat pendapatan masyarakatserta kapasitas sistem transportasi dan tingkat suku
bunga (Eckert,1990).
Tujuan dari reforma agraria sendiri yaitu: mengurangi ketimpangan dan pemilikan tanah;
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat; menciptakan langan kerja untuk
mengurangi kemiskinan; memberikan akses masyarakat kepada sumber ekonomi; meningkatkan
ketahan dan kedaulatan pangan; menangani dan menyelesaikan konflik agraria; memperbaiki
dan menjaga kualitas hidup. Reforma agraria sesuai dengan tujuan mewujudkan pembangunan
ekonomi melalui kebijakan negara sebagai penjaga dan pengelola pembangunan nasional
(Bernstein, 2002). Dengan pelaksanaan program reforma agraria dalam penerapan pembangunan
perumahan berbasis komunitas diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada dan
dapat menyejahterakan masyarakat itu sendiri. Implementasi program kebijakan dapat berhasil
jika komunikasi dalam penyampaian informasi, transmisi kejelasan dan konsistensi informasi
Deby Putri Utami
21040117140066

yang disampaikan (Edwards, 1980). Pembangunan secara inklusif dan berbasis komunitas akan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan hingga pemeliharaan tempat tinggal
dan lingkungan.

Rumusan Masalah
Melihat dari kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masalah yang berkaitan dengan
kepentingan umum tidak dapat diselesaikan secara efektif ketika hanya mengandalkan pada
pihak tertentu saja. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi untuk mengatasi masalah atau issue
bersama. Permasalahan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan adalah permasalahan
bersegi banyak (multi facetted) sehingga kolaborasi salah satu kunci keberhasilan. Konsep
reforma agraria yang sudah lama digagas dianggap dapat merespon permasalahan ini, namun
belum dapat terlaksana dengan baik dalam dunia nyata. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan konsep, pelaksanaan, dan hambatan pembangunan inklusif melalui program
Reformasi Agraria dalam mewujudkan pembangunan perumahan dan permukiman berbasis
komunitas.

Daftar Pustaka
Bernstein, H. (2002). Land reform: Taking a long (er) view. Journal of Agrarian Change, 2(4),
433-463.
Edwards, G. C. (1980). Implementing public policy. Congressional Quarterly Press.
Eckert, J. K., Gloudemans, R. J., & Almy, R. R. (Eds.). (1990). Property appraisal and
assessment administration. Intl Assn of Assessing Off.
Pouw, N., & Gupta, J. (2017). Inclusive development: a multi-disciplinary approach. Current
opinion in environmental sustainability, 24, 104-108.
Watson, V. (2016). Locating planning in the New Urban Agenda of the urban sustainable
development goal. Planning Theory, 15(4), 435-448..

Anda mungkin juga menyukai