BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang
nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi,
mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karEna itu bermain merupakan stimulasi
untuk tumbuh kembang anak.
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu
anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan
serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa
kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain
(Elizabeth B Hurlock, 1999: 121). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting
yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan
yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal
yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi
maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng
berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat
pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong,
1995).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama
hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya
bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta
perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru
pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan (Carson, dkk,
1992: 1139). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya
kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila
tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.
Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik.
Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik,
ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi bermain
di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan
keperawatan dapat menunjang proses penyembuhan.
B. Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Mainan :
Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
Papan jungkat-jungkit
Prosotan dengan tinggi sedang
Ayunan yang dapat diatur
Kendaraan untuk dikendarai
Sepeda roda tiga
Mengarungi kolam
Kereta sorong
Kereta luncur
Wagon
Rollers skates
2. Fungsi bermain
Bermain / aktifitas fisik secara umum berfungsi :
a. Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
b. Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
c. Merangsang perkembangan
d. Mempengaruhi pengetahuan anak
e. Menghibur anak-anak
f. Menghilangkan kebosanan
b. Perkembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
Pengalaman dengan angka
Kesempatan untuk mempraktekkan dan memperluas keterampilan berbahasa
Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi hubungan baru
Membantu anak untuk memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi
dan realita
d. Kreativitas
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
Memungkinkan fantasi dan imajinasi
Mengembangkan minat dan bakat
e. Kesadaran diri
Memudahkan perkembangan identitas diri
Mendorong pengaturan perilaku sendiri
Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri) memberikan
perbandingan antara kemampuan sendiri dengan kemampuan orang lain
Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi
orang lain
f. Nilai Terapeutik
Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk
yang secara sosial dapat diterima
Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut
dan keinginan.
BAB III
TERAPI KREATIVITAS
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan terapi bermain, diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik dan dapat
membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat
hospitalisasi
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi kreatifitas 90% anak-anak diharapkan mampu :
1) Memilih dan menggunting gambar yang telah dipilih
2) Mengoleskan lem pada balik gambar yang telah dipotong
3) Menentukan dan menempel gambar pada tempat yang telah ditentukan.
B. Sasaran
Sasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra-sekolah (4-6 thn) yang dirawat di ruang
perawatan anak (R. Kemuning-RSAM), berjumlah 5 anak dengan kriteria :
1. Tidak bedrest total
2. Tidak kejang
3. Tidak panas/bebas demam
4. Bersedia mengikuti permainan/terapi
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : Ruang perawatan anak, R. Kemuning – RSAM.
Hari/Tgl : Minggu, 19 Agustus 2007
Pukul : 12.30 – 13.30 WIB
D. Setting Tempat
Keterangan :
☺ = Leader
☻ = Co Leader
= Anak-anak
= Fasilitator
☼ = Observer
E. Metode
Metode yang digunakan adalah :
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab
F. Jenis Permainan
Menggunting dan menempel gambar pada tempat yang telah disediakan.
G. Teknis Permainan
1. Leader membuka dan menutup kegiatan terapi kreativitas.
2. Co Leader dibantu oleh fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di
depan anak-anak.
3. Cara bermain :
Gambar dan peralatan menempel dibagikan kepada masing-masing anak.
Lalu anak dibimbing untuk menggunting gambar dan menempelkannya pada gambar yang telah
disediakan.
Jika gambar telah terbentuk kembali anak disuruh mengacungkan jari tanda selesai
Peserta yang dinyatakan menang adalah peserta yang telah menyelesaikan lebih dulu dari peserta
lainnya, dengan hasil yang baik dan benar.
H. Struktur Organisasi
1. Leader : P. Tri Husodo
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi kreativitas, yaitu membuka dan menutup
kegiatan ini.
2. Co Leader : Yeni Dwi Susiyati
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan terapi kreativitas.
3. Fasilitator : Erma Suryani, Lilis Pujiati, Marlia Rantawati, Tri Wijayanto, Suparmi.
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam mengikuti
terapi kreativitas.
4. Observer : Suwoyo
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; terapi kreativitas dan mengamati, mencatat jalannya
terapi kreativitas.
PENUTUP
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan, tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan anak dan merupakan salah satu sarana untuk stimulasi tumbuh kembang anak agar
dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Hasil akhir dari terapi kreativitas (bermain)
yang dilakukan di ruang perawatan anak (R. Kemuning) ini diharapkan dapat meningkatkan daya
kreativitas anak, menurunkan kecemasan, dan anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap
stres karena hospitalisasi, selain itu juga dapat menghilangkan kebosanan dan memberikan
kegembiraan pada anak, dengan demikian proses asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan
baik.
Diposkan oleh Sulanty Balla"Ners"
Proposal Terapi Bermain pada Anak Prasekolah (3-5 tahun)
A.Topik
Terapi bermain pada “anak usia prasekolah 3-5 tahun” diruang Anggrek RSAB Harapan
Kita
B. Tujuan Umum :
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan sensoris motorik
C. Kriteria Evaluasi :
Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya
Anak dapat mengembangkan hubungan social dan belajar memecakan masalah dari hubungan
tersebut
Anak dapat belajar dan mencoba untuk merealiasikan ide idenya
Anak mampu mengatur dalam tingkah lakunya, misalkan jika anak mengambil mainan temannya
sehingga temannya menangis anak akan belajar mengembangkan diri bahwa prilakunya
menyakiti teman
Anak dapat mmpelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua dan guru
Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya(distruksi dan relaksasi)
Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran perasaan melalui permainan yang telah dilakukan
D. Struktur Terapis :
Leader:
Budi Utomo
Co leader:
Elisabet Jelita
Fasilitasilitator:
Ayu Wandira
Observer:
Paulus Remedan
E. Landasan teori
Bermain sama juga bekerja pada orang dewasa dan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efekif untuk menurunkan stress pada anak
dan penting unuk kesejahteraan mental dan emosional(champbell dan glasser 1995).
Bermain bukan sekedar mengisi waktu tapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri minatnya, cara menyelesaikan tugas tugasnya dalam bermain (Soetjiningsing 1995).
H. Alat Bantu
Balok warna-warni
Buku gambar
Pensil warna warni
Bola
I. Proses Seleksi
Proses seleksi untuk menentukan jenis permainan berdasarkan umur pasien yaitu pada
usia 3-5 tahun.
L. Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga
a. Menyiapkan ruangan. siap
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan keluarga
2 Proses :
Membuka proses terapi bermain 2 menit Menjawab salam,
dengan mengucapkan salam, Memperkenalkan diri,
memperkenalkan diri.
Menjelaskan pada anak dan keluarga 5 menit Memperhatikan
tentang tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara permainan.
Mengajak anak bermain .
10 menit Bermain bersama dengan antusias
Mengevaluasi respon anak dan dan mengungkapkan perasaannya
keluarga. 3 menit
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan menawab
Menyimpulkan, mengucapkan salam salam
M. Proses Evaluasi
Anak terlibat dan aktif dalam terapi bermain
Anak mengikuti terapi bermain sampai selesai
Anak mau berinteraksi dengan anak lain dan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan melalui permainan yang telah dilakukan