Anda di halaman 1dari 11

KOASISTENSI DIAGNOSA LABORATORIK VETERINER

NEKROPSI UNGGAS

OLEH
DEDE AYU PRATIWI
NIM. 2009611022
GELOMBANG 17 KELOMPOK B

LABORATORIUM
KOASISTENSI DIAGNOSA LABOTARORIK
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
NEKROPSI UNGGAS
A. Prosedur Nekropsi Unggas
 Alat dan bahan
 Pisau/scapel
 Gunting tulang
 Tissue
 Desinfektan
 Botol jaringan dengan netral buffer formain 10%
 Spidol dan pelabelan
 Unggas yang akan di nekropsi
Teknik Nekropsi
1. Pastikan bangkai yang akan di nekropsi kematiannya tidak lebih dari 1 jam.
Atau dilakukan nekropsi pada unggas yang sakit dengan cara euthanasia.
2. Pertama hal yang paling penting dilakukan yaitu pemeriksaan fisik.
Inspeksi area yang tidak berbulu seperti kaki, sendi, pial dan bagian kepala
melihat area mata, lubang telingga dan lubang hidung untuk melihat
apakah ada leleran. Periksa bulu disekitar lubang anus untuk
mengidentifikasi tanda-tanda diare
3. Bangkai dicelupkan dalam air yang telah dicampur desinfektan/ atau
disemprot dengan desinfektan untuk menghindari bulu tidak berterbangan,
karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran
4. Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit
di bagian medial paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh. Paha ditarik ke
bagian lateral dan diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian coxo
femoralis. Irislah kulit pada bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot
dan persendian pada daerah tersebut.
5. Menghilangkan kulit pada bagian abdomen. Selanjutnya otot dada bagian
superficial di periksa untuk mengamati penurunan masa otot.
6. Membuat irisan melintang pada dinding peritoneum,di daerah ujung
sternum (procesus xyphoideus) ke arah lateral. Membuat suatu irisan
longitudinal di daerah abdomen melalui linea mediana ke arah posterior
sampai daerah kloaka, untuk membuka cavum abdominalis.
7. Memeriksa kantung udara di daerah abdominalis dan thorakalis. Dan
memeriksa letak berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis
sesuai posisinya tanpa menyentuh organ tersebut.
8. Memperhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, transudate
atau darah di dalam rongga perut dan rongga dada.
9. Saluran pencernaan dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada
bagian proksimal proventrikulus. menarik seluruh saluran pencernaan ke
arah posterior dengan memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka.
memeriksa bursa fabrisius terhadap abnormalitas tertentu.
10. Mengeluarkan hati, kantung empedu, limpa dan melakukan pemeriksaan.
11. Membuat irisan secara longitudinal pada proventrikulus, ventrikulus,
intestinum tenue, coecum, colon dan cloaka. Periksa terhadap
kemungkinan adanya lesi dan penyakit.
12. Saluran reproduksi dikeluarkan dan oviduct di iris secara longitudinal
kemudian periksa ovarium yang meliputi stroma dan folikelnya
13. Periksa ureter dan ren pada posisinya. Organ tersebut dikeluarkan untuk
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.
14. Nervus dan plexus ischiadichus di periksa setelah otot abductor pada
bagian medial paha dipisahkan
15. Dibuat irisan pada sisi kiri sudut mulut, diteruskan ke pharynx,
oesophagusdan ingluvies. Periksa terhadap adanya abnormalitas pada
organ tersebut. Periksa glandula thyroideadan parathyroidea di daerah
trachea
16. Iris secara longitudinal melalui larynx, trachea, bronkus sampai ke pulmo.
Organ tersebur dapat dikeluarkan secara bersamaan setelah pulmo diangkat
dari perlekatannya. Pemeriksaan pulmo terhadap ukuran, warna,
konsistensi bidang irisan dan uji apung.
17. Pemeriksaan jantung terhadap keadaan pericardium, ukuran, warna dan
apek cordis.
18. Paruh dipotong bagian atas secara melintang di daerah dekat mata sehingga
cavum nasi dan sinus infraorbitalisdapat diperiksa terhadap adanya cairan
19. Lakukan pemeriksaan pada otak dengan cara membuat irisan dari foramen
magnum ke arah frontalis, selanjutnya dibuat irisan melintang
menghubungkan kedua sudut mata luar. Kuakkan tengkorak dan amati
perubahan patologis yang terjadi.
20. Setelah itu catat semua perubahan patologis yang terjadi.

Diagnosa Morfologi Berdasarkan Patologi Anatomi dan Histopatologi


Sistem Organ (Patologi Anatomi) Histopatologi
Saraf Otak Otak
 Edema pada otak a. Kongesti
b. Edema
c. Proiferasi se glia

2
1

Saraf
 Plexus ichiadicus membesar
dan bulat
Pencernaan Proventrikulus  proventrikulus mengalami
 Pteki pada Proventrikulus pelebaran dan perlekatan epitel
satu sama lain serta terjadi
nekrosis (Pranatha et al., 2018)

Usus  Infiltrasisel radang makrofag


 Usus Hemoraghi dan nekrosis difuse pada
mukosa(Pranatha et al., 2018).

Hati  Hati mengalami infiltrasi sel dan


 Pembesaran hati dan terjadi nekrosis koagulatif (N)
terdapatbintik mutifokal pada hepatosit (Alabaka et al.,
berwarna keabuan (Alabaka 2017)
et al., 2017)

Pankreas  Nekrosis pada organ pancreas


 Pendarahan dan nekrosis (Wirata et al.,2013)
pada pankreas

Respirasi Sinus infraorbital  Nekrosis pada lumen dengan


 Adanya material perkejuan infiltrasi limfosit pada sinus
pada sinus infraorbitalis infraorbitalis (Karthik et al.,
(Karthik et al., 2018) 2018)

Trakea  Hemoragi dan edema pada


 Trakea hemoraghi (Pranatha trakea (Pranatha et a., 2018)

et a., 2018)
Paru  Paru-Paru mengalami
 Hemoraghi pada paru (Tonu perivascular oedema (0),
et al., 2011) Interseptal Oedema (S) dan
perdarahan (panah)

 Nodul pada paru

Kantung Udara
 Air Sacullitis dengan
material perkejuan pada  Terjadi nekrosis pada dinding
kantung udara (Karthik et airsac
al., 2018)
Pertahanan Limpa
 Pembesaran limpa dan  Limpa mengalami deplesi
terdapat bintik samar limposit(Abalaka et al.,2017)
multifokal berwarna
keabuan(Abalaka et al.,
(2017)

Bursa Fabricious
 BursaFabricious  Bursa Fabricious atrofi ditandai
membengkak, dengan hemoragi (a), plika
Hiperemi/kongesti(a) berkelok-kelok (b) dan terbentuk
(Etriawati et al., 2016) kista (c) (Etriawati et al., 2016)
Tonsil  a) Deskumuasi epitel, b) sel
 Hemoragi pada seka tonsil mononuclear, c)deplesi sel-sel
limfosit daam folikel limfoid

Sirkulasi Jantung  (a.)Pericarditis (b)Myocarditis)


 Pericarditis

Urogenital Ginjal
 (b)Pembesaran Ginjal  Ginjal mengalami hemoragi dan
terjadi ruang interstisial
 Tumor ginjal

Reproduksi Ovarium
 Hemoraghi pada ovarium

 Salpingitis

DAFTAR PUSTAKA
Abalaka, S.E., Nani, N.A., Idoko, I.S., Tenuche, O.Z., Oyelowo, F.O., Ejeh, S.A.,
Enem, S.I., 2017. Pathological changes associated with an outbreak of
colibacillosis in a commercial broiler flock. Sokoto Journal of Veterinary
Sciences, 15 (3): 95-102
Etriawati., Dewi, R., Ekowati, H., Surachmi, S. 2017. Study Histopatologi Limpa dan
Bursa Fabricious Ayam Berpenyakit Tetelo (Newcastle Disease) pada
Kasus Lapang. Jurnal Veteriner. 18(4): 510-515
Karthik, K., Ramasamy, B., Ramainggam, M., Kaliyaperuma, M., Kulasekaran, S.
2018. Chronic Respiratory Disease outbreak in an organized native chiken
farm. J Dairy Vet Anim Res. 7(3):79-82
Pranatha, DW., Irhas, R.,Arhiono, PNA., Widyasanti, HWN., Kardena, IM. 2018.
Laporan Kasus Newcastle Disease dan Avian Influenza pada Ayam Buras.
Indonesia Medicus Veterinus. 7(5): 498-507
Tonu, N.S., Sufian, A.M., Sarker, S., Kamal, M.M., Rahman, M.H., Hossain M.M.,
2011.Pathological Study on Colibacillosis in Chickens and Detection of
escherichia coli by PCR. Bangl. J. Vet. Med. 9(1): 17 –25
Wirata, IK., Dinar, HWH., Fiki, IK. 2013. Gambaran patologi anatomi dan
histopatologi pada kasus kematian itik di Bai yang teridentifikasi
disebabkan oleh virus Avian Influenza (H5N1) Clade 2.3.2. Buletin
Veteriner. 25(82) : ISSN:0854-901X

Anda mungkin juga menyukai