Anda di halaman 1dari 2

BAHASA SASTRA DAN JURNALISTIK

1. BAHASA SASTRA
Bahasa sastra adalah bahasa yang khas dalam dunia sastra dan menurut beberapa orang
menyimpang dari cara penuturan yang telah bersifat otomatis, rutin, biasa, dan wajar.
Penuturan dalam karya sastra selalu diusahakan dengan cara lain, baru, dan belum pernah
dipakai sebelumnya.
Berikut ini adalah ciri-ciri bahasa sastra yaitu:
a. Bersifat konotatif
Konotatif adalah kata yang memiliki pengertian tambahan atau arti sekunder di samping
arti primernya. Nilai konotasi yang lebih luas dari pengertian denotasi amat penting
dalam karya sastra. Setiap kata yang dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai
pengertian. Oleh sebab itu di dalam sastra tidak ada pengertian yang sama bila ditinjau
dari sudut kesan sensitivitas, dari sudut bunyi, dan dari sudut lambang. Setiap pilihan
kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya kata cantik, molek, bagus, baik, anggun,
indah, dari sudut denotasi mungkin artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini memiliki
sensitivitas berbeda.
b. Bersifat simbolis
Bahasa kesusastraan lebih bersifat simbolis, artinya bahasa sastra bukan saja
mengungkapkan yang tersurat, tapi juga mengungkapkan makna yang tersirat. Hal ini
berbeda dengan bahasa kewartawanan yang lebih bersifat literal.
c. Bersifat multitafsir
Multitafsir artinya berpenafsiran ganda. Bahasa dalam sastra cenderung mengundang
penafsiran ganda dari pembacanya. Hal itu terjadi karena sifat konotatif bahasa sastra
serta pengalaman masing-masing pembaca berbeda dan beragam. Bahkan secara ekstrem
sering dikatakan bahwa keberhasilan suatu karya sastra dapat dilihat dari ada tidaknya
sifat penafsiran ganda.
d. Memperhatikan efek musikalitas
Efek musikalitas adalah efek suara atau bunyi yang mampu membangkitkan rasa merdu.
Kemerduan bunyi bahasa dalam karya sastra pada umumnya dapat dimunculkan lewat
pola persajakan atau rima atau kadang dibentuk lewat perulangan bunyi yang sama
dalam setiap bait atau kalimat.

2. BAHASA JUNALISTIK
Menurut Rosihan Anwar, Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh jurnalis
dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa.
Bahasa jurnalistik memiliki beberapa ciri, yaitu:
a. Singkat
Bahasa jurnalistik harus singkat, sehingga bahasanya harus menghindari penjelasan yang
panjang lebar dan bertele-tele.
b. Padat
Padat artinya, bahasa jurnalistik yang singkat harus mampu menyampaikan informasi
yang selengkap-lengkapnya dan sepadat-padatnya. Tulisan jurnalistik harus memenuhi
syarat 5W+1H, yaitu mampu menjawab apa (What), siapa (Who), di mana
(Where), kapan (When), kenapa/penyebab (Why), dan bagaimana/akibat (How). Padat
juga bisa berarti harus menghindari keterangan-keterangan tidak perlu, membuang kata-
kata mubazir, dan memegang teguh prinsip ekonomi bahasa.
c. Sederhana
Bahasa jurnalistik harus sederhana, artinya harus memilih kalimat tunggal yang
sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit dan kompleks. Tetapi jangan
sampai mengubah makna informasi yang ingin disampaikan.
d. Lugas
Lugas, yang berarti bahwa bahasa jurnalistik harus mampu menyampaikan pengertian
atau makna informasi secara langsung, dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga
(bombastis).
e. Menarik
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahasa jurnalistik harus menarik, yaitu selalu
menggunakan kata-kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang serta menghindari
kata atau ungkapan yang klise dan sudah mati. Sehingga bahasa pers harus selalu
mengikuti perkembangan bahasa yang hidup di tengah masyarakat dan bahkan harus bisa
menjadi pelopor pemasyarakatan dan pembakuan kata atau istilah baru yang dapat
memperkaya kosakata bahasa.
f. Jelas
Kejelasan dalam bahasa jurnalistik adalah suatu keharusan, karena informasi yang
disampaikan jurnalis harus dengan mudah dipahami oleh khalayak umum pembaca.
Penggunaan ungkapan yang bermakna ganda (taksa) dalam bahasa jurnalistik adalah
sebuah dosa, sehingga pemakaian kata-kata yang bermakna denotatif (apa adanya) sangat
ditekankan.

Anda mungkin juga menyukai