Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


COVID 19”

Disusun Oleh :
Mas Ayu Octin Mega Wati
145 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang

tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien

dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus.1 Pada awalnya data epidemiologi

menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di

Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok.2 Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan

adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus

(2019-nCoV).2 Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus

baru tersebut Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama

penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).3 Pada mulanya transmisi virus ini

belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus

bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh

salah satu pasien.4 Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”.4,5 Akhirnya

dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia.6 Sampai

saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.

Saat ini sebanyak 29 negara mengonfirmasi terdapatnya kecurigaan serta terkonfirmasi

kasus COVID-19. Per-tanggal 13 Februari 2020, berdasarkan data terakhir website oleh Center

for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas John Hopkins yang diperbaharui

berkala, data terakhir menunjukkan total kasus lebih dari 60.331 pasien, dengan total kematian

lebih dari 1.369 pasien dan perbaikan lebih dari 6.061 pasien.7 Saat ini data terus berubah seiring

dengan waktu. Banyak kota di Tiongkok dilakukan karantina. Kasuskasus yang ditemukan diluar
Tiongkok sampai tanggal 12 Februari 2020 tercatat ada di 28 negara diantaranya: Amerika,

Thailand, Hong Kong, Prancis, Malaysia, Singapura, Taiwan, Macau, Jepang, Korea Selatan,

Vietnam, Australia, Nepal dan lainnya.8,9 Kasus-kasus yang ditemukan di berbagai negara

tersebut sebagian besar memiliki riwayat bepergian ke Wuhan atau berkontak dengan kasus

confirmed yang memiliki riwayat bepergian ke Wuhan.9 Empat kasus di Singapura merupakan

seorang laki-laki 36 tahun, warga negara Tiongkok Bersama keluarganya datang pada 22 januari

dengan tanpa gejala kemudian hari berikutnya. mengeluh batuk dan dikonfirmasi COVID-19

pada tanggal 25 Januari 2020.10 Laporan terbaru per tanggal 9 Februari 2020 sudah terdapat 43

kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19 di Singapura. Beberapa diantaranya dilaporkan tidak

memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok

Berdasarkan data sampai dengan 12 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia

2,1% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini

diprovinsi lain di Tiongkok adalah 0,16%. Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di

Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU).2 Kasus

kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien

lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver.

Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian yang pertama kali.

Tahun 2002 severe acute respiratory syndrome (SARS) disebakan oleh SARS-coronavirus

(SARS-CoV) dan penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan

oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (1000-an

kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan MERS

lebih tinggi yaitu sekitar 40%


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.

Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua

subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus

yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik

dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak

bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang.12 Struktur

coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus.

Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan

struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya

virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh

desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol,

asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin

tidak efektif dalam menonaktifkan virus.


B. Gejala Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis

utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat

disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala

saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat

perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit

dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa

pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien

memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut

sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak

spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri

tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan

bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi

gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak

disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak

memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda

pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa

adanya tanda pneumonia berat.

Definisi takipnea pada anak:

 < 2 bulan : ≥ 60x/menit

 2-11 bulan : ≥ 50x/menit

 1-5 tahun : ≥ 40x/menit

c. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa

● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas

● Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress

pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien.

Pada pasien anak-anak:

● Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:

- Sianosis central atau SpO2

- Distress napas berat (retraksi dada berat)

- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi atau

penurunan kesadaran; atau kejang)

Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan dengan diagnosis

klinis, yang mungkin didapatkan hasil penunjang yang tidak menunjukkan

komplikasi.

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui

kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.


Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen

inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.

e. Sepsis

Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi

atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ

perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen

rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral

dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium

koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia

f. Syok Septik

Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat

sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan

serum laktat > 2 mmol/L.

Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil

5 atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti

dengan 2-3 kondisi berikut :

 Perubahan status mental

 Bradikardia atau takikardia

o Pada balita: frekuensi nadi 160x/menit

o Pada anak-anak: frekuensi nadi 150x/menit

Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan

bounding pulse

 Takipnea
 Kulit mottled atau petekia atau purpura

 Peningkatan laktat

 Oliguria

 Hipertemia atau hipotermia

C. Patofisiologi

Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi

manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat

betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated

coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus

(SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab

kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E

dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi

mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut

laringotrakeitis.

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan gejala

klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau MERS

serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus biasanya

sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor iklim dan

pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak perjalanan atau

perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai

suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi.

Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus jenis baru

dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal, bergantung paparan
jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu, dapat

menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang

dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit

dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan

sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-

infeksi

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa

hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai

tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein

S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies

host-nya serta penentu tropisnya.5 Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan

reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat

ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus

besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel

enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk

selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan

transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks

replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi

di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke

saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan

virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah

penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari
Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti

dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem imun berperan

penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar,

makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal

tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua,

organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru.

Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit

sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya.

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:

1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada pencitraan dapat

menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau

nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil

dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian

berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru.

Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi

pleura (jarang)

2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

o Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)

o Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan

endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)

Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia).

Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika


mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau

rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau

hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau

sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi

diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi

dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah jika langsung tersedia

seperti pasien dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan

risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat

diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan

pemeriksaan serologi. Pada kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi

pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens

dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua

sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan

untuk keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil

sesering mungkin yaitu harian.

3. Bronkoskopi

4. Pungsi pleura sesuai kondisi

5. Pemeriksaan kimia darah

o Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung

jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.

o Analisis gas darah

o Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)

o Fungsi ginjal
o Gula darah sewaktu

o Elektrolit

o Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer meningkat

o Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)

o Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)

6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan

bronkus, cairan pleura) dan darah Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya

sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu

hasil kultur darah)

7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)

E. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam,

batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak. Tapi perlu dicatat

bahwa demam dapat tidak didapatkan pada beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri

atau pada mereka dengan imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala,

nyeri otot, lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda dan

gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory Infection-SARI).

Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan

batuk dengan onset dalam 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak

adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi virus. Sindrom gejala klinis yang muncul

beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya

manifestasi klinis.

o Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran

o Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan darah

normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat normal atau

turun.

o Dapat disertai retraksi otot pernapasan

o Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan dinamis,

fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas bronkovesikuler

atau bronkial dan ronki kasar

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan masalah Covid 19:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan yang

ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis,

suara nafas tambahan (ronchi).

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang

ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan

cuping hidung.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kalpier

yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan

diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan,membran

mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam perawatan.


e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan,

ketidaknyamanan setelah beraktifitas

f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan yang

ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita

pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara

pencegahannya.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


a. Ketidakefektifan NOC : Manajemen jalan nafas :

bersihan jalan nafas Status pernafasan : Kepatenan 1. Monitor status pernafasan dan

b.d mukus berlebihan jalan nafas respirasi sebagaimana mestinya

Definisi : saluran 2. Posisikan pasien semi fowler, atau

trakeobronkial yang terbuka posisi fowler

dan lancar untuk pertukaran 3. Observasi kecepatan,irama,ked

udara Setelah dilakukan alaman dankesulitan bernafas

tindakan keperawatan selama 4. Auskultasi suara nafas

3x24 jam pasien dapat 5. lakukan fisioterapi dada sebagaimana

meningkatkan status mestinya

pernafasan yang adekuat 6. Kolaborasi pemberian O2 sesuai

meningkat dari skala 2 (cukup) instruksi

menjadi skala 4 (ringan) 7. Ajarkan melakukan batuk efektif

dengan kriteria hasil : 8. Ajarkan pasien dan keluarga

mengenai penggunaan perangkat


oksigen yang memudahkan mobilitas

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1. Frekuensi pernafasan

normal (30-50x/menit)

2. Irama pernafasan

normal (teratur)

3. Kemampuan untuk

mengeluarkan secret

(pasien dapat

melakukan batuk

efektif jika

memungkinkan)

4. Tidak ada suara nafas

tambahan (seperti ;

Ronchi,wezing,mengi)

5. Tidak ada penggunaan

otot bantu napas (tidak

adanya retraksi dinding

dada)

6. Tidak ada batuk


Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
b. Ketidakefektifan NOC : Airway Management

pola nafas Respiratory status : Ventilation


1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
Respiratory status : Airway
chin lift atau jaw thrust bila perlu
patency  Vital sign Status
2. Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan
3. Identifikasi pasien perlunya
batuk efektif dan suara
pemasangan alat jalan nafas buatan
nafas yang bersih, tidak
4. Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dyspneu (mampu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
mengeluarkan sputum,
suction
mampu bernafas
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
dengan mudah, tidak
suara tambahan
ada pursed lips)
8. Lakukan suction pada mayo
2. Menunjukkan jalan
9. Berikan bronkodilator bila perlu
nafas yang paten (klien
10. Berikan pelembab udara Kassa
tidak merasa tercekik,
basah NaCl Lembab
irama nafas, frekuensi
11. Atur intake untuk cairan
pernafasan dalam
mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal, tidak
ada suara nafas 12. Monitor respirasi dan status O2

abnormal)

3. Tanda Tanda vital Terapi Oksigen

dalam rentang normal 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret

(tekanan darah, nadi, trakea

pernafasan) 2. Pertahankan jalan nafas yang paten

3. Atur peralatan oksigenasi

4. Monitor aliran oksigen

5. Pertahankan posisi pasien

6. Onservasi adanya tanda tanda

hipoventilasi

7. Monitor adanya kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan

dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas


6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

8. Monitor suara paru

9. Monitor pola pernapasan abnormal

10. Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


c. Gangguan   Respiratory Status : Gas Airway Management

pertukaran gas exchange 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik

   Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu

ventilation 2. Posisikan pasien untuk

Vital Sign Status


  memaksimalkan ventilasi

Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya

1. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas

peningkatan ventilasi dan buatan

oksigenasi yang adekuat 4. Pasang mayo bila perlu


2. Memelihara kebersihan 5. Lakukan fisioterapi dada jika

paru paru dan bebas dari perlu

tanda tanda distress 6. Keluarkan sekret dengan batuk

pernafasan atau suction

3. Mendemonstrasikan 7. Auskultasi suara nafas, catat

batuk efektif dan suara adanya suara tambahan

nafas yang bersih, tidak 8. Lakukan suction pada mayo

ada sianosis dan dyspneu 9. Berika bronkodilator bial perlu

(mampu mengeluarkan 10. Barikan pelembab udara

sputum, mampu bernafas 11. Atur intake untuk cairan

dengan mudah, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.

pursed lips) 12. Monitor respirasi dan status O2

4.  Tanda tanda vital dalam

rentang normal Respiratory Monitoring

1. Monitor rata – rata, kedalaman,

irama dan usaha respirasi

2. Catat pergerakan dada,amati

kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan intercostal

3. Monitor suara nafas, seperti

dengkur

4. Monitor pola nafas : bradipena,


takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

5. Catat lokasi trakea

6. Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan paradoksis)

7. Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan / tidak adanya ventilasi

dan suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction

dengan mengauskultasi crakles

dan ronkhi pada jalan napas

utama

9. auskultasi suara paru setelah

tindakan untuk mengetahui

hasilnya

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


  
d. Ketidakseimbangan Nutrition Management
   Nutritional Status : food and
nutrisi kurang dari 1. Kaji adanya alergi makanan
Fluid Intake
kebutuhan tubuh 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
   Nutritional Status : nutrient
menentukan jumlah kalori dan
Intake
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Weight control
  3. Anjurkan pasien untuk

Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe

1. Mengerti factor yang 4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan berat badan meningkatkan protein dan vitamin

2. Mengidentfifikasi tingkah C

laku dibawah kontrol klien 5. Berikan substansi gula

3. Memodifikasi diet dalam 6. Yakinkan diet yang dimakan

waktu yang lama untuk mengandung tinggi serat untuk

mengontrol berat badan mencegah konstipasi

4. Penurunan berat badan 1-2 7. Berikan makanan yang terpilih

pounds/mgg ( sudah dikonsultasikan dengan

5. Menggunakan energy ahli gizi)

untuk aktivitas sehari hari 8. Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal


2. Monitor adanya penurunan berat

badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan

5. Monitor lingkungan selama

makan

6. Jadwalkan pengobatan  dan

tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut

kusam, dan mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva


15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16. Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

17. Catat jika lidah berwarna

magenta, scarlet

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


e. Intoleransi aktifitas Energy conservation Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan
Self Care : ADLs
klien dalam melakukan aktivitas
Kriteria Hasil :
2. Dorong anal untuk
1. Berpartisipasi dalam
mengungkapkan perasaan terhadap
aktivitas fisik tanpa disertai
keterbatasan
peningkatan tekanan darah,
3. Kaji adanya factor yang
nadi dan RR
menyebabkan kelelahan
2. Mampu melakukan
4. Monitor nutrisi  dan sumber energi
aktivitas sehari hari
tangadekuat
(ADLs) secara mandiri
5. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

6. Monitor respon kardivaskuler 

terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi

yang tepat.

2. Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi

roda, krek

6. Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai


7. Bantu klien untuk membuat

jadwal latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri

dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

Diagnosa keperawatan TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


f. Defisiensi Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process

pengetahuan Kowledge : health Behavior 1.     Berikan penilaian tentang tingkat

Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang

1. Pasien dan keluarga proses penyakit yang spesifik

menyatakan pemahaman 2.  Jelaskan


    patofisiologi dari

tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini

prognosis dan program berhubungan dengan anatomi dan

pengobatan fisiologi, dengan cara yang tepat.

2. Pasien dan keluarga 3.     Gambarkan tanda dan gejala yang


mampu melaksanakan biasa muncul pada penyakit,

prosedur yang dijelaskan dengan cara yang tepat

secara benar 4.     Gambarkan proses penyakit,

3. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat

mampu menjelaskan 5.     Identifikasi kemungkinan

kembali apa yang penyebab, dengna cara yang tepat

dijelaskan perawat/tim 6.     Sediakan informasi pada pasien

kesehatan lainnya tentang kondisi, dengan cara yang

tepat

7.     Hindari harapan yang kosong

8.     Sediakan bagi keluarga informasi

tentang kemajuan pasien dengan

cara yang tepat

9.     Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa

yang akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

10.  Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

11.   Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau mendapatkan

second opinion dengan cara yang


tepat atau diindikasikan

12.   Eksplorasi kemungkinan sumber

atau dukungan, dengan cara yang

tepat

13.   Rujuk pasien pada grup atau

agensi di komunitas lokal, dengan

cara yang tepat

14.   Instruksikan pasien mengenai

tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara

yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21, 2020.

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical features of patients

infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.

WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov on 11 February

2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:


https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remarks-at-the-media-

briefing-on-2019-ncov-on-11-february2020. (Feb 12th 2020)

Channel News Asia. Wuhan virus outbreak: 15 medical workers infected, 1 in critical

condition. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available

on:https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia-outbreak-health-

workers-coronavirus-12294212 (Jan 21st 2020).

Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention.

Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.

Anda mungkin juga menyukai