Anda di halaman 1dari 15

TUGAS LAPORAN LABORATORIUM

ILMU UKUR TANAH I

SEMESTER 1

Politeknik Negeri Medan Universitas Sumatera Utara Kampus USU, Jl. Almamater No.1,
Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155

Disusun Oleh :

ROFI ABDURRAZAQ

NIM : 2005022048

Kelas : SI 1F (SORE)

Dosen Pengampu :

Ependi Napitu,Ir.,M.T.

195809251984031001

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PRODI D3 TEKNIK SIPIL

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan
rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Laboratorium Ilmu Ukur
Tanah. Guna mengetahui sebagai pembelajaran dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah. Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu mata kuliah yang sangat penting dan
berguna dalam bidang teknik sipil, khususnya dalam bidang pengerjaan pemetaan situasi,
menentukan garis-garis atau jalur-jalur dan kemiringan - kemiringan konstruksi pada pengerjaan
teknik sipil. Untuk itu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah sangat berguna untuk dipelajari dan
dipraktekkan pada lapangan.

Laporan ini berisikan tentang definisi teori-teori Ilmu Ukur Tanah, alat-alat yang
digunakan serta langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan dilapangan. Dalam kesempatan ini
juga saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu bapak Ir. Ependi Napitu, MT.
Saya menyadari bahwa hingga akhir penyusunan laporan ini tidak lepas dari berbagai hambatan
dan tantangan, namun itu semua dapat teratasi dengan ketabahan, ketekunan, kesabaran dan kerja
keras serta bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Sehingga Saya merasa bersyukur dan
tidak lupa Saya ucapkan banyak terima kasih kepada para dosen pengampu kami.

Akhirnya saya menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari segala pihak dalam penyempurnaan
berikutnya.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat-Nya untuk kita semua


Amin.

Medan, 26 september 2020

Rofi Abdurrazaq
DAFTAR ISI

LEMBAR ASISTENSI.............................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II KERANGKA TEORITIS............................................................................2

BAB III ISI LAPORAN ILMU UKUR TANAH

3.1 MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN.....................3

3.2 MEMPERPANJANG GARIS LURUS..................................7

3.3 MEMBUAT TITIK POTONG DI LAPANGAN...................8

3.4 MEMBUAT GARIS SEJAJAR..............................................9

3.5 MEMBUAT SUDUT SIKU-SIKU.........................................10

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN..................................................................12

4.2 SARAN..............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam proses pembangunan pengukuran tanah merupakan bagian terpenting sebelum


dilakukanya proses pembangunan. Pengukuran tanah dan teknik pemetaan menjadi sesuatu hal
yang tidak dapat ditinggalkan, terutama untuk pembangunan fisik. Maka dari itu praktikum ilmu
ukur tanah sangat penting sebagai bekal para mahasiswa teknik sipil yang kelak masuk ke dalam
lapangan kerja, terutama dalam bidang pembangunan.

Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya
dapat diabaikan.

Dalam pengukuran di lapangan sering kali terjadi kesalahan-kesalahan yang berasal dari factor
alat, factor manusia, dan factor alam. Maka dari itu melalui praktikum ilmu ukur tanah ini kita
bisa menyikapi dan mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut agar tidak terjadi kerancuan dalam
memperoleh data.

Sehingga untuk ke depannya kami bisa menerapkan praktik ilmu ukur tanah ini dalam dunia
kerja dengan sebaik mungkin.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian kecil dari
permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-pengukuran guna mendapatkan peta.
Pengukuran yang di lakukan terhadap titik- titik detail alam maupun buatan manusia meliputi
posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan air
laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan
ke atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang
bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km).

Pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang meliputi semua metoda untuk
menghimpun dan melalukan proses informasi serta data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Dengan perkembangan teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan
metoda pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-program pertanahan dan
ruang angkasa. Orang yang bertugas melakukan pengukuran tanah disebut dengan surveyor.

Sejarah panjang tentang pengukuran muka bumi tela bermula sejak zaman Yunani kuno dimana
sejarah mencatat, Eratotenes (276-195 SM ) adalah orang pertama yang mencoba menghitunng
dimensi keliling bumi yaitu sebesar 46.250.000 meter dan ketelitian hasil yang peroleh mencapai
84 % dari menghitung panjang keliling bumi dengan memperoleh hasil 44.400.000 meter.
Selanjutnya astronom bangsa arab juga telah coba melakukan pengukuran yang sama dan
perhitungan secara astronomis geodesi melalui pengukuran yang sama dan perhtungan secara
astronomis geodesi melalui pengukuran panjang busur untuk sudut 10 dimeridian, diperoleh
panjang keliling bumi sebesar 41.436.000 meter dan hasil ini semakin mendekati hasil
perhitungan masa kini.

Peradaban bangsa Yunani dan Romawi selama berabad-abad dilestarikan bangsa Arab dalam
bidang geometri praktis. Pemikiran praktis ini ditandai dengan penciptaan alat-alat ukur teliti
dengan bantuan teknologi sederhana dan baru pada abad ke 13 dan 14, terdapat penulis
diantaranya Von Viso yang menu yang membuat penlis Buku Praktica Geometri (ilmu ukur
tanah) dan Liber Quadratorum (pembagian kuadran) yang membuat pengetahuan Ilmu Ukur
tanah berkembang.

Abad ke 18 dan 19 seni pengukuran tanah semakin maju dikarenakan adanya kebutuhan terhadap
peta-peta yang makin mendesak, sehingga Inggris dan Perancis mengembangkan pengukuran
geodesi dengan triangulasi teliti dan Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografi serta
menetapkan titik-titik kontrol nasioanl. Setelah masa perang dunia I dan II usai, pengukuran
tanah berkembang lebih maju lagi sejalan dengan perkembangan teknologi.

BAB III
ISI LAPORAN

3.1 Membuat Garis Lurus


Definisi dari suatu garis lurus
Suatu garis lurus adalah jarak yang paling pendek antara dua titik pada suatu peta atau
antara dua titik pada suatu bidang (Gambar 1).

Gambar 1. Garis lurus dan bukan garis lurus.

Membuat garis lurus dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti jalon pen ukur
dan meteran. Dalam membuat garis lurus di lapangan tidaklah mudah. Kita memerlukan pengetahuan
yang memadai dan mengetahui tahapan-tahapan dalam praktek ilmu ukur tanah secara benar.

I. Tujuan Umun

1. Untuk mengetahui bagaimana membuat suatu garis di lapangan.


2. Mengenal dan dapat menggunakan alat-alat membuat garis di lapangan.
3. Untuk terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan jalon - jalon atau patok
di lapangan.
4. Untuk dapat mengetahui dan mencari permasalahan yang ada dalam pengukuran di lapangan
5. Untuk menjadikan diri teliti dan kreatif dalam bekerja
II. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan dengan ketentuan yang dianjurkan
dalam ilmu ukur tanah.
2. Mahasiswa dapat memperpanjang garis lurus di lapangan
3. Mahasiswa dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung
4. Mahasiswa dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di lapangan.

III. Peralatan dan Perlengkapan

1. Jalon Sebagai tanda di lapangan

2. Pen Ukur Sebagai tanda di lapangan

Alat untuk melihat


3. Penta Prisma
kesejajaran antar Jalon

Digunakan untuk mengukur

4. Rol Meter suatu jarak


IV. Langkah - langkah atau Prosedur Pelaksanaan.

1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.

2. Menancapkan jalon di titik P dan Q pada titik sembarang (lihat gambar 1,2,3).
3. Orang pertama berdiri di belakang salah satu jalon, missal P ± 30cm dan memandang kearah
titik Q,sambil memberi aba-aba kepada orang ke dua.Orang ke dua memegang jalon A dan
mendirikannya di antara titik P dan Q sambil mengikuti aba aba dari orang pertama sehingga
jalonnya berada segaris dengan jalon PQ, kemudian menancapkan jalon tersebut pada titik
yang telah didapat.
4. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon, apakah jalon PAQ benar benar berimpit.
5. Jika benar – benar sudah berimpit, melakukan hal yang sama tersebut untuk jalon B dengan
jarak yang lebih jauh dari A, untuk C dengan jarak yang lebih jauh dari B, untuk D dengan
jarak yang lebih jauh dari C dan mendekati titik Q.
6. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon apakah jalon sudah P, A, B, C, D, Q sudah
benar – benar berimpit.
7. Sudah berimpit, perpanjang jarak PQ dengan menambahan jalon a di belakang Q dan b di
belakang a, dengan cara yang sama seperti di atas.
8. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A – B, B – C, C – D, dan D
– Q, Q – a, a – b. Catatlah hasil pengukurannya.
9. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A – B, B – C, Ukur kembali
jarak P – b, tetapi dengan arah berlawanan, yaitu dari titik b – a, a – Q, Q – D, D – C, C – B, B
– A, A – P. Catatlah hasilpengukuran kedua.Maka jarak P – b
Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

10. Orang pertama membidik dari P ke Q untuk memberi aba-aba kepada orang ke dua dan orang
ke dua memasang jalon-jalon a, b, c …dst pada perpanjangan garis PQ.
3.2 Memperpanjang Garis Lurus
Bila dilakukan oleh dua orang maka cara yang dilakukan hampir sama dengan membuat garis lurus
sebelumnya. Bila meninjau gambar 3.2 orang pertama memandang dari belakang titik P ke arah titik Q,
sedangkan orang kedua memegang dan menggeser jalon a sesuai aba-aba orang pertama. Bila Jalon PQa
telah terlihat berimpit menjadi satu maka jalon a ditancapkan ke tanah. Demikian pula halnya untuk titik b
dan titik-titik seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

Memperpanjang garis lurus di lapangan dapat pula dilakukan oleh satu orang. cara yang dilakukan adalah
tancapkan titik P dan Q pada posisi yang ditentukan seperti gambar 3.3, kemudian dengan meluruskan
garis bidikan ke arah QP jalon a di geser sedemikian rupa hingga berimpit menjadi satu dan ditancapkan.
Demikian halnya untuk titik-titik selanjutnya.

3.3 Membuat Titik Potong Di Lapangan

Pekerjaan ini membutuhkan


minimal tiga orang. Jalon
ditancapkan di titik-
titik a,b,P dan Q yang telah ditentukan seperti gambar 3.5. Orang pertama membidik dari jalon a ke b
sedangkan orang kedua membidik dari jalon P ke Q. Dalam kondisi demikian orang ketiga menempatkan
jalon R sedemikian rupa segaris dengan PQ menurut aba-aba orang kedua. Selanjutnya orang ketiga
memindahkan jalon R ke arah jalon Q dan berhenti di titik X berdasarkan aba-aba orang pertama
sedemikian rupa sehingga titik X segaris pula dengan a,b. Titik X adalah titik Potong ab dan PQ.
3.4 Membuat Garis Sejajar
Definisi Garis sejajar adalah suatu kedudukan dua garis pada bidang datar yang tidak mempunyai titik
potong walaupun kedua garis diperpanjang. Secara geometri kesejajaran garis tidak akan pernah bertemu
satu dengan lainnya karena mempunyai kemiringan (gradien) yang sama.
Langkah kerja pembuatan garis sejajar sama halnya dengan membuat garis lurus di lapangan.
Dimulai dengan menancapkan yalon pada titik P, orang pertama berdiri tepat dibelakang yalon titik P dan
orang kedua menancapkan yalon Q tepat lurus dari pandangan orang pertama yang berada dibelakang
yalon titik P. Kemudian orang kedua menancapkan lagi yalon a dan b sesuai dengan ukuran panjang garis
yang akan dibuat dengan sembari orang pertama yang berada di yalon titik P memandang yalon yang
berada didepan yalon P berhimpitan dari sudut pandang orang pertama.

Maka untuk garis sejajar diperlukan sebuah garis lagi disebelah garis yang telah dibuat sebelumnya.
Untuk membuat garis sejajar pastikan yalon yang ditancapkan bersebelahan atau berdampingan dengan
yalon garis pertama yang telah dibuat sebelumnya.

3.5 Membuat Sudut


Siku – Siku
Sudut siku - siku adalah suatu sudut yang dibentuk oleh dua garis sejajar yang dimana kedua dari ujung
garis tersebut bejumpa pada suatu titik dengan saling tegak lurus. Ujung dari kedua garis tegak lurus
yang bertemu pada suatu titik akan menghasilkan sebuah sudut dengan besar 90°. Sebuah lingkaran
menghasilkan sudut 360° maka sebuah sudut siku - siku merupakan 1/4 dari sebuah lingkaran dan dapat
dimaknai sebagai 1 kuadran.

Cara yang paling sederhana untuk membuat sudut siku-siku ialah menggunakan sifat garis tinggi ke alas
di dalam segitiga sama kaki yang memotong alas di titik tengah-tengahnya.
Bila di titik P yang letak di garis lurus AB harus dibuat garis lurus yang letak tegak lurus pada AB, maka
buatlah di garis lurus AB mulai dari titik P ke kiri dan ke kanan jarak masing-masing Pa = Pb = s.
Ambillah dua pita ukur baja dengan ujung-ujungnya diletakan masing-masing di titiktitik a dan b.
Ambillah pada kedua pita ukur baja itu dua jarak yang sama, misalnya r, putarlah pita ukur baja itu,
sehingga ujung lainnya jarak r itu bertemu di titik c maka Pc  AB [Wongsojitro’77].

Cara kedua, di dalam segitiga siku-siku diketahui perbandingan sisinya 3:4:5. Bila sekarang di suatu titik
P yang letaknya digaris AB harus dibuat sudut siku-siku, maka di titik P bertemu dua sisi siku-siku.

Maka buatlah dari titik P ke arah titik A atau ke arah titik B suatu jarak Pa yang sama dengan misalnya 3p
meter. Dengan menggunakan dua pita ukur baja dari titik P dibuat jarak 4p dan dari titik a jarak 5p dan
dua pita ukur baja itu diputar sedemikian rupa, hingga dua titik ujungnya dari jarak-jarak 4p dan 5p
berpotongan, misalnya di titik b. Maka sudut bPa = 90o [Wongsojitro’77].
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pengukuran dengan menggunakan alat sederhana dapat dilakukan pada

pengukuran situasi dengan salah satu cara koordinat polar.

2. Hasil pengukuran tidak dapat diartikan akurat jika pengukuran hanya dilakukan

sekali saja.

3. Lakukan pengukuran pengecekkan ulang agar hasil pengukuran dapat diartikan

akurat.

4. Dapat menggambarkan dan membuat laporan hasil pengukuran yang dapat

dipertanggungjawabkan.
4.2 Saran
1. Usahakan rambu dalam keadaan tegak agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Ketika menarik pita ukur harus benar-benar kencang.

3. Usahakan hanya satu orang yang membaca rambu ukur dalam 1 slag agar

bacaan tidak berubah-ubah.

4. Untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat, maka dirikan alat di

beberapa titik.

5. Kerjasama yang baik dalam team sangat diperlukan untuk menghemat waktu

dalam pelaksanaan pengukuran.

6. Dalam pemilihan waktu pelaksanaan usahakan cuaca yang cerah.

Anda mungkin juga menyukai