Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL SEMINAR AWAL

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG NUSA INDAH


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
KELOMPOK II

Aulia Setiana M. (2019.NS.A.07.003)


Anggi Eka Putra P. (2019.NS.A.07.036)
Dea Devega (2019.NS.A.07.041)
Eki Alpiansyah (2019.NS.A.07.010)
Heru Hasby (2019.NS.A.07.011)
Margareta Arfina (2019.NS.A.07.053)
Nopianti (2019.NS.A.07.057)
Pebri Rolando N. (2019.NS.A.07.019)
Runaca (2019.NS.A.07.023)
Septama Yoga (2019.NS.A.07.025)
Vini Widia Putri (2019.NS.A.07.065)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global
akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus
mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat terus-menerus berubah karena berbagai faktor yang
mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Dengan berkembangnya
masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya
perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan, maka mungkin saja akan terjadi
pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di Rumah
Sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk
pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu,
pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan
profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab, dan bertanggunggugat
(accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan
kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. Manajemen Asuhan Keperawatan
Profesional merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah
ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan di ruang manajemen asuhan keperawatan profesional
adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang
manajemen asuhan keperawatan profesional adalah kegiatan perencanaan yang
melibatkan seluruh personil (perawat) ruang model asuhan keperawatan
profesional mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat
pelaksana), dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa
memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena
berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh
perawat.
Pelayanan keperawatan yang diberikan model asuhan keperawatan
profesional memiliki pedoman dan dasar yang dapat dipertanggung jawabkan
bukan atas dasar kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien, asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari
kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun
keagamaannya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan ditatanan pelayanan di rumah sakit (Nursallam, 2011). Perawat sebagai
profesi yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun
profesi atau tenaga kesehatan yang lain. Manajemen diperlukan guna tercapainya
pelayanan keperawatan berkualitas. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan
yang berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah mendapat
perhatian secara menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan
pelayanan di rumah sakit dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
haruslah dapat dikelola secara efektif dan efisien dengan menggunakan proses
manajemen, khususnya manajemen keperawatan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami mencoba menerapkan kembali
MAKP sesuai standar RSUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Rayadi Ruang Nusa
Indah. MAKP yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan
melaksanakan role play yang meliputi timbang terima, ronde keperawatan,
sentralisasi obat, supervisi, discharge planning dan dokumentasi dengan
melibatkan perawat ruangan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakannya praktik penerapan MAKP, mahasiswa mampu
mengerti, memahami serta menerapkan konsep teori model pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MAKP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi Ners pada stase
Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu:
1) Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model pemberian
asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
2) Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
3) Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
4) Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan
pasien.
5) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
6) Evaluasi keperawatan
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
2) Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model Manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan
3) Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan
Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
4) Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
1) Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yangberkaitan dengan pelaksanaan Manajemen Asuhan
Keperawatan Profesional.
2) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
3) Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
4) Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga
1) Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
2) Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Nursalam
2014).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber
daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008).
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode
yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya,
termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari
institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi
atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat
manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan
dalam tiga tingkatan yaitu:
1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,
keterampilan berfikir.
2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.
3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dengan individu atau kelompok.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian),
Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan
tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan
terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg
(2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dansumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
1) Tujuan Perencanaan
(1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
(2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
(3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
(4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
(5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan dating
(6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
(7) Pentinguntukmelakukankontrol yang lebihefektif
2) Tahap Dalam Perencanaan
(1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
(2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
(3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
(4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai
(5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program
(6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3) Jenis Perencanaan
(1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuanyang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
(2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara
menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk
mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan
operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan
rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah
ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program
dan proyek.
4) Manfaat Perencanaan
(1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
(2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
(3) Memudahkan kordinasi
(4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
(5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
(6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
(7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
(8) Menghemat waktu dan dana
5) Keuntungan Perencanaan
(1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif
(2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
(3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
(4) Memodifikasi gaya manajemen
(5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6) Kelemahan Perencanaan
(1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
(2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
(3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
(4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
(5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan
wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara
dalamrangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1) Manfaat Pengorganisasian
(1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
(2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
(3) Pendelegasian wewenang
(4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2) Langkah-langkah Pengorganisasian
(1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan
(2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
(3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis
(4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
(5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
(6) Mendelegasikan wewenang
1) Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan
staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan
rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien,
perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program
pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah
yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun.
Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah
sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien
yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan
pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan
pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu
dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan
jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel
perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan
tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program
staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada
cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang
pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan
shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
2) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam
Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses
persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok)
membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu 
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan
(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu:
(1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
(2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
(3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.
Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan
frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku
yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan
keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini
termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat professional.
3) Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan
fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu
apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi
yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi
3) Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
5) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
(1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
(2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
(3) Harus memandang ke depan
(4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
(5) Harus objektif
(6) Harus fleksibel
(7) Harus menunjukkan pola organisasi
(8) Harus ekonomis
(9) Harus mudah dimengerti
(10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab
mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan
mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif.
Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode
pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan
keperawatan adalah:
1)    Analisa tugas:
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam
pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan.
2) Kontrol kualitas:
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari
pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan
tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standard atau rencana kerja
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.
2.1.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
3. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan
menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik
serta prioritasnya
4. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang  efektif
5. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
6. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.1.4 Komponen Manajemen Keperawatan
1. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Pada umumnya  merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses
merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga
mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
3. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan
staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil atau keluaran.
4. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
5.   Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)
2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar
dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan
lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun
dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan
fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya
tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa
meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria
ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan,
motivasi, sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab
urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau
urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak
sering tidak masuk kerja.
2.2.3 Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja
yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang
baik terhadap produktivitas karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas
berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan
keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam
hubungan interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional
(D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1
dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan.
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di
dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga
manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia
dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan,
sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan
tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan
bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik
biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada
individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal
ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa pelatihan
merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau
kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
2.3 Sarana dan Prasarana (M2)
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan,
proyek). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin,
sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak
seperti gedung.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan
untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya produksi.
2.3.1 Ruang Lingkup Saranadan Prasarana
1) Peralatan/perlengkapan berbentuk lembaran
Perlatan/perlengkapan yang berbentuk lembaran/helaian, yaitu kertas HVS,
kertas folio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir, kertas berkop,
plastik transparan, kertas karton, kertas buffalo, amplop dan map.
2) Peralatan/perlengkapan berbentuk nonlembaran
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk non lembaran (bukan brrupa kertas
lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris, rautan, gunting,
pemotong kertas (cutter), pembuka surat (letter opener), pelubang kertas dll.
3) Peralatan/perlengkapan berbentuk buku
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain :
(1) Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian
sekretaris.
(2) Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang
berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa,
hingga prosedur kerja.
(3) Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat
sehari-hari.
4) Peralatan/perlengkapan kantor dilihat dari penggunaannya :
(1) Barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang/benda kantor yang pengguanaannya
hanya satu/beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh : kertas,
tinta, karbon, klip, pensil dan pulpen.
(2) Barang tidak habis pakai
Barang yang tidak habis pakai adalah barang/benda kantor yang
penggunaannya tahan lama. Contoh : stapler, perforator, cutter, dan
gunting.
2.4 M3 Metode Asuhan Keperawatan
2.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
Keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di
rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat.
Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapakan model asuhan
keperawatan primer. Adapun bagan model asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :

TIM MEDIS DAN TIM KEPALA RUANGAN


LAIN SARANA RS

PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE
KLIEN KLIEN

Gambar 2.1 Struktur Penerapan MAKP


Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan proteksi, informasi dan advokasi (Gillies, 1989)
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, Akontable
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin profesi.
2.4.1.1 PembagianTugas
Job Description Model Praktek Keperawatan primary nursing
1. Kepala ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
(3) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
(4) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru atau tenaga
lain yang akan bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di
ruang rawat.
6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
7) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah
8) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
9) Menyusun permintaan rutin meliputi: kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
11) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan
12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya serta kegiatan
rutin sehari-hari di ruangan
13) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (Visite dokter)
untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan,
serta menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.
14) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi
untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan
15) Mengadakan pendekatan kepada tiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya
16) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga
dalam batas kewenangan
18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
19) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan
secara tepat dan benar untuk tindakan perawatan selanjutnya.
20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang
lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan
kepala unit di RS
21) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberikan
ketenangan.
22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian
memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan
diitnya
24) Memelihara buku register dan berkas catatan medik
25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.

(5) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian,


meliputi :
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang perawatan
3) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien.
4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
2. Perawat Primer
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada klien.
Tugas pokok :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana perawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila
diperlukan.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
6) Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan
7) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
8) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
11) Mempersiapkan pasien pulang
12) Membuat laporan harian
3. Perawat Associate
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas pokok :
(1) Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
1) Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun
2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
3) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
(2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
(3) Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien :
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
(6) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik
(7) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya
(8) Memberi pertolongan segera pada pasien gawat atau sakratul maut
(9) Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam ketatalaksanaan
ruangan serta administratif.
1) Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal
2) Sensus harian dan formulir
3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
(10) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
(11) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
(12) Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian
(13) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien tentang penyakitnya.
2.4.1.2 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan pasien (berdasarkan teori D.
Orem : Self-care Deficit)
1. Minimal Care
(1) Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan bantuan :
1) Mampu naik – turun tempat tidur
2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3) Mampu makan dan minum sendiri
4) Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan bantuan
5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
(2) Status psikologis stabil
(3) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
(4) Operasi ringan
2. Partial Care
(1) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik – turun tempat tidur
2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi / berjalan
3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
(2) Post operasi minor (24 jam)
(3) Melewati fase akut dari post operasi mayor
(4) Fase awal dari penyembuhan
(5) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
(6) Gangguan emosional ringan
3. Total Care
(1) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama
1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong / kursi roda
2) Membutuhkan latihan pasif
3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intra vena
(infus) atau NG tube (sonde)
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6) Dimandikan perawat
7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2.4.1.3 Konsep Penghitungan Ketenagaan (Ratna Sitorus, 2002)
Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
Jumlah Pagi Pagi Pagi
pasien Siang Siang Siang
Malam Malam Malam

Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat

2.4.1.4 BOR ( Bed Occupation Rate)


Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR :

Rumus Perhitungan BOR :


BOR = Jumlah Pasien X 100 %
Jumlah TT

2.4.2 Timbang terima


Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan (Nursalam, 2002)
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post
conferenceadalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk
menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam
pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (Marelli,
et.al, 1997).
Tujuan pre conference adalah:
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
4. Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat pelaksanaan :
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, PP, dan PA (Jean,
et.Al, 1973)

Pedoman pelaksanaan conference:


1. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik
4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuainya dengan situasi lapangan
2.4.2.1 Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.4.2.2 Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien
pulang
2) Identitas klien dan diagnosa medis
3) Masalah keperawatan
4) Data yang mendukung
5) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan
6) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan :
pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbangterima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
(1) Identitas klien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
(4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(5) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
(6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data tidak lebih dari 5 menit.
3. Penutup
1) Kembali ke nurse station, klasifikasi data setelah keliling ke tiap
pasien
2) Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
3) Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.
2.4.3 Ronde Keperawatan
2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.4.3.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.4.3.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.4.3.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
(1) Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
(2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
(4) Menjelaskan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
(6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
(1) Memberikan justifikasi
(2) Memberikan reinforcement
(3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
(4) Mengarahkan dan koreksi
2.4.4 Discharge Planning
2.4.4.1 Pengertian
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990).
Perencanaanpulangataudischarge planningmerupakan proses terintegrasi
yang terdiridarifase-fase yang ditujukanuntukmemberikanasuhankeperawatan
yang berkesinambungan (RadendanTraft, 1990).
2.4.4.2 Tujuan Discharge Plannin
Menurut Jipp dan Sirass (1999) perencanaan pulang (discharge
planning) bertujuan untuk:
1. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian klien.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.

2.4.4.3 Manfaat Discharge Planning


Menurut Spath (2003), discharge planning mempunyai manfaat:
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien
yang dimulai dari rumah sakit
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan klien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
klien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
4. Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah
2.4.4.4 Komponen Discharge Planning
1. Kontrol (waktu dan tempat)
2. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai diet, aktivitas dan istirahat, perawatan diri, perawatan
luka. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman
klien dan keluarga mengenai perawatan klien di rumah.
3. Obat-obatan yang masih diminumkan dan jumlahnya.
Pada klien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum,
dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan fotokopi hasil pemeriksaan
selama MRS dibawakan ke klien waktu pulang
1) Surat-surat seperti: surat keteranganistirahat, suratketerangandirawat
RS, surat kontrol, dan lain-lain.
2) Rujukanpelayanankesehatanterdekat.
2.4.4.5 Tindakan Discharge Planning
Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu
meliputi:
1. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan
diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan
pengetahuan klien.

2. Program pulang bertahap


Bertujuan untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat antara
lain apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan
keluarga.
3. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan klien dirumah.
2.4.4.6 Bagian dari Discharge Planning
Menurut Boyle (1999) discharge planning terdiri dari:
1. Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2. Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang
dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
3. Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
4. Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor
kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di rumah.
5. Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di
rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.
2.4.4.6 Jenis Discharge Planning
1. Conditional discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien bagus tidak terdapat kompilikasi. Klien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu
dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi
klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat
Puskesmas terdekat. Pada ruang Palem II jika pasien menginginkan pulang
paksa maka pasien atau keluarga harusmengisi informed consent terlebih
dahulu, agar pihak rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko setelah di
rumah.
4. Meneruskan dengan obat jalan.
5. Meninggal.
2.4.4.7 Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning)
1. Pada saat pasien masuk ruangan:
1) Menyambut kedatangan pasien
2) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
3) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan
tenaga kesehatan lain
4) Melakukan pengkajian keperawatan
5) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
2. Selama masa perawatan:
1) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
2) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul
sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
3) Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kontrol
3. Persiapan pasien pulang:
1) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman
klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti,
perawatan lanjutan seperti perawatan luka, NGT, dll.
2) Obat-obatan yang masih
dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminumkan,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek
samping yang mungkin muncul.
3) Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien JPS atau Askes kalau ada obat-obatan yang tidak diminum
lagi oleh klien, dikembalikan ke depo farmasi dan untuk pasien umum
mendapat ganti berupa uang di apotek dia membeli obat.
4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada
klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik
RS.
5) Surat-surat seperti: surat
keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan, dll.
2.4.4.8 Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang
1. Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, sosial dan kultural)
2. Mengembangkan rencana keperawatan yang sudah diterapkan dan
mendokumentasikan strategi discharge
3. Memberi pendidikan kepada keluarga dan klien (Patrice, 1999)
2.4.4.9 Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1. Kepala Ruangan
1) Membuka acara discharge planning kepada pasien
2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet dan menyiapkan kartu discharge planning
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan format discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
7) Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai
dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan
oleh perawat primer.

2.4.4.10 Alur Discharge Planning


Dokter dan
PP dibantu PA
Tim Kesehatan

Keadaan pasien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien
Perencanaan
Pulang
Penyelesaian Lain-lain
administrasi

Program HE:
- Kontrol dan
obat/perawatan
- Gizi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan diri

Monitoring oleh petugas


kesehatan dan keluarga

Gambar 2.2 Struktur Alur Discharge Planning

2.5 Pembiayaan (M4/ MONEY)


2.5.1 Kompensasi
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan
imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah:
1. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per
jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan,
atau tahunan
2. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar
gaji atau upah yang diberikan organisasi
3. Tunjangan
4. Fasilitas (Simamora, 2004).
2.5.2 Reward
Reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah
menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan
hukuman menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya.
Wahyuningsih (2009) juga mendefinisikan reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca (2006)
memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan karena
prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa
kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya digunakan
untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang diperoleh
atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa yang mereka
kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental.
2.5.3 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti beda
persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain itu
punishment juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar.
Ngalin purwanto (1988:238) membagi punishment menjadi dua macam yaitu:
1. Hukuman prefentif
Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi
pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman
2. Hukuman refresif
Yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh
adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi
kesalahan.
2.6 Pemasaran (M5/ MUTU)
2.6.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen
dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan
Beteson (2011), yaitu: ”weithout custumers, the service firm has no reasonto
exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut Mowen (2011,): ”Costumers
satisfaction is defined as the overall attitudes regarding goods orservices after its
acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat
dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila
tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat
akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang
disediakan oleh badan usaha yang lain.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
1. Efektif
2. Sederhana
3. Kejelasan dan kepastian
4. Keterbukaan
5. Efisiensi
6. Ketepatan waktu
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah Indonesia
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor publik. Salah satu
produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan publik yang telah
dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja unit
pelayanan publik instansi pemerintah adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004
tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah. Ke-14 indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran
berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara di atas adalah
sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung
jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan
wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan.
4. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
5. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
6. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
7. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati.
8. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
9. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
10. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
11. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan.
12. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


Hak Pasien:
1. Hak untuk
memperoleh informasi meliputi:
1) Diagnosa penyakit yang di deritanya
2) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3) Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta
rencana tindakan untuk mengatasainya
4) Perkiraaan biaya pengobatan
2. Hak memilih dokter
dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan peraturan
yang berlaku dirumah sakit.
3. Hak untuk
memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau pemeriksaan yang
akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
4. Hak memperoleh
pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran
5. Hak mendapat
pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
6. Berhak memperoleh
asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi keperawatan.
7. Hak atas “Privacy”
dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam medisnya.
BAB 3
ANALISA SITUASI

3.1 Analisa Situasi Ruangan


3.1.1 Kajian Situasi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Pada tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylavnus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan, dengan visi misi :
3.1.1.1Visi RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya
Menjadi rumah sakit pendidikan Unggulan di Kalimantan Tengah
3.1.1.2 Misi RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya
1) Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
3) Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
4) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
5) Menjadikan pusat pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan
3.1.1.3 Motto
Motto RSUD dr. Doris Sylavnus Palangka Raya adalah “Bajenta Bajorah”
yaitu Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua orang dengan ramah
tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3.1.1.4 Tipe Rumah Sakit
RSUD dr. Doris Sylavnus adalah Rumah Sakit kelas B pendidikan Rumah
Sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten.

3.1.2 Kajian situasi di Ruang Nusa Indah


3.1.2.1 Karakteristik Unit
1). Tujuan Keperawatan
“Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai macam
kasus penyakit saraf, THT, Mata, dan Gigi Mulut, Mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Operational Prosedur dan peraturan yang berlaku”.
2). Motto
Bajenta Bajorah. Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3.1.2.2 Sifat Kekaryaan Ruang
1). Fokus Telaah
Ruang Nusa Indah merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit
saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Ruang nusa indah menggunakan Metode
Asuhan Keperawatan yang di adopsi dari SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional). Ruangan ini menggunakan pola Modifikasi Tim-
Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup. Masing-masing Tim/Grup
diketuai oleh perawat primer dan selanjutnya beranggotakan Perawat Asosiate
atau perawat pelaksana.
2). Lingkup Garapan
Ruang nusa indah atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulut.Ruang ini diperuntukan bagi pasien dewasa pria
ataupun wanita yang menderita penyakit saraf, THT, Mata dan Gigi
mulut.Beberapa contoh 10penyakit terbanyak pada bulan agustus dan september
yang sering ditemukan di Ruang Nusa Indah adalah Orang dengan
Bipolar/Oppositional Defiant Disorder, Stroke Hemoragik, Cidera kepala ringan,
Stroke non hemoragik, Hipertensi.
3). Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, ruang Nusa indah (Penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulut sudah mempunyai Standar Prosedur Operasional
(SPO) dan Standar asuhan keperawatan (SAK) untuk proses tindakan
keperawatan. Standar operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Nusa Indah
meliputi :
(1). SPO pemeriksaan EKG
(2). SPO pemasangan Infus
(3). SPO pemasangan NGT dan pemberian makanan lewat sonde
(4). SPO perawatan luka
(5). SPO resusitasi jantung-paru
(6). SPO memberikan obat melalui rectum
(7). SPO mengambil darah vena
(8). SPO memasang kateter
(9). SPO pemasangan venflon
(10). SPO pemasangan tranfusi darah
(11). SPO penatalaksanaan suction
(12). SPO terapi oksigen
(13). SPO manajemen nyeri
(14). SPO pelaksanaan ROM (Range of Motion)
(15). SPO pemberian nebulizer
(16). SPO perencanaan pasien pulang
Standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Nusa Indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut) diantaranya :
(1). SAK Peningkatan Tekanan Intra Kranial
(2). SAK nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(3). SAK ketidakefektifan pola nafas
(4). SAK hipertermia
(5). SAK gangguan ADL (Activity Daily Living)
(6). SAK perubahan perfusi jaringan perifer/ serebral
(7). SAK nyeri
(8). SAK (Aktual/Resiko) kelebuhan volume cairan tubuh
(9). SAK (Aktual/Resiko) kerusakan integritas kulit/jaringan
(10). SAK (Aktual/Resiko) kekurangan volume cairan tubuh
(11). SAK kecemasan
(12). SAK Intoleransi aktivitas.

3.1.2.3 Model Layanan


Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Nusa Indah adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK
Menkes No. 188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA)
serta tenaga kesehatan lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari:
Kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
3.1.2.4 Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Nusa Indah terdiri dari 1 ruang nurse stasion, 1 ruang mahasiswa, 1
ruang Dokter Muda, 1 ruang kepala ruangan, 6 ruang yang berisi 20 tempat tidur 1
dapur dan 7 WC dan kamar mandi.
3.1.2.5 Jumlah penyakit Terbanyak
Jumlah 10 penyakit terbanyak yang dialami pasien pada bulan dari
Januari–Mei 2018 (berdasarkan hasil sensus petugas di Ruang Nusa Indah RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya).
Tabel 3.1. Daftar 10 penyakit terbanyak di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2018
No. Jenis Penyakit
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
3. Hipertensi
4. Vertigo
5. Cedera Kepala Ringan
6. Chepalgia
7. Tumor orak
8. Hipokalemia
9. Abses Mandibula
10. Post Kraniatomy

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 15 September 2020 meliputi
ketenagaan, sarana, dan prasana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran. Data
yang didapatkan dianalisi menggunakan analisis SWOT sehingga memperoleh
beberapa rumusan masalah kemudian dipilih sebagai prioritas masalah.
3.2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
Analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawata dan non keperawatan, latar
belakang pendidikan, status kepegawaian, jabatan, jenis pelatihan yang diikuti,
struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien.
3.2.1.1 Ketenagaan (M1)
Tabel 3.1.1 Tenaga keperawatan di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
1) Manusia
(1) Tenaga Perawat
No Nama Perawat Pendidikan Jabatan
1 Grecia Mariati, S.Kep., Ns S1-Ners Kepala Ruangan
2 Mei Riayu, S.Kep., Ns S1-Ners Perawat Primer
3 Ruhayati, A.Md. Kep D3 Perawat Primer
4 Anik Widya Lestari, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
5 Ita Natali, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
6 Selvi Noviarti, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
7 Yulia Amelisya, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
8 Novitae, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
9 Arlina Krismayasari, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
10 Sih Subekti, A. Md. Kep D3 Perawat Asociet
11 Ima Andayani, Amd.Kep D3 Perawat Asociet
12 Kristian Labertus, S.Kep., Ns S1-Ners Perawat Asociet
13 Daniel Christian, S.Kep., Ns S1-Ners Perawat Asociet
14 Wahyu Widodo, S.Kep S1- Perawat Asociet
15 Yovana, Amd.Kep S1 Perawat Asociet
16 Are Asie, S.Kep S1 Perawat Asociet

(2) Non Keperawatan


Tenaga non keperawatan yang berada di Ruang Nusa Indah RSUD RS
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.1 Jumlah tenaga di ruang Nusa Indah

No Kualifikasi Jumlah % Jenis


1 Administrasi 1 orang 25 % Karyawan tetap
2 Cleaning Service 2 orang 50 % Karyawan kontrak
3 Ahli Gizi 1 orang 25 % Karyawan tetap
Total 4 orang 100 %
Total Karyawan Ruang Nusa Indah: 20 orang
3.3 Sarana dan Prasarana (M2-MATERIAL)
3.3.1 Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15 September 2020 didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur di ruang Nusa Indah terdapat 20 tempat tidur
dengan rincian sebagai berikut:
1. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Nusa Indah
Kelas I : 2 bed
Kelas II : 6 bed
Kelas III : 12 bed
Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktek
manajemen keperawatan.
Kelas I : 1 bed
Kelas II : 3 bed
Kelas III : 6 bed

3.3.1.1 Peralatan dan Fasilitas


(1) Fasilitas untuk pasien
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat Tidur 20 buah Pagar bed
pasien rusak 8
buah,
kasur baik
20 buah,
kualitas
bed kurang
baik 8
buah dan
perlu
diperbaiki.
2 Kursi keluarga 18 buah Baik
pasien
3 Kipas angin 4 buah 2 baik 2
rusak
4 Wastafel 5 buah Baik
5 Lemari pasien 15 buah Baik
6 WC Pasien 6 kamar Cukup
baik
7 Bantal 20 buah Baik
Tabel 3.19 peralatan dan fasilitas.
(2) Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :
Tabel 3.20 Fasilitas untuk petugas kesehatan
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Kamar mandi dan 1 kamar Baik
WC
2. Ruang kepala 1 kamar Baik
ruangan
3. Telepon 1 buah Baik
4. Kipas angina 1 buah Baik
5. Lemari kantor 2 buah Baik
6. Meja kantor 3 buah Baik
7. Kursi kantor 8 buah Baik
8. Papan tulis 3 buah Baik
9. Sofa set 1 buah Baik
10. Loker untuk perawat 1 buah Baik
11. AC 2 buah Baik
12. TV 2 buah Baik
13. Jam dinding 1 buah Baik
14. Wastafel 1 buah Baik
15. Dispenser 1 buah Baik
(3) Fasilitas Peralatan dan bahan kesehatan yang ada diruangan Nusa Indah
Tabel 3.21 fasilitas peralatan medis dan bahan kesehatan
Kondisi
No Nama alat Jumlah Rusak Rusak Ideal
Baik
Ringan Berat Usulan
1 Baki instrumen kecil 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
2 Baki instrumen Sedang 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
3 Baki instrumen besar 3 3 - - 2/ruangan Ditambah 1
4 Bed pasien 20 20 - - 20/ruangan
5 Brankar 1 1 - - 2/ruangan Ditambah 1
6 Oksigen 6 6 - - 2/kamar Ditambah 7
7 Oksigen Transfort 1 1 - - 2/ruangan Ditambah 1
8 Troli mandi 2 2 - - 3/ruangan Ditambah 1
9 Waskom 3 3 - - Ditambah 1
10 Suction 1 1 - - Ditambah 1
Kipas Angin 4 1 - 3 Diperbaiki3
Troli Oksigen 1 1 - - Ditambah 1
13 Alat GV 2 2 - - 2/ruangan Ditambah 4
14 Spignomanometer 4 4 - - 2/ruangan Ditambah 2
16 Termometer 5 2 2 1 3/ruangan Ditambah 2
17 Torniquet 2 1 - - Ditambah 2
18 AC 4 2 - - -
19 Troli Alat 3 3 - - Ditambah 2
20 Bak Sampah Besar 6 6 - - Ditambah 1
21 Bak Sampah Kecil 2 2 - - Ditambah 6
22 Stetoskop 2 2 - - 2/ruangan Ditambah 3
23 Wastafel 6 5 - 1 Diperbaiki1
24 Kursi Roda 2 2 - - Ditambah 2
25 Nebulizer 1 1 - - Ditambah 1
26 Lemari Dokumen 1 1 - - Ditambah 1
27 Loker Perawat 1 1 - - Ditambah 1
28 Tempat Sepatu 1 1 - - -
29 APAR 2 1 - - -
30 Stik Laken 80 80 - 5 -
31 Sprei 80 80 - 5 -
32 Baju Operasi 10 10 - -
33 Selimut 2 2 - -
34 Timbang Badan 1 1 - -
35 Infus Pump 1 1 - - -
36 Waskom 3 3 - - Ditambah 2
37 Hand scrub 4 4 - - Ditambah 2
38 Hand wash 1 1 - - Ditambah 6
4) Fasilitas pasien.
(1) Kamar kelas 1
Kamar kelas 1 untuk 1 kamar untuk 1 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 1 buah
b) Bed pasien 1buah
c) Meja 1 buah
d) Lemari pasien 1 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot.
g) Tempat sampah 1 buah
h) AC 1 buah
(2) Kamar kelas 2
Kamar kelas 2 untuk 1 kamar untuk 3 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 3 buah
b) Bed pasien 3 buah
c) Kamar mandi dan WC
d) Urinal, pispot.
e) Kipas Angin 3 buah
f) Ac 1 buah
g) Lemari pasien 3 buah
h) Meja 2 buah
(3) Kamar kelas 3
Kamar kelas 3 untuk 1 kamar untuk 6 pasien, memiliki fasilitas :
a) Kursi 5
b) Bed pasien 6 buah
c) Lemari pasien 6
d) Meja 5 buah
e) Kamar mandi dan WC
f) Urinal, pispot
g) Kipas Angin 2 buah
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di Ruang
Nusa Indah sebagian sudah memenuhi jumlah standar yang ditetapkan oleh RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Tidak semua peralatan ada standar jumlahnya
dan tidak semua alat yang ada standar jumlahnya tersedia di ruangan sehingga
peralatan di ruangan masih perlu ditambah sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh Rumah Sakit. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah
dimanfaatkan oleh ruangan sesuai kebutuhan klien. Sebagian besar peralatan
dalam keadaan baik, namun terdapat juga beberapa peralatan dalam keadaan rusak
ringan bahkan sampai rusak berat. Untuk peralatan yang tidak ada standar
jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria
kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat kesehatan
di Ruang Nusa indah dikoordinasi oleh penanggung jawab yang telah di pilih oleh
kepala ruangan.
3.4 Metode (M3)
3.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
Keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di
rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat.
Pada ruang Nusa Indah Semua perawat bertanggung jawab atas pemberian
asuhan keperawatan. Dan tidak ada anggota tim yang tidak bertanggung jawab.
Serta anggota Tim bekerjasama dengan anggota TIM dan antar TIM, anggota tim
selalu memberikan laporannya kepada ketua Tim dan ketua TIM selalu membuat
perencanaan dan ketua tim mengenal/mengetahui kondisi klien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan.
Dari hasil data yang didapatkan yaitu angket tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan model yang digunakan di ruang
Nusa Indah adalah metode tim dengan terjalinnya kerjasama yang cukup baik
antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA), perawat primer bertugas
untuk membagi perawat asosiet (PA) cukup baik dengan bedasarkan jumlah
pasien setiap hari pada masing- masing tim.
3.4.2 Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Pada ruang Nusa Indah
perawat selalu menyiapkan status pasien saat timbang terima. Perawat perlu
menyiapkan status pasien untuk dapat melihat perkembangan keadaan pasien
melalui statusnya serta berbagai terapi yang didapat termasuk mengenai timbang
terima pasien.
3.4.3 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada ruang Nusa Indah kadang-kadang
melakukan ronde keperawatan, dan di ruangan ini juga tidak pernah melakukan
ronde keperawatan.
3.4.4 Discharge Planning
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang. Pada ruang Nusa Indah selalu melaksanaan
discharge planning dilakukan.
3.4.5 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan
yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi pada ruang Nusa Indah Perawat kesulitan mendokumentasikan
overan karena formatnya kurang sistematis dan hanya menggunakan buku laporan
dan dalam bentuk manual.
3.4.6 Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat sudah dikelola oleh ruangan Nusa Indah dan berjalannya
sentralisasi obat injeksi dan infuse sedangkan obat oral dikelola oleh perawat.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, obat telah diperoleh dari
keluarga langsung dibawa ke nurse station bagi pasien dengan BPJS ataupun
umum, adapun perawat kadang-kadang menjelaskan macam obat, kegunaan,
jumlah obat, dan efek samping.

3.5 Keuangan (M4-Money)


Berdasarkan hasil data pada bulan Agustus 2020 didapatkan jumlah pasien
di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ada sebanyak 127
pasien, dengan rincian sebagian besar pasien dari BPJS berjumlah 100 pasien,
pasien Umum 17 orang, JKD/SKTM berjumlah 10 orang pasien.
3.5.1 Tarif Pelayanan Dan Tindakan Medik Gawat Darurat
3.5.1.1 Tarif Karcis Instalasi Gawat Darurat

No. Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Pelayanan Total


Darurat / IGD
1. Karcis 50.000
3.5.1.2 Tarif tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Serta Konsultasi
Pelayanan IGD
No Jenis Tindakan Medik Tarif
1. Tarif Jasa Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif di IGD
a. Pemeriksaan dan Tindakan Medik Paket 50.000
b. Kecil 60.000
c. Sedang 150.000
d. Besar 450.000
2. Tarif Konsultasi dr. Spesialis di IGD
a. Phone 50.000
b. Datang 100.000

3.5.1.3 Jenis Tindakan Medik Operatif dan Non Operatif Pelayanan IGD
N Jenis Tindakan Tarif
o.
A. Pemeriksaan dan Tindakan Medik Rp. 50.000
Paket terdiri dari:
1. Injeksi
2. Pemeriksaan Dokter
3. Pengambilan Darah
4. Perawatan Luka Lecet Kecil
5. Tindakan Keperawatan
B. Tindakan Medik Operatif Kecil Rp. 60.000
1. Ekstraksi Corpus Alienum
2. Insisi Abses
3. Jahit Luka < 10 Jahitan
4. Pemasangan Infus dan Pemberian Injeksi
5. Pemasangan NGT dan atau pemasangan
Cateter
6. Pemasangan Ransel Verban
7. Pemasangan Spalk/elastis bandage
8. Pemasangan Tampon
9. Perawatan Luka Bakar < 20%
10. Perawatan luka Luas
C. Tindakan Operatif Sedang Rp. 150.000
1. Intubasi
2. Jahit Luka 10-20 jahitan
3. Kumbah lambung
4. Pemasangan Belog Tampon
5. Perawatan luka bakar 20-40%
6. Punksi Supra Pubic
7. Skin Traksi
D. Tindakan Medik Operatif Besar Rp. 450.000
1. Amputasi
2. Kuretase
3. Luka bakar > 50%
4. Pemasangan Infus Umbilikus
5. Pemasangan WSD
6. Punksi pleura
7. Repair luka > 20 jahitan
8. Repair Tendon
9. Reposisi dan Pemasangan Gips
10. Resusitasi dan Menggunakan alat
11. Sistostomi
12. Vena Sectie

3.5.2 Tarif Kamar Dan Jasa Pelayanan Rawat Inap


No. Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Total
Rawat Inap Pelayanan
Tarif kamar Per hari
Kelas 3 25.000 38.000 63.000
Kelas 2 38.000 57.000 95.000
Kelas 1 56.000 69.000 125.000
Vip 3 147.500 147.500 295.000
Vip 2 153.000 172.000 325.000
Vip 1 175.000 197.000 372.000
Intensive Care 225.000 200.000 425.000
High Care 175.000 150.000 325.000
One Day Care 175.000 150.000 325.000
3.5.3 Tarif Tindakan Umum
Klasifikasi Tindakan Medik Umum
No. Tarif
Jenis Tindakan Kelas I, II, III VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, ODC, HCU,
NICU
1. Tindakan Kecil Rp. 35.000 Rp. 52.000
2. Tindakan Sedang Rp. 85.000 Rp. 127.000
3. Tindakan Besar Rp. 300.000 Rp. 500.000

3.5.4 Tarif Pelayanan Tindakan Medik Operatif Dan Non Operatif Rawat
Inap
Jenis Tindakan Medik Kelas III, II, I VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, ODC, HCU,
NICU
a. Kecil 35.000 52.000
b. Sedang 85.000 127.500
c. Besar 300.000 500.000
d. Khusus 750.000 1.500.000
3.5.5 Tindakan Medik Operatif Instalasi Bedah Sentral (IBS)
No. Tarif
Jenis Tindakan Kelas I, II, III VIP I, II, III, ICU,
ICVCU, PICU,
NICU
1. Tindakan Medik Operatif Kecil 750.000 1.000.000
2. Tindakan Medik Operatif 2.500.000 4.500.000
Sedang
3. Tindakan Medik Operatif 4.500.000 6.500.000
Besar
4. Tindakan Medik Operatif 6.500.000 8.500.000
Khusus
5. Tindakan Medik Operatif Keputusan Direktur tersendiri
Khusus Dengan Nilai
Tersendiri (Khusus II)
3.5.6 Tarif Pelayanan Diagnostik Elektromedik
No. PEMAKAIAN ALAT/HARI
1. Bedside Monitor 75.000
2. C-PAP 100.000
3. DC Syok 300.000
4. Fototeraphi 100.000
5. Infus Pump 25.000
6. Incubator 100.000
7. Ventilator 100.000

No. Jenis Tindakan Diagnostik Kelas Vip I, II,


Elektromedik I,II,III III, OCD,
NICU,
HCU,
ICU,
ICVCU.
1. Biopsi Endoskopy 200.000 400.000
2. Flexible Endoskopi Evaluation Of 400.000 600.000
Swallowing (FESS)
3. Sinuscopy (Anestesi Lokal) 150.000 250.000
4. Syringe Pump 25.000 50.000
5. Uro Flowmetri 125.000 200.000
6. Urodinamik 900.000 1.000.000
7. USG 4 D 350.000 500.000
8. USG Buli-Buli dan Prostat 160.000 200.000
9. USG Ginjal 160.000 200.000
10. USG Prostat Trans Rectal 160.000 200.000

3.5.7 Tarif Pelayanan Patologi Klinik


Tarif(Rp.)
Vip I, II, III,
No. Tarif Pelayanan Laboratorium Kelas I,II,III, OCD, NICU,
IGD, Poliklinik HCU, ICU,
ICVCU.
A. HEMATOLOGI OTOMATIS
1. DL/Paket 56.500 60.000
(Hb, Leukosit, Eritrosit, Trombosit,
Hematokrit)
B. HEMATOLOGI MANUAL
1. Darah Rutin (Hb, Leukosit, Diff, 24.000 36.000
LED)
2. Jumlah Leukosit 6.000 9.000
3. Hitung Jenis 6.000 9.000
4. LED 6.000 9.000
5. Jumlah Trombosit 9.000 15.000
6. Hematokrit 9.000 15.000
7. Eritrosit 9.000 15.000
8. Waktu Pembekuaan (CT) 6.000 9.000
9. Waktu Perdarahan (BT) 6.000 9.000
10. Hemoglobin (sianmenth) 10.500 13.500
11. Golongan Darah (ABO) 12.000 20.000
12. Goongan Darah (Rhesus) 12.000 20.000
13. Malaria 12.000 20.000
14. Filaria 12.000 20.000
15. Morfologi Darah Tepi 57.000 65.000
16. Sel LE 30.000 40.000
17. Hitung Retikolusit 20.000 25.000
C. URINALISA
1. Sedimen 9.000 15.000
2. Carir, Celip 3 Strip (pH, protein, 18.000 27.000
Glukosa)
3. Protein Urin 18.000 27.000
4. Urinalisa Lengkap/ UL (Urine 35.000 40.000
Analyzer 10 strip & Sedimen)
D KIMIA KINIK
1. Glukosa puasa 15.000 18.000
2. Glukosa 2 jam PP 15.000 18.000
3. Glukosa sewaktu 15.000 18.000
4. Ureum 15.000 18.000
5. Kreatinin 15.000 18.000
6. Albumin 24.000 27.000
7. Total Protein 24.000 27.000
8. SGOT 18.000 21.000
9. SGPT 18.000 21.000
10. Bilirubin Direk 26.000 30.000
11. Bilirubin Total 26.000 30.000
12. Ureum Acid 24.000 27.000
13. Kolesterol Total 24.000 27.000
14. Kolesterol HDL 30.500 37.000
15. Fosfase Alkali 36.000 42.000
16. Trigliserida 36.000 42.000
17. LDL Saja 90.500 106.500
18. LDL + Cholesterol 90.500 106.500
19. LDL + Trigliserida 90.500 106.500
20. LDL + HDL 90.500 106.500
21. Gama GT 36.000 42.000
E. IMUNO SEROLOGI
1. HBs Ag (Rapid Test) 36.000 42.000
2. Anti HBs (Rapid Test) 36.000 40.000
3. Widal 22.000 29.000

3.5.8 Tarif Pelayanan Patologi Anatomi


No. JENIS PEMERIKSAAN TARIF (Rp.)
A. HISTOPATOOGI
1. Jaringan Kecil 400.000
2. Jaringan Sedang 600.000
3. Jaringan Jaringan Besar 800.000
4. Biopsi Khusus (Hati, Esofagus, Gaster,
Colon, Ginjal).
a. Biopsi 1-2 jaringan 400.000
b. Biopsi 3-4 jaringan 600.000
c. Biopsi > 4 jaringan 800.000
5. VC/FROZEN SECTION 900.000
B. SITOPATOLOGI
1. Slinde Pap Smear 150.000
2. Sitologi Cairan Efusi, Asites, Sputum, 400.000
Urin
3. FNAB Superfisial 500.000
4. FNAB Deep (Guidance) 750.000
C. IMUNOPATOLOGI
1. Imunohistokimia (IHC)/Antibody 500.000
2. IHC Paket Payudara (ER/PR/Her2) 1.200.000

3.5.9 Tarif Pelayanan Radiologi


No. Jenis Tindakan Diagnostik Kelas I,II,III Vip I, II, III,
Elektromedik OCD, NICU,
HCU, ICU,
ICVCU.
A. SEDERHANA
1. Denta IO, Oclusal 40.000 90.000
B. KECIL
1 Thorax Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
2 Thorax Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
3 Abdomen Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
4 Abdomen Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
5 Abdomen Anak (3 Posisi) 120.000 190.000
6 Pelvis Anak (1 Posisi) 60.000 130.000
7 Pelvis Anak (2 Posisi) 90.000 160.000
8 Kepala (1 Posisi) 60.000 130.000
9 Kepala (2 Posisi) 90.000 160.000
10 Kepala (3 Posisi) 120.000 190.000
11 Sinus Paranasa (3 Pos) 120.000 190.000
12 Waters (1 Pos) 60.000 130.000
13 Thorax Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
14 Thorax Dewasa (2 Pos) 135.000 205.000
15 Abdomen Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
16 Abdomen Dewasa (2 Pos) 120.000 190.000
17 Abdomen Dewasa (3 Pos) 150.000 220.000
18 Pelvis Dewasa (1 Pos) 90.000 160.000
19 Pelvis Dewasa (2 Pos) 135.000 205.000
20 Extremitas Atas (1 Bag) 60.000 130.000
21 Extremitas Atas (2 Bag) 90.000 160.000
22 Extremitas Atas (3 Bag) 120.000 190.000
23 Extremitas Bawah (1 Bag) 90.000 160.000
24 Extremitas Bawah (2 Bag) 135.000 205.000
25 Extremitas Bawah (3 Bag) 180.000 250.000
26 C.V. Cervica (1 Posisi) 60.000 130.000
27 C.V. Cervica (2 Posisi) 90.000 160.000
28 C.V. Cervica (3 Posisi) 120.000 190.000
29 C.V. Thoracal (1 Posisi) 90.000 160.000
30 C.V. Thoracal (2 Posisi) 135.000 205.000
31 C.V. Thoracal (3 Posisi) 180.000 250.000
32 C.V. Thoraco-Lumbl(1 Posisi) 90.000 160.000
33 C.V. Thoraco-Lumbl (2 Posisi) 135.000 205.000
34 C.V. Thoraco-Lumbl (3 Posisi) 180.000 250.000
35 C.V. Lumbo- Sacral (1 Posisi) 90.000 160.000
36 C.V. Lumbo- Sacral (2 Posisi) 135.000 205.000
37 Os cocygis (1 Pos) 90.000 160.000
38 Os cocygis (2 Pos) 135.000 205.000

3.5.10 Tarif Pelayanan Gizi


No. Jenis Pelayanan Tarif (Rp.)
A. HISTOPATOOGI
1. Konsultasi Gizi Rawat Jalan 25.000
2. Visite Ahli Gizi Di ruanan Rawat Inap per orang pasien daam 1 periode
perawatan
VIP I, II, III, OCD, NICU, HCU, ICU, 25.000
ICVCU.
Kelas I 17.000
Kelas II 14.000
Kelas III 9.000

3.6 Pemasaran (M5-Marketing, termasuk mutu)


3.6.1 Bed Occupancy Rate ( BOR)
Merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar nasional adalah 75-85%

Rumus Perhitungan BOR :


BOR = Jumlah Pasien X 100
Jumlah Tempat Tidur
Perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) Ruang Nusa Indah Selasa, 15
September 2020
Ruang Jumlah Total Bed Bed Terpakai Bed Tidak Terpakai
Nusa
Indah
Kelas 1 2 2 0
Kelas 2 6 6 0
Kelas 3 12 12 0
Total 20 20 0

Rumus Perhitungan BOR ruang Nusa Indah:


BOR = Jumlah Pasien X 100 %
Jumlah TT
= 20 pasien X 100 %
20 TT
= 100 %

3.6.2 Mutu Pelayanan Keperawatan


3.6.2.1 Meningkatkan mutu pelayanan
Menurut Suyanto (2008) terdapat 5 dimensi mutu pelayanan diantaranya
sebagai berikut :
1) Dimensi pertama dari kualitas pelayanan adalah berwujud tangible
yaitu meliputi fasilitas fisik (gedung), teknologi , serta penampilan
pegawai. Dari hasil observasi yang dilakukan di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya fasilitas pelayanan pasien
terpenuhi, penampilan pegawai rapi.
2) Dimensi kedua yaitu kehandalan, seperti kinerja yang harus sesuai
dengan harapan pasien yang berarti ketepatan waktu pelayanan yang
sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, dan sikap yang simpati.
Dari hasil observasi yang ditemukan ketenagaan medis di Ruang
Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya melakukan
suatu tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang telah di tetapkan.
3) Dimensi ketiga, ketanggapan yaitu suatu kebijakan yang membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien
dengan memberikan informasi yang jelas. Dari hasil observasi di
Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
perawat mampu memberikan pelayanan yang cepat dan tepat sesuai
dengan kebutuhan pasien.
4) Dimensi keempat, jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopan santunan, dan kemampuan para tenaga medis untuk
menumbuhkan rasa percaya pada pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Dari hasil observasi di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, perawat mampu
berkomunikasi dengan baik dan sopan santun terhadap pasien.
5) Dimensi lima empati, yaitu memberikan perhatian yang tulus yang
bersifat individual yang diberikan kepada pasien dengan berupaya
memahami kebutuhan pasien. Dari hasil observasi di Ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, perawat sudah
berusaha memenuhi kebutuhan pasien.
3.6.2.2 Upaya pengurangan infeksi nosocomial
Upaya petugas kesehatan di ruang Nusa Indah dalam pengurusan infeksi
nosokomial adalah dengan cara menggunakan Alat perlindungan diri dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang telah di tetapkan.
3.6.2.3 Indikator Mutu
Keamanan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan agar
keamanan pasien mendapat jaminan. Indikator keamanan di ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya meliputi adanya fasilitas pemadam
kebakaran, pembuangan limbah, pencegahan penularan kuman dengan
disediakannya wastafel di setiap kamar untuk mencuci tangan, kelengkapan
oksigen, kelengkapan alat gawat darurat, nama obat dan dosis yang jelas prosedur,
prosedur menghadapi musibah, prosedur pencegahan nosokomial dengan cara
menggunakan alat perlindungan diri dalam melakukan suatu tindakan
keperawatan, prosedur tata tertib ruangan terutama jam masuk dan penunggu
pasien masih tidak sesuai dengan yang diharapkan karena kebanyakan pasien
ditunggu lebih dari 1 orang sehingga mengakibatkan kurangnya kenyamanan bagi
pasien yang lain.
65

Anda mungkin juga menyukai