Anda di halaman 1dari 7

MASIH BANYAKNYA KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM YANG BELUM

TERSELESAIKAN

“TRAGEDI PENEMBAKAN MAHASISWA TRISAKTI 1998”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “TRAGEDI PENEMBAKAN MAHASISWA TRISAKTI 1998”
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran
agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis
sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan Pancasila
dan kewarganegaraan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya
perbaiki. Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
HAM atau sering disebut hak asasi manusia yang telah melekat pada diri setiap manusia dari
sejak awal dilahirkan, dan berlaku selama manusia itu hidup serta tak bisa diganggu gugat oleh
siapapun. Melanggar hak asasi manusia termasuk suatu hal yang bertentangan dengan hukum
yang berlaku di Indonesia, karena telah kita ketahui bahwa hak asasi manusia yang dianut di
Indonesia berdasarkan asas Pancasila. Hak Asasi Manusia sangatlah dilindungi dan dijunjung
tinggi di negara kita serta memiliki badan (lembaga) untuk melindungi dan mengurus
permasalahan HAM yang ada. Maka dari itu setiap warga negara yang baik pastinya harus
menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri hak asasi manusia sendiri mempunyai wadah
yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu disebut dengan Komnas HAM.

Namun, kita bisa melihat bahwa banyak orang yang tidak mempraktekkan HAM  dalam
kehidupan sehari-harinya. Kita masih bisa melihat belakangan ini banyak terjadi persilisihan dan
penyimpangan dan hal tersebut bisa merujuk kepada konflik dan perpecahan. Tapi diluar semua
kejadian tersebut sadarkah manusia bahwa mereka memiliki hak mutlak yang melekat pada diri
mereka? Karna setiap manusia memiliki Hak Asasi Manusia. Meskipun begitu, masih banyak
kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang belum terselesaikan dan masih menjadi tanda tanya
sehingga perlu adanya keterbukaan serta kecepatan dalam mengungkap suatu kasus.

Contoh kasus yang belum terungkap yaitu Tragedi Penembakan Mahasiswa Trisakti tahun 1998.
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa
pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka. Tragedi ini
merupakan bentuk perlawanan mahasiswa terhadap pemerintah Orde Baru. Demonstrasi
mahasiswa Universitas Trisakti merupakan aksi mahasiswa yang menuntut perubahan sejak awal
1998. Aksi ini semakin berani sejak Soeharto diangkat kembali menjadi presiden untuk ketujuh
kalinya dalam sidang MPR 10 Maret 1998. Setelah Soeharto kembali, para mahasiswapun mulai
melakukan aksi demonstrasi di luar gedung kampus. . Universitas Trisakti menjadi titik temu dan
berkumpulnya para mahasiswa, karena yang letaknya strategis bisa dibilang karena jaraknya yang
tidak jauh dari gedung DPR/MPR RI.
Kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami ketidak stabilan pada tahun 1998 dipengaruhi krisis
keuangan Asia sejak 1997 – 1999 dan menjadi penyebab tragedi Trisakti karena banyak rakyat
yang sengsara sehingga mahasiswa pun bergerak. Saat itu banyak mahasiswa melakukan
demonstrasi besar – besaran ke Gedung Nusantara termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mahasiswa dari Trisakti pada awalnya dianggap sebagai kampus elit dan tidak akan ikut
berdemo untuk memprotes berbagai penyimpangan pada masa orde baru. Demonstrasi ini
bertujuan untuk menuntut dilakukannya pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk
mengatasi masalah krisis yang terjadi di Indonesia. Mereka melakukan aksi damai dari kampus
trisakti menuju Gedung DPR/MPR pada pukul 12.30 WIB. Namun aksi mereka dihambat oleh
blokade dari Porli-TNI yang telah siap mengamankan tepat di depan kantor Walikota Jakarta
Barat yang berjarak 300 meter dari Universitas Trisakti. Beberapa mahasiswa ada yang mencoba
untuk bernegosiasi dengan pihak aparat. Aksi pun berjalan hingga pukul 17.15 WIB. Ketika para
mahasiswa sudah siap membubarkan diri, letusan senjata api justru terdengar dari arah aparat
keamanan yang berjaga. Penembakan itu menjadi awal dari penyebab tragedi Trisakti  yang
memakan korban mahasiswa. Seketika itu juga suasana berubah menjadi panik dan para
mahasiswa lari menyelamatkan diri ke arah kampus. Dalam berbagai dokumentasi, terlihat
tembakan berasal dari atas jembatan layang Grogol dan juga dari atas jembatan penyebrangan.
Aparat keamanan justru mulai bersikap agresif. Mereka mulai memukuli dan mengejar para
mahasiswa yang sudah mundur ke arah kampus, sehingga mahasiswa mulai melawan dengan
melempari aparat dengan batu dan benda apapun di sekitar mereka. Pada saat inilah keempat
mahasiswa tewas. Korban tragedi Trisakti 98 yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978 –
1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Heri Hertanto (1977 – 1998) dari Fakultas
Teknologi Industri, Hafidin Royan (1996 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
jurusan Teknik Sipil, dan Hendriawan Sie (1975 – 1998) dari Fakultas Ekonomi. Hasil autopsi
mengungkap keempatnya memiliki luka tembak yang sangat mematikan. Ada yang mengalami
luka tembak di dahi yang tembus sampai ke belakang kepala, leher, punggung dan dada.
Keempatnya diketahui telah berada di dalam kampus dan mencari perlindungan ketika
penembakan terjadi. Pada saat itu satuan pengamanan yang berjaga di lokasi adalah Brimob,
Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 202 dan 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,
Pasukan Anti Huru Hara Kodam, juga terdapat Pasukan Bermotor yang melengkapi diri dengan
tameng, gas air mata, Steyr dan SS – 1.

Walaupun pihak aparat keamanan membantah penggunaan peluru tajam yang menjadi penyebab
tragedi Trisakti, tetapi hasil otopsi terhadap korban menunjukkan bahwa peluru tajam adalah
penyebab kematian mereka. Peluru kaliber 5,56 mm yang ditemukan di tubuh Heri Hertanto
biasanya digunakan oleh senjata laras panjang berjenis Steyr atau SS – 1. Senjata jenis ini konon
yang biasa digunakan oleh satuan Brimob atau Kopassus. Begitu juga pernyataan hasil otopsi
yang diungkap oleh Tim Pencari Fakta ABRI, dan uji balistik yang dilakukan di Forensic
Technology Inc di Montreal, Kanada. . Selain itu korban luka juga mencapai puluhan hingga
ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Seluruh korban dilarikan ke
rumah sakit terdekat terutama RS Sumber Waras. Sampai saat ini belum adanya kejelasan siapa
dalang dari penembakan yang menewaskan keempat mahasiswa Universitas Trisakti dan masih
menjadi misteri sampai saat ini. Aparat keamanan pun membantah adanya penggunaan peluru
tajam yang diarahkan kepada mahasiswa. Persidangan terhadap enam terdakwa berapa tahun
kemudian tidak dapat mengungkap siapa penembak mahasiswa yang menggunakan peluru tajam
dan apa motif dibaliknya. Namun empat mahasiswa yang tewas dalam tragedi 12 Mei 1998 tetap
dikenang sebagai pahlawan reformasi.

Saya merasa miris saat menonton video kronologi peristiwa penembakan yang menewaskan 4
orang mahasiswa trisakti dan membaca tragedi ini. Sudah 22 tahun peristiwa ini berlalu tapi
belum ada atau terungkap dalang dari peristiwa penembakan ini sampai sekarang. Menurut saya
sudah jelas tragedi ini terdapat pelanggaran HAM karena menghilangkan nyawa seseorang yang
terdapat pada pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945. Padahal aksi ini untuk mensejahterakan
masyarakat dalam keadaan krisis moneter.

Adapun solusi untuk meminimalisir tingkat pelanggaran HAM yaitu pendidikan karakter, dengan
begini, tentunya hak asasi manusia akan lebih mudah ditegakkan dan pelanggaran HAM dapat
dicegah dengan lebih cepat. Lalu mempelajari segala sesuatu tentang HAM, dengan mempelajari
HAM, kita akan lebih tahu dan peka terhadap terlaksananya penegakkan HAM di keluarga dan
masyarakat. Selain itu dalam menyelesaikan kasus ini, pemerintah harus bersifat terbuka dan
bertindak cepat. Tragedi ini sudah sepertinya sudah terabaikan saya berharap pemerintah
mengungkap siapa pelaku yang terlibat. Siapapun yang melanggar atau terlibat harus dihukum
sesuai dengan perbuatannya entah itu dia kaya, miskin, pejabat, presiden jika benar ia bersalah
maka harus dihukum. Karena hukum harus ditegakkan seadil-adilnya.

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Judul Naskah Esai : Tragedi Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998

Nama Penulis : Rafdi Yudha Jonaidi

Kelas : XII IPA 2

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juli 2002

Alamat Email : Rafdiyudha@gmail.com

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis / naskah yang saya sertakan dalam ujian akhir
sekolah mata pelajaran Ppkn adalah benar hasil karya sendiri, bukan karya orang lain dan belum
pernah diikutkan dalam segala bentu perlombaan serta belum pernah dimuat di manapun.
Apabila di kemudian hari ternyata tulisan/naskah saya tidak sesuai dengan ketentuan pernyataan
ini, maka secara otomatis tulisan/naskah saya dianggap gugur. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sebenarnya.

Makassar, 30 Maret 2020

Yang menyatakan,
Rafdi Yudha Jonaidi

Anda mungkin juga menyukai