TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan
1.Definisi
Prostesis merupakan suatu pengganti buatan atau tiruan yang dibuat untuk menggantikan
salah satu bagian tubuh yang hilang atau sejak lahir tidak ada; misalnya kaki, tangan, mata,
gigi dan sebagainya. Dalam hal ini, seni dan ilmu yang bersangkutan dengan pembuatan,
pemasangan, dan perawatan terhadap suatu protesa disebut prostetik. Begitupun dalam bidang
kedokteran gigi yang memperbaiki serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu
penggantian tiruan untuk satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya termasuk
(American Dental Association), prostodonsia adalah pembuatan suatu penggantian yang sesuai
bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan
sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya
dapat dipulihkan. Dalam hal ini alat tiruannya disebut Gigi Tiruan9.
Gigi tiruan dibagi atas dua jenis, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan
lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi tir uan sebagian lepasan (GTSL),
sedangkan gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan. Pemilihan jenis gigi tiruan
yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang,
kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan
menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur pendukungnya baik pada maksila maupun
mandibula. Dapat juga didefinisikan sebagai seni dan sains pemulihan pada mulut yang tidak
bergigi. Pada umumnya gigi tiruan penuh dibuat untuk pasien geriatric, juga pada beberapa
pasien muda yang lahir dengan kelainan gigi atau tidak adanya gigi geligi pada lengkung
rahang.10
Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli,
tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur pendukungnya, di dukung oleh gigi serta
mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasang kembali oleh pemakainya. Penggantian
ini dimaksudkan untuk mencegah perubahan degeneratif yang timbul sebagai akibat hilangnya
gigi dan karenanya kesehatan mulut yang optimal termasuk fungsi geliginya dapat
10
dipertahankan.
Perawatan gigi tiruan cekat melibatkan penggantian dan restorasi gigi dengan
penggantian gigi buatan yang tidak mudah dilepas dari dalam mulut dan fokus untuk
mengembalikan fungsi, estetik dan kenyamanan. Perawatan dengan gigi tiruan cekat mampu
memberikan hasil yang memuaskan kepada pasien dan juga dokter gigi itu sendiri disebabkan
mampu mengubah sesuatu yang tidak sehat, dari gigi yang tidak menarik dan tidak berfungsi
dengan baik menjadi keadaan yang nyaman, oklusi yang normal dan sangat meningkatkan
estetika. Perawatannya mulai dari yang cukup mudah yaitu restorasi satu gigi dengan
mahkota tuang, menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dengan gigi tiruan sebagian
cekat, sampai perawatan yang kompleks seperti restorasi yang melibatkan semua gigi pada
daerah rahang13.
Pembuatan gigi tiruan ditujukan untuk menggantikan beberapa fungsi yang hilangn
akibat hilangnya gigi asli serta mencegah dampak yang timbul akibat hilangnya gigi;
fungsi bicara, fungsi mastikasi dan menyebabkan terganggunya fungsi estetik. Kehilangan
gigi anterior menyebabkan seseorang merasa rendah diri dan malu untuk berbucara atau
tersenyum di depan umum yang bisa berdampak pada hilangnya rasa percaya diri. Oleh karena
itu adanya gigi tiruan akan mengembalikan fungsi estetik yang hilang.
Kehilangan gigi depan pada rahang atas dan rahang bawah seringkali menyebabkan
gangguan bicara, gigi depan turut bersama-sama dengan lidah dalam menghasilkan bunyi-
bunyi tertentu. Pegunyahan gigi tiruan untuk menggantikan kehilangan gigi depan pada
rahang atas maupun rahang bawah menyebabkan gangguan ini bisa teratasi.
Kehilangan gigi yang tidak diganti dapat menyebabkan terjadinya beberapa perubahan
dalam rongga mulut akibat pengaruh tekanan kunyah,. Perubahan tersebut berupa
perubahan pada struktur periodontal gigi asli yang masih tinggal, ataupun terjadinya karies
akibat kebersihan mulut yang kurang baik sebagai dampak pergeseran gigi tetangga.
Perubahan ini bisa beresiko pada kehilangan gigi yang masih tinggal. Adanya gigi tiruan
Pengunyahan atau mastikasi adalah suatu proses penghancuran partikel makanan di dalam mulut
dengan bantuan dari saliva untuk mengubah ukuran dan konsistensi makanan yang pada akhirnya
akan membentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Proses penghancuran makanan tersebut
dilakukan oleh gigi-geligi dibantu dengan otot-otot mastikasi dan pergerakan dari kondilus
Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap membuka mandibula, tahap
menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain atau kontak antara gigi
dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir 0,5-1,2 detik. Otot yang
bertanggung jawab untuk menggerakan mandibula selama proses pengunyahan adalah muskulus
masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus
lateralis. Adapun beberapa otot tambahan pada cavum oris yaitu muskulus mylohyoideus,
muskulus geniohyoideus, muskulus stylohyoideus, muskulus infrahyoideus dan muskulus
bucinator.
Selama proses pengunyahan otot yang berperan aktif dalam gerakan membuka mandibula
adalah muskulus pterygoideus lateralis, pada saat membuka mandibula tersebut muskulus
pterygoideus lateralis berkontraksi sedangkan muskulus pterygoideus medialis, muskulus
masseter dan muskulus temporalis berada dalam keadaan relaksasi. Begitu pula pada gerakan
menutup mandibula terjadi berkebalikan dari proses membuka mandibula yaitu muskulus
masseter, muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis berkontraksi sedangkan
muskulus pterygoideuslateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup perlahan,
muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi untuk membantu gigi-geligi
saling berkontak pada oklusi normal.
Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incisor
(incisivus) sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk
mengunyah, gigi incisivus berperan untuk memotong, gigi caninus untuk mencabik, dan gigi
posterior (molar) berperan untuk menggiling makanan. Sebagian besar otot mastikasi diinervasi
oleh cabang nerevus cranial ke lima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak.
Stimulasi dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan
pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral
dekat dengan area dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan
pengunyahan. Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dari otot
mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang memimpin
untuk mengembalikan kontraksi.
3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi,
melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan
mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.