Anda di halaman 1dari 26

PENGOLAHAN HASIL EVALUASI DAN ASESMEN

Penulis
Kelompok :4
Anggota : Fifi Salia Putri (1813022049)
Mery Anjasari (1853022003)
Notarisman Halawa (1813022057)
Sela Marlina (1813022033)
Kelas :A

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Fisika


Dosen : Dr. H. Undang Roidin, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengolahan Hasil
Evaluasi dan Asesmen ini dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “ Pengolahan Hasil Evaluasi dan Asesmen “ ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika yang
diberikan oleh asisten dosen pengampu mata kuliah ini yaitu Bapak Dr. Undang
Rosidin, M.Pd.
Terlepas dari itu, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terkait makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami maupun bagi yang
membacanya.

Bandar Lampung, 06 Mei 20120

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN
2.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Evaluasi dan Asesmen................................... 3
2.2 Teknik Pemberian Skor............................................................................ 3
2.3 Kriteria/Acuan dalam Penilaian...............................................................16
2.4 Teknik Pengolahan Skor Hasil Evaluasi......................................................

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................25
3.2 Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Asesmen dan evaluasi merupakan dua hal yang berbeda. Perbedaan pada dua
hal ini, merupakan hal yang fundamental untuk dipahami oleh seorang guru
profesional dalam melakukan pembelajaran yang efektif. Berhubungan dengan
proses pembelajaran, asesmen merupakan penilaian terhadap tiga komponen
pembelajaran, yaitu proses, kemajuan (progress), dan hasil (outcome). Proses
asesmen dapat membantu guru memonitor siswa secara kronologis dalam
pembelajaran sehingga proses asesmen ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Jadi, asesmen merupakan penilaian
terhadap suatu proses pembelajaran secara utuh, tanpa mengabaikan hasil dari
prosesnya. Sedangkan, evaluasi merupakan sebuah pemeriksaan terhadap
akibat-akibat dari dilaksanakannya suatu program. Lebih lanjut, dalam hal
pembelajaran dan tujuannya, evaluasi merupakan proses untuk menentukan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai dan membuat
keputusan selanjutnya. Jadi, dalam evaluasi, akibat atau hasil dari suatu
program adalah hal lebih awal dilihat untuk kemudian menelusuri proses-
proses yang telah terjadi. Terdapat juga standar yang ditentukan untuk
dibandingkan dengan realita yang diukur dalam evaluasi. Asesmen dilakukan
untuk memperoleh data dan evaluasi dilakukan dengan memanfaatkan data
yang diperoleh dari asesmen, sebagian hasil dari asesmen dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi, dimana evaluasi tidak cukup hanya diperoleh dari
asesmen. Untuk itu pada makalah kali ini akan dibahas bagaimana mengolah
hasil evaluasi dan asesmen dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
2

I.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah teknik-teknik
pengolahan hasil evaluasi dan asesmen ?.

I.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja teknik-teknik
dalam pengolahan hasil evaluasi dan asesmen.
16

II. PEMBAHASAN

II.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Evaluasi dan Asesmen


Dalam Kamus Populer Inggris-Indonesia (Harjono, 2002: 201), istilah
instrumen diartikan sebagai alat pengukur. Pengertian yang sama pun
tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2002: 437), yang
menyatakan bahwa kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1) alat yang
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja
teknik, alat-alat kedokteran, optik dan kimia); dan (2) sarana penelitian
(berupa seperangkat tes, dsb) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah suatu alat yang
digunakan untuk menilai suatu pekerjaan serta sebagai sarana
pengumpulan data.
Sebelum melakukan pengolahan hasil evaluasi, sebaiknya penilai
mengetahui teknik pemeriksaan hasil evaluasi peserta yang dinilai. Hal
tersebut bertujuan untuk memudahkan penilai memberikan skor secara adil
pada peserta yang dinilai.

II.1.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Evaluasi Bentuk Uraian


Langkah yang seharusnya ditempuh oleh evaluator dalam rangka
melakukan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan alat berupa tes
hasil belajar bentuk uraian adalah bahwa begitu soal tes uraian selesai
disusun hendaknya tester segera membuat kunci jawaban/ pedoman
jawaban. Kunci jawaban betul atas soal yang telah disusun itulah yang
selanjutnya akan digunakan sebagai pegangan, tolak ukur atau patokan
dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap hasil-hasil tes uraian.
Sudah tentu pemeriksaannya dengan cara membandingkan antara jawaban
yang diberikan oleh tester dengan pedoman jawaban betul yang
sebelumnya telah disusun oleh tester.
(Chan, 2014)
Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun
hendaknya tester segera membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci
jawaban ini digunakan sebagai pegangan atau patokan dalam pemeriksaan
atau pengoreksian terhadap tes hasil tes uraian dengan cara
membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan kunci
jawaban yang dibuat oleh tester.
(Rosidin, 2017:221)

Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil-hasil tes hasil tes uraian ini terdapat
dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu :

a. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif didasarkan pada standar
mutlak. Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes
uraian itu didasarkan pada standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya
adalah sebagai berikut.
1) Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membanding
kannya dengan kunci jawaban yang sudah dibuat.
2) Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci
jawaban tersebut, tester dapat memberikan skor untuk setiap butir
soal dan menuliskan pada jawaban teste tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan
penentuan nilai lebih lanjut.
b. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif didasarkan pada standar
relatif. Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai
didasarkan pada standar relatif maka prosedur pemeriksaannya sebagai
berikut:
1) Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan
oleh selurus teste sehingga diperoleh gambaran maka dapat
diketahui mana teste yang lengkap,kurang lengkap dan tidak tepat
sama sekali
2) Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban
yang tepat diberi skor 5, kurang tepat

7
3) Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat
dilakukan penjumlahan skor yang nantinya dijadikan bahan untuk
mengolah nilai.

II.1.2 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Evaluasi Bentuk Objektif


Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada
umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada
beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk
mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut:
a. Kunci Berdampingan (Strip Keys) Kunci jawaban berdamping ini
terdiri dari jawaban-jawaban yang enar yang ditulis dalam satu kolom
yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah
dengan meletakan kunci awaban tersebut berjajar dengan lembar
jawaban yang akan diperiksa kemudian cocokanlah dengan lembar
jawaban yang diberikan oleh tested dan apabila jawaban yang
diberikan oleh teste benar maka diberi tanda (+) dan apabila salah
diberi tanda (-).
b. Kunci Sistem Karbon (Carbon System Key) Pada kunci jawaban
sistem ini teste diminta membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang
telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste
yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran
pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat
diketahui apabila jawaban testee yang berada diluar lingkaran berarti
salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
c. Kunci Sistem Tusukan (Panprick System Key) Pada dasarnya kunci
system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar
diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara
lembar jawaban teste berada dibawahnya, sehingga usukan tadi
menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar
akan terkena tusukan sedangkan yang salah tidak.

8
(Rosidin, 2017:223)
Kunci sistem tusukan pada hakekatnya hampir sama dengan sistem
karbon. Letak perbedaanya adalah, bahwa pada kunci jawaban sistem
kunci jawaban tusukan ini untuk jawaban yang benar diberi tusukan
dengan jarum atau paku besar atau penusuk lainnya, sementara lembar
jawaban (pekerjaan testee) berada dibawahnya. Apabila pilihan
jawaban benar, maka lubang yang terjadi pada kunci jawaban akan
tepat di tengah lingkaran yang disediakan. Apabila pilihannya salah,
maka lubang yang terjadi akan berada di luar lingkaran.
d. Kunci Berjendela (Window Key) Prosedur kunci berjendela ini adalah
sebagai berikut:
1) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
2) Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah-olah
menyerupai jendela
3) Lembar jawaban testee diletakan dibawah kunci berjendela
Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertikal
dengan pencil warna sehingga jawaban yang terkena pensil
warna tersebut berarti benar dan sebaliknya

Sebagai catatan perlu ditambahkan bahwa sehubungan dengan


kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kunci
jawaban soal tes obyektif dalam bentuk kunci berjendela ini, selain
menggunakan lembaran-lembaran kertas juga dapat menggunakan
plastik transparan. Lebih dari itu, dengan lembar-lembar jawaban
soal ujian yang sudah dipersiapkan secara matang,
pengoreksiannya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa
komputer, khususnya pada tes-tes seleksi dimana jumlah testee
sangat banyak dan hasil tes seleksi itu perlu diumumkan dalam
waktu yang singkat, seperti : penmaru atau UMPTN.

(Eka, 2015)

II.1.3 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Evaluasi Bentuk Tes Lisan

9
Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menila
jawaban-jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya
bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan
lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan
berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing-masing
mempunyai ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi
tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif.
(Rosidin, 2017:223)
Dalam tes lisan, testee yang oleh tester sedang diperiksa (dalam hal ini
didengarkan) jawabannya, kemungkinan adalah termasuk testee yang
disukai oleh atau mendapatkan “simpati” dari tester atau sebaliknya, yang
dihadapi tester adalah testee yang termasuk “tidak disukai”, sehingga
terbuka peluang bagi tester untuk baertindak kurang atau tidak obyektif.
Oleh karena itu diharapkan bagi tester dalam menguji tes secra lisan,
penguji harus berusaha untuk bertindak obyektif dan tidak terpengaruh
oleh subyek (testee) yang sedang dihadapinya.
(Eka, 2015)
Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya
dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut:
a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
Pernyataan tersebut mengandung makna "apakah jawaban yang
diberikan oleh testee sudah memenuhi semua unsur yang seharusnya
ada dan sesuai dengan pedoman/kunci jawanban yang telah disusun
oleh tester"
b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban.
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal-soal
yang diajukan kepada testee itu cukup lancer sehingga mencerminkan
tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan
kepadanya .
c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan.
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar
dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga

10
tester harus benar-benar memperhatikan jawaban testee tersebut,
apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi
atau sebaliknya.
d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakin
an akan kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee
secara ragu-ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee tersebut
kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya tersebut.

Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsur lain yang dirasa


perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan
dalam menghadapi penguji (tester).

II.1.4 Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Perbuatan


Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil-hasil tes nya dilakukan dengan
menggunakan observasi (pengamatan). Sasaran yang perlu diamati adalah
tingkah laku, perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai
hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap
gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.

(Rosidin, 2017;221-225)
Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument
tertentu dan setiap gejala yang muncul diberi skor-skor tertentu pula.
Berikut ini adalah contoh instrument yang dipergunakan dalam mengamati
calon guru yang melaksanakan praktek mengajar, contih “pemeriksaan”
lewat observasi dalam rangka menilai komponen sosial, yang mencakup
11 unsur, dengan skor minimum 1 (paling rendah) dan skor maksimum 5
(paling baik)
(Eka, 2015)

II.2 Teknik Pemberian Skor

11
Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat
dikumpulkan sejumlah data atau informasi yang dibutuhkan dalam
evaluasi hasil belajar. Data yang dikumpulkan dari penilaian dengan
teknik tes akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan
menjaring data kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul
merupakan data mentah yang memerlukan pengelolahan lebih lanjut.
Kegiatan mengelola data yang berhasil dikumpulkan melalui kegiatan
penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian.
Menurut Zainal Arifin (2009) (dalam Rosidin 2017:225), prosedur
pelaksanaan pengolahan hasil penilaian antara lain:
1. Memberi skor, yakni memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat
dicapai oleh (peserta didik). Untuk menskor atau memberikan angka
diperlukan tiga macam alat bantu, yakni kunci jawaban, kunci skoring
dan pedoman pengangkaan. Tiga macam alat bantu penskoran atau
pengangkaan berbeda-beda cara penggunaannya untuk setiap butir soal
yang ada dalam alat penilaian.
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar, yakni kegiatan evaluator
menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh peserta didik yang
mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang dipakai.
3. Mengkonversikan skor standar kedalam nilai, yakni kegiatan akhir dari
pengolahan hasil penilaian yang berupa pengubah skor ke nilai, baik
berupa huruf atau angka. Hasil pengolahan hasil penilaian ini akan
digunakan dalam kegiatan penafsiran hasil penilaian. Untuk
memudahkan penafsiran hasil penilaian, maka hasil akhir pengolahan
hasil penilaian dapat diadministrasikan dengan baik.

Rumus penskoran yang digunakan bergantung pada bentuk soalnya,


sedangkan bobot (weight) bergantung pada tingkat kesulitan (difficulty
index), misalnya sukar, sedang, dan mudah.
Dibawah ini merupakan cara-cara pengelolaan hasil evaluasi.

1. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian

12
Dalam bentuk uraian skor mentah dicari dengan menggunakan system
bobot, sidtem bobot itu sendiri dibagi dua cara, yaitu:
a. Bobot dinyatakan dalam sistem skor maksimum sesuai dengan tingkat
kesukarannya. Misalnya untuk soal yang mudah, skor maksimumnya
adalah 6, untuk skor yang sedang skor maksimumnya 7 dan untuk skor
yang tergolong sulit, diberikan skor maksimum 10. Dengan demikian,
kita menggunakan cara ini, peserta didik tidak mungkin mendapatkan
skor 10.
b. Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan
tingkat kesukaran soal. Sebagai contoh: soal mudah diberikan bobot 3,
soal sedang diberikan bobot 4, dan soal yang sulit diberikan bobot 5.
Dengan menggunakan cara ini, memungkinkan peserta didik
mendapatkan skor 10.

2. Cara Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif


Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:
a. Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)
Cara ini digunakan apabila soal belum pernah diujicoba. Caranya
adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja, setiap
jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.
b. Menggunakan rumus tebakan (Guessing Formula)
Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah
diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat
kebenarannya. Rumus-rumus tebakan tersebut adalah:
1) Untuk butir bentuk benar-salah (true-false)
Rumus: S = ∑B - ∑S
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
2) Untuk butir bentuk pilihan-jamak (multiple choice)
Rumus:

13
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
n = jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 = bilangan tetap
3) Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
4) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi
(completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar

3. Cara Memberi Skor Skala Sikap


Untuk mengukur sikapa dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan
alat penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat
menggunakan lima skala, yaitu Sangan Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang
digunakan 5, 4, 3, 2, 1 (untuk pernyataan positif) dan 1, 2, 3, 4, 5 (untuk
pernyataan negatif). Begitupun dengan skala minat, guru dapat
menggunakan lima skala, seperti Sangat Berminat (SB), Berminta (B),
Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB).

4. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor


Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah
penampilan atau kinerja. Untuk mengukurnya, guru dapat menggunakan
tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu
instrument yang dapat digunakanadalah skala penilaian yang terentang dari

14
Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2), sampai dengan
Tidak Baik (1).

II.3 Kriteria/ Acuan dalam Penilaian


Untuk menginterpretasikan suatu skor menjadi nilai atau mengelola skor
menjadi nilai diperlukan suatu acuan atau pedoman. Terdapat dua acuan guna
menafsirkan skor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan,
proses, standard, dan akan menghasilkan nilai yang berbeda. Kedua
pendekatan tersebut adalah criterion-referenced atau Penilaian Acuan
Patokan (PAP) dan norms-referenced atau Penilaian Acuan Norma (PAN).
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang
telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan stau bagian kecil
dari suatu keseluruhan program. Dengan demikian PAP meneliti apa yang
dapat dikerjakan oleh peserta didik, bukan membandingkan seorang
peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria
atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu
pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai
kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetakan
terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.

2. Penilaian Acuan Norma (PAN)


Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik
atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat
kempuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, penilaian acuan norma dipergunakan untuk seleksi. Soal
tes dalam pendekatan ini dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap
oleh guru penting sebagai sempel daribahan yang telah disampaikan. Guru
berwenang menetukan bagian mana yang lebih penting. Dengan demikian,
guru harus membatasi jumlah soal yang diperlukan, karena tidak semua

15
materi yang disampaikan kepada peserta didik dapat dimunculkan soal-
soalnya secara lengkap.
Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi mulai dari
yang mudah hingga yang sukar sehingga memberikan kemungkinan
jawaban peserta didik bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat
membandingkan peserta didik yang satu dengan yang lainnya.

II.4 Teknik Pengolahan Skor Hasil Evaluasi


Menurut Rosidin (2017), pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan
jawaban instrument menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif
dari suatu jawaban terhadap item dalam instrument. Angka-angka hasil
penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah hasil
pekerjaan memberikan angka yang diperoleh dari angka-angka dari setiap
butir yang telah dijawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot
jawaban betulnya.

Bila semua jawaban siswa dalam suatu tes sudah diperiksa dan diberikan
skor, maka kita akan memperoleh skor akhir untuk setiap siswa. Skor inilah
yang disebut dengan skor mentah. Menurut Mudjijo (1995: 91) Kegiatan ini
harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi pengolahan
hasil tes menjadi nilai prestasi. Kita tidak dapat menjadikan skor mentah ini
sebagai nilai akhir untuk siswa, kita harus mengubah dan mengolahnya
terlebih dahulu menjadi skor terjabar. Menurut Purwanto (2006 : 87) dalam
mengolah skor mentah (raw score) menjadi nilai huruf dan skor standart
dengan urutan uraian sebagai berikut :

            1.            Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf


            2.            Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
            3.            Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T

16
Menurut Rosidin (2017 : 231), Macam-macam teknik dalam pengolahan skor
:
1. Mengelolah Skor Mentah menjadi Nilai Huruf
Disamping penilaian yang dinyatakan dengan angka kita mengenal pula
penilaian dengan huruf. Pengelolaan skor mentah menjadi huruf
menggunakan sifat-sifat yang terdapat pada kurva normal atau distribusi
normal sebagai dasar perhitungan.
Menurut Susanto (2018) pemberian nilai dengan menggunakan huruf
disesuaikan dengan huruf yang terdapatdalam urutan abjad. Huruf tidak
hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga digunakansebagai simbol
untuk menggambar kualitas.
Ciri-ciri distribusi normal adalah:
a. Memiliki jumlah atau kepadatan frekuensi yang tetap pada jarak deviasi-
deviasi tertentu.
b. Pada distribusi normal, mean, median, dan mode berimpit (sama besar),
terletak tepat ditengah kurva dan membagi dua sama besar jarak deviasi.
Berdasarkan sifat-sifat distribusi normal itulah, maka untuk penjabaran
skor mentah menjadi nilai huruf dipergunakan Mean dan Standar Deviasi.

Mencari mean (M) dan Standar Deviasi dalam rangka mengolah skor mentah
menjadi nilai huruf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu juka banyaknya
skor yang diolah kurang dari 30, digunakan table distribusi frekuensi tanggal;
dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30, misalnya sampai 40 atau
50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan table distribusi frekuensi kelompok.
Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, E dengan
menggunakan Mean dan Standar Deviasi. Untuk itu membuat table dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masukkan nama siswa (ke dalam kolom satu) dan skor masing-masing siswa

(ke dalam kolom 2), kemudian jumlahkan, akan memperoleh

17
b. Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya

peserta didik yang dites). Jadi, rumus untuk mencari mean =

c. Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean
d. Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3.

Kemudian jumlahkan sehingga memperoleh


e. Langkah terakhir adalah menghitung standar deviasi (SD) dengan rumus
sebagai berikut:

Contoh :
Tentukan Mean dan Standar deviasi dari table dibawah ini !
Nama Siswa Skor Mentah (xi) x i−x́ 2
( x i−x́ )
Siswa 1 73 13 169
Siswa 2 70 10 100
Siswa 3 68 8 64
Siswa 4 68 8 64
Siswa 5 67 7 49
Siswa 6 67 7 49
Siswa 7 65 5 25
Siswa 8 65 5 25
Siswa 9 63 3 9
Siswa 10 62 2 4
Siswa 11 60 0 0
Siswa 12 59 -1 1
Siswa 13 59 -1 1
Siswa 14 58 -2 4
Siswa 15 58 -2 4
Siswa 16 56 -4 16
Siswa 17 52 -8 64
Siswa 18 50 -10 100
Siswa 19 41 -19 361
Siswa 20 40 -20 400
Jumlah (⅀) 1201 1509

Berdasarkan table di atas, dapat dicari mean dan standar deviasi


dengan rumus sebagai berikut.

18
mean=
∑ x i = 1201 =60,5 dibulatkan 60
N 20

∑ ( x i− x́ )2 =
Standar deviasi=
√ n−1 √ 1509
20−1
=
√1509
19
=8,91

19
24

Penjabaran menjadi Nilai Mutu


berdasarkan nilai mean dan standar deviasi yangtelah didapatkan,
selanjutnya kita dapat menjabarkan skor skor mentah yang diperoleh
kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah berikut.
1. Menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD).
Misal dalam penjabaran ini digunakan seluruh arak range dari
kurva normal, yaitu di antara -3SD s.d. 3SD = 6SD. Karena nilai
huruf yang digunakan A-B-C-D-E yang berarti 4 unit dalam hal ini
tentukan besarnya SUD = 6SD : 4 = 1,5 SD. Jadi, SUD = 1,5x 8,9
= 13,35 dibulatkan menjadi 13.
Titik tengah C terletak pad mean = 60 karena C merupakan nilai
tengah pada skala penilaian A–B-C-D-E. Jadi,kita mendapatkan
SUD = 13 dan titik tengah C = M = 60.
2. Mentukan batas bawah dan batas atas dari masing-masing nilai
huruf. Karena titik tengah M = 60, maka :
 Batas bawah C = M-0,5 SD
= 60-0,5 x 13 =53,5
 Batas atas C = M + 0,5 SD
= 60 + 0,5 x 13 = 66,5
 Batas bawah D =M-1,5 SD
= 60 – 1,5 x 13= 34
 Batas atas B = M+1,5 SD
=60+1,5 x 13= 79,5
 Skor di atas 79.5 = A
 Skor di bawah 34 = E

Menurut Arikunto (1996 : 259) Pemberian nilai dengan menggunakan huruf


disesuaikan dengan huruf yang terdapat dalam urutan abjad. Huruf tidak
hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga digunakan sebagai simbol
untuk menggambar kualitas.
Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c di atas, nilai mentah dapat
ditransfer dari 20 orang peserta didik ke dalam nilai huru sebagai berikut :
Skor 80 ke atas A Tidak ada
Skor 67-79 B 06 orang
Skor 54-66 C 10 orang
Skor 34-53 D 04 orang
Skor di bawah 34 E Tidak ada

2. Mengolah Skor Mentah menjadi Skor Standar (Nilai) Berskala


Menurut Rosidin (2017) terdapat berbagai jenis nilai standar untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa, diantaranya :
a. Nilai standar lima, yang dikenal sebagai nilai huruf, yaitu A-B-C-
D-E.
b. Nilai standar berskala Sembilan, yaitu rentang atau skala nilai yang
bererak mulai dari 1 sampai dengan 9.
c. Nilai standar berskala sebelas, yaitu skala nilai yang bergerak
mulai dari nilai 0 hingga nilai 10.

Rinciannya sebagai berikut.


a. Pengubahan Skor Mentah menjadi Nilai Standar Berskala Lima
- Mengatur, menyusu, dan menyajikan skor-skor mentah hasil ujian
dalam bentuk table distribusi frekuensi.
- Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan
prestasi kelompok, dan deviasi standar yang mencerminkan variasi dari
skor-skor mentah hasil ujian yang dicapai oleh peserta didik.
- Mengubah skor-skor mentah mejadi nilai standar skala lima.
- Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing masing
individu mahasiswa menjadi nilai standar berskala lima (A,B,C,D,E).
- Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima
atau nilai huruf, menggunakan patokan sebagai berikut.

A
Mean + 1,5 SD
B
Mean + 0,5 SD
C
Mean - 0,5 SD
D
Mean - 1,5 SD
E 21
b. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes menjadi Nilai Standar Berskala
Sembilan
Nilai standar berskala Sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai
0 dan 10. Jika skor skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai
standarberskala Sembilan maka patokan yang dipergunakan adalah :

Mean + 1,25
c. Pengubahan SDMentah Hasil
Skor 98 Tes menjadi Nilai Standar Berskala
Mean + 1,75 SD 7
Sebelas
Mean + 0,75 SD
Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0
6
Mean + 0,25 SD
sampai nilai 10. Jadi, disini didapati 11 butir nilai sandar, yaitu
5
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Mean - 0,25 SD Pengubahan skor entah menjadi stanel itu
menggunakan patokan : 4
SkorMean
10-9 -dengan
0,75 SD
mean = M + 2,25 SD
3 SD
Skor 9-8 dengan mean = M + 1,75
Mean - 1,25 SD
Skor 8-7 dengan mean = M + 1,25 SD
2
SkorMean
7-6 dengan
- 1,75 men
SD = M + 0,75 SD
1 SD
Skor 6-5 dengan mean = M + 0,25
Skor 5-4 Ddengan mean = M – 0,25 SD
Skor 4-3 dengan mean = M – 0,75 SD
Skor 3-2 dengan mean = M – 1,25 SD
Skor 2-1 dengan mean = M – 1,75 SD
Skor 1-0 dengan mean = M – 2,25 SD

3. Mengolah Skor Mentah menjadi Skor Standar z dan T


a. Pengubahan skr mentah hasil tes menjadi nilai standar z (z score)
Nilai standar z umumnya digunakan untuk mengubah skor skor
mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-
beda. Dengan menggunakan standar z ini, maka testee yang dipandang
memiliki kemampuan lebih tinggi adalah testee yang z scorenya
bertanda positif (+). Testee yang z scorenya bertanda negative

22
dipandang sebagai testee dengan kemampuan lebih lemah jika
dibandngkan dengan testee yang lain. Jika angka yang ditunjukkan
oleh z scorenya bertanda positif leih besar maka kedudukan relatifnya
menjadi semakin tinggi; sebaliknya, jika z scorenya bertanda negative
itu makin besar, maka posisi testee yang bersangkutan semakin
rendah.
Rumus mencari score z :
x−x́
z skor =
SD
Keterangan :
Z : skor standar
SD : Standar Deviasi
X : Skor indiv
x́: rata rata hitung
b. Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar T (T score)
T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesar 50 dan
deviasi standar sebesar 10. T score juga dapat diperoleh dengan jalan
mengalikan z score dengan angka 10, kemudian ditambahkan dengan
50.
T score = 10 z + 50
T score dicari atau dihitung dengan maksud meniadakan tanda minus
yang terdapat di depan nilai standar z, sehingga lebh mudah dipahami
oleh kaum awam yang masih asing terhadap ukuran statistic.

Contoh Kasus dengan menggunakan uji Z skor


Misakan ada dua ujian masuk universitas di USA, yaitu ujian SAT dan
ACT. Seorang calon mahasiswa A memperoleh skor 650 untuk SAT
dan berdistribusi normal dengan mean 500 dan simpangan baku 100.
Sementara calon mahasiswa B memperoleh skor 30 untuk ACT yang
berdistribusi normal dengan mean 21 dan simpangan baku 4,7.
Siapakah calon mahasiswa yang lebih baik ?
Solusi :

23
a. Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari skor baku z untuk
kedua calon mahasiswa
b. Zscore untuk SAT = 650-50/100 = 1,50
c. Zscore untuk ACT = 30-21/4,7 = 1,91
Karena z skornya lebih tinggi, maka calon mahasiswa B lebih baik
daripada calon mahasiswa A.

24
III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk memberikan
nilai atas hasil belajar siswa (testee) membutuhkan proses yang panjang.
Dimulai dengan memeriksa jawaban hasil tes testee, memberi skor,
barulah mengolah skor menjadi nilai. Proses pemeriksaan hasil tes siswa
dilakukan dengan membandingkan hasil jawaban testee dengan kunci
jawaban yang di buat tester.

Selanjutnya dalam proses pemberian skor pada tes uraian dilakukan


dengan mendasarkan pada bobot setiap butir soal. Untuk tes obyektif
teknik yang digunakan bisa dengan rumus yang memperhitungkan denda
atau yang mengabaikan denda.

Pengolahan skor menjadi nilai dapat dilakukan dengan mengacu pada


kriterium (patokan mutlak) dan menggunakan skala. Untuk teknik yang
mengacu pada kriterium dirasa kurang manusiawi karena nilai siswa
bergantung pada diri siswa itu sendiri. Sedangkan dengan skala nilai siswa
menjadi relatif tergantung pada rata-rata kelas. Teknik pengolahan skor
mentah menjadi nilai dengan menggunakan skala ada beberapa macam
yaitu :skala lima, skala sembilan, skala sebelas, z score, dan T score.

4.1 Saran

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusuna makalah evaluasi


pembelajaran fisika ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.

III.2

25
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Chan, I. A. 2014. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar. Diakses dari
https://www.scribd.com/doc/238591938/Teknik-Pemeriksaan-Hasil-Tes-
Hasil-Belajar-Kel-4 pada tanggal 9 Mei 2020 pukul 11:40 WIB.

Eka, 2015. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar. Diakses dari
http://ayosinaurek.blogspot.com/2015/04/teknik-pemeriksaan-hasil-tes-
hasil_3.html pada tanggal 9 Mei 2020 pukul 11:30 WIB

Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Media Akademi :


Yogyakarta.

Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Yogyakarta : Media


Akademi.

Susanto, D. 2018. Teknik Pengolahan Skor Hasil Evaluasi. Diakses dari


https://www.academia.edu/36016830/makalah_teknik_pengolahan_skor_ev
aluasi.docx. Pada tanggal 08 Mei 2020 pukul 08.30 WIB.

26

Anda mungkin juga menyukai