Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tentang
Standar Asuhan Keperawatan

NAMA : LEDY AULIA ANDRISA


NIM : 18334043

KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
TUGAS
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tentang
Standar Asuhan Keperawatan

NAMA : NOFREZA
NIM : 18334063

KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya
buat guna memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “Standar Asuhan Keperawatan (SAK)”, semoga


dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa DIII Keperawatan
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu
selaku dosen-dosen pembimbing saya serta temen-temen sekalian, karena kritik dan
saran itu dapat membangun sayai dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah
yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata saya
mengucapkan terima kasih.

Padang, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..............…........................

DAFTAR ISI ……………………………………………....…………..........................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………….....................................

1.2 Tujuan......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Asuhan Keperawatan..................................................

2.2 Tujuan dan Standar Asuhan Keperawatan..................................................

2.3 Proses Terwujudnya Standar Asuhan Keperawatan....................................

2.4 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan...............................................

2.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan....................

2.6 Cakupan Standar Asuhan Keperawatan....................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………….....……...............................

3.2 Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Keperawatan salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan


bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanaan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingggalkan
seoptimal mungkin.

Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik antara lain :

1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan


2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisiensi dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
5. Aspek sosial,ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat diperhatikan dan dihormati

Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan


antara lain :

1. Pimpinan yang peduli dan mendukung


2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan ( standar mutu )
3. Tenaga keperewatan disiapkan melalui upaya peningkatkan
pengetahuan, dan ketrampilan dengan cara diadakan program diklat
4. Sarana, dan pelaksanaan dan lingkungan yang mendukung serta
5. Tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan

Berdasrkan kerangka berfikir seperti tersebut diatas, Direktorat jendral


pelayanan medik, Depkes RI bersama dengan organisai profesi
keperawatan,telah menyusun standar asuhan keperawatan dan telah resmi
standar asuhan keperawatan diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah
sakit, melalui “SK Direktur Jendral Pelayanan Medik, NO. YM.00.03.2.6.7637
tahun 1993 tentang berlakunya standarasuhan keperawatan dirumah sakit“ .
Ini berati bahwa seluruh tenaga keperawatan dirumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan harus berpedoman kepada asuhan
keperawatan yang dimaksud.
UU RI No.36 2014 tentang tenaga kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal
53 ayat2 Pendayagunaan Tenaga Kesehatan warga negara asing
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. alih teknologi dan ilmu pengetahuan; dan

b. ketersediaan Tenaga Kesehatan setempat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang anda ketahui tentang standar asuhan keperawatan ?
2. Apakah tujuan dari standar asuhan keperawatan?
3. Bagaimanakah proses terwujutnya standar asuhan keperawatan ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan standar asuhan keperawatan ?
5. Bagaimanakah langkah – langkah standar asuhan keperawatan di
rumah sakit ?
6. Apa sajakah cangkupan standar asuhan keperawatan ?\\

1.3 Tujuan Masalah


1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran tentangstandar asuhan
keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian standar asuhan keperawatan.
b. Untuk mengetahui tujuan standar asuhan keperawatan.
c. Untuk mengetahui proses terwujutnya standar asuhan
keperawatan.
d. Untuk mengetahui pelaksanaan standar asuhan keperawatan.
e. Untuk mengetahui langkah – langkah standar asuhan keperawatan
di rumah sakit ?
f. Untuk mengetahui cangkupan standar asuhan keperawatan

1.4 Manfaat Penulis


1. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan menjadi
salah satu referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tentang standar
asuhan keperawatan.
2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah
pengetahuan penulis tentang standar asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Standar Asuhan Keperawatan

Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan


penampilan kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil
(Gillies, 1989,h.121). Standar merupakan pernyataan yang mencakup
kegiatan-kegiatan asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan
profesional (ANA,1992,h.1)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup kehidupan manusia (lokakarya Nasional 1983)

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang


menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan
yang diberikan untuk klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek
keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil
pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan
keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi atan
tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan
dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Tipe standar praktek keperawatan

Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan


mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu
menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang menggambarkan
penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar juga berbentuk ‘empiris’
yaitu menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil observasi
pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989,h.125).

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja


yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan
dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien.
Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait
erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan
meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).
2.2 Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesional
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan
kesehatan
6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya


mencakup pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan
efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar
menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat
ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana
proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien,
standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk
memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus
dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat
bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi
perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek
dalam tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan
menawarkan ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat
dibandingkan. Penilaian essensial asuhan keperawatan melalui penataan
standar sebagai dasar kesepakatan untuk mencapai asuhan keperawatan
optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya harus dapat diterima. Setiap
klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa membedakan usia dan
diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan memberikan fondasi
dasar dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan (Kawonal, 2000).
Standar Asuhan Keperawatan yang kami buat, bukan mengacu pada
10 atau 20 besar penyakit, tapi pada 30 Diagnosa Keperawatan terbanyak. 30
Diagnosa Keperawatan terbanyak ini didapatkan dari informasi yang dianalisa
oleh Sistem Informasi Keperawatan berbasis IT selama kurun waktu 2 tahun.
Walaupun SAK ini tidak sesuai dengan acuan Assesent Akreditasi
Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh KARS, tapi SAK ini yang kami yakini lebih
ideal. Dan dalam diskusi degan surveyor Akreditasi di akhir 2009 saat kami
akreditasi RS 16 Pokja yang ketiga, surveyor akreditasi bisa menerima
argumen kami bahkan mendukung SAK kami.
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk
meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara
memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi
kriteria pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek
keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi
keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

1. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk
membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam
melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat
menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.

3. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang
ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan.

4. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai
ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat
pengontrolnya.

5. Tenaga kesehatan lain


Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain
sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

2.3 Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan


1. Pemimpin yang peduli dan mendukung
2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu )
3. Tenaga keperawatan disiapakn melalui upaya peningkatan
pengetahuan, sikap, ketrampilan dengan cara diadakan program diklat
dan seminar

2.4 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan


Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya
dengan tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung
sistem pemantauan dan penilaian penerapan standar tersebut, yang
dilaksanakan secara sistematis, objektif dan berkelanjutan

 Standar I: Pengkajian Keperawatan


Perawat mengumpulkan data tentangstatus kesehatan klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkatdanberkesinambungan.

Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang
( pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan
klien lainnya ).
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,
rekam medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
d) Respon terhadap alergi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko – resiko tinggi masalah

 Standar II: Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E),
dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan
data terbaru.

 Standar III: Perencanaan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

 Standar IV: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di


identifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan
status kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dibawah tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
untuk mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai
konsep, ketrampilan asuhan diri serta membantu klien
memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.

 Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.

Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan kearah pencapaian tujuan.
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan.

2.5 Langkah – langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah


Sakit

Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan


beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu (1)
terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada
klien, (2) adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik, (3) kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan lain, dan (4) kemampun dalam memenuhi
kebutuhan klien, serta (5) kegiatan jaminan mutu (quality assurance). Dengan
demikian, upaya pimpinan rumah sakit dan manajerial keperawatan
seyogyanya difokuskan pada kelima komponen kegiatan tersebut yang akan
diuraikan berikut ini.
a. Sikap “caring” perawat
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat
dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada
klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu
berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi
asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs,
1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka
tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan
menggunakan spirit “caring”.
Spirit “caring” seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat
dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spritit “caring” bukan
hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawata yang bersifat
tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya,
setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika
memberikan asuhan kepada klien.
“Caring” merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. “Caring” bukan semata-
mata perilaku. “Caring” adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan (Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik
dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
Prilaku “caring” menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring”
untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Watson menekankan dalam sikap”caring” ini harus tercermin sepuluh
faktor kuratif yaitu:

 Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat


menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu
kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan
diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
 Memberikan kepercayaan - harapan dengan cara memfasilitasi
dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping
itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan
kesehatan.
 Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat
belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien,
sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan
bersikap wajar pada orang lain.
 Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan
informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu
turut merasakan apa yang dialami klien.
 Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan
mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
 Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk
pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada
klien.
 Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,
memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal,
dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
 Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual
yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan
internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit
klien.
 Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum
beralih ke tingkat selanjutnya.
 Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah
agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang
diri sendiri.

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat


agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan
keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu,
melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang
terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional
dengan penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan
klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien
dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap
kondisi kesehatannya.

b. Hubungan perawat-klien
Hubungan perawat dan klien adalah suatu bentuk hubungan
terapeutik/profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu
proses pembinaan pemahaman tentang dua pihak yang sedang
berhubungan. Hubungan profesional ini diprakasai oleh perawat melaui
sikap empati dan keinginan berrespon (“sense of responsiveness”)
serta keinginan menolong klien (“sense of caring”).
Menurut Peplau, dalam membina hubungan profesional ini,
kedua pihak seyogyanya harus melewati beberapa tahapan (Marriner-
Tomey, 1994) yaitu :
1. tahap orientasi
2. tahap identifikasi
3. tahap eksploitasi
4. tahap resolusi.

Pada tahap orientasi, setelah saling memperkenalkan diri,


perawat berupaya menolong klien mengidentifikasi maslah yang
sedang dihadapi klien. Penjelasan, penekanan perlu dikemukakan oleh
perawat agar klien menyakini masalah atau beberapa masalah yang
perlu diatasi. Tahap identifikasi terjadi ketika klien mampu mampu
mengidentifikasi sesorang atau beberapa orang yang dapat
menolongnya. Pada tahap ini perawat memberi kesempatan klien
untuk mengkaji lebih jauh perasaan tentang diri, penyakit, dan
kemampuan yang dimilikinya.
Tujuannnya adalah agara perawat dapat membimbing klien
periode penyakitnya sebagai pengalaman yang memungkinkan klien
mengenali kembali perasaan dan kekuatan internal yang pernah
dimiliki sehingga dapat memberikan kepuasan yang diperlukan klien.
Tahap eksploitasi terjadi ketika klien mampu menguraikan nilai
dan penghargaan yang dia peroleh dari hubungan profesional dari
hubungan profesional antara perawat dan dirinya. Beberapa tujuan
baru yang perlu dicapai melalui upaya diri klien dapat dikemukakan
oleh perawat, dan kekuatan akan dialihkan oleh perawata kepada klien
apabila klien mengalami hambatan akibat ia tidak mampu mencapai
tujuan baru tersebut.
Tahap akhir dari hubungan profesional perawat - klien adalah
tahap resolusi ditandai dengan tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan dan tidak lagi menjadi prioritas kegiatan klien. Pada tahap
ini klien membebaskan diri dari keterkaitannya dengan perawat dan
menunjukkan kemampuannya untuk bertanggung jawab terhadap
kesehatan dirinya. Keempat tahapan dalam hubungaan profesional ini
dapat terjadi tumpang tindih antara satu tahapan dengan tahapan
berikutnya.
Dalam membina hubungan profesional, asuhan keperawatan
juga merupakan media edukatif dimana suatu kekuatan internal yang
kokoh dari seseorang perawat dapat mempengaruhi klein untuk
meningkatkan perilaku dan kepribadian klein selama sakit ke arah
kehidupan yang kreatif, konstruktif, dan produktif. Bberapa peran perlu
diemban opelh perawat ketika menjalankan dan membina hubungan
profesional yaitu :
1. peran sebagai orang asing (“starnger”),
2. narasumber (“resource person”),
3. pendidik (‘teacingrole”),
4. pemimpin (“leadersip role”),
5. peran pengganti (“surrogate role”)
(Marriner-Tomey, 1994).
Keberhasilahn hubungan profesional/terapeutik anatara perawat
dan klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang
diharapkan. Disamping itu, hubungan profesional yang baik anatara
perawat-klien dapat menghindari, memprediksi, dan mengantisipasi
berbagai penyulit yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai
peran diatas seyogyanya menjadi fokus perhatian perawat ketika
menolong klien melewati tahapan dlam hubungan profesionalnya
dengan perawat (Nurachah, 2000).

c. Kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien


Asuhan keperawatan bermutu marupakan rangkaian kegiatan
keperawatan yang diorientasi pada klein. Asuhan keperawatan
bermutu yang diberikan kepada klien dipengaruhi oleh kemampuan
perawat dalam berrespon terhadap keluhan dan masalah klien serta
upaya memenuhi kebuutuhan klien. Hendreson menetapkan 14
kebutuhan klien yang seyogyanya dapat dipenihi oleh perawat
(Marriner-Tomey, 1994). Namun, karena masalah klien sangat unik
dan kebutuhannya sangat individual maka perawat senatiasa harus
meningkatkan diri agar selalu memiliki kemapuan dan pengetahuan
yang diperlukan dalam membantu klien menyelesaikan masalahnya.

2.6 Cangkupan Standar Asuhan Keperawatan

Sepuluh Standar Asuhan keperawatan ( ANA,

1973 ) Perawat mempunyai tanggung jawab untuk :

a. Memberikan pelayanan dengan menghargai klien sebagai makluhk


hidup.
b. Melindungi hak ( privasi ) klien.
c. Mempertahankan kopetensi dalam Asuhan Keperawatan dan
mengenal klien serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap
intervensinya.
d. Melindungi klien jika intervensi dan keselamatannya terancam yang
diakibatkan oleh orang lain yang tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Menggunakan kemamopuan individu sebagai kriteria untuk menerima
tanggung jawab.
f. Partisipasi dalam kegiatan riset jika hak responden dilindungi.
g. Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan
standar peratik atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
h. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatan ( tenaga
perawat ) dengan partisipasi dalam kegiatan profesi.
i. Mempromosikan kesehatan melalui kerja sama dengan masyarakat
dan profesi kesehatan lainnya.
j. Menolak memberikan persetujuan untuk promosi menjual produk
komersial, pelayanan atau hiburan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang nyata
yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok ataupun
komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu ukuran
untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar keperawatan
dapat dibedakan atas dua jenis yaitu standar asuhan dan standar praktek.
Profesi keperawatan harus mulai menata diri dengan membuat standar untuk berbagai
keperluan seperti pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan
akan diterima dan dipercaya oleh komsumen bila mutu pelayananya terjamin melalui
standar yang baku dan selalu ditinggkatkan dari waktu-ke waktu.

3.2 Saran

1. Bagi Perawat.
Bagi seorang perawat standar praktek keperawatan ini akan digunakan sebagai
pedoman dalam hal membimbing perawat dalam penentuan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan teradap pasien dan juga perlindungan dari
kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan juga benar.
2. Bagi Rumah Sakit.
Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini tentunya akan
meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan keperawatan dan ini
akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di rumah sakit.
3. Bagi Pasien.
Dengan perawatan yang tidak memakan waktu yang lama maka biaya perawatan
serta pengobatan yang ditanggung pasien dan keluarganya akan menjadi
semakin ringan.
4. Bagi Profesi.
Standar ini digunakan sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai
tolak ukur untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar ini digunakan
sebagai alat pengontrolnya.
5. Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya.
Dapat digunakan untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga
dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik dalam menjalankan
pekerjaan sesuai profesinya dan meningkatkan pelayanan tentunya
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan


Latihan. EGC:Jakarta.

American Nursing Association. 1980. Nursing a Social Policy Statement.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. PERMENKES Nomor. 47.


Registrasi dan Peratik Keperawatan. Jakarta.

. 1992. Undang – udang Kesehatan Nomor. 23 tentang Kesehatan. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan.


Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/89804551/7/standar-I-Pengkajian-keperawatan

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/08/standar-asuhan keperawatan.html

http://ichal-apriantoblogspot.blogspot.com/2011/05/standar-asuhan-
keperawatan.html

http://bidaninfo.wordpress.com/tag/hukum-kesehatan/

http://www.scribd.com/doc/78390643/Buku-Standar-Asuhan-Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai