Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash flow
perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba
operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah
pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap output.
Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan
aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari perusahaan dan
current spending power yang merupakan performa jangka pendek perusahaan. Pendekatan ini
penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan yang berhubungan
dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat beradaptasi pada kondisi pasar.
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah diuji
dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi dan
biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya kini
mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan banyak debat
yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB mengeluarkan Statement 89
di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun tetap meminta setiap perusahaan
untuk melakukan pengungkapan data.
a. Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis untuk
tahun finansial berjalan
b. Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhit tahun finansial
c. Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti, Pabrik
dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi berjalan
perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-masing dalam
jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan, keuntungan per
saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial. Statement 33 ditujukan
sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan
1
reaksi mengenai data tambahan, FASB menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984
untuk menghapuskan persyaratan sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.
2. Inggris
a. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
b. Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi, laporan
biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan neraca beserta
catatan penjelasan.
c. Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik kembali
SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan SSAP 16.
3. Australia
2
dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
a. Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan.
b. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama
(yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
d. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan
oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem
pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari biaya
historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah standar
internasional :
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun beberapa
masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit antara lain :
3
a. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut mendukung
relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya misstatements,
dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran yang
dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin untuk
dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c. Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan
informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi telah
dicatat dan diungkapkan dengan benar.