Anda di halaman 1dari 4

NAMA : LATRI NOVIA UTAMI

NIM : 030916519

TUGAS III : ORGANISASI DAN MANAJEMEN

1 a Ada 4 (empat) ciri  birokrasi di negara berkembang dengan Model Sala, sebutkan ke 4
ciri tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi  birokrasi pada
Pemerintah Republik Indonesia termasuk atau tidak pada Model Sala? Jelaskan ciri-
cirinya ! (Skor 20)

  b Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan perubahan organisasi, sebutkan ke 3 faktor 


tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi  perubahan organisasi
Pemerintah Republik Indonesia disebabkan oleh faktor perubahan tersebut?  Jelaskan!
(Skor 20)

2 a Sebutkan dan jelaskan kendala-kendala birokrasi di Indonesia? Jelaskan, serta berikan


contohnya! (Skor 20)

  b Ada 4 (empat) syarat dalam penerapan T-Form dalam organisasi, sebutkan ke 4 syarat
tersebut,  serta jelaskan pula organisasi Pemerintah Republik Indonesia sesuai atau
tidak dengan dengan syarat T-Form? (Skor 20)

1.A Ada4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang Indonesia dengan Model Sala :

1. Pelayanan dalam sala berdasarkan bazar-kantin, artinya tidak menentu. Bazar-kantin


adalah keadaan perekonomian yang berhubungan dengan jual beli dan penentuan
harga.

2. Kebijaksanaan pada Model Sala dibuat berdasarkan pendapat dari pemegang


kekuasaan (elite) dan bukan berdasrkan tuntutan atau keinganan masyarakat.

3. Pengadaan pegawai di Model Sala sangat berbeda dengan Model Biro. Pada model
biro pangadaan pegawai di ambil dari sumber luar melalui ujian saringan berdasarkan
profesionalisasi.

4. Kewenangan tidak dibarengi dengan pengawasan. Dalam masyarakat diffracted


kewenangan sejalan dengan kekuasaan. Artinya seseorang yang mendelegasikan
kewenangan kepada bawahannya mampu mengawasi bawahannya.
Kondisi birokrasi di Indonesia termasuk dalam Model Sala. Ciri birokrasi di atas merupakan

B Ada 3 faktor yang menyebabkan perubahan organisasi :

1. Faktor pasar dan selera masyarakat

2. Kemajuan teknologi yang luar biasa

3. Perkembangan sosial, politik, atau tekanan pihak luar.

2. A Kendala-Kendala Birokrasi Di Indonesia :

1. Kendala dalam Struktur Organisasi

Pada zaman orde baru, pola susunan organisasi departemen berdasarkan Keppres No. 44
Tahun 1974 dan Keppres No. 15 Tahun 1984 maka susunan organisasi ini cenderung
mengarah kepada pola yang mekanik yang mempunyai cirri antara lain menganut prinsip
pembagian habis tugas dan prinsip perumusan tugas pokok yang jelas. Artinya tidak ada tugas
yang tidak ada orang yang mengerjakannya dan setiap tugas jelas batas-batasnya. Susunan
organisasi yang mekanik ini mengarah kepada terkotak-kotaknya tugas pekerjaan dan mendidik
seorang petugas untuk bertanggung jawab hanya dalam satu bidang tugas saja. Akibatnya
setiap petugas akan melaksanakan tugas tersebut secara terkotak-kotak pula dan akan
memandang tugasnya lebih penting untuk didahulukan daripada tugas orang lain. Akan
mendidik orang bersifat individualis dalam melaksanakan tugasnya.

2. Kendala dalam Melakukan Koordinasi Horizontal

Pembangunan terpadu yang melibatkan berbagai-bagai instansi pemerintah dan pihak swasta
dalam pengelolaannya memerlukan suatu lembaga sebagai wadah koordinasi. Lembaga ini
terkenal dengan sebutan Badan Koordinasi (BAKOR). Kendala dalam koordinasi horizontal ini
adalah ketidakserempakan tugas yang dilakukan oleh para instansi yang terlibat dalam
koordinasi. Contohnya, pada zaman orde baru, dalam program trasmigrasi kita mengenal suatu
BAKOR. Dahulunya badan ini disebut BAKOPTRANS (Badan Koordinasi Penyelenggara
Transmigrasi). Sekarang menurut Keppres No. 59 Tahun 1985 namanya diganti menjadi
Koordinasi Penyelenggara Transmigrasi (KOPTRANS). Tugas yang dilakukannya yaitu suatu
lembaga tersendiri yang merupakan suatu lembaga yang berada di luar organisasi yang
berdasarkan Keppres No. 44 Tahun 1974. Di dalam Keppres No. 44 Tahun 1974 ada suatu
ketentuan untuk menggunakan prinsip koordinasi dalam mengelola kegiatan pembangunan,
tetapi tidak mengatur secara tepat bagaimana bentuk dan cara organisasinya, terutama yang
bersifat horizontal dan yang melibatkan berbagai-bagai instansi pemerintah dan swasta.
Akibatnya telah tumbuh Bakor seperti jamur di luar organisasi pokok berdasarkan Keppres No.
44 Tahun 1974, sehingga keberadaannya harus diatur dalam keputusan tersendiri seperti
Keppres No. 59 Tahun 1984 tentang Koordinasi Transmigrasi. Keadaan seperti ini menandakan
kepada kita bahwa Keppres No. 44 Tahun 1974 tentang pokok-pokok organisasi departemen
dan Keppres No. 15 Tahun 1986 tentang susunan organisasi departemen belum lengkap
karena koordinasi tidak teratur pokok-pokoknya di dalam Keppres-keppres tersebut.

3. Kelemahan Komunikasi

Kelemahan komunikasi sering terjadi karena instansi-instansi yang lebih rendah tidak serentak
mendapat surat perintah dari atasan pusatnya. Keadaan yang demikian, banyak terjadi pada
instansi-instansi vertical tingkat daerah provinsi atau kabupaten. Walaupun bupati adalah
sebagai coordinator pembangunan di daerahnya, adakalanya dia tidak tahu bahwa di
daerahnya sedangberlangsung suatu proyek pembangunan. Contohnya, Kanwil pertanian
mengirimkan bibit tanaman reboisasi dan penghijauan ke suatu daerah kabupaten karena
diperintah dari pusat. Sedangkan kandep kehutanan dan bupati sebagai koordinator tidak diberi
tahu oleh atasannya bahwa di daerahnya akan diadakan reboisasi dan penghijauan. Mereka
tentu harus menunggu dahulu perintah dari atasannya tentang penunjukan daerah yang akan
direboisasikan atau dihijaukan kembali. Sementara menunggu perintah pusat tersebut bibit
tanaman yang akan dikirim oleh kanwil transmigrasi sudah mulai membusuk karena tidak
ditanam segera. Adakalanya instansi-instansi vertical tidak mengabaikan koordinasi yang
dilakukan oleh gubernur/ bupati sebagai administrasi pembangunan dan pengawasan di
daerahnya. Seperti di ketahui bahwa sebagian besar proyek-proyek pembangunan dibiayai oleh
pemerintah pusat. Unit-unit pelaksana di wilayah seperti kanwil-kanwil lebih cenderung berkiblat
ke pusat dan mengabaikan koordinasi yang dilakukan oleh kepada wilayah gubernur atau
bupati. Kalau seandainya terjadi ketidak lancaran dalam suatu proyek pembangunan yang
berada di wilayah maka akan dapat teguran bukanlah instansi-instansi pelaksana di daerah
(kanwil) tetapi adalah gubernur atau bupati selaku koordinator pembangunan dan pengawasan
di daerahnya.

4. Kendala Psikologi

Rapat koordinasi jika tidak dihadiri sendiri oleh kepada instansi yang bersangkutan dan
mewakilkan kepada bawahannya maka keadaan dapat menimbulkan efek psikologi yang
negatif bagi kepala instansi lain yang menghadirinya karena mereka menganggap tidak setaraf
dengan bawahan-bawahan yang mewakili atasannya. Pada rapat yang akan datang mereka
cenderung akan mengirimkan wakil-wakilnya pula. Kalau hal ini terjadi maka Bakor-bakor tidak
akan berfungsi karena tidak dapat memecahkan masalah yang timbul dan hal yang demikian
akan menghambat kelancaran pembangunan itu sendiri.

5. Kendala dalam Pendelegasian Wewenang

Kendala ini akan timbul sebagai akibat kurangnya distribusi kewenangan yang terjadi dalam
birokrasi, secara keseluruhan maupun pada suatu unit organisasi. Keadaan ini akan tercemin
pada cara pengambilan keputusan yaitu cenderung berorientasi ke atas. Artinya pejabat yang
lebih bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus menunggu dari atas. Contohnya,
sesuatu instansi pemerintah yang berada jauh dari pusat Jakarta memerlukan truk untuk
kelancaran tugasnya di daerah. Mereka tidak diperkenalkan member sendiri kendaraan tersebut
di daerah, tetapi harus menunggu kendaraan yang dibelikan oleh pusat di Jakarta. Untuk
menunggu kendaraan tersebut mungkin diperlukan masa yang cukup panjang karena
banyaknya birokrasi atau prosedur yang harus dilalui untuk membeli barang-barang keperluan
kantor. Keadaan ini jelas menjadi kendala dalam pembangunan yang menghendaki serba cepat
serta berkesinambungan.

6. Kendala Komunikasi ke Atas

Letak geografis Indonesia yang serba sulit, seharusnya tidak menjadi masalah pokok dalam
berkomunikasi dewasa, mengingat telah semakin sempurnanya sarana komunikasi seperti
jumlah frekuensi penerbangan, pelayaran, dan palapa. Tetapi khusus dalam komunikasi
tertulis, efisiensinya masih rendah. Contohnya, dalam hal permintaan penjelasan terhadap
peraturan menteri yang kurang jelas kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbulan-
bulan, sehingga bila jawaban tersebut sampai ke daerah maka masalahnya sudah tidak relevan
lagi.

7. Kendala-kendala pada Aparat Birokrasi

a. Kendala yang bersumber pada hubungan antara atasan dan bawahan

b. Kapasitas kerja yang belum maksimal

c. Mental aparat birokrasi yang rapuh

Untuk mengatasi kendala-kendala organisasi birokrasi maka perlu disehatkan kembali yaitu
dengan cara menyempurnakan susunan organisasinya mengikuti pola organisasi yang cocok
dan luwes sesuai dengan tugas pembangunan termasuk penyempurnaan aparat-aparatnya.

B Persyaratan penerapan model T. form dalam organisasi :

1. Melakukan perubahan sikap aparat birokrasi yang sudah terbiasa berorientasi ke atas
kepada berorientasi ke bawah.

2. Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri penuh kreatif dan inovatif
dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah.

3. Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti dengan strategi pemberian


pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada pengguna jasa.

4. Aparat birokrasi dipersiapkan untuk mahir berkomunikasi melalui computer terutama


yang berhubungan dengan sistem teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai