Anda di halaman 1dari 2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepemilikan Tempat Sampah Rumah Tangga

Kelurahan Rappojawa kecamatan Tallo Kota Makassar


Tahun 2010

Kepemilikan RW Total
Tempat
Sampah 1 2 3 4 5
88.6 46.5 47.8 40
Tidak 109 % 47 % 87 % 87 47.0% 79 56.0% 9 55.9%
11.4 53.5 52.2 32
ya 14 % 54 % 95 % 98 53.0% 62 44.0% 3 44.1%
100. 100. 18 100. 18 100.0 14 100.0 73 100.0
Total 123 0% 101 0% 2 0% 5 % 1 % 2 %

Sumber : Data Primer Tahun 2010


Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas
manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan
tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh
karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup
masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai
dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu
sangatlah berpengaruh dalam hal ini.

Masalah sampah merupakan masalah penting yang dapat merusak


keseimbangan ekosistem lingkungan. Berdasar perhitungan Bappenas dalam buku
infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia
sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020
menjadi 53,7 juta ton (Mungkasa, 2004).
Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas
675 hektar dan meningkat menjadi 1610 hektar di tahun 2020. Kondisi ini akan
menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan kosong di kota besar. Menurut
data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang diangkut hanya mencapai
18,3%, ditimbun 10,46%, dibuat kompos 3,51%, dibakar 43,76% dan lainnya
dibuang di pekarangan pinggir sungai atau tanah kosong sebesar 24,24%.
Tabel 1. Estimasi Timbunan Sampah di Indonesia pada tahun 2008
Kelompok Wilayah Timbulan sampah (juta ton/tahun)
Sumatera 8,7
Jawa 21,2
Balinusra 1,3
Kalimantan 2,3
Sumapapua 5,0
Total 38,5
Sumber : Kementrian Negara Lingkungan Hidup (2008)

Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak
berharga. Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula
yang paling menghindari sampah. Selama ini sampah dikelola dengan konsep
buang begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incenerator atau
dibakar begitu saja), gali tutup (sanitary landfill), ternyata tidak memberikan solusi
yang baik, apalagi jika pelaksanaannya tidak disiplin.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya warga
menolak kehadiran TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah). Penyebab banjir
umumnya sampah organik, plastik atau kaleng-kaleng yang sulit terurai.
Sampah-sampah jenis ini juga perlu mendapat perhatian kita untuk di daur ulang
Dalam konteks inilah, perlu dicari solusi penanganan sampah kota yang
tepat, yang mampu mengeliminir menumpuknya timbunan sampah, sampai
mencapai taraf zero waste. Tidak akan ada lagi cerita tentang menumpuknya
sampah di TPA atau di pinggir jalan atau dikali/selokan yang mengganggu aliran
air.
Menurut Emha Training Center (2005), jenis dan komposisi sampah di
perkotaan terdiri dari sampah organik sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik
masing-masing 10%, kaca dan logam masing-masing 2% dari total sampah yang
diproduksi setiap harinya.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan
sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sampah pada umumnya terbagi menjadi 2 :
– Sampah organik (sampah basah)
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa tepung, sayuran dll.
– Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di
alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang sangat lama.

Anda mungkin juga menyukai