Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS REMINISCENCE THERAPY UNTUK MENGURANGI

DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL KABUPATEN BIREUEN

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Magister Keperawatan
Pada Program Studi Magister Keperawatan

Oleh:
NURUL HUSNA
1712 2010 10031

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM- BANDA ACEH
TAHUN 2020

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan fenomena global. Hampir setiap negara di dunia sedang

mengalami peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 2019, jumlah lansia di

dunia mencapai 703 juta lansia yang berusia 65 tahun ke atas. Pada tahun 2050,

jumlah lansia diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 1,5 miliar. Di

dunia, jumlah lansia yang berusia ≥ 65 tahun meningkat dari 6% pada tahun 1990

menjadi 9% dari jumlah penduduk pada tahun 2019. Jumlah tersebut diprediksi

akan terus meningkat hingga 16% pada tahun 2050 (World Population Aging,

2019).

Di Indonesia, jumlah penduduk lansia terus meningkat. Pada tahun 2010

jumlah penduduk lansia sebanyak 18 juta jiwa (7,56%) mengalami peningkatan

pada tahun 2019 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%). Jumlah ini diprediksi akan terus

meningkat pada tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa 915,77%). Pemerintahan

mengharapkan para lansia untuk tetap sehat, mandiri, aktif, dan produktif

(Kemenkes RI, 2019).

Terjadinya peningkatan harapan hidup lansia dikarenakan keberhasilan

pemerintah dalam pembangun bidang kesehatan. Dengan meningkatnya angka

harapan hidup maka jumlah lanjut usia akan mengalami pertumbuhan, sehingga
akan timbul masalah masalah pada lanjut usia, meliputi perubahan fisik, mental

dan psikososial (Effendi dan Mahfudly, 2009).

Masalah psikososial yang akan muncul jika lansia tidak dapat beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses menua, salah satunya

adalah depresi (Setyoadi, 2011). Lebih dari 20% lansia yang berusia 60 tahun ke

atas mengalami gangguan mental dan 6,6% mengalami kecacatan dan gangguan

neuropsikiatri yang paling umum adalah demensia dan depresi. Pada lansia,

depresi terjadi pada 7% populasi lansia, terutama pada lansia yang mengalami

penyakit kronis (WHO, 2015). Masalah psikososial depresi pada lansia dapat

disebabkan oleh penyakit fisik, stress, kurangnya atau tidak adanya dukungan

social dan sumber ekonomi yang kurang memadai (Shives, 2005).

Depresi merupakan kehilangan aktivitas umum yang menyenangkan

(Frisch & Frisch, 2006). Depresi pada lansia kurang diketahui dengan jelas,

dikarenakan perasaan sedih dan tidak bersemangat tidak dapat dilaporkan dengan

alasan takut dipermalukan (American Academy Of Family Physicians, 2009).

Pravelensi terjadinya depresi lansia semakin tinggi beriringan dengan

penambahan lanjut usia 75 tahun ke atas lebih beresiko terjadi depresi dari pada

lansia yang berumur 75 tahun ke bawah, prevelensi depresi pada lansia juga

berbeda antra pria dan wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015)

di dapatkan hasil bahwa angka depresi yang di alami wanita lebih tinggi dari

pada pria. Angka depesi pada lansia wanita yaitu 41,2 % dan lansia laki-laki 33,3

% (Nelleke et al, 2018).


Keadaan depresi dapat menyebabkan berbagai macam dampak, baik fisik,

psikologis, sosial, dan kualitas hidup lansia. Lansia depresi yang tidak

mendapatkan penatalaksanaan secara cepat dan tepat, maka dapat menyebabkan

masalah yang serius seperti sakit fisik, penyalahgunaan obat, alkohol, dan nikotin,

peningkatan angka kematian, dan bunuh diri (Segal, et al, 2009). Depresi pada

lansia juga mempunyai dampak negative pada kualitas hidup lansia. Lansia

merasa tidak puas dengan fungsi sosialnya, mempunyai tingkat kepuasan hidup

yang rendah dan persepsi kesehatan fisik dan mental yang rendah (Doraiswamy,

et al 2016). Oleh karena itu diperlukan penatalaksanaan yang tepat mengatasi

depresi pada lansia.

Penatalaksanaan depresi pada lansia dapat dilakukan dengan intervensi

psikologis yang dilakukan adalah cognitive behavior therapy, interpersonal

therapy, problem solving therapy, reminiscence therapy, live review therapy

(Dutkun, et al, 2018). Flynn dan Warren (2014) menjelaskan bahwa elemen

penting dari CBT yaitu berfokus pada kognisi yang terdistorsi tentang diri, dunia,

dan masa depan, dan pada perilaku yang menyebabkan atau mempertahankan

suatu gejala. Pada kasus depresi ringan sampai sedang, CBT setara dengan obat

antidepresan. Namun terapi cognitive behavior therapy (CBT) harus melakukan

latihan yang bersertifikasi untuk dapat memberikan hasil yang optimal, sehingga

dapat mengubah kognitif. Oleh karena itu penting dilakukan terapi reminiscence

therapy, karena mudah dilakukan dan tidak memiliki efek samping. Rieberro, et

al(2015) mengatakan reminiscence therapy merupakan intervensi yang efektif di


berikan pada lansia dipanti werdha, karena terapy ini relative mudah dan dapat

meminimalkan efek samping/resiko yang membahayakan pada lansia. Oleh

karena itu terapi ini sangat penting di laksanakan pada lansia yang mengalami

depresi sebagai salah satu intervensi untuk mencegah atau memulihkan kondisi

depresi yang di alami lansia mengingat dampak depresi yang cukup berat.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Yan Ping (2016) menyebutkan

bahwa Reminiscence Therapy efektif menurunkan depresi pada lansia dikarnakan

terapi ini snagat efisien dan mudah di lakukan pada setiap lansia.

Kabupaten Bereun memiliki luas wilayah 1.901,21 Km atau 190.121.Ha

terbagi dalam 17 Kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 609. Jumlah

penduduk lansia diwilayah Kabupaten adalah 450.544 jiwa (dari total penduduk

provinsi Aceh berjumlah 4.486.570 jiwa), yang terdiri atas 21.296 pria dan 22.960

wanita. (BPS Bireuen, 2018).

Panti Sosial Tresna Werdha Kabupaten Bireuen, yang berlokasi di Desa

Cot Bada Kecamatam Peusangan Kabupaten Bireuen. Berdasarkan data rekam

medik yang terdapat di Panti sosial tersebut pada tahun 2018 jumlah lansia, terdiri

dari 10 laki-laki dan 35 perempuan. Jumlah petugas kesehaatan berjumlah 5 orang

akan tetapi tidak ada petugas khusus yang menangani lansia secara psikologis.

Untuk mengatasi masalah Psikologis, petugas hanya melakukan berbagai kegiatan

pada klien, keluarga serta masyarakat. Kegiatan tersebut belum mendapatkan

hasil yang efektif disebabkan masih kurangnya pengetahuan tentang penanganan

lansia dengan depresi.


Berdasarkan studi awal di Panti social Tresna Werdha Belai Kasih

Bireuen, bahwa Reminiscence Therapy baik secara individu maupun kelompok

belum pernah di lakukan, padahal terapy ini cukup efektif untuk lansia yang

mengalami depresi. Oleh karena itu peneliti berminat melakukan penelitian yang

berkaitan dengan pengaruh Terapi Reminiscence pada lansia yang mengalami

depresi yang dilakukan secara berkelompok.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting dilakukan penelitian

tentang “Efektivitas Reminiscence Therapy untuk mengurangi depresi pada lansia

di Kabupaten Bireuen Tahun 2020?”.

1.2 Rumusan masalah

Depresi pada lansia dapat menimbulkan maslaah fisik dan mental pada

individunya, dimana lansia tidak mau atau tidak mau memilikimotivasi untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Reminiscence Therapy merupakan terapi yang

dapat menurunkan depresi pada lansia sehingga rumusan asalah dalam penelitian

ini yaitu : Bagaimana pengaruh reminiscence therapy untuk mengurangi depresi

pada lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Belai Kasih Kabupaten

Bireuen Tahun 2020.


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

Reminiscence Therapy untuk mengurangi depresi pada lansia di Panti Sosial

Kabupaten Bireuen

1.2.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui rerata depresi pada lansia sebelum diberikan

reminiscence therapy pada kelompok intervensi di Panti Sosial Kabupaten

Bireuen

b. Untuk mengetahui rerata depresi pada lansia setelah diberikan reminiscence

therapy di Panti Sosial Kabupaten Bireuen

c. Untuk mengetahui pengaruh reminiscence therapy untuk mengurangi

depresi pada lansia kelompok intervensi di Panti Sosial Kabupaten Bireuen

d. Untuk mengetahui pengaruh reminiscence therapy untuk mengurangi

depresi pada lansia kelompok kontrol di Panti Sosial Kabupaten Bireuen

e. Untuk mengetahui perbedaan depresi antara kelompok control dan kelompok

intervensi sebelum dan setelah diberikan reminiscence therapy.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat aplikatif

Diharapkan pada penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk panti

Sosial Tresna Werdha Kabupaten Bireuen yang akan dilakukan penelitian


untuk mengintegrasikan, program penguatan pendidikan bagi semua pihak

untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam mencegah maupun mengurangi

depresi, meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, khususnya perawatan

kesehatan jiwa pada klien lansia yang berada di Panti social Tresna Werdha

Bireuen sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya, memberikan rujukan

bagi lansia yang mengalami depresi untuk diberikan perawatan lanjutan oleh

perawatan spesialis keperawatan sebagai tenaga perawat tetap dip anti social

serta diharapkan juga dapat menjadi data dasar dan bahan pertimbangan dalam

menyusun program pendidikan dan pelayanan kesehatan/keperawatan sesuai

standar untuk mengurangi depresi pada lansia

1.4.1 Manfaat keilmuan

Adanya metode terapi kelompok reminiscence sebagai salah satu terapi

spesialis keperawatan jiwa bagi kelompok individu khususnya lansia yang

mempunyai resiko atau telah mengalami maslah psikososial depresi, di

harapkan juga penelitian ini sebagai evidence based dalam mengembangkan

psikoterapy yang lain seperti terapy supportif dan terapi kelompok swabantu

(Self Help Grup) serta terapi keluarga seperti terapi Psikoedukasi

Anda mungkin juga menyukai