Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Imamuddin

Nim. : 1995114086

Dampak Covid-19 terhadap beberapa sektor pelaku usaha


Coronavirus adalah sekolompok virus terkait yang menyebabkan penyakit pada
mamalia dan burung. Pada manusia, virus korona menyebabkan infeksi saluran pernafasan
yang bisa ringan, seperti beberapa kasus flu biasa(di antara penyebab lainnya terutama
rhinovirus), dan lainnya yang dapat mematikan, seperti SARS, MERS, dan COVID-19.
Gejala pada spesies lain bervariasi: pada ayam, mereka menyebabkan penyakit saluran
pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi mereka menyebabkan diare. Belum ada vaksin
atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi coronavirus manusia.

Virus Corona (coronavirus) adalah keluarga besar (famili) virus yang dapat
menyebabkan penyakit dengan tingkat keparahan yang luas. Virus corona menular lewat
lendir (droplet) manusia positif COVID-19 yang meloncat ke manusia negatif COVID-19.
Lendir itu terciprat saat manusia positif COVID-19 bersin, batuk, atau berbicara lalu terkena
orang lain yang negatif

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal


dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.
Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah
menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

Virus corona yang mewabah di berbagai penjuru dunia dan langkah-langkah


preventif yang dilakukan tentu menimbulkan perubahan yang signifikan terhadap kehidupan
masyarakat dunia. Lantas, bagaimana dampak dari pandemi corona ini yang tentu membekas
dalam kehidupan masyarakat, atau bahkan menimbulkan kondisi yang tak lagi sama dengan
sebelumnya.
Terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro,
misalnya usaha kuliner. Pada sepuluh tahun terakhir perkembangan UMKM di Indonesia
mencapai 99,9 persen dari total unit usaha di Indonesia.

Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan,
bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa. 

Berkembangnya UMKM di Indonesia tidak lepas dari faktor yang mendorong majunya
pertumbuhan UMKM di Indonesia diantaranya, pemanfaatan sarana teknologi, informasi dan
komunikasi, kemudahan peminjaman modal usaha, menurunnya tarif PPH final.

Meskipun begitu, pertumbuhan tersebut dinilai masih lambat karena beberapa faktor
tersebut dinilai belum terlalu efektif, salah satunya dibagian perpajakan usaha. Ditengah
perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020, UMKM di Indonesia
kembali diuji dengan munculnya wabah Covid-19 ditengah masyarakat Indonesia.

Wabah ini bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember
2019 dan ditetepkan Pandemi oleh badan kesehatan dunia WHO. Hingga kini, virus tersebut
memicu pandemi COVID-19 yang menyebar ke seluruh benua, kecuali Antartika. Hingga
Sabtu 9 Mei pukul 18.33, tercatat ada 3.822.282 kasus positif Virus Corona, 263.658 pasien
meninggal dunia, dan 1.346.319 lainnya pulih, mencakup di Indonesia 13.645 positif, 959
pasien meninggal, dan 2.607 lainnya pulih.

Seperti di negara Italia penyebaran virus corona sangat masif akibat masyarakatnya
masih beraktivitas diluar rumah seperti biasa. Mengambil pelajaran dari kasus Italia maka
seharusnya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 harus dilakukan Social Distancing
(jarak sosial) atau dikenal juga dengan upaya Lockdown (karantina wilayah).

Dengan demikian, di Indonesia pun pemerintah telah mencoba upaya tersebut yang
berimbas langsung terhadap penurunan secara drastis ekonomi UMKM, karena setiap warga
bahkan murid sekolah pun diliburkan agar tetap berada didalam rumah, akibatnya perusahaan
UMKM terhambat dalam penjualan dan juga produksi.

Penyebaran virus Covid-19 memberikan dampak bagi pelaku UMKM di Indonesia.


Salah satunya yaitu, Rachamad Isniah yang memiliki bisnis kuliner Kebab Turqi di, Jombang
Rachmad mengaku transaksi yang ia dapatkan menurun secara tiba-tiba sejak Januari 2020.
“Karena efek lockdown ini banyak pelanggan kami yang akhir akhir ini tidak kesini, sehingga
tau tau omset kami berkurang hingga 20%” ujarnya. Rachmad mengatakan dalam sebulan
omzet biasanya mencapai Rp 16 juta. Omzet itu diperoleh lantaran ia sudah lama berdiri di
bidang Kebab Turqi tersebut, sehingga memiliki banyak pelanggan.

Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang membuat UMKM masih bisa bertahan
ditengah wabah Covid-19. Yang pertama, umumnya UMKM yang menghasilkan barang
konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat.

Pendapatan masyarakat yang menurun drastis tidak berpengaruh banyak terhadap


permintaan barang dan jasa yang dihasilkan. UMKM malah bisa bergerak dan menyerap
tenaga kerja meski jumlahnya terbatas dan dalam situasi Covid-19.

Kedua, pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan sumberdaya lokal, baik


sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya, sebagian besar
kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor. Dan yang ketiga, umumnya bisnis
UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana sendiri.

Peran pelaku UMKM ditengah wabah untuk tetap menjaga pertumbuhan UMKM
menjadi sangat penting. Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah menahan
penyebaran Covid-19. Sebab, menahan laju penyebaran Covid-19 akan berpengaruh terhadap
perekonomian.
Sektor pariwisata dan perhotelan

Di saat musim liburan industri pariwisata dan perhotelan pastilah mencapai


kejayaannya. Tingkat kunjungan wisatawan ke berbagai tempat wisata meningkat, di mana
tempat-tempat wisata selalu ramai bahkan penuh sesak dengan kerumunan massa wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Demikian pula dengan industri perhotelan, di mana
tingkat hunian hotel mengalami kenaikan. Hampir tak ada kamar hotel yang kosong, semua
terisi dengan tamu. NamunNamun kondisi tersebut kini berubah drastis, di mana tempat-
tempat wisata sepi bahkan pihak pengelola harus menutup dan menghentikan operasional
layanannya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk untuk menghindari kerumunan.

Pandemi virus corona mengakibatkan masyarakat takut dan meningkatkan


kewaspadaan sehingga mereka memilih untuk tetap di rumah dan membatasi atau bahkan
tidak melakukan aktivitas di luar rumah sama sekali. Akibatnya, masyarakat membatalkan
rencana travelling dan pesanan hotel yang telah di-booking sebelumnya. Imbas dari semua
itu tentu saja, tingkat pendapatan dari sektor pariwisata dan perhotelan menurun drastis.

Dalam sektor pariwisata termasuk pula bisnis agen perjalanan wisata seperti travel,
kereta api, dan maskapai penerbangan. Mungkin mereka masih membuka layanan perjalanan
dari dan ke berbagai kota tujuan. Namun, jumlah dan kapasitas penumpang maksimal tentu
dibatasi, tak sebanyak sebelum pandemi virus corona muncul.

Perusahaan kereta api dan maskapai penerbangan tentu akan menerapkan physical
distancing terhadap penumpangnya, sehingga terdapat jarak aman antara penumpang yang
satu dengan yang lain. Praktis jika sebelumnya kapasitas maksimum sebanyak 50 orang, saat
ini hanya mampu menampung setengah atau bahkan seperempatnya saja.

Tak hanya itu, untuk menjamin keamanan dan keselamatan penumpang, perusahaan
pun harus menyediakan termometer digital guna mengukur suhu tubuh setiap penumpang.
Jika ada penumpang yang kedapatan kondisi tubuhnya kurang sehat, maka mereka tidak
diizinkan untuk bepergian dan menaiki alat transportasi tersebut.
Kondisi ini jelas mengakibatkan industri pariwisata dan perhotelan termasuk juga
agen perjalanan lesu bahkan terpuruk. Jika kondisi ini terus berlangsung, bisa jadi industri
tersebut akan runtuh.

Dampak positif

Mudahnya penyebaran coronavirus memaksa kita menerapkan etika hidup bersih jika
memang benar-benar ingin menghindarinya, paling tidak kita harus mencuci tangan sebelum
makan, dan mencuci tangan setelah pulang dari bepergian. Kita juga jadi mengingat untuk
peduli dengan sesama dan memaksa diri untuk bisa bekerja sama secara global dengan
kompak melakukan social distancing juga isolasi mandiri. Dengan mengingat bahwa hidup
manusia secara tidak langsung saling terhubung, kita diingatkan betapa berharganya kita satu
sama lain.,

Dalam sekala global, virus ini juga membuat seluruh dunia untuk bekerjasama yang
sebelumnya belum pernah terjadi. Sebelum kepanikan mengenai Covid-19 menyita perhatian,
setiap orang menghadapi masalahnya masing-masing. Seperti kecemasan, kesepian, penyakit
mental, dan meningkatnya ketidakpastian tentang masa depan. Dari isu politik hingga
perubahan iklim, perang budaya hingga resesi seks, kasus bunuh diri karena keputusasaan,
dan bullying di media sosial yang rentan merusak mental kita. Segala masalah yang terjadi
menjadi gejala individualisme yang merajalela. Namun kasus pandemi Covid-19 telah
membuat semua orang fokus pada hal yang sama dan pentingnya koordinasi juga kerja sama.
Pemerintah dunia sekarang mengoordinasikan tindakan pencegahan dengan kerja sama yang
belum pernah terlihat sebelumnya.

China telah mengerahkan dokter dan ahli kesehatan masyarakat untuk membantu
Italia dengan krisis yang sedang berlangsung. Warga Israel dan Palestina bersatu untuk
memerangi epidemi. Pemerintah di seluruh dunia menerapkan langkah-langkah ekonomi
untuk membantu mereka yang rentan secara ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai