Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN HUTANG JANGKA


PANJANG TERHADAP LABA BERSIH P.T. VALE INDONESIA TBK
DI BURSA EFEK INDONESIA

Adrianah
STIMI YAPMI Makassar
Email : adrianah0901@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap Laba
Bersih PT Vale Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia. Masalah utama dalam
penelitian ini adalah apakah hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang secara
parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap Laba Bersih PT Vale Indonesia
Tbk di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap laba bersih karena memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 𝑎 = 0,05 dan variabel hutang
jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih karena memiliki nilai
signifikasi sebesar 0,015 yang lebih kecil dari 𝑎 = 0,05. Secara simultan hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih karena
memiliki nilai signifikasi 0,002 yang lebih kecil dari 𝑎 = 0,05.
Kata Kunci : Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka Panjang dan Laba Bersih

EFFECT OF SHORT-TERM DEBT AND LONG-TERM DEBT


ON NET PROFIT OF P.T. VALE INDONESIA TBK
IN INDONESIA EXCHANGE

Adrianah
STIMI YAPMI Makassar
Email : adrianah0901@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of short-term debt and long-term debt partially
and simultaneously has a significant effect on PT. Vale Indonesia Tbk's Net Profit on
the Indonesia Stock Exchange. The main problem in this study is whether partially and
simultaneously short-term debt and long-term debt have a significant effect on PT.
Vale Indonesia Tbk's Net Profit on the Indonesia Stock Exchange. The results of this
study indicate that the short-term debt variable has a significant effect on net income
because it has a significance value of 0.001 which is smaller than a = 0.05 and the
variable of long-term debt has a significant effect on net income because it has a
significance value of 0.015 which is smaller than a = 0.05. Simultaneously short-term
debt and long-term debt have a significant effect on net income because it has a
significance value of 0.002 which is smaller than a = 0.05.
Key Words : Short-Term Debt, Long-Term Debt and Net Profit

PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, setiap perusahaan
harus memiliki kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen yang baik tidak saja diperlukan untuk dapat
84
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

berhasil dalam menghadapi persaingan dalam dunia usaha, tetapi juga agar perusahaan
dapat melakukan pembelanjaan secara ekonomis. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan
dari setiap perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Perkembangan
suatu perusahaan dititikberatkan pada bagaimana cara perusahaan tersebut mencapai
tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah ditetapkan. Besar
kecilnya laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan ukuran
keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya, selain itu juga laba digunakan
oleh manajemen dalam mengambil keputusan.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan
yang berasal dari kreditor menurut Munawir (2015 : 18). Total hutang adalah gabungan
hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Dengan gabungan hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang tersebut, maka membuat beban perusahaan semakin
tinggi. Tetapi tingginya beban tersebut dapat digunakan untuk menurunkan pajak
perusahaan, hal tersebut yang menjadikan keuntungan.
Laba menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan perusahaan dan
keberhasilan operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu, karena laba berasal dari
unsur-unsur seperti pendapatan dan beban yang berhubungan dengan aktifitas operasi
perusahaan. Laba memiliki potensi informasi dan alat prediktor, oleh karena itu laba
diyakini sebagai alat yang handal bagi para pemakainya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomi terutama untuk mengurangi resiko kepastian. PSAK
No. 2, Paragraph 1, menyebutkan informasi laba pada umumnya memberikan indikasi
lebih mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas dimasa yang
akan datang bila dibandingkan dengan informasi arus kas itu sendiri. Artinya PSAK
memposisikan bahwa prediktor laba lebih baik dalam memprediksi arus kas dimasa
mendatang bila dibandingkan dengan prediktor arus kas itu sendiri.
PT. Vale Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan yang sekarang telah berusia 45 tahun sejak didirikan Juli 1968 dibawah
perjanjian Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia untuk mengeksplorasi,
menambang, mengolah dan memproduksi nikel di area seluas 190.510 hektar.
PT. Vale Indonesia Tbk dituntut untuk mampu memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki secara efisien. Tidak hanya itu, PT. Vale Indonesia Tbk juga harus
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang ada di dalam maupun di luar
negeri. Salah satu cara untuk dapat bertahan dalam persaingan adalah perusahaan harus
mampu meningkatkan laba bersih, salah satu cara meningkatkan laba bersih perusahaan
adalah dengan mengurangi hutang jangka pendek dan jangka panjang. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel kondisi keungan PT. Vale Indonesia Tbk di bawah ini.
Tabel 1.
Kondisi Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk Tahun 2014-2018
(Dalam Ribuan Dolar AS)
Tahun Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Panjang Laba Bersih
2014 208.390 340.447 172.271
2015 148.499 306.705 50.501
2016 131.989 258.914 1.906
2017 129.300 235.892 (15,271)
2018 175.340 143.385 60.512
Rata-Rata 158.703 257.068 57.034
Sumber : PT. Vale Indonesia Tbk (Diolah : 2019)

85
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Berdasarkan tabel di atas, hutang jangka pendek mengalami fluktuasi, dari


tahun 2014-2017 mengalami penurunan, akan tetapi kembali mengalami peningkatan
pada tahun 2018. Untuk pos hutang jangka panjang setiap tahun mengalami penurunan.
Sedangkan laba bersih PT. Vale Indonesia Tbk, dari tahun 2014 perusahaan mengalami
keuntungan, akan tetapi pada tahun 2017 perusahaan mengalami kerugian, kemudian di
tahun 2018, kembali meraih laba.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti mengangkat judul
penelitian “Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang terhadap Laba
Bersih PT. Vale Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia“
Rumusan Masalah
1. Apakah hutang jangka pendek berpengaruh terhadap laba bersih PT. Vale
Indonesia Tbk.?
2. Apakah hutang jangka panjang berpengaruh terhadap laba bersih PT. Vale
Indonesia Tbk.?
3. Apakah hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang berpengaruh terhadap
laba bersih PT. Vale Indonesia Tbk.?
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Keuangan
Suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang dikehendaki, perusahaan harus
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Manajemen keuangan memiliki arti
penting di semua jenis bisnis, seperti perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya
sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan adalah
segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,
dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh (Martono dan Harjito,
2014).
Menurut Sartono (2014 : 6), mengemukakan manajemen keuangan dapat
diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana
dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
Sedangkan Husnan dan Pudjiastuti (2015 : 4), berpendapat bahwa manajemen
keuangan dapat diartikan membahas tentang investasi, pembelanjaan, dan pengelolaan
aset-aset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan. Jadi, fungsi
keputusan dari manajemen keuangan dapat dipisahkan kedalam tiga bidang pokok yaitu
keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan keputusan manajemen aset.
Berdasarkan beberapa pengertian telah dipaparkan mengenai manajemen
keuangan, dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu proses
dalam kegiatan keuangan perusahaan bagaimana memperoleh dana, menggunakan
dana, dan mengelola aset secara optimal yang digunakan untuk membiayai segala
aktivitas yang dilakukan perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan tentunya memiliki fungsi utama agar setiap kegiatan
yang dilakukan oleh manajer keuangan tidak menyimpang dari fungsinya dan dapat
terarah. Menurut Harjito dan Martono (2014 : 4), terdapat 3 (tiga) fungsi utama dalam
manajemen keuangan, yaitu :
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting dalam
menunjang pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena menyangkut tentang
memperoleh dana investasi yang efisien dan komposisi aset yang harus
dipertahankan atau dikurangi.
86
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

2. Keputusan Pendanaan (Pembayaran Dividen)


Kebijakan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai integral dari
keputusan pendanaan perusahaan. Pada prinsipnya fungsi manajemen keuangan
sebagai keputusan pendanaan menyangkut tentang keputusan apakah laba yang
diperoleh oleh perusahaan harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan
guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
3. Keputusan Manajemen Aset
Keputusan manajemen aset adalah fungsi manajemen keuangan yang menyangkut
tentang keputusan alokasi dana atau aset, komposisi sumber dana yang harus
dipertahankan dan penggunaan modal baik yang berasal dari dalam perusahaan
maupun luar perusahaan yang baik bagi perusahaan.
Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2014 : 46), tujuan manajemen keuangan adalah
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para
pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham.
Menurut Sartono (2014), tujuan manajemen keuangan adalah :
1. Memaksimalkan keuntungan. Seorang manajer keuangan harus menjamin
keuntungan dalam jangka waktu yang panjang sebab ketidakpastian bisnis tetapi
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal bahkan dalam jangka
waktu yang panjang apabila manajer keuangannya mengambil suatu keputusan
keuangan yang tepat serta menggunakan keuangan perusahaan dengan baik.
2. Menjaga arus kas (cash flow). Suatu perusahaan harus mempunyai arus kas yang
sesuai guna membayar biaya kebutuhan perusahaan sehari-hari seperti pembelian
bahan baku, pembayaran gaji karyawan, sewa, dan sebagainya. Arus kas atau cash
flow yang baik tentunya akan meningkatkan keberhasilan perusahaan.
3. Mempersiapkan struktur modal. Seorang manajer keuangan harus dapat
memutuskan rasio antara pembiayaan yang dimiliki dan keuangan yang dipinjam
agar dapat seimbang.
4. Pemanfaatan keuangan yang tepat. Manajer keuangan harus bisa memanfaatkan
keuangan secara optimal dan perusahaan harus tidak berinvestasi keuangan
perusahaan dalam proyek yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.
5. Memaksimalkan kekayaan. Jadi seorang manajer keuangan mencoba agar
memberikan dividen yang maksimal kepada pemegang saham dan berupaya dalam
meningkatkan nilai pasar saham sebab nilai pasar saham secara langsung berkaitan
dengan kinerja perusahaan.
6. Meningkatkan efisiensi. Manajemen keuangan mencoba meningkatkan efisiensi
semua departemen perusahaan. Distribusi keuangan yang tepat dalam semua aspek
akan meningkatkan efisiensi seluruh perusahaan.
7. Kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat bertahan hidup pada
dunia bisnis yang kompetitif seperti sekarang ini. Seorang manajer keuangan harus
berhati-hati saat membuat keputusan keuangan, sebab apabila salah dalam
mengambil keputusan bisa saja perusahaan bangkrut atau merugi.
8. Mengurangi resiko operasional. Manajemen keuangan juga mencoba dalam
mengurangi resiko operasional. Terdapat banyak resiko ketidakpastian dalam
bisnis, namun seorang manajer keuangan harus bisa mengambil langkah tepat agar
dapat mengurangi resiko ini.
9. Mengurangi biaya modal. Manajer keuangan harus dapat merencanakan struktur
modal sedemikian rupa agar biaya modal dapat diminimalkan.

87
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Definisi Laporan Keuangan


Menurut Werner R. Murshadi (2013 : 01), bahwa laporan keuangan merupakan
bahasa bisnis. Di dalam laporan keuangan berisi informasi mengenai kondisi keuangan
perusahaan kepada pihak pengguna. Dengan memahami laporan keuangan suatu
perusahaan, maka berbagai pihak yang berkepentingan dapat melihat kondisi kesehatan
keuangan suatu perusahaan.
Menurut Fahmi (2015 : 2), bahwa laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
laporan tertentu.
Menurut Hery (2014 : 14), bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi atau sebagai produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan
pengikhtisaran data transaksi bisnis yang digunakan sebagai alat komunikasi mengenai
data keuangan atau aktivitas dalam perusahaan.
Menurut Sudana (2015 : 35), laporan keuangan (financial statement) adalah
informasi akuntansi yang menggambarkan tentang posisi keuangan perusahaan serta
hasil usaha perusahaan pada periode yang berakhir pada tanggal tertentu, yang terdiri
atas neraca, daftar laba rugi, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses pencatatan dan
pengikhtisaran data transaksi bisnis yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan
pihak yang berkepentingan seperti pihak manajemen, pemilik, kreditur, investor,
penyalur, karyawan, lembaga pemerintah dan masyarakat umum. Laporan akuntansi ini
juga merupakan sebagai alat tolak ukur perusahaan untuk menilai kondisi kesehatan
perusahaan dengan melihat data keuangan atau aktivitas dalam perusahaan pada setiap
periode tertentu.
Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama
satu tahun. Menurut Munawir (2015 : 18), hutang lancar atau hutang jangka pendek
adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Jumingan (2014 : 25), hutang jangka pendek adalah kewajiban
perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu normal,
umumnya satu tahun atau kurang, semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh
temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan.
Muhardi (2013 : 230), mendefinisikannya sebagai kewajiban lancar adalah
hutang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau siklus
akuntansi operasi normal perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancar atau hasil
pembentukan kewajiban lancar yang lain.
Menurut Kasmir (2016 : 40), utang lancar merupakan kewajiban atau utang
perusahaan pada pihak lain yang harus segera dibayar, jangka waktu utang lancar
adalah satu tahun. Oleh karena itu utang lancar disebut juga utang jangka pendek.
Husnan dan Pudjiastuti (2015 : 45), dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan menjelaskan bahwa utang jangka pendek atau short term debt
merupakan utang yang jangka waktu pengembaliannya paling lama satu tahun. Intinya,
utang jangka pendek ini harus dibayar lunas dalam jangka waktu satu tahun. Untuk
plafon kredit tertentu, jenis utang ini biasanya tidak memerlukan aset sebagai jaminan.
Biasanya pinjaman-pinjaman jangka pendek berbunga relatif tinggi dibandingkan
dengan pinjaman jangka menengah atau panjang.
88
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hutang


jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau
siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan aktiva
lancar serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
Hutang Jangka Panjang
Menurut Sartono (2012 : 216), hutang jangka panjang atau long-term debt
adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur
bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk
membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Menurut
Munawir (2015 : 19), hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun
sejak tanggal neraca).
Hani (2014 : 127), menyatakan kewajiban yang tidak diharapkan akan dibayar
dalam waktu 12 bulan (atau dalam satu siklus operasi yang melebihi 12 bulan)
diklasifikasikan sebagai kewajiban tidak lancar atau kewajiban jangka panjang.
Sutrisno (2014 : 171), menyatakan kewajiban tak lancar (atau jangka panjang)
merupakan kewajiban yang jatuh temponya tidak dalam waktu satu tahun atau satu
siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Berdasarkan penjelasan dan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hutang jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh dari pihak ketiga
atau kreditor yang jatuh temponya lebih dari satu tahun dan dilunasi dengan sumber-
sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta jumlah hutang jangka panjang tersebut
tidak boleh melebihi jumlah modal sendiri.
Laba Bersih
Salah satu tujuan utama dari kegiatan operasi perusahaan adalah mendapatkan
laba yang semaksimal mungkin dan laba tersebut akan dapat dilihat dari laporan laba
rugi perusahaan. Laporan laba rugi (income statements) adalah laporan yang
menggambarkan kinerja hasil operasional perusahaan selama satu periode.
Husnan (2015 : 91), laba adalah hasil pengurangan biaya atas pendapatan.
Perusahaan menghasilkan laba jika pendapatan lebih besar dari biayanya. Sebaliknya,
selisih tersebut akan menghasilkan rugi jika biayanya lebih besar dari total pendapatan.
Menurut Harahap (2015 : 245), berdasarkan Committe on Terminology mendefinisikan
laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan antara harga pokok produksi biaya
lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Dapat disimpulkan bahwa
laba adalah hasil dari keuntungan yang diterima perusahaan setelah dikurangi dari
pendapatan dan biaya-biaya selama satu periode.
Menurut Riyanto (2013), menyatakan laba bersih adalah selisih lebih
pendapatan atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal
dari kegiatan usaha. Dari laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dapat diketahui
kinerja perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Kasmir (2016 : 303), menyatakan bahwa pengertian laba bersih (net
profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban
perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.
Munawir (2015 : 46), pengertian laba bersih adalah laba bersih yang berasal
dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Laba dihasilkan dari selisih
antara sumber daya masuk (pendapatan dan keuntungan) dengan sumber daya keluar
(beban dan kerugian) selama periode waktu tertentu.

89
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian yang
belum dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2017). Berdasarkan uraian di atas,
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hutang jangka pendek berpengaruh positif terhadap laba bersih PT. Vale Indonesia
Tbk.
2. Hutang jangka panjang berpengaruh positif terhadap laba bersih PT. Vale
Indonesia Tbk.
3. Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap laba bersih PT. Vale Indonesia Tbk.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Hutang Jangka Pendek dan Hutang
Jangka Panjang.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Laba bersih perusahaan.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
1. Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan
menggunakan aktiva lancar serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang
telah terjadi. Dalam penelitian ini hutang jangka pendek diukur dengan nominal
jumlah liabilitas jangka pendek pada laporan keuangan PT. Vale Indonesia Tbk.
Hutang Jangka Pendek = Liabilitas Jangka Pendek
2. Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh dari pihak ketiga atau
kreditor yang jatuh temponya lebih dari satu tahun dan dilunasi dengan sumber-
sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta jumlah hutang jangka panjang tersebut
tidak boleh melebihi jumlah modal sendiri. Dalam penelitian ini hutang jangka
panjang diukur dengan nominal jumlah liabilitas jangka panjang pada laporan
keuangan PT. Vale Indonesia Tbk.
Hutang Jangka Panjang = Liabilitas Jangka Panjang
3. Laba Bersih
Laba bersih merupakan selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan
kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Dalam penelitian ini
laba bersih diukur dengan pendapatan dikurangi beban-beban perusahaan pada
laporan keuangan PT.Vale Indonesia Tbk.
Laba Bersih = Pendapatan – Beban Perusahaan
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2014 : 115). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan PT. Vale Indonesia Tbk.
Sampel merupakan suatu prosedur pengambilan data yang hanya sebagian
populasi saja yang diambil dan digunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari suatu populasi (Indriantoro dan Supomo, 2014 : 116). Dari data yang
didapatkan, maka sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi PT.
Vale Indonesia Tbk tahun 2014-2018.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan dokumentasi dari sumber
yang digunakan, yaitu laporan keuangan PT. Vale Indonesia Tbk di Bursa Efek
90
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Indonesia (BEI) tahun 2014-2018. Peneliti juga memperoleh data mengenai masalah
yang diteliti melalui buku, jurnal, internet, serta perangkat lain yang berhubungan
dengan penelitian.
Analisis Regresi Berganda
Menurut Sugiyono (2017 : 260), regresi linier berganda digunakan untuk
menguji pengaruh lebih dari satu independent variable terhadap dependent variable.
Analisis regresi linear berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terhadap laba
bersih PT. Vale Indonesia Tbk. Menurut Sugiyono (2017 : 261), bentuk persamaan dari
regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Keterangan :
Y = Laba Bersih
α = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi Variabel Hutang Jangka Pendek
β2 = Koefisien Regresi Variabel Hutang Jangka Panjang
X1 = Hutang Jangka Pendek
X2 = Hutang Jangka Panjang
e = Tingkat Kesalahan (Error Term)
Tabel 2.
Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 308148,707 12066,573 25,537 ,002
1 H. J. Pendek 1,904 ,069 ,905 27,593 ,001
H. J. Panjang ,245 ,030 ,264 8,047 ,015
a. Dependent Variable : Laba Bersih
Dari tabel di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 308148,707 + 1,904X1 + 0,245X2
Interpretasi dari koefisien persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Konstanta (Constant) sebesar 308148,707, artinya apabila hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang tidak ada atau nilainya adalah 0, maka laba bersih
perusahaan sebesar 308148,707.
2. Koefisien regresi variabel hutang jangka pendek (X1) sebesar 1,904, artinya
apabila hutang jangka pendek meningkat 1 satuan, maka laba bersih mengalami
kenaikan yang cukup berarti, sebesar 1,904 satuan. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi hubungan searah antara hutang jangka pendek dengan laba bersih.
3. Koefisien regresi variabel hutang jangka panjang (X2) sebesar 0,245, artinya
apabila hutang jangka panjang meningkat 1 satuan, maka laba bersih mengalami
kenaikan yang cukup berarti, sebesar 0,245 satuan. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi hubungan searah antara hutang jangka panjang dengan laba bersih.
PEMBAHASAN
Pengaruh Hutang Jangka Pendek (X1) terhadap Laba Bersih (Y) PT. Vale
Indonesia Tbk
Berdasarkan hasil olah dengan bantuan program SPSS didapatkan nilai
signifikansi (sig) sebesar 0,001 dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05
91
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

atau 5 %, maka diperoleh gambaran 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh
yang signifikan antara Hutang Jangka Pendek (X1) terhadap Laba Bersih (Y). Dengan
kata lain hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Merywati Dungga
(2015) dengan judul Pengaruh Utang terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Properti &
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa
utang jangka pendek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba
perusahaan dan pengaruhnya bersifat positif. Hal ini berdasarkan analisis yang
menunjukan nilai t-hitung untuk variabel utang jangka pendek adalah sebesar
143,859. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5 % dan derajat bebas 35
adalah sebesar 2,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95 % terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah utang jangka
pendek yang dimiliki oleh perusahaan properti yang diamati terhadap laba bersih
yang berhasil diperoleh. Hal ini disebabkan perusahaan lebih menyukai menggunakan
sumber dana internal untuk membiayai modal kerjanya atau menggunakan utang
jangka pendek kepada pihak ketiga (supplier) yang tidak menimbulkan beban bunga,
sehingga dapat berpengaruh terhadap profit atau laba perusahaan,
Hubungan yang signifikan juga dapat dilihat pada data penelitian atau laporan
keuangan PT. Vale Indonesia Tbk dari tahun 2014-2018. Apabila terjadi peningkatan
hutang jangka pendek, maka laba bersih juga akan meningkat, dan apabila terjadi
penurunan hutang jangka pendek, maka laba bersih juga akan menurun.
Pengaruh Hutang Jangka Panjang (X2) terhadap Laba Bersih (Y) PT. Vale
Indonesia Tbk
Berdasarkan hasil uji SPSS didapatkan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,015
dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %, maka diperoleh
gambaran 0,015 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara
Hutang Jangka Panjang (X2) terhadap Laba Bersih (Y). Dengan kata lain hipotesis
yang diajukan oleh peneliti diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martini
(2018) dengan judul Pengaruh Hutang terhadap Laba Bersih pada PT. Bank Danamon
Tbk, menunjukkan hasil bahwa koefisien regresi hutang jangka panjang menunjukkan
pengaruh positif terhadap laba bersih sebesar 0,020. Hasil uji t menunjukkan bahwa
hutang jangka panjang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laba bersih pada PT.
Bank Danamon Tbk, dimana diperoleh nilai t sig. 0,024 < 0,05. Sesuai dengan teori
Pecking Order, apabila profitabilitas perusahaan tinggi, maka hutang jangka panjang
akan menurun karena adanya ketersediaan dana internal dalam memenuhi kebutuhan
investasi.
Hal ini sejalan pada data yang menjadi sampel yaitu laporan keungan PT. Vale
Indonesia Tbk dari tahun 2014-2018 pada penelitian ini. Apabila hutang jangka
panjang tinggi, maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga tinggi, begitu pula
sebaliknya.
Pengaruh Hutang Jangka Pendek (X1) dan Hutang Jangka Panjang (X2)
terhadap Laba Bersih (Y) PT. Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai Sig sebesar (0,002) lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap laba bersih PT. Vale Indonesia Tbk.
Gita Laura Manoppo (2015), dalam penelitian juga menegaskan bahwa hutang
berpengaruh terhadap laba perusahaan. Ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan
92
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

mendapatkan keuntungan dari adanya pemakaian hutang baik itu hutang jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan menggunakan hutang, maka akan terdapat
pembayaran biaya bunga dan berdampak pada penghematan pajak yang dibayarkan
oleh perusahaan. Jika aktivitas perusahaan semakin tinggi, maka pendapatan atau laba
perusahaan juga akan semakin meningkat, karena laba atau profit merupakan indikasi
kesuksesan perusahaan dari suatu badan usaha serta merupakan salah satu tujuan
mendorong suatu perusahaan untuk dapat berkembang lebih lanjut. Suatu perusahaan
tidak akan mampu mencapai tujuan apabila perusahaan tersebut tidak mampu
menghasilkan pendapatan dan laba.
Hutang menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya atau menurunnya laba
yang dihasilkan perusahaan setiap tahunnya. Hutang digunakan untuk kegiatan
operasional atau investasi bagi perusahaan. Apabila hutang yang diperoleh perusahaan
meningkat, maka diharapkan akan berdampak baik terhadap peningkatan laba sehingga
kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang dapat terjamin. Menurut
Murhadi (2013 : 254), yang menyatakan bahwa semakin besar hutang, maka semakin
besar pula profitabilitas yang diharapkan. Karena manajemen perusahaan memilih
hutang sebagai alternatif bagi tersedianya sumber modal perusahaannya, maka
manajemen perusahaan bertanggungjawab untuk lebih bekerja keras agar modal yang
digunakan tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan,
sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu memenuhi
kewajibannya.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji dengan SPSS didapatkan nilai signifikansi (sig) sebesar
0,001 dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %, maka
diperoleh gambaran 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara Hutang Jangka Pendek (X1) terhadap Laba Bersih (Y) pada PT.
Vale Indonesia Tbk.
2. Berdasarkan hasil uji dengan SPSS didapatkan nilai signifikansi (sig) sebesar
0,015 dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %, maka
diperoleh gambaran 0,015 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara Hutang Jangka Panjang (X2) terhadap Laba Bersih (Y) pada PT.
Vale Indonesia Tbk.
3. Berdasarkan hasil uji dengan bantuan program SPSS diperoleh nilai Sig sebesar
(0,002) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Laba
Bersih pada PT. Vale Indonesia Tbk.
Saran
1. Bagi PT. Vale Indonesia Tbk yang akan memanfaatkan utang sebagai salah satu
sumber modal harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Jika PT. Vale
Indonesia Tbk ingin memanfaatkan utang jangka panjang harus diperhatikan
apakah PT. Vale Indonesia Tbk mampu membayar biaya utang mengingat utang
jangka panjang menimbulkan biaya yang besar.
2. Jika PT. Vale Indonesia Tbk ingin memanfaatkan utang jangka pendek juga harus
diperhatikan apakah aktiva lancar PT. Vale Indonesia Tbk mampu melunasi utang
jangka pendek PT. Vale Indonesia Tbk mengingat utang jangka pendek memiliki
batas waktu jatuh tempo jangka pendek yang singkat.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran bagi pihak peneliti
selanjutnya agar meneliti variabel independen lain yang turut mempengaruhi laba
bersih diantaranya harga jual dan volume produksi.
93
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2013. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.
Deslia, Purnama Dewi. 2013. Analisis Pengaruh Hutang Jangka Panjang, Hutang
Jangka Pendek dan Modal Kerja Bersih terhadap Laba pada PT. Griya Asri
Prima. Universitas Pamulang. ISSN 2354-6557.
Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung
: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.
Edisi 8. Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hani, Syafrida. 2014. Teknik Analisa Laporan Keuangan. Medan : In Media.
Harahap, Sofyan Syafri. 2015. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Harjito, D. A dan Martono. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta :
Ekonosia. Kampus Fakultas Ekonomi Islam Indonesia.
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFEB/article/view/2028. Diakses tanggal 7 Mei
2019.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/akuntan/article/view/2048/pdf_133. Diakses tanggal
6 Mei 2019.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Sekretaris/article/view/616. Diakses Tanggal
6 Mei 2019.
https://ejurnalunsam.id/index.php/jensi/article/view/397. Diakses Tanggal 6 Mei 2019.
https://etd.unsam.ac.id/index.php?thn=2018&page=6. Diakses tanggal 7 Mei 2019.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Keenam. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP STIM YPKN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Ikatan Akuntan Indonesia.
Indriantoro, Nur & Supomo, Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Untuk
Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta. BPFE.
Jumingan. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Media Grafika. Jakarta.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Martini. 2018. Pengaruh Hutang terhadap Laba Bersih pada PT. Bank Danamon Tbk.
Universitas Samudra. Langsah Aceh.
Merywati Dungga. 2015. Pengaruh Utang terhadap Laba Bersih pada Perusahaan
Properti & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo.
Munawir, S. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Murhadi, Werner R. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham.
Jakarta : Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. BPFE.
Yogyakarta.
Sartono, Agus. 2014. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE.
Yogyakarta.
Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sutrisno. 2014. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Ekonisia,
Yogyakarta.

94
Jurnal Economix Volume 7 Nomor 2 Desember 2019

Vera Handayani dan Mayasari. 2018. Analisis Pengaruh Hutang terhadap Laba Bersih
pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. ISSN : 1693-7597.
Zefri Maulana. Ayang Fhonna Safa. 2017. Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan
Hutang Jangka Panjang terhadap Laba Bersih pada PT. Bank Mandiri Tbk.
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra, Langsa Aceh.

95

Anda mungkin juga menyukai