Anda di halaman 1dari 21

..

..
Kamis, 09 Oktober 2014

Komunikasi Di Dalam Keperawatan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi . Sehingga sekarang
ilmu komunikasi berkembang pesat . Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi dengan
sesama perawat yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan
masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa memgutamakan perhatian pada
pengguanaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam hubungan timbal
balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang
lebih baik . Kenyataannya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita , tidak terkecuali perawat , yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan
orang lain. Entah itu pasien , sesama teman, dengan atasan, dokter dan RAS. Maka komunikasi
sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan
peran fungsinya dengan baik. Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi
dengan anggota tim kesehatan lainnya. Sebagai kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut
pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang di derita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun
psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarnakan oleh
proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang
sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan
yang demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisa atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian
orang di sekitarnya.

1.2    Rumusan Masalah

      1)      Apa yang di maksud dengan komunikasi keperawatan?

      2)      Apa saja model-model komunikasi dalam pelayanan keperawatan ?

      3)      Apa saja macam-macam jenis komunikasi dalam keperawatan  ?

      4)      Apa tujuan dari komunikasi dalam pelayanan keperawatan?

      5)      Bagaimana penggunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan?

1.3    Tujuan

      1)      Menjelaskan tentang pengertian komunikasi dalam keperawatan.

      2)      Menjelaskan model- model komunikasi dalam pelayanan keperawatan.

      3)      Menyebutkan jenis-jenis komunikasi dalam pelayanan keperawatan.

      4)      Menjelaskan tujuan dari  komunikasi dalam pelayanan keperawatan .


      5)      Mampu menerapkan cara penggunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan .

1.4    Manfaat

   1)      Agar mahasiswa memahami komunikasi dengan baik dan dapat mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

    2)      Mahasiswa dapat memperdalam ilmu tentang komunikasi yang baik dalam dunia keperawatan
sehingga dapat menerapkannya dalam pelayanan keperawatan.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

            Komunikasi memiliki banyak definisi. Dimana masing-masing pengertian tersebut diambil


berdasarkan pendapat atau pengalaman serta latar belakang dari ahli-ahli yang bersangkutan.
Komunikasi diartikan baik secara khusus dengan mengaitkan pada kondisi tertentu seperti
komunikasi keluarga, komunitas, psikologi, manajemen, maupun komunikasi dalam keperawatan.
Definisi para ahli antara lain:
1)      Menurut Kalvin dan Brommel (1986)memberikan makna komunikasi khususnya komuikasi keluarga
sebagai suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian
dalam keluarga.

2)      Menurut McCubbil dan Dhal (1985)mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu proses tukar-
menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat. 

3)      Menurut Johnson (1981) komunikasi secara sempit diartikan sebagai pesan yang dikirim sesorang
kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

4)      Menurut Harold Koont dan Cyril O’Donell, komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang
ke orang lain terlepas percaya atau tidak yang ditransfer dan harus dimengerti oleh penerima.

5)      Menurut  William Ablig, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung


pengertian antara individu-individu.

6)      Menurut Dr. Phill Astrid Susanto komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang


mengandung arti.

7)      Menurut Human Relation at Work, Keith Davis komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan
pengertian seseorang keorang lain.

8)      Menurut Drs. Onong U. Effendi, MAkomunikasi mencakup ekspresi wajah sikap dan gerak-gerik
suara kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telefon dan lain-lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan, informasi, ide, pikiran, fakta dan pendapat untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik langsung dengan lisan maupun tidak langsung
melalui media dengan menyertakan kode atau lambang-lambang agar lebih mudah dimengerti oleh
lawan komunikasi.
2.2 Model Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan

            Sejauh ini terdapat ratusan komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan suatu model
komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut. Pradigma
yang digunakan, kondisi teknologi, dan perkembangan zaman yang melingkunginya. Kita akan
membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut, khususnya model-
model yang sangat popular, yaitu :

2.2.1        Model Stimulus-Respons (S-R)

Model Stimulus-Respons adalah komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin
psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan,
pada dasarnya setiap kejadian yang kita alami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang
ada menuntut kita untuk menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar dengan
menggunakan komunikasi intrapersonal dimana dalam jiwa manusia terdiri atas kumpulan
bermacam-macam tanggapan yang terbentuk karena adanya stimulus dan respon. 

Stimulus Respons (S-R)

Kebutuhan akan pemenuhan sebuah tuntutan tersebut menjadikan seseorang mengadakan


suatu interaksi yang mendorong individu untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata atau tidak
antara kebutuhan dari suatu situasi dan sumber daya dari seseorang baik biologis, psikologis, atau
system soasial dan dari sinilah awal timbulnya suatu ketegangan, dimana penyebab ketegangannya
adalah suatu kejadian atau rangkian peristiwa yang terjadi. Klien yang mendengar akan dilakukan
pemeriksaan fisik oleh karena penyakitnya, dia akan bertanya-tanya alat yang digunakan itu apa,
bagaimana caranya, apa yang dilakukan, dimana tempatnya, berapa biayanya, siapa yang
melakukannya, dan sebagainya. Kegiatan atau keadaan yang dialami tersebut direspon sebagai
ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri klien sehingga menimbulkan perasaan tegang yang
disebut stressor.

Respon tersebut melibatkan berbagai komponen dalam diri manusia yang berfokus pada
dua komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen psikologis yang melibatkan perilaku pola pikir
dan emosi  dan komponen fisiologis yang melibatkan peningkatan rangsangan tubuh seperti jantung
berdebar, sakit perut, berkeringat, dan lain sebagainya. Respon Psikologis dan Fisiologis seseorang
terhadap stressor disebut Strain. Model Stimulus-Respons yang melibatkan stressors dan strains
ditambah dengan sebuah bentuk hubungan yang penting karena hubungan antar seseorang dan
lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi tuntutan yang
harus dipenuhi.

Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut
Transactions, antara seorang dan lingkungannya, dimana keduannya saling mempengaruhi satu dan
yang lain. Contohnya seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan terlambat untuk suatu
appointment terus melihat jamnya, terus membunyikan klakson mobilnya, dan menjadi semakin
marah setiap menitnya. Model ini menggambarkan bahwa seseorang akan memulai sesuatu karena
ada kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi, sekalipun kebutuhan yang sangat primitive,
Kesan non verbal menjadi dasar seseorang bereaksi.

Pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan respon tanggap bagi seseorang yang diawali
adanya kesadaran stimulus yang masuk kepanca indra (sensasi) dalam keperawatan kebutuhan
dasar manusia sebagai penopang hidup merupakan stimulus bagi orang yang tergerak untuk
bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan dikehendaki sehingga timbul reaksi untuk
mencapai tujuan. Bila stimulus yang datang baik, maka akan direspon baik sebaliknya bila stimulus
yang datng negative, maka akan direspon negative sehingga dalam memicu sebuah stimulus
dibutuhkan kesadaran yang tinggi.

Bila seorang perawat mendapati seorang klien dalam keadaan tegang, wajah murung, dan
reaksi menunjukkan kesakitan akibat luka operasi yang baru dijalaninya, lalu seorang perawat
menginginkan klien agar tidak kesakitan (tujuan baik) maka seorang perawat mendekat dan
bertanya, “apa yang membuat bapak tampak tegang dan bereaksi seperti orang kesakitan, “ dan
klien merasa kesakitan karena adanya luka operasi, perawat kan mengajari theknik menghilangkan
respons nyeri serta berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti nyeri.
Selanjutnya, klien yang merasa tindakan perawat akhirnya dapat menurunkan respon nyeri
yang dirasakan mengucapkan “terimakasih” atas pelayanan yang diberikan dan perawat merasa
puas atas tindakannya yang bisa menurunkan respon nyeri pada klien sehingga klien tidak murung
lagi, wajah tampak berseri-seri dan rileks. Kesemuaannya itu dapat kita prediksikan bahwa
seseorang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan sebaliknya apa bila kita berbuat
kejelekan akan di balas dengan kejelakan dan bahkan sangat menyakitkan. Demikian bisa di
simpulkan bahwa dalam model S-R hanya di butuhkan 2 instrumen yaitu Perawat-Klien atau Klien-
Perawat. Itulah pola S-R.

2.2.2        Model Aristoteles

Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, sering juga di sebut Model
Retoris( Rhetorical Model) yang kini lebih di kenal dengan Komunikasi Publik( Public speaking) atau
pidato. Semua bentuk komunikasi public melibatkan persuasi inti dari model Aristoteles ini sebagai
komunikasi Persuasi di mana berisi suatu anjuran untuk melakukan dan mengimplementasikan suatu
kegiatan sesuai dengan isi pesan. Untuk itu harus di pesrsiapkan siapa yng menyampaikan (etos-
kepercayaan pada si penyampai pesan), argument yang di persiapkan (logos,logika dalam pndapat),
dan bagaiman membawa dan memainkan emosi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (pathos-
emosi khalayak). Faktor-faktor yang memainkan peran dalam menetukan efek persuasi suatu pidato
meliputi isi, susunannya, dan cara penyampainnya.  

Model Aristoteles

Menurut Aristoteles dalam Mulyana D (2006) mengemukkan bahwa dalam komunikasi


persuasi dan perubahan perilaku merupakan tujuan yang paling utaman sehingga di perlukan
perandan menyadari peran khalayak pendengan. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika
mereka diarahkan oleh pidato itu ke dalam suatu keadaan emosi tertentu. Dengan demikian di
perlukan kiat-kiat untuk bisa menarik perhatian public.

Tiga unsur utama dalam model Aristotel adalah sebagai berikut:

1)      Pembicara (speaker)

2)      Pesan ( Message)

3)      Pendengar (Listener)

Dengan demikian, model ini terkesan sangat simple dan spatis. Saat seseorang berbicara,
pesannya akan berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.

2.2.3        Model Lasswell

1)      Who

2)      Says What

3)      In which channel

4)      To Whom

5)      With what effect

Model ini umunya digunakan dalam komunikasi massa. Sumber informasinya didapat
banyak dari media massa. Di mana banyak propaganda-propaganda yang belum tentu tingkat
kebenarannya tinggi. Perlu adanya pakar-pakar untuk menganalisa dan mengawasi yang akan di
sampaikan sebelum di konsumsi publik.

Lasswell 1948, dalam Mulyana D (2006), mengemukakan tiga fungsi komunikasi : pertama,
pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluabg
dalam lingkungan ; kedua, korelasi berbagai bagaian terpisah dalam masyarakat yang merespon
lingkungan; ketiga transmisa warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Model Lasswell

Tidak semua komunikasi bersifat dua arah dengan suatu aliran yag lancar dan umpan balik
terjadi anatar pengirim pesan dan penerima pesan. Dangan demikian model tersebut
mengisyaratkan bahwa dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang
pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh  “penjaga gerbang”.) sedangkan unsur
pesan (says what) merupakan bahan untuk analisi isi. Saluran komunikasi (to whom) dikaitak dengan
analisi khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi
mengenai akibat yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca,npendengar
atau pemirsa.
  

            2.2.4 Model Shannon dan Weaver

Prinsip dari model Claude Shannon dan Warenn Weaver (1949) dalam Buku The
Mathematical Theory of Communication menitik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan
keakuratan sebuah pesan. Prinsip tersebut mengatakan bahwa sebuah pesan yang akan di terima
oleh penerima pesan sangat di pengaruhi oleh semua infrastruktur yang mendukung. Pesan akan di
terima oleh penerima pesan dengan baik mana kala  semua perangkat yang mendukung memberi
kontribusi baik serta berfungsi dengan baik. Model ini juga sering di sebut model Mathematis atau
model teori informasi yang mempunyai pengaruh paling kuat atas model dan teori komunikasi
lainnya.
Model Shannon dan Weaver

Untuk membuat agar informasi di terima dengan sangat akurat perlu memperhatikan hal-hal
yang dapat mengganggu dan menghalangi keakuratan sebuah pesan yang akan di sampaikan.
Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengangasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan yang di komunikasikan dari perangkat pesan yang di
mungkinkan.  Pemancar( transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran
yang di gunakan.  Saluran (channel) adalah media yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter
ke penerima. Dalam percakapan sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah
mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucap), yang di transmisikan lewat udara
(sebagai saluran).

Penerima melalui mekanisme pendengaran melakukan operasi sebaliknya yang di lakukan


transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasasran (destination) adalah (otak) orang
yang menjadi tujuan pesan itu. Untuk memproduksi sinyal yang baik, otak yang sebagai sumber
informasi harus mampu memersepsikan isi pesan sesuai dengan tujuan dan harapan isi pesan
tersebut. Hal tersebut di lakukan agar transmitter yang akan menangkap pesan dari sumber
informasi melalui bahasa verbal yang diucapkan melalui mulut atau memindahkan isi pesan dalam
bentuk sinyal kesaluran untuk di transmisikan atau di rambatkan pada penerima pesan dan di
tangkap oleh otak penerima pesan yang merupakan sasaran utama. 

            2.2.5    Model Schramm

           Model ini memberikan gambar proses komunikasi dari yang sederhana sampaiyang kompleks.
Dengan menhagadirkan tiga model yaitu: sumber(source), pesan(message), dan
sasaran(destination). Dari ketiga perangkat tersebut proses komunikasi sudah mampu di jalankan
dengan baik oleh karena sudah terjadi pemindahan sinyal dari sumber pemberi sinyal ke sasaran
yang itu penerima sinyal. Model ini terkesan sangat sederhana sejkali karena hanya berorentasi pada
penyampaian sinyal saja, tanpa memperhatikan sisi lainnya dan mengesampingkan unsur lainnya,
yang terpenting inti sinyal sudah di komunuikasikan pada sasaran. Model ini mirip dengan model
yang di gagas oleh Aristoteles. Sumber bertindak juga sebagai pemberi pesan(encoder) dan
sasaran(destination) bertindak sebagai penerima pesan(decoder). 

Model Schramm

Dalam perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hana di transmisikan ke sasaran


saja, melainkan juga membutuhkan kesamaan bidang, pengalaman(field of experience) sehimgga
dari model yang sederhana tersebut di kembangkan lagi menjadi model yang kedua dengan
menambah unsur bidang pengalaman. Agar sebuah pesan dapat di terima oleh penerima pesan
dengan baik, maka pesan yang telah di kirimkan ke penerima pesan sesuai dengan apa yang di
sampaikan. Semakin luas bidang pengalaman, maka semakin efektif hasil yang di peroleh dalam
proses komunikasi.

Seorang Mahasiswa Keperawatan yang akan megomunikasikan sebuah tindakan


keperawatan semestinya tidak menggunakan bahasa-bahasa medis pada pasien. Sebisa mungkin
bahasa yang digunakan bahasa yang sederhana namun tidak mengurangi arti dari bahasa tersebut,
sebagi contoh untuk melakukan pemeriksaan fisik dengan pengukuran suhu badan semestinya
seorang siswa cukup mengatakan kepada klien dengan “ Mari Bu, Kami periksa panas badannya
dengan menggunakan alat ini, yang di letakkan di ketiak ibu!”. Coba kita bandingkan bagaimana
perasaan pasien ketika mahasiswa berkata “ Mari Bu, Kami observasi suhu badannya!”. Sekilas hal
tersebut tidak begitu masalah, akan tetapi bagaimana pun tingkat pemahaman pasien menjadi
rujukan ketikan petugas kesehatan berkomunikasi dengan masyarakat awam atau pasien.

Hal itu di karenakan bidan pengalaman petugas kesehatan tentunya tidak sama dengan
bidan pengalaman masyarakat. Hal tersebut yang harus di perhatiakan oleh petugas kesehatan.
Bagaimana pun juga tujuan akhir dari proses komunikasi adalah terjadinya kesamaan bidang
pengalaman antara sumber dan sasaran yang artinya persepsi dari sumber tentunya sama dengan
persepsi dari sasaran.

            2.2.6    Model Newcomb


Model ini memandang komunikasi dari perspektif psikologi sosial. Dalam  pandangan model
ini, pesan yang disampaikan akan di tangapi baik dan buruk tergantung bagaiman penerima pesan
menganggap. Menurut Mulyana D 2007 model ini mengingatkan kita akan diagram jaringan
kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi
kognitif. Dalam model komunikasi tersebut yang sering di sebut juga model ABX atau model Simetri-
Newcom menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seorang lainya(B)
mengenai sesuatu(X). Serta ketiganya merupakan suatu system yang terdiri atas empat orientasi,
yaitu :

Model Newcomb

1)      Orientasi A terhadap X,yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus di dekati atau di
hindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)

2)      Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama

3)      Orientasi B terhadap X

4)      Orientasi B terhadap A

Hal itu dapat memberikan asumsi bahwa seseorang ketika menerima pesan terkadang ada
yang menerima dengan tidak memandang siapa yang memberikan asalkan realistis, ada juga yang
tidak bersikap realistis,dan cenderung destruktif walaupun pesan itu baik dan berguna. Dengan
demikian pesan tersebut bisa saja di asumsikan berbalik arah hingga seseorang yang akan
mengirimkan pesan kepada orang lain akan memperhitungkan juga resistensi dari penerima pesan.

Mulyan D berpendapat bahwa model ini merupakan cara lazim dan efektif  yang
memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka model ini adalah
suatu model tindakan komunikatif dua orang yang di sengaja (intensional) model ini mengisyaratkan
bahwa setiap system apapun mungkin di tandai oleh keseimbangan kekuatan dan setiap perubahan
dalam bagian manapun dari system tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap
keseimbangan atau simetri karena ketidakseimbangan  atau kekurangan simetri secara psikologis
tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan. Simetri
di mungkinkan karena sesorang(A) siap memperhitungkan perilaku lainya (B). Simetri juga
mengesahkan orientasi seseorang terhadap X. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa kita
memperoleh dukungan sosial dan psikologis bagi orientasi yang kita lakukan .

            2.2.7    Model Berlo

Model ini di temukan pada tahun 1960 oleh David K.Berlo. Model ini lebih dikenal sebagi
model SMCR yaitu kepanjangan dari Source (sumber),Message (pesan), Channel (saluran), Reseifer
(penerima). Berlo juga menjelaskan bahwa sumber adalah pihak yang menciptakan suatu pesan
dalam bentuk apapun. Pesan adalah terjemahan akan sesuatu, baik dalam bentuk bahasa ataupun
isyarat. Saluran adalah lintasan yang menjadi perantara atau penghubung antara sumber dan
penerima, lalu penerima adalah pihak yang menjadi objek atau tujuan komunikasi. Dalam model ini
Berlo juga mengenalkan istilah penyandi (Encoder) dan penyandi balik (Decoder) dalam proses
komunikasi. Encoder berfungsi menunjukkan maksud dari sumber mengenai pesan yang ingin di
berikan kepada penerima. Dalam model ini Berlo juga menjelakan bahwa ada beberapa factor
pribadi yang dapat memengaruhi proses komunikasi seperti keterampilan komunikasi, pengetahuan,
system sosial, serta lingkungan sumber dan penerima. Salah satu kelebihan model adalah model
yang tidak di batasi pada komunikasi public dan komunikasi massa saja, namun juga komunikasi
antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis.  

Model Berlo
Model Berlo ini bersifat bersifat Heuristic atau merangsang penelitian. Dalam model Berlo,
Resiver adalah penerima pesan yaitu orang-orang atau khalayak pembaca, pendengar, da penonton.
Sedangkan dalam model Shannom dan Weaver, jelas terdapat perbedaan resiver identik dengan
decoder yaitu menanisme pendengaran dalam suatu komunikasi langsung atau seperangkat
penerima pesan, seperti pesawat telepon, radio dll yang menyalurkan pesan dari sumber kepada
sasaran dalam komunikasi tidak langsung.

Sumber Pesan Media Penerima

1)Keterampilan berkomunikasi 1)   Elemen 1)  Penglihatan 1)Keterampilan berkomunikasi

2) Sikap 2)   Stuktur 2)  Pendengaran 2) Sikap

3) Pengetahuan 3)   Isi 3)  Sentuhan 3) Pengetahuan

4) Sistem sosial 4)  Treatment 4)  Senyum 4) System sosial

5) Budaya 5)   Kode 5)  Merasakan 5) Budaya

            2.2.8    Model  DeFleur

Model ini merupakan suatu model perluasan dari model-model yang sudah ada, khususnya
model Shannon dan Weiver, dengan menambahkan perangkat media massa( mass medium device)
dan perangkat umpan balik (feetback device). Menurut DeFleur, sumber(source),
pemancar(transmitter), penerima( receiver), dan sasaran(destination) adalah sebagai fase-fase yang
terpisah dari komunikas massa. Sebagai contoh ketika seorang berbicara, ia akan memilih kata-kata
yang menyatakan makna denotatif dan konotatif lalu merumuskan makna tersebut kedalam suatu
Model DeFleur

pesan dan kemudian mengucapkannya secara verbal atau menuliskannya sedemikian rupa
sehingga berubah menjadi suatu yang dapat di dengar atau di lihat yang dapat di artikan sebagai
rangsangan oleh khalayak ramai. Fungsi receiver dalam model ini adalah penerima informasi dan
menyandi balik suatu visi informasi menjadi suatu pesan. 

Dalam percakapan secara langsung atau tatap muka, receiver lebih cenderung kepada alat
pendengaran manusia yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi suatu rangsangan
saraf sehingga dapat berubah menjadi suatu symbol verbal yang dapat di kenal.

Menurut DeFleur, komunikasi bukanlah pemindahan suatu makna melainkan komunikasi


terjadi melalui suatu operasi seperangkat komponen dalam suatu system teoritis yang
konsekuensinya adalah isomorfisme di antara respons internal(makna) terhadap seperangkat
symbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.

2.3 Macam-Macam Komunikasi

Ada 3 macam komunikasi, yaitu :

      1)      Komunikasi searah

khotbah

Disini komunikator atau pembawa berita mengirim pesannya melalui saluran atau media dan
diterima oleh komunikan atau penerima berita. Sedangkan komunikan tersebut tidak memberikan
umpan balik atau feedback dari penerima pesan maupun pemberi pesan
Contohnya: khotbah, ceramah dll.

      2)      Komunikasi dua arah

komunikasi dua orang

Komunikator mengirim pesan atau berita yang diterima oleh komunikan dan setelah itu di tarik
kesimpulan lalu komunikan mengirimkan umpan balik atau feedback kepada sumbr berita atau
komunikator.

Contohnya: berbicara tatap muka antara lain berbicara 4 mata, proses pembelajaran atau
perkuliahan dll.

      3)      Komunikasi berantai


Diskusi

Komunikan menerima pesan atau berita dari komunikator kemudian disalurkan kepada komunikan
kedua, dari komunikan kedua kepada komunikan ketiga dan berlanjut seterusnya. Terdapat
kelemahan dalam komunikasi berantai karena kadang-kadang pesan yang disampaikan sudah tidak
murni lagi atau terjadi distorsi informasi sehingga pesan dapat menyimpang dari yang sebenarnya.

Contohnya: Diskusi Kelompok tanya jawab, seminar dll

2.4 Tujuan Komunikasi

Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi adalah untuk


membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Salaing memahami atau mengerti
bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap,
pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial.

   1)      Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikasi secara menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun
negative. Dalam berbagai situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar
orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.
   2)      Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemamapuan memahami


pesan secara cermat sebagaimana di maksutkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang di
maksut komunikator, maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Contoh:
berita yang disampaikan oleh surat kabar. Informasi dapat di terima khalayak dalam waktu
bersamaan, namun opini/pendapat yang muncul tiap individu berbeda-beda.

   3)      Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang, dari perilaku yang
destruktif(tidak mencerminkan perilaku hidup sehat, menuju perilaku hidup sehat). Contoh:
kampanye kesehatan misalnya mengenai merokok menyebabkan gangguan kesehatan.  Misalnya
setelah mengikuti kampanye tersebut seorang perokok kemudia berusaha mengurangi/berhenti
merokok.

2.5 Penggunaan Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan

Komunikasi sangat penting dilakukan demi tercapainya kebahagiaan hidup kita. Ada 4
manfaat dan juga peranan komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia secara umun :

1)                  Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Artinya bahwa


perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola makin meluasnya
ketergantungan kita pada orang lain diawali degan ketergantungan atau komunikasi yang intensif
dengan ibu pada masa bayi dan lingkaran itu semakin meluas seiring dengan bertambahnya usia
kita. Bersamaan dengan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan
oleh komunikasi kita dengan orang lain.
2)                  Identitas atau jati diri kita terbentuk melalui komunikasi dengan orang lain. Ini berarti
bahwa selama proses berkomunikasi dengan orang lain, sadar maupun tidak, kita akan
mengamati, memperhatikan, dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh
orang lain terhadap diri kita kita menjadi sadar dan tahu bagaimana pandangan orang lain
terhadap diri kita.  Pelan tapi pasti, berkat refleksi orang lain kita akan mampu menemukan seperti
apa jati diri kita yang sebenarnya.

3)                  Dengan komunikasi yang benar, kita akan mampu memahami kenyataan yang ada di
sekeliling kita. Juga akan mampu menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki
tentang kenyataan yang ada di sekitar kita melalui perbandingan dengan kesan-kesan yang muncul
pada orang-orang di lingkungan kita.

4)                  Komunikasi mempunyai peran sebagai pembentukan sarana kesehatan mental. Kualitas


komunikasi yang prima, terlebih pada orang-orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita
akan mampu menciptakan kualitas kesehatan mental kita juga. Sebaliknya, jika proses komunikasi
yang di lakukan menemui berbagai kendala atau masalah, tentu saja hal ini juga akan mempunyai
dampak langsung terhadap kualitas kesehatan mental kita. Kita juga menjadi cemas, frustasi, dan
putus asa.

Ada pun manfaat komunikasi dalam pelayanan keperawatan :

(1)               Untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien.  Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang di lakukan dalam perawatan.

(2)               Untuk mencegah adanya salah pengertian antara perawat dan klien atau pasien.
(3)               Untuk  Menumbuhkan rasa percaya pasien terhadap perawat.

(4)               Untuk membangun rasa saling membutuhkan antara pasien dan perawat.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, informasi, ide, pikiran, fakta dan
pendapat untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan
baik langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media dengan menyertakan kode atau
lambang-lambang agar lebih mudah dimengerti oleh lawan komunikasi. Terdapat jenis-jenis
komunikasi yaitu komunikasi searah, komunikasi dua arah dan komunikasi dua arah dan komunikasi
berantai. Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman atau
pengertian bersama. Salaing memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi
mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan
secara sosial. Pengunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan sanagatlah penting agar dalam
proses perawatan dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Hendra Priyatnanto (2012), Konsep Dasar Keperawatanhttp://hendrapriyatnanto.wordpress.com


          Diakses pada tanggal 15 september 2014 pkl: 22.08 WIB

Hidayah Nurul (2011), Model Konseptual Keperawatan Virginia


Hendersonhttp://hidayahnurul93.wordpress.com

          Diakses pada tanggal 15 september 2014 pkl: 22.20 WIB

Lukas Luji (2012), Aplikasi Model Virginia Henderson http://lukasluji.wordpress.com

          Diakses pada tanggal 15 september 2014 pkl: 22.45 WIB

  

Kusnanto. 2004. Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC 

Unknown di 18.27

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.
About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai