Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan ke X

Al-Qiyas al-Mantiqi (Silogisme)

I. Pengertian Al-Qiyas

Kata al-qiyas berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Miqiyas berarti alat
mengukur. Maksudnya di sini adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Istilah lain yang lazim dipakai dalam ilmu logika adalah silogisme diambil dari bahasa
Inggris syllogism yang berasal dari bahasa Yunani syllogismos (penggabungan,
penalaran); dari syn (dengan, bersama) dan logizesthai (menggabungkan,
menyimpulkan dengan penalaran).

Qiyas dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau kata yang tersusun dari dua atau
beberapa qadhiyah (proposisi), manakala qadhiyah-qadhiyah tersebut benar maka akan
muncul dari padanya dengan sendirinya qadhiyah benar yang lain yang dinamakan
natijah (konklusi). Tetapi perlu dicatat bahwa, bila qadhiyah-nya tidak benar, bisa saja
natijah-nya benar. Tetapi benarnya itu adalah kebetulan. Misalnya qadhiyah salah tetapi
natijah-nya benar. Tiap manusia bisa membaca (salah),- setiap manusia yang bisa
membaca perlu makan (benar). Natijah-nya setiap manusia perlu makan (benar).

Di dalam ilmu mantiq atau logika silogisme memiliki beberapa pengertian:

1. Cara berargumen deduktif absah mana pun yang mempunyai dua premis dan
suatu kesimpulan. Premis-premis demikian terkait dengan kesimpulan yang
terkandung dalam premis-premis; konklusi harus menyusul.
2. Suatu bentuk penalaran yang memungkinkan -dengan adanya dua kalimat atu
proposisi-proposisi ketiga disimpulkan secara niscaya darinya.
Jadi qiyas atau silogisme yaitu bentuk pengambilan kesimpulan secara langsung
di mana kesimpulan (natijah) ditarik dari dua proposisi yang ada secara bersama-sama,
satu di antaranya adalah premis mayor (al-muqaddimah al-kubra) dan lainnya adalah
premis minor (al-muqaddimah al-sugra) karena adanya penghubung (qarinah) di antara
kedua premis itudi mana keduanya dipersatukan dalam pengertian yang sama, yaitu
pengertian tengah (al-haddul ausat). Kesimpulan itu, karena ia selalu mengikuti premis-
premis tersebut, kadang-kadang juga disebut konsekuen. Premis mayor adalah premis
yang menampilkan istilah atau pengertian mayor (al-haddul akbar) dan ini merupakan
premis yang berfungsi sebagai predikat (mahmul) dalam kesimpulan; sedangkan premis
minor adalah premis yang menampilkan istilah atau pengertian minor (al-haddus
sugra); dan ini merupakan premis yang berfungsi sebagai subyek (maudhu’) dalam
kesimpulan. Jadi untuk jelasnya lihat contoh sologisme sebagai berikut: semua orang
pasti mati; Socrates adalah orang; karena itu Socrates pasti mati.” “Semua orang pasti
mati” adalah premis mayor, “Socrates adalah orang” adalah premis minor yang
bersama-sama dengan premis mayor menjurus pada kesimpulan bahwa “Socrates pasti
mati”
Dari contoh di atas terlihat bahwa silogisme adalah proses menggabungkan tiga
proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Aristoteles
membatasi silogisme sebagai: argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari
premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. Proposisi sebagai dasar
kita mengambil kesimpulan bukanlah proposisi yang dapat kita nyatakan dalam bentuk
oposisi, melainkan proposisi yang mempunyai hubungan independen. Bukan
sembarang hubungan independen, melainkan mempunyai term persamaan. Dua
permasalahan dapat kita tarik daripadanya konklusi manakala mempunyai term yang
menghubungkan keduanya. Term ini adalah mata rantai yang memungkinkan kita
mengambil sintesis dari permasalahan yang ada. Tanpa term persamaan itu maka
konklusi tidak dapat kita tarik.

Macam-macam Qiyas

1. Semua makhluk mempunyai mata, (Premis Mayor)


2. Si Ali adalah seorang makhluk (Premis Minor)
3. Jadi, Si Ali mempunyai mata. (Kesimpulan)

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan


pada kita merumuskan, menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat
hubungannya dengan mudah, Dengan demikian kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam.
Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian
atau penyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau
membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau
pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak
mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang
besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus,
proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering
dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan
jelas.

Silogisme Menurut Para Ahli

Macam dan bentuk silogisme itu banyak tapi yang paling penting di antaranya
adalah silogisme kategorik, silogisme hipotetik, silogisme alternatif, dan silogisme
disjungtif.
Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah/middle term)
dalam premis.

I. Silogisme kategorik (al-qiyas al-hamli) yaitu Silogisme kategorik (murni), yaitu


silogisme yang salah-satu di antara dua premisnya adalah proposisi kategorik (al-
qadhiyyah al-hamliyah). Jadi dalam silogisme kategoris berarti argumen yang terdiri
atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan
(premis), satu menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi).

Seluruh argumen mengandung tiga proposisi, yakni sebagai berikut.

1. Premis Mayor : Semua manusia tidak lepas dari kesalahan


Premis Minor : Semua cendikiawan adalah manusia
Konklusi : Semua cendikiawan tidak lepas dari kesalahan

2. Premis Mayor : Semua tanaman membutuhkan air


Premis Minor : Padi adalah tanaman
Konklusi : Padi membutuhkan air

Premis yang memuat term minor disebut premis minor.


Premis yang memuat term mayor disebut premis mayor.
Jadi, dalam silogisme selalu ada tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya lagi perhatikan contoh berikut:
Semua binatang makan. Sapi adalah binatang. Jadi, sapi makan.
Dalam contoh tersebut:
Term minor (S): Sapi. Term mayor (P): Makan. Term pembandingnya (M): binatang.
Premis mayor: Semua binatang makan.
Premis minor: Sapi itu binatang.
Kesimpulan atau konklusi: Sapi makan.

II.Silogisme Hipotetik yaitu argument yang premis mayornya berupa proposisi


hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.  Macam tipe
silogisme hipotetik cukup banyak: (lihat buku bacaan untuk ilmu Mantiq)
diantaranya silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent
Contoh:

Premis Mayor: Jika hujan , saya naik becak


Premis Minor : Sekarang Hujan .
Konklusi : Jadi saya naik becak.
Dari contoh tersebut, silogisme hipotetis bergumul dengan penalaran-penalaran
absah yang bersifat mungkin, jika memakai pernyataan-pernyataan “jika-maka”, atau
kombinasi pernyataan “jika-maka” dan pernyataan kategoris. (lebih lanjut baca
Mundiri: Logika).
Silogisme hipotetis yang langsung pada prinsipnya sama seperti silogisme
kategoris. Klausa tengah dihilangkan, dua klausa lainnya digabungkan:
Jika hujan, parade dibatalkan.

Maka, hujan, parade dibatalkan.

3. Silogisme disjungtif
Dalam uraian kuno tentang silogisme, pembedaan dibuat di antara arti lemah
“entah ata” (sering disebut alternatif) dan arti kuat (sering dinamakan
disjungtif).
Catatan:
a. Kita menamakan silogisme yang menggunakan arti lemah “entah-atau
Silogisme arternatif. Arti lemah “entah-atau” memperlihatkan
memperlihatkan bahwa kedua disjung (klausa “entah” dan klausa “atau”)
tidak dapat sekaligus salah. Maka dalam hal ini penalaran yang sah terjadi
karena menyangkal salah satu disjung dan mengakui yang lain. Dapat kita
namakan ini: menyangkal dan mengakui.
Entah hujan atau tidak, panen akan gagal.
Tidak hujan.
Maka, panen gagal.
Dapat kita lihat bahwa kita masih mempunyai bentuk yang sahih kalau kita
menyangkal disjung yang kedua dan mengafirmasi yang pertama.

b. Kita menamakan silogisme yang menggunakan arti kuat “entah-atau”


Silogisme Disjungtif. Arti kuat “entah-atau” menyatakan bahwa kedua
disjung tidak dapat dua-duanya benar sekaligus. Dalam hal ini penalaran
yang sahih terjadi karena mengafirmasi salkah satu dari disjung, dan atas
dasar afirmasi ini, menyangkal yang lain.
Entah ia lahir di Jakarta atau ia lahir di Bandung.
Dia lahir di Jakarta.
Maka, ia tidak lahir di Bandung.
Jadi dari contoh di atas silogisme disjungtif adalah silogisme dimana premis
mayor maupun minornya, baik salah satu maupun keduanya, merupakan
keputusan disjunctive.
Contoh lain:
Premis Mayor : Kamu atau saya yang pergi
Premis Minor : Kamu tidak pergi
Konklusi : Maka sayalah yang pergi
Silogisme disjungtive mempunyai dua buah corak diantaranya :
1. modus ponendo tolles, contoh:
Planet kita ini diam atau berputar.
Karena berputar, jadi bukanlah diam

2. modus tolledo ponens, contoh:


Planet bumi kita ini diam atau berputar
Planit bumi kita ini tidak diam
Jadi . planet bumi kita ini berputar.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe
yaitu :

Premis minornya mengingkari salah satu alternative, konklusinya adalah


mengakuialternative yang lain, contoh :
Premis Mayor : Ia berada diluar atau di dalam
Premis Minor : Ternyata tidak berada di luar.
Konklusi : Jadi ia berada di dalam.

Premis minor mengakui salah satu alternative, kesimpulannya adalah


mengingkarialternative yang lain, contoh:
Premis Mayor : Budi di masjid atau di sekolah
Premis Minor : Ia berada di masjid.
Konklusi : Jadi ia tidak berada di sekolah

Uraian Silogisme lebih lanjut merujuk pada buku referensi.

Anda mungkin juga menyukai