123-Article Text-457-2-10-20191025 PDF
123-Article Text-457-2-10-20191025 PDF
ABSTRACT
Recently, trade liberalization issue particularly in agriculture sector has become the
main issue in Doha Development Agenda-WTO. Trade liberalization in agriculture
sector affected trade flow of primary agriculture products in global market particularly
from developing countries to developed countries. This study analyzes the impact
of trade liberalization in agriculture sector on macro and economic sectors of
Indonesia, using general equilibrium economic model approach by employing GTAP
model. It uses the data from the GTAP Version7. The main results show that trade
liberalization in agriculture sector benefited developed countries such as the United
States of America, Rusia, and European Union. On the other hand, some developing
countries such as Pakistan, Bangladesh, and Indonesia were negatively affected.
Furthermore, trade liberalization in agriculture sector reduced output of agriculture
sector in Indonesia. Nevertheless, the output of manufacturing sector increased
because of reallocation of input factor from agriculture to manufacturing.
1 Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian IPB; dan Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan
Luar Negeri, BPPKP-Kementerian Perdagangan Jl MI Ridwan Rais No. 5 Jakarta. E-mail: kasan.muhri@
kemendag.go.id atau kasan_007@yahoo.com; Fax : 021-23528693
20,0
Indonesia
10,0
0,0
1961
1962
1969
1970
1971
1978
1979
1980
1988
1989
1997
1998
1999
2006
2007
2008
1963
1964
1965
1966
1967
1968
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Miliar US$
-10,0
-20,0
-30,0
-40,0
Dunia
-50,0
Sumber: FAO
124 Neraca Perdagangan Gandum, Beras dan Jagung Dunia dan Indonesia
- Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011
1.000.000
0
-30,0
-40,0
Dunia
-50,0
Gambar 2. Neraca Perdagangan Beras, Gandum, dan Jagung Dunia
dan Indonesia, 1961-2008
1.000.000
-1.000.000
-2.000.000
Ribu US$
-3.000.000
-4.000.000
Neraca Gandum Dunia Neraca Beras Dunia
-5.000.000 Neraca Jagung Dunia Neraca Gandum Indonesia
Neraca Beras Indonesia Neraca Jagung Indonesia
-6.000.000
1961 1966 1971 1976 1981 1986 1991 1996 2001 2006
Sumber: FAO
Meskipun secara agregat neraca global yang bebas dan adil, dimana
perdagangan produk pertanian Indonesia tujuan jangka panjang dari WTO adalah
masih mencatat surplus selama 1961- meliberalkan perdagangan dunia melalui
2008, ternyata untuk tiga komoditi 3 pilar, yaitu perluasan akses pasar
pangan yaitu beras, gandum dan jagung, (market access), pengurangan dukungan
Indonesia mencatat defisit sebagaimana domestik (domestic support) yang dapat
yang terjadi di dunia (Gambar 2). Untuk mendistorsi pasar, dan pengurangan
ketiga produk pertanian tersebut, defisit subsidi ekspor (export subsidy). Tujuan
neraca perdagangan Indonesia lebih ini seharusnya mendatangkan manfaat
tinggi dibandingkan defisit neraca bersama bagi seluruh negara di
perdagangan dunia. Hal ini disebabkan dunia. Namun faktanya, perdagangan
oleh relatif tingginya konsumsi per kapita internasional dan hasil perundingan
Indonesia terutama beras dan gandum sektor pertanian di WTO lebih banyak
sehingga meskipun Indonesia mampu merugikan negara-negara sedang
memproduksi beras dalam jumlah yang berkembang (Suryana, 2004).
cukup besar, tetapi produksi tersebut Faktor-faktor yang menyebabkan
belum dapat mencukupi seluruh tidak tercapainya tujuan untuk
kebutuhan dalam negeri. menciptakan sistem perdagangan sektor
Kinerja perdagangan komoditas pertanian yang adil dan berorientasi
pertanian baik dalam skala nasional pasar antara lain:
maupun global juga dipengaruhi oleh 1. Negara-negara maju masih
adanya liberalisasi sektor pertanian yang tetap mempertahankan, bahkan
disepakati oleh berbagai negara dalam meningkatkan dukungan domestik
kerangka multilateral, regional maupun melalui subsidi kepada petaninya,
bilateral. Dalam kerangka multilateral, terutama produsen pangan dan
Indonesia sebagai anggota WTO peternakan (Suryana, 2004).
mendukung kebijakan perdagangan Data OECD (2002) yang dikutip
titik E, tetapi ditarik dari garis sumbu tersebut yaitu ditunjukkan pada Pb=1
O, sedangkan sisanya yaitu masing- yang merupakan perpotongan kurva
masing sebanyak 60 unit X dan 60 unit Y penawaran kedua Negara tersebut
akan diperdagangkan dengan Negara 2, sebagaimana ditunjukkan pada titik E*.
yang berarti Negara 1 akan mengekspor Harga relative kedua barang yaitu X dan
barang X dan mengimpor barang Y. Y terjadi dalam kondisi keseimbangan
Sementara itu, dengan cara pada tingkat harga Pb =1, sehingga
yang sama, maka untuk Negara 2 akan harga tersebut yang selanjutnya berlaku
memproduksi barang X dan Y masing- dalam transaksi perdagangan di pasar
masing sebanyak 40 dan 120 yang domestik bagi masing-masing Negara.
ditunjukkan pada titik E’ yang juga identik Dengan demikian dapat disimpulkan
dengan titik E*. Sedangkan konsumsinya bahwa transaksi perdagangan akan
masing-masing sebanyak 100 X dan didasarkan pada harga relative yang
60Y yang juga ditunjukkan pada titik sama bagi produsen, konsumen, dan
E’, tetapi ditarik terhadap garis sumbu pedagang di kedua Negara tersebut.
O, sehingga sisanya yaitu masing- Sebagaimana digambarkan pada grafik,
masing sebanyak 60 X akan diimpor titik E milik Negara 1 yang terletak pada
dari Negara 1 dan sebanyak 60 Y akan kurva indeferen III akan mencerminkan
diekspor ke Negara 1. Jumlah barang X jumlah tingkat konsumsi Negara tersebut
dan Y tersebut adalah yang kemudian diukur dari pusat sumbu atau titik 0,
diperdagangkan oleh kedua Negara. sementara untuk titik E yang sama akan
Perdagangan internasional mengukur jumlah produksi barang X dan
antara kedua Negara akan mencapai Y Negara 1 tetapi ditarik dari titik E’.
keseimbangan apabila kedua Negara Dengan mengacu pada
memperdagangkan masing-masing penjelasan tersebut diatas, maka
sebanyak 60X dan 60Y yang didasarkan secara teori perdagangan bebas akan
pada harga relative kedua barang memberikan manfaat yang maksimal
2 EU-25 mencakup : Austria, Belgium, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia, Finland, France, Greece,
Hungary, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Netherlands, Poland, Portugal, Sweden, United
Kingdom, Germany, France, Switzerland, Norway
3 Konsumsi dalam ukuran absolut yang dinilai dalam jumlah atau volume produk pertanian yang dikonsumsi
misalnya kg/per kapita bukan dalam bentuk nilai (US$).
Keterangan:
Sim 2: Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 70 Persen
untuk Negara Maju dan 36 Persen untuk Negara Berkembang
Sim 3: Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 100 Persen
untuk Negara Maju dan Negara Berkembang
4 Minyak dan lemak mencakup vegetable oils: crude and refined oils of soya-bean, maize (corn),olive, sesame,
ground-nut, olive, sunflower-seed, safflower, cotton-seed, rape, colza and canola, mustard, coconut palm,
palm kernel, castor, tung jojoba, babassu and linseed, perhaps partly or wholly hydrogenated,inter-esterified,
re-esterified or elaidinised. Termasuk juga dalam kategori ini margarine and similar preparations, animal or
vegetable waxes, fats and oils and their fractions, cotton linters, oil-cake and other solid residues resulting
from the extraction of vegetable fats or oils; flours and meals of oil seeds or oleaginous fruits, except those of
mustard; degras and other residues resulting from the treatment of fatty substances or animal or vegetable
waxes.
Keterangan:
Sim 2: Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 70 Persen
untuk Negara Maju dan 36 Persen untuk Negara Berkembang
Sim 3: Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 100 Persen
untuk Negara Maju dan Negara Berkembang
Keterangan:
Sim 2 : Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 70
Persen untuk Negara Maju dan 36 Persen untuk Negara Berkembang
Sim 3 : Skenario Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditas Pertanian sebesar 100
Persen untuk Negara Maju dan Negara Berkembang
UnSkLab: Unskilled Labor; SkLab: Skilled Labor