Pembahasan Atritis
Pembahasan Atritis
Istilah rheumatoid berasal dari bahasa yunani, rhematoid, yang berarti mucus; suatu cairan yang di
anggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulakan rasa nyeri.
Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi pada beberapa
penyakit arthritis rhematoid, sehingga istilah yang sudah lama di pakai kemungkinan masih sesuai pada
saat ini. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendih yang sering kali memberikan gejala
yang hampir sama dan sebaliknya beberapa penyakit rheumatoid arteritis mempunyai manifestasi
ekstra-artikular pada berbagai organ (Taufan, 2012).
Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis
dan menyerang sendih serta jaringan lunak. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multisistem yang
keronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang
bervariasi. RA menyeranmg semua orang yang berusia 25-50 tahun, de facto ia bisa terjadi pada semua
usia (Iskandar, 2013).
Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan peradangan difus diparu-paru, memmbran di sekitar
jantung, selaput paru-paru, putih mata dan lesi nodular yang paling umum dalam jaringan subkutan.
Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, autoimunitas dan kemajuan, rheumatoid
arthritis dianggap sebagai penyakit autoimun sistemik (Suiraoka, 2012).
Hingga saat ini penyebab rheumatoid arthrtis belum diketahui pasti. Ada yang mengatakan bahwa
rheumatoid arthritis disebabkan oleh mikroplasma, virus dan sebagainya, tetapi hal itu belum terbukti
karena ada beragam faktor lain yang turut mempengaruhinya, termasuk kecenderungan genetika, yang
bisa mempengaruhi reaksi autoimun (Iskandar, 2013)
Hingga kini penyebab rheumatoid arthritis (RA) tidak diketahui, tetapi berapa hipotesa menunjukan
bahwa rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh faktor-faktor:
Mekanisme IMUN (Antigen Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rheumatoid arthritis.
Gangguan metabolisme
Genetik
Kecenderungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering dijumpai biasanya pada wanita
yang sedang hamil sehingga menimbulkan dugaan terdapatnya faktor yang mempengaruhi pada
penyakit rheumatoid arthritis. Karena pemberian hormonal estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa
faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit rheumatoid arthritis (Nugroho, 2012)
Rheumatoid arthritis biasa muncul secara mendadak, dimana pada saat bersamaan banyak sendi
mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh
terserang rheumatoid arthritis, maka sendi yang sama disisi kanan tubuh juga akan meradang. Dan yang
pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil dijari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan,
perelangan kaki. Biasanya sendi yang meradang menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris,
terutama ketika bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktifitas fisik (Iskandar, 2013)
Menurut Suiroka gejala rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang
berlangsung selama minimal 6 (enam) minggu, yaitu:
Kekakuan pada sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada saat sendi-sendi tangan. Sendi yang bengkak biasanya terasa
hangat dan lembek bila disentuh.
Pengobatan secara simtomatik ditujukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala penyakit rheumatoid
arthritis, tetapi tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Artinya, progresivitas penyakit akan tetap
berlangsung, pembengkakan tidak berkurang dan kerusakan tulang tetap terjadi (Iskandar, 2012).
Menurut Iskandar (2012), obat yang termasuk dalam golongan obat simtomatik, antara lain:
Obat anti-inflamasi non steroid (NSAIDs), seperti : indomentasin, fenil butason, sodium diklofenak,
indoprofen, dan sebagainya.
Meneurut Iskandar (2012), yang termasuk dalam golongan obat remitif antara lain : Cytostatic agent
(obat sitotatiska) Alkylating agent
Anti-malaria (klorokuin)
Antelmintik (obat cacing, misalnya levamisol)
Menurut Suirako (2012), faktor resiko yang akan meningkatkan resiko terkenak penyakit rheumatoid
arthritis adalah
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Rheumatoid arthritis biasanya timbul atara umur 50 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat
terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (arthritis rheumatoid juvenile).
3. Riwayat Keluarga
Apa bila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit rheumatoid arthritis maka anda
kemungkinan besar akan terkenak juga.
4. Merokok
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit rheumatoid arthritis adalah penyakit sistim pencernaan
misalnya gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
non steroid (OAINS dan obat pengubah perjalanan penyakit atau disease modfiyeng anti rheumatoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyeba Morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid
arthritis. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga susah dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatiker.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidak setabilan vertebral servikal dan neuropati
iskemik akibat vaskulitis. Jadi rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan inflamasi pada sendi terutama mengenai membran synovial pada sendi dan mengarah
pada destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur (Mansjour, 2001)
Masuknya sel radang kedalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan
terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis rheumatoid
arthritis. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi,
mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi
dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan (Nugroho, 2012)
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses
inflamasi.
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
Untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif dari
pada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu
asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat
berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasy atau total join replacement untuk
menganti sendi.