Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)

Vol. 10 No. 2, Desember 2018

Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di
Ruang Bougenvil RSUD Dr. R. Koesma Tuban

Novia Dwi Astuti 1 , Conventie Ari Respati2


1
Program Studi D III Kebidanan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban
2 Program Studi D III Kebidanan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban

Email : noviastikesnu@gmail.com

ABSTRAK
Nyeri pada pasien fraktur akan bertambah saat dilakukan pembedahan. Penatalaksanaan nyeri dapat
dilakukan dengan teknik non farmakologi salah satunya dengan terapi guided imagery. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian terapi guided imagery terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban.
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan rancangan pretest-posttest with control
group.Sampel diambil menggunakan systematic random sampling yang berjumlah 28 responden (14 responden
kelompok eksperimen dan 14 responden kelompok kontrol).Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi.Analisa data penelitian menggunakan uji Mann Whitney.
Hasil uji Mann Whitney didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000 dimana 0,000< 0,05, maka H1
diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi guided imagery terhadap nyeri
pada pasien post operasi fraktur.
Dapat disimpulkan bahwa terapi guided imagery mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien post
operasi fraktur. Sehingga diharapkan terapi guided imagery dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan khususnya
tenaga perawat di rumah sakit sebagai terapi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.

Kata kunci :Guided Imagery, Fraktur, Nyeri

ABSTRACT
Pain in patient’s fracture will increase was conducted of the surgery.One of the ways to prevent the pain
can do by non pharmacology's technique for example with guided imagery's therapy. The purpose of this
research is to understand the effect of guided imagery's therapy that given to pain for post surgery fracture's
patient in the Bougenvil's Room at the RSUD dr. R Koesma Tuban.
The design of this research is Quasy Experimental with pretest-posttest with control group's plan. The
sample is taken by using systematic random sampling amount of 28 responden (14 of experiment group
respondent and 14 of control group respondent). The collection of the data is using by the observation's sheet.
The data analysis is using Mann Whitney's test.
The result of Man Whitney's test shows that Asymp. Sig's (2-tailed) = 0,000 where 0,000 < 0,05, so the
H1 was accepted and the H0 was rejected so it can be concluded that there is an effect of patient's pain on post
surgery fracture.
So it can be concluded that guided imagery's therapy have an effect towards the Patient's pain on post
Surgery Fracture. So the guided imagery's therapy can be implicated by the health staff for especially the nurse
in the hospital as non pharmacology’s therapy to reduce the pain.

Keywords: Guided Imagery, Fracture, Pain

PENDAHULUAN
Seorang yang mengalami patah menimbulkan adanya luka yang disengaja
tulang akan merasakan nyeri yang sangat dan nyeri bertambah hebat. Nyeri setelah
hebat. Selain itu nyeri yang dirasakan pada pembedahan normalnya dapat diramalkan
pasien fraktur akan bertambah saat hanya terjadi dalam durasi yang terbatas,
dilakukan tindakan pembedahan, sehingga lebih singkat dari waktu yang diperlukan

52
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

untuk perbaikan alamiah jaringan- ini merupakan salah satu keluhan yang
jaringanyang rusak (Morison, 2004). Nyeri paling ditakuti oleh klien setelah
harus hilang segera setelah periode pasca pembedahan.Rangsangan nyeri pada
operasi awal, setelah 3 sampai 4 hari pembedahan ini disebabkan oleh
(Smeltzer & Bare, 2002). Namun nyeri rangsangan mekanik yaitu luka (insisi)
pasca bedah pada pasien fraktur di ruang dimana insisi ini akan merangsang
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban mediator-mediator kimia dari nyeri seperti
belum dapat diatasi denganbaik, dan histamine, bradikinin, dan substansi
pasien tetapmengalaminyerisehingga dapat prostaglandin dimana zat-zat ini dapat
mengganggu kenyamanan pasien. Hal ini meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri
dibuktikan bahwa masalah keperawatan yang akan menimbulkan sensai nyeri
utama pada pasien post operasi fraktur (Smelzer & Bare, 2001 dalam Nuraeni,
sampai dengan hari diperbolehkan pulang 2015).
yaitu masih mengeluh nyeri (Buku Metode untuk menutup gerbang
Laporan Keperawatan Ruang Bougenvil, nyeri dapat dilakukan berdasarkan teori
2016). Kolcaba (2003) bahwa kenyamanan dapat
Fraktur yang terjadi dapat dicapai dengan 3 kategori intervensi yaitu
menimbulkan gejala yang umum intervensi kenyamanan standart, pelatihan/
yaitunyeri atau rasa sakit. Survei kesehatan coaching, dan tindakan menenangkan jiwa
Nasional mencatat bahwa kasusfraktur seperti pijatan, meditasi, relaksasi, terapi
pada tahun 2008 menunjukanbahwa musik, sentuhan terapeutik, dan imajinasi
prevalensi fraktur secara nasionalsekitar terbimbing/ guided imagery. Sebagian
27,7%. Prevalensi ini khususnyapada laki- besar pasien sering kali menganggap
laki mengalami kenaikandibanding tahun penanganan nyeri dengan pemberian obat-
2009 dari 51,2% menjadi54,5%. obatan adalah satu-satunya pilihan terbaik.
Sedangkan pada perempuansedikit Namun terapi nonfarmakologis jika
menurun yaitu sebanyak 2% ditahun 2009, diterapkan juga sangat membantu dalam
pada tahun 2010 menjadi1,2% (Depkes menghilangkn rasa nyeri, salah satunya
RI,2010 dalam Djamal, 2015). adalah dengan menggunakan terapi guided
Berdasarkan rekam medis di RSUD dr.R. imagery.
Koesma Tuban jumlah pasien fraktur Teknik guided imagery dapat
sepanjang tahun 2015 mencapai 883 digunakan untuk mengurangi kecemasan,
orang, sedangkan pada 1 Januari sampai stress dan nyeri dengan menggunakan
31 Oktober 2016 mencapai 878 orang. imajinasi seseorang yang melibatkan alat
Kasus fraktur merupakan kasus terbanyak indera visual, sentuhan, pendengaran,
dibanding dengan kasus yang lain. pengecap dan penciuman, dengan tujuan
Berdasarkan anamnese dan pemeriksaan pasien menjadi lebih tenang dan rileks.
fisik pada pasien pasca operasi fraktur di Selama latihan relaksasi seseorang
ruang Bougenvil RSUD dr. R Koesma dipandu untuk rileks dengan situasi yang
Tuban pada tanggal 16-22 November 2016 tenang dan sunyi.Hal itu karena teknik
dari 10 orang (100%) didapatkan hasil imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi
anamnese 100% mengeluh nyeri. Dengan sistem saraf parasimpatis (Potter & Perry,
ditunjang hasil pemeriksaan tekanan darah 2006).
yang berkisar 130-160/80-100 mmHg Tujuan penelitian ini adalah
yaitu6(60%) orang, 110-125/60-90 mmHg menganalisis pengaruh terapi guided
yaitu 4(40%) orang. Hasil pemeriksaan imagery terhadap nyeri pada pasien post
nadi berkisar 90-100x/menit yaitu 6(60%) operasi fraktur di ruang Bougenvil RSUD
orang, 60-80 x/menit yaitu 4(40%) orang. dr. R Koesma Tuban. Manfaat penelitian
Nyeri setelah pembedahan ini diharapkan setelah mengetahui dan
merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal mempelajari terapi guided imagery dapat

53
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

menjadi salah satu intervensi mandiri (pretest) dan sesudah (posttest) terapi
keperawatan dalam mengatasi nyeri pada guided imagery.
pasien post operasi fraktur. Analisa data dalam penelitian ini
yaitu analisa data bivariat yang
BAHAN dan METODE menggunakan data yang berskala nominal
Desain penelitian ini quasy dan ordinal (Pre–test Post–test intensitas
eksperimental control group design. nyeri). Penelitian ini akan dianalisis
Kelompok intervensi diberikan perlakuan dengan teknik statistik yaitu dengan
berupa terapi guided imagery, sedangkan ujiMann Whitney. Uji dua sampel bebas
kelompok kontrol tidak. Kedua kelompok Uji Mann Whitney pada statistik
diawali dengan pengukuran skala nyeri nonparametrik mempunyai tujuan yang
(pre tes), dan setelah diberikan perlakuan, sama dengan uji t pada statistik
kembali dilakukan pengukuran skala nyeri parametrik, yakni ingin mengetahui
(post tes). Penelitian dilakukan di ruang apakah dua buah sampel yang bebas
Bougenvil RSUD dr. R Koesma Tuban. berasal dari populasi yang sama. ‘Bebas’
Waktu penelitian tanggal 23 Pebruari-23 atau independen berarti dua sampel
Maret 2017. Populasi pada penelitian tersebut tidak tergantung satu dengan yang
pasien post operasi fraktur. Teknik lain. (Santoso, 2010 dalam Faqih, 2012).
sampling yang digunakan pada penelitian
ini adalah systematic random sampling HASIL
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. 1. DATA UMUM
Kriteria inklusi adalahpasien post operasi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
fraktur hari kedua, pasien post operasi Berdasarkan Usia Pasien Post Operasi
closefracture, bersedia untuk menjadi Fraktur di Ruang Bougenvil RSUD dr. R
responden, pasien post operasi fraktur Koesma Tuban
No Usia f %
dalam keadaan sadar, pasien post operasi
1 17-25 12 42.9
fraktur yang tidak memiliki gangguan 2 26-35 9 32.1
pendengaran, pasien post operasi fraktur 3 36-45 1 3.6
dapat berkomunikasi dengan jelas. 4 46-55 6 21.4
Sedangkan kriteria eksklusi pasien post Jumlah 28 100
operasi fraktur adalah pasien dengan Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017
keadaan gawat, pasien yang sudah diberi Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
analgesik, pasien perempuan. Instrumen bahwa hampir setengahnya (42,9%)
penelitian adalah SOP terapi guided responden berusia 17-25 tahun, hampir
imagery dan penilaian skala nyeri visual setengahnya (32,1%) responden berusia
aid scale. 26-35 tahun, sebagian kecil (3,6%)
Pengumpulan data pada penelitian responden berusia 36-45 tahun, sebagian
ini dimulai dengan ijin dari pihak institusi kecil (21,4%) responden berusia 46-55
kemudian dilanjutkan ke pihak RSUD dr. tahun.
R Koesma Tuban dan ruang Bougenvil.
Setelah penelitian ini mendapat ijin dari 2. DATA KHUSUS
pihak setempat maka peneliti melakukan 1) Tabel 2 Distribusi Frekuensi
pengumpulan data yaitumengambil data Responden Berdasarkan Nyeri pada
sekunder dari rekam medis RSUD dr. R Kelompok Eksperimen Sebelum
Koesma Tuban dan data primer dengan Diberikan Intervensi Pasien Post
melakukan observasi secara langsung Operasi Fraktur di Ruang Bougenvil
terhadap tingkat nyeri pada pasien post RSUD dr. R Koesma Tuban
operasi fraktur pada hari ke-2 setelah No Nyeri f %
operasi. Observasi dilakukan sebelum 1 Ringan 0 0
2 Sedang 14 100

54
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

3 Berat 0 0 Kelompok Kontrol Setelah 5 menit


Jumlah 14 100 pada Pasien Post Operasi Fraktur di
Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017 Ruang Bougenvil RSUD dr. R
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Koesma Tuban
bahwa dari 14 responden pada kelompok No Nyeri f %
eksperimen sebelum diberikan intervensi 1 Menurun 1 7,14
seluruhnya (100%) mengalami nyeri 2 Menetap 10 71,43
sedang. 3 Meningkat 3 21,43
Jumlah 14 100
2) Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017
Responden Berdasarkan Nyeri pada Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
Kelompok Eksperimen Setelah bahwa dari 14 responden yang tidak di
diberikan Intervensi pada Pasien berikan terapi guided imagery sebagian
Post Operasi Fraktur di Ruang besar (71,43%) responden tidak
Bougenvil RSUD dr. R Koesma mengalami penurunan nyeri atau tetap,
Tuban sebagian kecil responden mengalami
No Nyeri f % penurunan nyeri sebesar (7,14%) dan
1 Menurun 12 85,7 peningkatan nyeri sebesar (21,43%).
2 Menetap 2 14,3
3 Meningkat 0 0 5) Tabel Silang Pengaruh Terapi
Jumlah 14 100 Guided Imagery terhadap Nyeri pada
Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017 Pasien Post Operasi Fraktur di
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui Terapi Nyeri Post Operasi Fraktur
bahwa dari 14 responden pada kelompok Guided Menu-
Mene- tap
Mening- Total
Imagery run kat
eksperimen setelah diberikan
Kelompok 12 0 14
intervensihampir seluruhnya (85,7%) Eksperimen (85.7%)
2 (14.3%)
(0%) (100%)
responden mengalami penurunan nyeri, Kelompok 1 10 14
3 (21.43%)
sedangkan sebagian kecil (14,3%) Kontrol (7.14%) (71.43%) (100%)
responden tidak mengalami penurunan Jumlah
13 12
3 (10.71%)
28
(46.43%) (42.86%) (100%)
nyeri atau tetap.
Z= α=
ρ= 0,000
-4.057 0,05
3) Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Nyeri pada Ruang Bougenvil RSUD dr. R
Kelompok Kontrol pada Pasien Post Koesma Tuban
Operasi Fraktur di Ruang Bougenvil Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017
RSUD dr. R Koesma Tuban
No Nyeri f % Berdasarkan tabel silang dapat
1 Ringan 0 0 diketahui bahwa responden pada
2 Sedang 12 85.7 kelompok eksperimen hampir seluruhnya
3 Berat 2 14.3 (85,7%) mengalami
Jumlah 14 100 penurunannyerisedangkan responden pada
Sumber: Data Primer Peneliti, Tahun 2017 kelompok kontrolsebagian kecil (7,14%)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui mengalami penurunan nyeri, responden
bahwa dari 14 responden pada kelompok pada kelompok eksperimensebagian kecil
kontrol sebelum kelompok eksperimen (14,3%) tidak mengalami penurunan nyeri
mendapatkan intervensi hampir seluruhnya atau tetap sedangkan responden pada
(85.7%) mengalami nyeri sedang, sebagian kelompok kontrolhampir seluruhnya
kecil (14.3%) mengalami nyeri berat. (71,43%) tidak mengalami penurunan
nyeri atau tetap, responden pada kelompok
4) Tabel 5 Distribusi Frekuensi eksperimentidak satupun (0%) mengalami
Responden Berdasarkan Nyeri pada peningkatan nyeri sedangkan responden

55
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

pada kelompok kontrolsebangian kecil ini akan mempengaruhi respon nyeri yang
(21,43%) mengalami peningkatan nyeri. dirasakan.
Uji Mann Whitney menggunakan Faktor ansietas yang relevan atau
SPSSdengan tingkat kemaknaan α = 0,05 berhubungan dengan nyeri dapat
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = meningkatkan persepsi pasien terhadap
0,000 dimana 0,000< 0,05, maka H1 nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan
diterima H0 ditolak sehingga dapat dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan secara aktual dapat menurunkan
terapi guided imagery terhadap nyeri pada persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
pasien post operasi fraktur. efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
dengan mengarahkan pengobatan nyeri
PEMBAHASAN ketimbang ansietas (Potter & Perry, 2006).
1. Nyeri Post Operasi Fraktur pada Faktor koping individu Secara terus-
Kelompok Eksperimen Sebelum menerus klien kehilangan kontrol dan
Diberikan Intervensi tidak mampu untuk mengontrol
Hasil penelitian didapatkan lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
responden pada kelompok intervensi saat menemukan jalan untuk mengatasi efek
pre test mempunyai skala nyeri rata-rata nyeri baik fisik maupun psikologis.
dari 4-7. Hal ini sesuai dengan penelitian Penting untuk mengerti sumber koping
yang dilakukan oleh Maria, dkk (2015) individu selama nyeri. Sumber-sumber
pada pasien post SC, dimana pengukuran koping ini seperti berkomunikasi dengan
skala nyeri pre test responden hasilnya keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
sebagian besar mengalami nyeri dengan digunakan sebagai rencana untuk
intensitas berkisar 5-7. mensupport klien dan menurunkan nyeri
Beberapa faktor mungkin klien (Potter & Perry, 2006).
mempengaruhi terjadinya perbedaan skala Berdasarkan penelitian dan teori
nyeri pada kelompok eksperimen sebelum yang ada pengukuran skala nyeri pada hari
dan sesudah dilakukan intervensi kedua cenderung dalam kategori sedang
diantaranya usia, lingkungan, ansietas dan dikarenakan responden telah mendapatkan
koping individu. Dalam penelitian ini yang obat analgesik sehingga rasa nyeri yang
menjadi responden pada kelompok dirasakan tidak sama dengan rasa nyeri
eksperimen sebagian besar berusia 17-25 hari pertama post operasi fraktur. Selain
tahun. Responden berada pada usia remaja itu faktor usia pada kelompok eksperimen
akhir. Dalam teorinya Black dan Jane dalam masa remaja akhir. Pada remaja
(2014) dalam Maria (2015) mengatakan akhir mereka dapat mentoleransi rasa sakit
bahwa usia dapat mengubah persepsi dan yang dirasakan, pada faktor lingkungan
pengalaman nyeri. Menurut persepsi orang yang sebagian besar menempati ruang
dewasa nyeri dapat berarti kelemahan, kelas III dan II hal ini menyebabkan
kegagalan atau kehilangan kontrol.Usia responden menjadi gelisah dan
berkaitan dengan pengalaman dan meningkatkan stress apabila rasa nyeri itu
kematangan jiwa, sehingga pada usia muncul. Beberapa responden mengaku
dewasa lebih cepat beradaptasi terhadap bahwa dirinya kadang merasa cemas
tingkat kecemasan, dimana kecemasan ini terhadap kondisi yang dialaminya
berbanding lurus dengan intensitas nyeri. sekarang, pikiran negatif akan menambah
Faktor lingkungan, seperti fasilitas sensasi sakit yang dirasakan. Sehingga
ruangan juga berbeda-beda, dimana di dapat dikatakan bahwa faktor kecemasan
ruang kelas I dan II memiliki fasilitas dan berpengaruh pada kelompok eksperimen
tingkat kenyamanan yang lebih baik sebelum dilakukan intervensi. Selain itu
dibandingkan dengan ruang kelas III hal faktor koping individu pada saat dilakukan
pre testhari kedua menunjukkan responden

56
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

sudah mampu beradaptasi terhadap nyeri akhir. Dalam teorinya Black dan Jane
yang dirasakan. (2014) dalam Maria (2015) mengatakan
bahwa usia dapat mengubah persepsi dan
2. Nyeri Post Operasi Fraktur pada pengalaman nyeri. Menurut persepsi orang
Kelompok Eksperimen Setelah dewasa nyeri dapat berarti kelemahan,
Diberikan Intervensi kegagalan atau kehilangan kontrol.Usia
Dari penelitian ini diketahui bahwa berkaitan dengan pengalaman dan
terdapat penurunan intensitas nyeri yang kematangan jiwa, sehingga pada usia
cukup berarti pada pasien post operasi dewasa lebih cepat beradaptasi terhadap
fraktur yang diberikan terapi guided tingkat kecemasan, dimana kecemasan ini
imagery. Terapi guided imagery berbanding lurus dengan intensitas nyeri.
merupakan salah satu penatalaksanaan Faktor lingkungan, seperti fasilitas
nonfarmakologis yang mempunyai fungsi ruangan juga berbeda-beda, dimana di
relaksasi dan merupakan penyembuh yang ruang kelas I dan II memiliki fasilitas dan
efektif untuk mengurangi nyeri(Snyder, tingkat kenyamanan yang lebih baik
2006 dalam Hasim, 2015). dibandingkan dengan ruang kelas III.Pada
Guided Imagery/imajinasi positif kelompok eksperimen sebagian besar
dapat melemahkan psikoneuroimmunologi menempati ruang kelas III dan II. Short
yang mempengaruhi respon stres, hal ini (2003) dalam Falupi (2015) menjelaskan
berkaitan dengan teori Gate Control yang guided imagery dilakukan di ruangan yang
menyatakan bahwa “hanya satu impuls tenang dan kondusif. Responden akan
yang dapat berjalan sampai sumsum tulang mudah berkonsentrasi terhadap apa yang
belakang ke otak pada satu waktu “ dan “ disampaikan peneliti jika suasana nyaman.
jika ini terisi dengan pikiran lain maka Faktor ansietas yang relevan atau
sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke berhubungan dengan nyeri dapat
otak oleh karena itu rasa nyeri berkurang”. meningkatkan persepsi pasien terhadap
Guided imagery juga dapat melepaskan nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan
endorphin yang merupakan substansi dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. dan secara aktual dapat menurunkan
Sehingga pada saat neuron nyeri perifer persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
sinapsis antara neuron nyeri perifer dan dengan mengarahkan pengobatan nyeri
neuron yang menuju otak tempat ketimbang ansietas (Potter & Perry, 2006).
seharusnya substansi P akan Faktor koping individu Secara terus-
menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, menerus klien kehilangan kontrol dan
endorphin akan memblokir lepasnya tidak mampu untuk mengontrol
substansi P dari neuron sensorik, sehingga lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menemukan jalan untuk mengatasi efek
menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri nyeri baik fisik maupun psikologis.
pada pasien post operasi fraktur berkurang Penting untuk mengerti sumber koping
(Hart, 2008 dalam Hasim 2015). individu selama nyeri. Sumber-sumber
Beberapa faktor mungkin koping ini seperti berkomunikasi dengan
mempengaruhi terjadinya perbedaan skala keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
nyeri pada kelompok eksperimen sebelum digunakan sebagai rencana untuk
dan sesudah dilakukan intervensi mensupport klien dan menurunkan nyeri
diantaranya usia, lingkungan, ansietas dan klien (Potter & Perry, 2006).
koping individu. Dalam penelitian ini yang Berdasarkan pada penelitian dan
menjadi responden pada kelompok teori yang ada bahwa terapi guided
eksperimen sebagian besar berusia 17-25 imagery lebih efektif mempercepat
tahun. Responden berada pada usia remaja penurunan nyeri. Dari 14 responden, 12

57
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

responden mengalami penurunan nyeri, sesudah dilakukan pengukuran skala nyeri


peneliti berpendapat bahwa responden diantaranya usia, lingkungan, ansietas dan
yang mengalami penurunan nyeri karena koping individu. Dalam penelitian ini yang
disebabkan faktor usia pada masa remaja menjadi responden pada kelompok kontrol
akhir lebih mudah untuk dapat mengikuti sebagian besar berusia 17-25 tahun dan
instruksi dan lebih kooperatif, sedangkan 26-35 tahun. Responden berada pada usia
pada faktor lingkungan kondisi ruangan remaja akhir dan dewasa awal. Dalam
pada saat itu sedang kondusif sehingga teorinya Black dan Jane (2014) dalam
terapi yang diberikan mudah diterima dan Maria (2015) mengatakan bahwa usia
dapat berpengaruh, sedangkan pada faktor dapat mengubah persepsi dan pengalaman
ansietas sebelum dan sesudah dilakukan nyeri. Menurut persepsi orang dewasa
intervensi terdapat perbedaan, setelah nyeri dapat berarti kelemahan, kegagalan
diberikan intervensi cemas yang dirasakan atau kehilangan kontrol.Usia berkaitan
berkurang sehingga rasa sakit nyeri dapat dengan pengalaman dan kematangan jiwa,
menurun. Sedangkan terdapat 2 reponden sehingga pada usia dewasa lebih cepat
yang mengalami nyeri menetap setelah beradaptasi terhadap tingkat kecemasan,
diberikan intervensi hal ini dikarenakan dimana kecemasan ini berbanding lurus
faktor lingkungan pada saat itu kurang dengan intensitas nyeri.
kondusif pada jam besuk pasien sehingga Faktor lingkungan, seperti fasilitas
suasana bising akibatnya responden ruangan juga berbeda-beda, dimana di
terganggu untuk berkonsentrasi dan ruang kelas I dan II memiliki fasilitas dan
mengikuti perintah. Selain itu responden tingkat kenyamanan yang lebih baik
juga kurang kooperatif dalam menjalani dibandingkan dengan ruang kelas III.Pada
terapi.Kurang kooperatif responden kelompok kontrol sebagian besar
disebabkan karena sikap acuh dan kurang menempati ruang kelas III. Ruangan yang
pemahaman terhadap prosedur yang bising dan kurang nyaman akan
diberikan oleh peneliti. meningkatkan tingkat stres pasien
sehingga akan meningkatkan rasa sakit
3. Nyeri Post Operasi Fraktur pada yang dirasakan.
Kelompok Kontrol Faktor ansietas yang relevan atau
Hasil penelitian menunjukkan nyeri berhubungan dengan nyeri dapat
saat pretest pada kelompok kontrol hampir meningkatkan persepsi pasien terhadap
seluruhnya mengalami nyeri sedang, nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan
sebagian kecil mengalami nyeri berat. dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
Responden kelompok kontrol dan secara aktual dapat menurunkan
memiliki skala nyeri yang tidak sama yaitu persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
dari 4-7. Hal ini sesuai dengan teori yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
diungkapkan Kozier et al(2010) yang dengan mengarahkan pengobatan nyeri
menjelaskan nyeri merupakan sensasi yang ketimbang ansietas (Potter & Perry, 2006).
tidak menyenangkan dan sangat individual Faktor koping individu Secara terus-
dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. menerus klien kehilangan kontrol dan
Potter & Perry (2006) juga menjelaskan tidak mampu untuk mengontrol
bahwa tidak ada individu yang mengalami lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
nyeri yang sama dan tidak ada dua menemukan jalan untuk mengatasi efek
kejadian nyeri yang sama menghasilkan nyeri baik fisik maupun psikologis.
respons atau perasaan yang identik pada Penting untuk mengerti sumber koping
seorang individu. individu selama nyeri. Sumber-sumber
Beberapa faktor mungkin koping ini seperti berkomunikasi dengan
mempengaruhi terjadinya perbedaan skala keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
nyeri pada kelompok kontrol sebelum dan digunakan sebagai rencana untuk

58
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

mensupport klien dan menurunkan nyeri menit. Dari 14 responden terdapat 10


klien (Potter & Perry, 2006). responden mengalami nyeri tetap dan 3
Berdasarkan penelitian dan teori responden mengalami nyeri meningkat hal
yang ada pengukuran skala nyeri pada hari ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
kedua cenderung dalam kategori nyeri mengingat sebagian besar responden
sedang tetapi sebagian kecil masih dalam menempati kelas 3 dimana tidak terdapat
kategori nyeri berat. Selain itu faktor usia fasilitas seperti televisi dan kipas angin,
pada kelompok kontrol pre test dalam selain itu satu ruangan terdapat banyak
masa remaja akhir dan dewasa awal. Pada tempat tidur pasien sehingga menyebabkan
remaja akhir dan dewasa awal mereka suasana yang agak bising sehingga dapat
dapat mentoleransi rasa sakit yang mempengaruhi kenyamanan dan
dirasakan, pada faktor lingkungan yang meningkatkan stress yang dapat
sebagian besar menempati ruang kelas III menunjang tingkat nyeri pasien. Namun
hal ini menyebabkan responden menjadi terdapat 1 responden yang mengalami
gelisah dan meningkatkan stress apabila penurunan nyeri dari berat ke sedang pada
rasa nyeri itu muncul. Beberapa responden kelompok kontrol hal ini dikarenakan
mengaku bahwa dirinya kadang merasa mekanisme koping pada responden
cemas terhadap kondisi yang dialaminya tersebut baik, sumber koping ini seperti
sekarang, pikiran negatif akan menambah berkomunikasi dengan keluarga dan
sensasi sakit yang dirasakan. Sehingga kebiasaan responden yang bermain gadget
dapat dikatakan bahwa faktor kecemasan sehingga mengalihkan perhatian pada
berpengaruh pada kelompok kontrol. nyeri yang dirasakan.
Selain itu faktor koping individu pada saat
dilakukan pre testhari kedua menunjukkan 5. Pengaruh Terapi Guided Imagery
responden sudah mampu beradaptasi terhadap Nyeri pada Pasien Post
terhadap nyeri yang dirasakan. Operasi Fraktur
Hasil analisa data yang digunakan
4. Nyeri Post Operasi Fraktur pada pada penelitian ini adalah Uji Mann
Kelompok Kontrol Setelah 5 menit Whitney menggunakan SPSS dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai
dijelaskan pada tabel 5 dapat diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000 dimana
bahwa dari 14 responden yang tidak di 0,000 < 0,05, maka H1 diterima H0 ditolak
berikan terapi guided imagery sebagian sehingga dapat disimpulkan bahwa
besar responden tidak mengalami terdapat pengaruh terapi guided imagery
penurunan nyeri atau tetap, sebagian kecil terhadap nyeri pada pasien post operasi
responden mengalami penurunan nyeri dan fraktur.
peningkatan nyeri. Pada penelitian ini kelompok
Nyeri yang dirasakan akibat eksperimen diberikan perlakuan berupa
pembedahan pada setiap individu berbeda- terapi guided imagery sedangkan
beda.Karena nyeri merupakan pengalaman kelompok kontrol tidak. Penurunan skala
subyektif yang hanya individu itu sendiri nyeri tampak terjadi pada kelompok
yang dapat menilainya.Pengukuran nyeri eksperimen. Beberapa faktor mungkin
dengan pendekatan obyektif yang paling dominan mempengaruhi terjadinya
penting adalah menggunakan respon perbedaan skala nyeri diantaranya usia dan
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri lingkungan. Dalam penelitian ini yang
(Tamsuri, 2007). menjadi responden kelompok eksperimen
Berdasarkan penelitian dan teori sebagian besar berusia 17-25 tahun Pada
yang ada tidak ada perbedaan yang masa remaja akhir lebih mudah untuk
signifikan terhadap skala nyeri pada dapat mengikuti instruksi dan lebih
kelompok kontrol sebelum dan sesudah 5 kooperatif. Sedangkan pada kelompok

59
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

kontrol faktor usia pada dewasa awal memberikan dampak positif terhadap
berusia 26-35 tahun lebih mudah untuk penurunan tingkat nyeri pada pasien post
mentoleransi rasa sakit yang dirasakan. operasi fraktur.
Faktor lingkungan, seperti fasilitas Hasil penelitian ini juga didukung
ruangan juga berbeda-beda mayoritas dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
responden kelompok eksperimen berada oleh Andaryani (2013), tentang pengaruh
diruang kelas III dan II sedangkan pada teknik relaksasi guided imagery terhadap
responden kelompok kontrol mayoritas skala nyeri pada pasien fraktur femur di
berada diruang kelas III, dimana di ruang ruang bedah RSUP dr. Mohammad Hoesin
kelas I dan II memiliki fasilitas dan tingkat Palembang tahun 2013, membuktikan
kenyamanan yang lebih baik dibanding adanya pengaruh relaksasi imajinasi
dengan kelas III. Walaupun demikian pada terbimbing terhadap intensitas nyeri.
saat melakukan terapi guided imagery di Peneltian dari Nuraeni (2015) dengan hasil
ruang kelas III, peneliti meminta bantuan penelitian ada pengaruh teknik relaksasi
fasilitator untuk membuat reponden dapat (aromaterapi lavender) terhadap tingkat
berkonsentrasi dan meminta perawat nyeri pada pasien post operasi fraktur di
ruangan untuk meminta keluarga keluar ruang Bougenvil dan Dahlia RSUD dr. R
ruangan hingga terapi selesai diberikan. Koesma Tuban. Kesamaan hasil penelitian
Hal ini yang membuat skala nyeri antara ini dengan penelitian sebelumnya
responden di ruang kelas I dan II tidak ada memberikan gambaran efektivitas metode
perbedaan signifikan dengan kelas III. relaksasi-relaksasi dalam menurunkan
Maria (2015) menjelaskan guided imagery intensitas nyeri.
dilakukan di ruangan yang tenang dan Berdasarkan penelitian dan teori
kondusif di rumah sakit, akan tetapi ada yang ada terapi guided imagery terbukti
beberapa keadaan yang dapat mengganggu dapat mempengaruhi nyeri lebih cepat
dalam proses pelaksanaan guided imagery, dibandingkan dengan hanya diberikan
seperti interupsi dari orang maupun staf analgesik. Penurunan nyeri ini dapat
dan suara-suara mengganggu lainnya. membantu efek penyembuhan kondisi
Melalui guided imagery pasien akan umum. Efek samping dari penggunaan
terbantu untuk mengalihkan perhatian dari analgesik juga dapat dikurangi karena
nyeri yang dirasakan dengan terdapat pengaruh antara terapi guided
membayangkan hal-hal yang imagery pada pasien post operasi fraktur
menyenangkan. Hal ini sehingga secara sehingga direkomendasikan untuk
bertahap dapat menurunkan persepsi klien penurunan dosis konsumsi analgesik.
terhadap nyeri yang dirasakan.Didukung Didukung dengan pendapat dari
pendapat dari Ratnasari (2012) yang Tamsuri (2007) yang menyebutkan guided
menyebutkan imagery therapist imagery merupakan teknik terapeutik yang
membimbing klien untuk merasakan atau digunakan untuk relaksasi atau tujuan
visualisasi dengan tujuan relaksasi dan proses penyembuhan sekaligus dapat
penyembuhan.Terapi ini sangat baik untuk menurunkan nyeri kronis.
manajemen sakit dan gejala fisik akibat
masalah dan psikologis.
Keberhasilan terapi yang dilakukan KESIMPULAN
disebabkan karena penerapan guided 1. Nyeri pada pasien post operasi
imagery berjalan baik dan dilakukan fraktur di ruang Bougenvil RSUD
dengan petunjuk pelaksanaan terapi. dr. R Koesma Tuban sebelum
Keberhasilan juga didukung oleh sikap diberikan terapi guided imagery pada
kooperatif pasien yang mengikuti kelompok eksperimen dalam
bimbingan peneliti dengan baik. kategori nyeri.
Keberhasilan penerapan guided imagery

60
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

2. Nyeri pada pasien post operasi 1) Bagi institusi pendidikan agar terus
fraktur di ruang Bougenvil RSUD dapat memperbanyak sumber
dr. R Koesma Tuban setelah bacaan baik buku, jurnal, maupun
diberikan terapi guided imagery literature lainnya mengenai
hampir seluruhnya responden keperawatan khususnya yang
mengalami penurunan nyeri, berhubungan dengan penggunaan
sedangkan sebagian kecil responden dan manfaat teknik guided imagery
tidak mengalami penurunan nyeri untuk dunia kesehatan.
atau tetap. 2) Bagi perawat dan tenaga
3. Nyeri pada pasien post operasi kesehatan dapat menerapkan
fraktur di ruang Bougenvil RSUD terapi guided imagery sebagai
dr. R Koesma Tuban pada kelompok terapi yang secara praktis untuk
kontrol sebelum kelompok menurunkan nyerisehingga
eksperimen mendapatkan intervensi asuhan keperawatan yang lebih
dalam kategori sedang sampai berat. berkualitas dan pasien lebih puas
4. Nyeri pada pasien post operasi terhadap pelayanan yang
fraktur di ruang Bougenvil RSUD diberikan.
dr. R Koesma Tuban pada kelompok 3) Bagi peneliti selanjutnya dapat
kontrol setelah kelompok membuat modifikasi manfaat
eksperimen mendapatkan terapi guided imagery yang tidak
intervensisebagian besar responden hanya digunakan untuk skala
tidak mengalami penurunan nyeri nyeri saja namun indikator
atau tetap, sebagian kecil responden lainnya seperti kecemasan,
mengalami penurunan nyeri. kualitas tidur, tekanan darah,
5. Terdapat pengaruh pemberian stres maupun burnout
guided imagery terhadap nyeri pada situasi.Menempatkan responden
pasien post operasi fraktur di ruang pada satu ruangan yang sama
Bougenvil RSUD dr. R Koesma sehingga diperoleh hasil yang
Tuban. Ditunjukkan dengan hasil lebih spesifik. Dan mengontrol
analisa data yang digunakan pada pemberian analgesik sehingga
penelitian ini adalah Uji Mann hasil penelitian tidak bias.
Whitney dengan tingkat kemaknaan
α = 0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig. DAFTAR PUSTAKA
(2-tailed) = 0,000 dimana 0,000< Andarmoyo, S. 2016. Konsep Dan Proses
0,05, maka H1 diterima H0 ditolak Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ar-Ruzz Media.
terdapat pengaruh terapi guided
imagery terhadap nyeri pada pasien Andaryani, F & Kardewi. 2013. Pengaruh
post operasi fraktur. Teknik Relaksasi Guided Imagery
terhadap Skala Nyeri pada Pasien
SARAN Fraktur Femur di Ruang Bedah
1. Saran Teoritis RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Palembang, Jurnal Keperawatan
dipergunakan sebagai informasi ilmu Bina Husada, Volume 1, No. 2
pengetahuan khususnya ilmu
Ani, C. H. A. 2014. Faktor-Faktor yang
keperawatan medical bedah dan
Mempengaruhi Intensitas Nyeri
metode riset yang berkaitan dengan
Pasien Pasca Bedah Abdomen di
nyeri.
Rumah Sakit Umum Daerah dr.
2. SaranPraktis
Pirngadi Medan. (online),

61
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

(http://respiratory.unand.ac.id), Hidayat, A. A. 2008. Pengantar Konsep


diakses tanggal 04 Februari 2017 Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Dahlan, M. S. 2013. Statistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan. Maria, dkk. 2015. Pengaruh Terapi
Jakarta: Salemba Medika. Guided Imagery and Music (GIM)
terhadap Skala Nyeri Luka Pasien
Digiulio, M., & Jackson, D. 2014. Post Operasi Sectio Caesarea (SC)
Keperawatan Medikal Bedah. di RSUD Ende. Vol. 4, No. 3,
Yogyakarta: Rapha Publising. diakses 13 Desember 2016,
(http://ejournal.unsrat.ac.id)
Djamal R, Rompas S, Bawotong J. 2015.
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Morison, M. J. 2004. Manajemen Luka.
Skala Nyeri pada Pasien Fraktur di Jakarta: EGC.
IRNA A RSUP Prof. DR. R.D.
Kandou Manado, Vol. 3, No. 2, Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan
diakses 13 Desember 2016, Keperawatan Klien dengan
(http://ejournal.unsrat.ac.id) Gangguan Sistem Persarafan .
Jakarta: Salemba Medika.
Faqih, M. U. 2012. Pengaruh Terapi
Bermain terhadap Kecemasan Muttaqin, A., & Sari, K. 2009. Asuhan
AnakUsia 1–5 Tahun saat Keperawatan Perioperatif Konsep,
Hospitalisasi di Ruang Melati Proses, dan Aplikasi. Jakarta:
RSUD dr. R. Koesma Tuban. Salemba Medika.
Skripsi tidak diterbitkan. Tuban :
Program Studi S1 Keperawatan Ningsih, N., & Lukman. 2009. Asuhan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keperawatan Klien dengan
Nahdlatul Ulama Tuban Gangguan Sistem Musculoskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.
Hartatik, Deni. 2016. Pengaruh Relaksasi
Guided Imagery Terhadap Nuraeni, Dewi. 2015. Pengaruh
Kualitas Tidur pada Lansia di Dsn Aromaterapi Lavender (Lavandula
Karang Gayam Ds. Banjarjo Kec. Angustifolia) terhadap Nyeri Post
Bancar - Tuban. Skripsi tidak Operasi Fraktur di Ruang
diterbitkan. Tuban : Program Studi Bougenfil dan Dahlia RSUD Dr. R
S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Koesma Tuban. Skripsi tidak
Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama diterbitkan. Tuban : Program Studi
Tuban S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Hasim,A. S. 2015. Guided Tuban
Imagery(online),(http://ariasandyha
sim.blogspot.co.id) diakses 13 Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian
Desember 2016 Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba
Helmi, Z. N. 2014. Buku Ajar Gangguan Medika.
Muskuloskeletal . Jakarta: Salemba
Medika. Potter, & Perry. 2006. Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan
Hidayat, A. A. 2007. Riset Keperawatan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika. Price, S. A., & Wilson, L. M. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis

62
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 2, Desember 2018

Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku


Jakarta: EGC. Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, & Jong, W. d. 2005. Buku
Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: Suza, D. E. 2007. Konsep &
EGC. Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Bedah Edisi 8 Tamsuri, A. 2007. Konsep dan
Vol 1. Jakarta: EGC. Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta:
EGC.

63

Anda mungkin juga menyukai