Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di
Ruang Bougenvil RSUD Dr. R. Koesma Tuban
Email : noviastikesnu@gmail.com
ABSTRAK
Nyeri pada pasien fraktur akan bertambah saat dilakukan pembedahan. Penatalaksanaan nyeri dapat
dilakukan dengan teknik non farmakologi salah satunya dengan terapi guided imagery. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian terapi guided imagery terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban.
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan rancangan pretest-posttest with control
group.Sampel diambil menggunakan systematic random sampling yang berjumlah 28 responden (14 responden
kelompok eksperimen dan 14 responden kelompok kontrol).Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi.Analisa data penelitian menggunakan uji Mann Whitney.
Hasil uji Mann Whitney didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000 dimana 0,000< 0,05, maka H1
diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi guided imagery terhadap nyeri
pada pasien post operasi fraktur.
Dapat disimpulkan bahwa terapi guided imagery mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien post
operasi fraktur. Sehingga diharapkan terapi guided imagery dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan khususnya
tenaga perawat di rumah sakit sebagai terapi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
ABSTRACT
Pain in patient’s fracture will increase was conducted of the surgery.One of the ways to prevent the pain
can do by non pharmacology's technique for example with guided imagery's therapy. The purpose of this
research is to understand the effect of guided imagery's therapy that given to pain for post surgery fracture's
patient in the Bougenvil's Room at the RSUD dr. R Koesma Tuban.
The design of this research is Quasy Experimental with pretest-posttest with control group's plan. The
sample is taken by using systematic random sampling amount of 28 responden (14 of experiment group
respondent and 14 of control group respondent). The collection of the data is using by the observation's sheet.
The data analysis is using Mann Whitney's test.
The result of Man Whitney's test shows that Asymp. Sig's (2-tailed) = 0,000 where 0,000 < 0,05, so the
H1 was accepted and the H0 was rejected so it can be concluded that there is an effect of patient's pain on post
surgery fracture.
So it can be concluded that guided imagery's therapy have an effect towards the Patient's pain on post
Surgery Fracture. So the guided imagery's therapy can be implicated by the health staff for especially the nurse
in the hospital as non pharmacology’s therapy to reduce the pain.
PENDAHULUAN
Seorang yang mengalami patah menimbulkan adanya luka yang disengaja
tulang akan merasakan nyeri yang sangat dan nyeri bertambah hebat. Nyeri setelah
hebat. Selain itu nyeri yang dirasakan pada pembedahan normalnya dapat diramalkan
pasien fraktur akan bertambah saat hanya terjadi dalam durasi yang terbatas,
dilakukan tindakan pembedahan, sehingga lebih singkat dari waktu yang diperlukan
52
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
untuk perbaikan alamiah jaringan- ini merupakan salah satu keluhan yang
jaringanyang rusak (Morison, 2004). Nyeri paling ditakuti oleh klien setelah
harus hilang segera setelah periode pasca pembedahan.Rangsangan nyeri pada
operasi awal, setelah 3 sampai 4 hari pembedahan ini disebabkan oleh
(Smeltzer & Bare, 2002). Namun nyeri rangsangan mekanik yaitu luka (insisi)
pasca bedah pada pasien fraktur di ruang dimana insisi ini akan merangsang
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban mediator-mediator kimia dari nyeri seperti
belum dapat diatasi denganbaik, dan histamine, bradikinin, dan substansi
pasien tetapmengalaminyerisehingga dapat prostaglandin dimana zat-zat ini dapat
mengganggu kenyamanan pasien. Hal ini meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri
dibuktikan bahwa masalah keperawatan yang akan menimbulkan sensai nyeri
utama pada pasien post operasi fraktur (Smelzer & Bare, 2001 dalam Nuraeni,
sampai dengan hari diperbolehkan pulang 2015).
yaitu masih mengeluh nyeri (Buku Metode untuk menutup gerbang
Laporan Keperawatan Ruang Bougenvil, nyeri dapat dilakukan berdasarkan teori
2016). Kolcaba (2003) bahwa kenyamanan dapat
Fraktur yang terjadi dapat dicapai dengan 3 kategori intervensi yaitu
menimbulkan gejala yang umum intervensi kenyamanan standart, pelatihan/
yaitunyeri atau rasa sakit. Survei kesehatan coaching, dan tindakan menenangkan jiwa
Nasional mencatat bahwa kasusfraktur seperti pijatan, meditasi, relaksasi, terapi
pada tahun 2008 menunjukanbahwa musik, sentuhan terapeutik, dan imajinasi
prevalensi fraktur secara nasionalsekitar terbimbing/ guided imagery. Sebagian
27,7%. Prevalensi ini khususnyapada laki- besar pasien sering kali menganggap
laki mengalami kenaikandibanding tahun penanganan nyeri dengan pemberian obat-
2009 dari 51,2% menjadi54,5%. obatan adalah satu-satunya pilihan terbaik.
Sedangkan pada perempuansedikit Namun terapi nonfarmakologis jika
menurun yaitu sebanyak 2% ditahun 2009, diterapkan juga sangat membantu dalam
pada tahun 2010 menjadi1,2% (Depkes menghilangkn rasa nyeri, salah satunya
RI,2010 dalam Djamal, 2015). adalah dengan menggunakan terapi guided
Berdasarkan rekam medis di RSUD dr.R. imagery.
Koesma Tuban jumlah pasien fraktur Teknik guided imagery dapat
sepanjang tahun 2015 mencapai 883 digunakan untuk mengurangi kecemasan,
orang, sedangkan pada 1 Januari sampai stress dan nyeri dengan menggunakan
31 Oktober 2016 mencapai 878 orang. imajinasi seseorang yang melibatkan alat
Kasus fraktur merupakan kasus terbanyak indera visual, sentuhan, pendengaran,
dibanding dengan kasus yang lain. pengecap dan penciuman, dengan tujuan
Berdasarkan anamnese dan pemeriksaan pasien menjadi lebih tenang dan rileks.
fisik pada pasien pasca operasi fraktur di Selama latihan relaksasi seseorang
ruang Bougenvil RSUD dr. R Koesma dipandu untuk rileks dengan situasi yang
Tuban pada tanggal 16-22 November 2016 tenang dan sunyi.Hal itu karena teknik
dari 10 orang (100%) didapatkan hasil imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi
anamnese 100% mengeluh nyeri. Dengan sistem saraf parasimpatis (Potter & Perry,
ditunjang hasil pemeriksaan tekanan darah 2006).
yang berkisar 130-160/80-100 mmHg Tujuan penelitian ini adalah
yaitu6(60%) orang, 110-125/60-90 mmHg menganalisis pengaruh terapi guided
yaitu 4(40%) orang. Hasil pemeriksaan imagery terhadap nyeri pada pasien post
nadi berkisar 90-100x/menit yaitu 6(60%) operasi fraktur di ruang Bougenvil RSUD
orang, 60-80 x/menit yaitu 4(40%) orang. dr. R Koesma Tuban. Manfaat penelitian
Nyeri setelah pembedahan ini diharapkan setelah mengetahui dan
merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal mempelajari terapi guided imagery dapat
53
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
menjadi salah satu intervensi mandiri (pretest) dan sesudah (posttest) terapi
keperawatan dalam mengatasi nyeri pada guided imagery.
pasien post operasi fraktur. Analisa data dalam penelitian ini
yaitu analisa data bivariat yang
BAHAN dan METODE menggunakan data yang berskala nominal
Desain penelitian ini quasy dan ordinal (Pre–test Post–test intensitas
eksperimental control group design. nyeri). Penelitian ini akan dianalisis
Kelompok intervensi diberikan perlakuan dengan teknik statistik yaitu dengan
berupa terapi guided imagery, sedangkan ujiMann Whitney. Uji dua sampel bebas
kelompok kontrol tidak. Kedua kelompok Uji Mann Whitney pada statistik
diawali dengan pengukuran skala nyeri nonparametrik mempunyai tujuan yang
(pre tes), dan setelah diberikan perlakuan, sama dengan uji t pada statistik
kembali dilakukan pengukuran skala nyeri parametrik, yakni ingin mengetahui
(post tes). Penelitian dilakukan di ruang apakah dua buah sampel yang bebas
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban. berasal dari populasi yang sama. ‘Bebas’
Waktu penelitian tanggal 23 Pebruari-23 atau independen berarti dua sampel
Maret 2017. Populasi pada penelitian tersebut tidak tergantung satu dengan yang
pasien post operasi fraktur. Teknik lain. (Santoso, 2010 dalam Faqih, 2012).
sampling yang digunakan pada penelitian
ini adalah systematic random sampling HASIL
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. 1. DATA UMUM
Kriteria inklusi adalahpasien post operasi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
fraktur hari kedua, pasien post operasi Berdasarkan Usia Pasien Post Operasi
closefracture, bersedia untuk menjadi Fraktur di Ruang Bougenvil RSUD dr. R
responden, pasien post operasi fraktur Koesma Tuban
No Usia f %
dalam keadaan sadar, pasien post operasi
1 17-25 12 42.9
fraktur yang tidak memiliki gangguan 2 26-35 9 32.1
pendengaran, pasien post operasi fraktur 3 36-45 1 3.6
dapat berkomunikasi dengan jelas. 4 46-55 6 21.4
Sedangkan kriteria eksklusi pasien post Jumlah 28 100
operasi fraktur adalah pasien dengan Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017
keadaan gawat, pasien yang sudah diberi Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
analgesik, pasien perempuan. Instrumen bahwa hampir setengahnya (42,9%)
penelitian adalah SOP terapi guided responden berusia 17-25 tahun, hampir
imagery dan penilaian skala nyeri visual setengahnya (32,1%) responden berusia
aid scale. 26-35 tahun, sebagian kecil (3,6%)
Pengumpulan data pada penelitian responden berusia 36-45 tahun, sebagian
ini dimulai dengan ijin dari pihak institusi kecil (21,4%) responden berusia 46-55
kemudian dilanjutkan ke pihak RSUD dr. tahun.
R Koesma Tuban dan ruang Bougenvil.
Setelah penelitian ini mendapat ijin dari 2. DATA KHUSUS
pihak setempat maka peneliti melakukan 1) Tabel 2 Distribusi Frekuensi
pengumpulan data yaitumengambil data Responden Berdasarkan Nyeri pada
sekunder dari rekam medis RSUD dr. R Kelompok Eksperimen Sebelum
Koesma Tuban dan data primer dengan Diberikan Intervensi Pasien Post
melakukan observasi secara langsung Operasi Fraktur di Ruang Bougenvil
terhadap tingkat nyeri pada pasien post RSUD dr. R Koesma Tuban
operasi fraktur pada hari ke-2 setelah No Nyeri f %
operasi. Observasi dilakukan sebelum 1 Ringan 0 0
2 Sedang 14 100
54
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
55
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
pada kelompok kontrolsebangian kecil ini akan mempengaruhi respon nyeri yang
(21,43%) mengalami peningkatan nyeri. dirasakan.
Uji Mann Whitney menggunakan Faktor ansietas yang relevan atau
SPSSdengan tingkat kemaknaan α = 0,05 berhubungan dengan nyeri dapat
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = meningkatkan persepsi pasien terhadap
0,000 dimana 0,000< 0,05, maka H1 nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan
diterima H0 ditolak sehingga dapat dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan secara aktual dapat menurunkan
terapi guided imagery terhadap nyeri pada persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
pasien post operasi fraktur. efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
dengan mengarahkan pengobatan nyeri
PEMBAHASAN ketimbang ansietas (Potter & Perry, 2006).
1. Nyeri Post Operasi Fraktur pada Faktor koping individu Secara terus-
Kelompok Eksperimen Sebelum menerus klien kehilangan kontrol dan
Diberikan Intervensi tidak mampu untuk mengontrol
Hasil penelitian didapatkan lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
responden pada kelompok intervensi saat menemukan jalan untuk mengatasi efek
pre test mempunyai skala nyeri rata-rata nyeri baik fisik maupun psikologis.
dari 4-7. Hal ini sesuai dengan penelitian Penting untuk mengerti sumber koping
yang dilakukan oleh Maria, dkk (2015) individu selama nyeri. Sumber-sumber
pada pasien post SC, dimana pengukuran koping ini seperti berkomunikasi dengan
skala nyeri pre test responden hasilnya keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
sebagian besar mengalami nyeri dengan digunakan sebagai rencana untuk
intensitas berkisar 5-7. mensupport klien dan menurunkan nyeri
Beberapa faktor mungkin klien (Potter & Perry, 2006).
mempengaruhi terjadinya perbedaan skala Berdasarkan penelitian dan teori
nyeri pada kelompok eksperimen sebelum yang ada pengukuran skala nyeri pada hari
dan sesudah dilakukan intervensi kedua cenderung dalam kategori sedang
diantaranya usia, lingkungan, ansietas dan dikarenakan responden telah mendapatkan
koping individu. Dalam penelitian ini yang obat analgesik sehingga rasa nyeri yang
menjadi responden pada kelompok dirasakan tidak sama dengan rasa nyeri
eksperimen sebagian besar berusia 17-25 hari pertama post operasi fraktur. Selain
tahun. Responden berada pada usia remaja itu faktor usia pada kelompok eksperimen
akhir. Dalam teorinya Black dan Jane dalam masa remaja akhir. Pada remaja
(2014) dalam Maria (2015) mengatakan akhir mereka dapat mentoleransi rasa sakit
bahwa usia dapat mengubah persepsi dan yang dirasakan, pada faktor lingkungan
pengalaman nyeri. Menurut persepsi orang yang sebagian besar menempati ruang
dewasa nyeri dapat berarti kelemahan, kelas III dan II hal ini menyebabkan
kegagalan atau kehilangan kontrol.Usia responden menjadi gelisah dan
berkaitan dengan pengalaman dan meningkatkan stress apabila rasa nyeri itu
kematangan jiwa, sehingga pada usia muncul. Beberapa responden mengaku
dewasa lebih cepat beradaptasi terhadap bahwa dirinya kadang merasa cemas
tingkat kecemasan, dimana kecemasan ini terhadap kondisi yang dialaminya
berbanding lurus dengan intensitas nyeri. sekarang, pikiran negatif akan menambah
Faktor lingkungan, seperti fasilitas sensasi sakit yang dirasakan. Sehingga
ruangan juga berbeda-beda, dimana di dapat dikatakan bahwa faktor kecemasan
ruang kelas I dan II memiliki fasilitas dan berpengaruh pada kelompok eksperimen
tingkat kenyamanan yang lebih baik sebelum dilakukan intervensi. Selain itu
dibandingkan dengan ruang kelas III hal faktor koping individu pada saat dilakukan
pre testhari kedua menunjukkan responden
56
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
sudah mampu beradaptasi terhadap nyeri akhir. Dalam teorinya Black dan Jane
yang dirasakan. (2014) dalam Maria (2015) mengatakan
bahwa usia dapat mengubah persepsi dan
2. Nyeri Post Operasi Fraktur pada pengalaman nyeri. Menurut persepsi orang
Kelompok Eksperimen Setelah dewasa nyeri dapat berarti kelemahan,
Diberikan Intervensi kegagalan atau kehilangan kontrol.Usia
Dari penelitian ini diketahui bahwa berkaitan dengan pengalaman dan
terdapat penurunan intensitas nyeri yang kematangan jiwa, sehingga pada usia
cukup berarti pada pasien post operasi dewasa lebih cepat beradaptasi terhadap
fraktur yang diberikan terapi guided tingkat kecemasan, dimana kecemasan ini
imagery. Terapi guided imagery berbanding lurus dengan intensitas nyeri.
merupakan salah satu penatalaksanaan Faktor lingkungan, seperti fasilitas
nonfarmakologis yang mempunyai fungsi ruangan juga berbeda-beda, dimana di
relaksasi dan merupakan penyembuh yang ruang kelas I dan II memiliki fasilitas dan
efektif untuk mengurangi nyeri(Snyder, tingkat kenyamanan yang lebih baik
2006 dalam Hasim, 2015). dibandingkan dengan ruang kelas III.Pada
Guided Imagery/imajinasi positif kelompok eksperimen sebagian besar
dapat melemahkan psikoneuroimmunologi menempati ruang kelas III dan II. Short
yang mempengaruhi respon stres, hal ini (2003) dalam Falupi (2015) menjelaskan
berkaitan dengan teori Gate Control yang guided imagery dilakukan di ruangan yang
menyatakan bahwa “hanya satu impuls tenang dan kondusif. Responden akan
yang dapat berjalan sampai sumsum tulang mudah berkonsentrasi terhadap apa yang
belakang ke otak pada satu waktu “ dan “ disampaikan peneliti jika suasana nyaman.
jika ini terisi dengan pikiran lain maka Faktor ansietas yang relevan atau
sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke berhubungan dengan nyeri dapat
otak oleh karena itu rasa nyeri berkurang”. meningkatkan persepsi pasien terhadap
Guided imagery juga dapat melepaskan nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan
endorphin yang merupakan substansi dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. dan secara aktual dapat menurunkan
Sehingga pada saat neuron nyeri perifer persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
sinapsis antara neuron nyeri perifer dan dengan mengarahkan pengobatan nyeri
neuron yang menuju otak tempat ketimbang ansietas (Potter & Perry, 2006).
seharusnya substansi P akan Faktor koping individu Secara terus-
menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, menerus klien kehilangan kontrol dan
endorphin akan memblokir lepasnya tidak mampu untuk mengontrol
substansi P dari neuron sensorik, sehingga lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menemukan jalan untuk mengatasi efek
menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri nyeri baik fisik maupun psikologis.
pada pasien post operasi fraktur berkurang Penting untuk mengerti sumber koping
(Hart, 2008 dalam Hasim 2015). individu selama nyeri. Sumber-sumber
Beberapa faktor mungkin koping ini seperti berkomunikasi dengan
mempengaruhi terjadinya perbedaan skala keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
nyeri pada kelompok eksperimen sebelum digunakan sebagai rencana untuk
dan sesudah dilakukan intervensi mensupport klien dan menurunkan nyeri
diantaranya usia, lingkungan, ansietas dan klien (Potter & Perry, 2006).
koping individu. Dalam penelitian ini yang Berdasarkan pada penelitian dan
menjadi responden pada kelompok teori yang ada bahwa terapi guided
eksperimen sebagian besar berusia 17-25 imagery lebih efektif mempercepat
tahun. Responden berada pada usia remaja penurunan nyeri. Dari 14 responden, 12
57
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
58
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
59
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
kontrol faktor usia pada dewasa awal memberikan dampak positif terhadap
berusia 26-35 tahun lebih mudah untuk penurunan tingkat nyeri pada pasien post
mentoleransi rasa sakit yang dirasakan. operasi fraktur.
Faktor lingkungan, seperti fasilitas Hasil penelitian ini juga didukung
ruangan juga berbeda-beda mayoritas dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
responden kelompok eksperimen berada oleh Andaryani (2013), tentang pengaruh
diruang kelas III dan II sedangkan pada teknik relaksasi guided imagery terhadap
responden kelompok kontrol mayoritas skala nyeri pada pasien fraktur femur di
berada diruang kelas III, dimana di ruang ruang bedah RSUP dr. Mohammad Hoesin
kelas I dan II memiliki fasilitas dan tingkat Palembang tahun 2013, membuktikan
kenyamanan yang lebih baik dibanding adanya pengaruh relaksasi imajinasi
dengan kelas III. Walaupun demikian pada terbimbing terhadap intensitas nyeri.
saat melakukan terapi guided imagery di Peneltian dari Nuraeni (2015) dengan hasil
ruang kelas III, peneliti meminta bantuan penelitian ada pengaruh teknik relaksasi
fasilitator untuk membuat reponden dapat (aromaterapi lavender) terhadap tingkat
berkonsentrasi dan meminta perawat nyeri pada pasien post operasi fraktur di
ruangan untuk meminta keluarga keluar ruang Bougenvil dan Dahlia RSUD dr. R
ruangan hingga terapi selesai diberikan. Koesma Tuban. Kesamaan hasil penelitian
Hal ini yang membuat skala nyeri antara ini dengan penelitian sebelumnya
responden di ruang kelas I dan II tidak ada memberikan gambaran efektivitas metode
perbedaan signifikan dengan kelas III. relaksasi-relaksasi dalam menurunkan
Maria (2015) menjelaskan guided imagery intensitas nyeri.
dilakukan di ruangan yang tenang dan Berdasarkan penelitian dan teori
kondusif di rumah sakit, akan tetapi ada yang ada terapi guided imagery terbukti
beberapa keadaan yang dapat mengganggu dapat mempengaruhi nyeri lebih cepat
dalam proses pelaksanaan guided imagery, dibandingkan dengan hanya diberikan
seperti interupsi dari orang maupun staf analgesik. Penurunan nyeri ini dapat
dan suara-suara mengganggu lainnya. membantu efek penyembuhan kondisi
Melalui guided imagery pasien akan umum. Efek samping dari penggunaan
terbantu untuk mengalihkan perhatian dari analgesik juga dapat dikurangi karena
nyeri yang dirasakan dengan terdapat pengaruh antara terapi guided
membayangkan hal-hal yang imagery pada pasien post operasi fraktur
menyenangkan. Hal ini sehingga secara sehingga direkomendasikan untuk
bertahap dapat menurunkan persepsi klien penurunan dosis konsumsi analgesik.
terhadap nyeri yang dirasakan.Didukung Didukung dengan pendapat dari
pendapat dari Ratnasari (2012) yang Tamsuri (2007) yang menyebutkan guided
menyebutkan imagery therapist imagery merupakan teknik terapeutik yang
membimbing klien untuk merasakan atau digunakan untuk relaksasi atau tujuan
visualisasi dengan tujuan relaksasi dan proses penyembuhan sekaligus dapat
penyembuhan.Terapi ini sangat baik untuk menurunkan nyeri kronis.
manajemen sakit dan gejala fisik akibat
masalah dan psikologis.
Keberhasilan terapi yang dilakukan KESIMPULAN
disebabkan karena penerapan guided 1. Nyeri pada pasien post operasi
imagery berjalan baik dan dilakukan fraktur di ruang Bougenvil RSUD
dengan petunjuk pelaksanaan terapi. dr. R Koesma Tuban sebelum
Keberhasilan juga didukung oleh sikap diberikan terapi guided imagery pada
kooperatif pasien yang mengikuti kelompok eksperimen dalam
bimbingan peneliti dengan baik. kategori nyeri.
Keberhasilan penerapan guided imagery
60
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
2. Nyeri pada pasien post operasi 1) Bagi institusi pendidikan agar terus
fraktur di ruang Bougenvil RSUD dapat memperbanyak sumber
dr. R Koesma Tuban setelah bacaan baik buku, jurnal, maupun
diberikan terapi guided imagery literature lainnya mengenai
hampir seluruhnya responden keperawatan khususnya yang
mengalami penurunan nyeri, berhubungan dengan penggunaan
sedangkan sebagian kecil responden dan manfaat teknik guided imagery
tidak mengalami penurunan nyeri untuk dunia kesehatan.
atau tetap. 2) Bagi perawat dan tenaga
3. Nyeri pada pasien post operasi kesehatan dapat menerapkan
fraktur di ruang Bougenvil RSUD terapi guided imagery sebagai
dr. R Koesma Tuban pada kelompok terapi yang secara praktis untuk
kontrol sebelum kelompok menurunkan nyerisehingga
eksperimen mendapatkan intervensi asuhan keperawatan yang lebih
dalam kategori sedang sampai berat. berkualitas dan pasien lebih puas
4. Nyeri pada pasien post operasi terhadap pelayanan yang
fraktur di ruang Bougenvil RSUD diberikan.
dr. R Koesma Tuban pada kelompok 3) Bagi peneliti selanjutnya dapat
kontrol setelah kelompok membuat modifikasi manfaat
eksperimen mendapatkan terapi guided imagery yang tidak
intervensisebagian besar responden hanya digunakan untuk skala
tidak mengalami penurunan nyeri nyeri saja namun indikator
atau tetap, sebagian kecil responden lainnya seperti kecemasan,
mengalami penurunan nyeri. kualitas tidur, tekanan darah,
5. Terdapat pengaruh pemberian stres maupun burnout
guided imagery terhadap nyeri pada situasi.Menempatkan responden
pasien post operasi fraktur di ruang pada satu ruangan yang sama
Bougenvil RSUD dr. R Koesma sehingga diperoleh hasil yang
Tuban. Ditunjukkan dengan hasil lebih spesifik. Dan mengontrol
analisa data yang digunakan pada pemberian analgesik sehingga
penelitian ini adalah Uji Mann hasil penelitian tidak bias.
Whitney dengan tingkat kemaknaan
α = 0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig. DAFTAR PUSTAKA
(2-tailed) = 0,000 dimana 0,000< Andarmoyo, S. 2016. Konsep Dan Proses
0,05, maka H1 diterima H0 ditolak Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ar-Ruzz Media.
terdapat pengaruh terapi guided
imagery terhadap nyeri pada pasien Andaryani, F & Kardewi. 2013. Pengaruh
post operasi fraktur. Teknik Relaksasi Guided Imagery
terhadap Skala Nyeri pada Pasien
SARAN Fraktur Femur di Ruang Bedah
1. Saran Teoritis RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Palembang, Jurnal Keperawatan
dipergunakan sebagai informasi ilmu Bina Husada, Volume 1, No. 2
pengetahuan khususnya ilmu
Ani, C. H. A. 2014. Faktor-Faktor yang
keperawatan medical bedah dan
Mempengaruhi Intensitas Nyeri
metode riset yang berkaitan dengan
Pasien Pasca Bedah Abdomen di
nyeri.
Rumah Sakit Umum Daerah dr.
2. SaranPraktis
Pirngadi Medan. (online),
61
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
62
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018
63