Anda di halaman 1dari 52

MODUL TEORI GRAF

Kode / SKS : 247H1203 / 3 SKS


Disajikan pada : Semester IV
Prasyarat : Matematika Diskrit

Tujuan Instrusional Umum : Mahasiswa mampu memodelkan


masalah nyata kedalam model graf serta mengetahui konsep
keteraturan dalam ketidakteraturan.
Disusun oleh : Dr. Hasmawati, M.Si

Program Studi : Matematika

Jurusan : Matematika

Fahultas : MIPA

Istitusi : Universitas Hasanuddin

Referensi :
1. Gary Chartrand, Ortrud R. Oellermann, (1993), Applied and
algorithmic Graph Theory, McGRAW-HILL.
2. Reinhard Diestel (2000), Graph Theory: Graduste Texts In
Mathematics, Springer.
3. Wataru Mayeda (1972), Graph Theory, WILEY-INTERSCIENCE.
4. Sumber lainnya.

1
Minggu I

Pertemuan Ke : 1 dan 2 (150 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mengetahui untuk apa dan
mengapa belajar Teori Graf
B. Pokok Bahasan : Kontra Pembelajaran
C. Sub Pokok Bahasan : Pengantar, silabus, dan Pendahuluan

Pendahuluan

Pada tahun 1836, Leonhard Euler membuktikan bahwa perjalanan di kota

Konigsberg dengan syarat melalui setiap jembatan tepat satu kali, tidak dapat

dilaksanakan. Dalam pembuktiannya Euler menyederhanakan situasi jembatan

Konigsberg itu menjadi suatu diagram seperti pada Gambar 1.

Gambar 1

Berkat pekerjaan Euler yang diilhami melalui persoalan jembatan Konigsberg

itu, maka muncullah suatu cabang Matematika yang cukup penting, yang dikenal

dengan nama Teori Graph (Graph Theory).

2
Teory Graph sudah banyak berkembang dan memiliki segi terapan di banyak

bidang ilmu, misalnya di bidang Fisika, Kimia, Ilmu Komunikasi, Rekayasa listrik,

Genetika, dan lain-lain. Teori Graph juga erat kaitannya dengan beberapa cabang

Matematika, antara lain ; teory Matriks, Analisa Numerik, Teori Kemungkinan,

Topologi dan Kombinatorial. Sementara dalam kenyataan, pengetahuan kita tentang

Teori Graph masih sangat kurang.

Salah satu persoalan dalam Teori Graph adalah menghitung banyaknya

Graph yang tidak isomorphik, yang disebut Enumerasi (Enumeration). Khusus untuk

graf pohon dapat dilakukan dengan mengaplikasikan Teorema Cayley .

Persoalan lain adalah menghitung banyaknya pohon perentang dari graph

lengkap Kp dan pohon perentang (spaninning - tree) dari sebarang graph terhubung

sederhana. Pohon perentang dari graph lengkap K p ternyata ada kaitannya dengan

pohon berlabel yang tidak isomorphik. Karena itu banyaknya pohon perentang dari

suatu graph lengkap Kp dapat dihitung dengan Teorema Cayley, sedang pohon

perentang dari graph tehubung sederhana dapat dihitung dengan Teorema Matriks

Pohon (Matrix-Tree Theorem).

Pengertian dan sifat-sifat dasar yang sederhana dari suatu graph, berikut

teorema, dan pengertian tentang derajat, isomorphik, subgraph, serta beberapa

graph khusus diuraikan pada pembahasan berikut.

3
Minggu II-III

Pertemuan Ke : 3-6 (300 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mengingat kembali beberapa definisi
dan pengertian dasar yang ada dalam teori graf
B. Pokok Bahasan : Konsep dasar graf
C. Sub Pokok Bahasan : Graf, subgraf, derajat dan isomorfisma

Konsep Dasar Graf

Definisi graf dan unsur–unsur dari graf akan disusun dengan menggunakan bahasa

himpunan. Karena itu sebelum sampai pada definisi akan dijelaskan syarat dari

suatu himpunan. Dalam pengertian himpunan disyaratkan bahwa setiap elemennya

hanya muncul satu kali saja.

Definisi 1

Graf G adalah pasangan (V(G), X(G)), dimana V(G) adalah himpunan berhingga,

yang elemen-elemennya disebut titik (vertex), dan X(G) adalah himpunan pasangan-

pasangan tak berurut dari elemen-elemen V(G) yang berbeda, yang disebut sisi

(edge).

Berdasarkan definisi ini, V(G) disebut himpunan titik dan X(G) disebut himpunan

sisi.

Untuk lebih memahami Definisi 1 diberikan contoh seperti berikut. Misalkan

diberikan V(G) = {u,v,w,z} dan X(G) terdiri dari pasangan-pasangan(u,v), (v,w), (u,w),

dan (w,z), atau X(G) = {(u,v),(v,w), (u,w), (w,z)}. Maka gambar graf dari G seperti

pada Gambar 1.

4
u

G:

w
v

Gambar 1

Telah di definisikan bahwa graf terdiri dari himpunan titik V(G) dan himpunan sisi

X(G). Masing-masing pasangan X= (u,v) dalam X(G) adalah rusuk dari G.

Banyaknya titik simpul dari G dinyatakan denga p , dan banyaknya rusuk dari G

dinyatakan dengan q.

Suatu graf G dengan p titik simpul, disebut graf berlabel orde p, bilamana masing-

masing titiknya mempunyai nama yang berlainan, katakanlah

atau diberi satu bilangan bulat positif yang berbeda dari himpunan {1,2,3, … , p}.

Untuk memperlancar uraian tentang graf, hubungan antara dua titik, antara dua sisi,

dan antara titik dan simpul diberi nama tertentu. Hubungan-hubungan itu

didefinisikan sebagai berikut .

Definisi 2

Misalkan G adalah suatu graf. Titik vi,vj V(G) dan sisi x X(G).

Jika x = vivj, maka dikatakan bahwa :

1. Titik vi bertetangga(adjacent) dengan titik vj.

2. sisi x terkait(incident) dengan titikl vi . Demikian pula untuk titik vj .

5
Misalkan x1, x2, dan x3 adalah rusuk dari suatu graf G dan v adalah titik simpulnya.

Jika x1, x2, dan x3 terkait dengan simpul v, maka rusuk x1, x2, dan x3 dikatakan

bertetangga.

v1
v4

x1 x2
x4
v2
x3
v3
Gambar 2

Simpul v1, v2, dan v3 adalah simpul yang bertetangga. Sedangkan v1 dan v4 adalah

simpul yang tidak bertetangga. Rusuk-rusuk yang bertetangga adalah rusuk x3, x2,

dan x4, dan terkait dengan simpul v3.

Definisi 3

Dua graf H = (V(H),X(H)) dan G = (V(G),X(G)). Graf H disebut subgraf dari G, jik

V(G) V(G) dan X(H) X(G). Jika V(H) = V(G), maka H dikatakan subgraf

perentang dari G.

Untuk lebih memahami definisi 5 diberikan Gambar 3. Graf G1 dan G2 adalah subgraf

dari G.

G G1 : G 2:

Gambar 3

Subgraf maksimal H dari graf G adalah subgraf yang memenuhi untuk setiap sisi

6
e E(H) dan vV(H) berlaku e terkait dengan v di H jika hanya jika e terkait dengan

v di G. Subgraf G-e adalah subgraf maksimal dengan himpunan titik V(G) dan

himpunan sisi E(G)-{e}. Sedangkan subgraf G-v adalah subgraf maksimal dari G

dengan himpunan titik V(G)-{v} dan himpunan sisi E(G)-{vu: uV(G)}. Untuk

sembarang himpunan titik simpul S, S V(G), subgraf terinduksi GS adalah

subgraf maksimal dari G dengan himpunan titik S. Karena itu dua titik bertetangga

pada GS jia hanya jika kedua titik tersebut bertetangga di G. Contoh subgraf

terinduksi dari G pada Gambar 3 adalah G1.

Jalan (walk) pada suatu graf adalah barisan titik simpul dan rusuk: v 1, e1, v2, e2, ...,

en-1, vn yang dimulai dengan suatu titik simpul dan diakhiri oleh suatu titik simpul pula

dengan setiap rusuk terkait dengan titik yang ada di kiri dan kanannya.

Soal-Soal

1. Perhatikan graf G berikut.

G:

Dari graf G, H, dan T berikut manakah yang merupakan subgraf dari G.

G: H: T:

2. Misalkan V(G) = {1, 2, 3, 4, 5} dan E(G)={12, 13, 15, 25, 23}. Gambar graf G.

7
3. Diketahui graf G berikut. Tentukan V(G) dan E(G).

1 2

G: 4

3 5

4. Misalkan S={2, 3, 4, 7, 11, 13}. Gambarlah graf G dengan himpunan titik S

dan himpunan sisi E(G) memenuhi ijE(G) jika i+jS dan i-jS.

Derajat

Dalam suatu graf terdapat banyak parameter yang berhubungan dengan sebuah

graf G. Mengetahui nilai-nilai dari parameter-parameter tersebut dapat memberikan

informasi mengenai graf G.

Definisi 3.

Derajat suatu simpul vi dalam graf G, dilambangkan “ d( vi)”, adalah banyaknya

rusuk x X(G) yang terkait dengan simpul vi.

Simpul suatu graf yang berderajat nol disebut simpul terasing dan graf yang hanya

terdiri dari satu simpul disebut graf trivial. Sedang simpul yang derajatnya satu

disebut simpul terminal.

Graf pada Gambar 1, memiliki satu simpul yang berderajat satu yaitu simpul z, dan

satu simpul yang berderajat tiga yaitu simpul w, serta dua simpul berderajat dua

yaitu simpul u dan v.

Teorema 1

Jumlah derajat simpul dalam suatu graf G adalah dua kali banyaknya rusuk atau

8
Bukti. Misalkan graf G terdiri satu rusuk, berarti G memiliki dua simpul yang masing-

masing berderajat satu, sehingga jumlah derajat simpul dalam G adalah dua. Karena

setiap rusuk menghubungkan dua simpul, maka banyaknya rusuk akan menambah

jumlah derajat simpul dalam G adalah dua. Ini berarti jumlah derajat simpul dalam G

adalah dua kali jumlah rusuk.

Jika semua titik dari graf G mempunyai derajat yang sama maka G disebut graf

reguler. Graf berikut adalah graf reguler berore 3.

Isomorfik. Dua graf (V(G1),X(G1)) dan (V(G2),X(G2)). Suatu pemetaan satu-satu

dari V(G1) ke dalam V(G2) dikatakan isomorphisme dari (V(G1),X(G1)) kedalam

(V(G2),X(G2)), jika untuk masing-masing pasangan (vi,vj) V(G1), (vi,vj) X(G1), maka

9
Dua graf G1 dan G2 dikatakan isomorphik, jika ada

isomorphisme antara G1 dan G2. Contoh graf isomorphik diberikan pada Gambar 4.

V1 V2 V3 u1 u5

G1: G2:

u2 u6

V4 V5 V6 u4 u3

Gambar 4

Dari Gambar 4, G1 dan G2 dikatakan isomorphik karena :

Komplemen.
Graf F disebut komplement dari graf G bila V(F)=V(G) dan uv  E(F) jika dan

hanya jika uv  E(G). Komplemen dari graf G dinotasikan dengan G .

Contoh. Perhatikan graf G dengan 4 titik berikut dengan komplemennya

G: G:

Gambar 5

Jika pada suatu graf terdapat dua titik yang tidak dihubungkan oleh suatu titik, maka
graf tersebut disebut graf tak terhubung. Akibatnya graf tersebut memuat subgraf

10
yang terpisahkan satu sama lain. Subgraf terhubung maksimal pada graf G disebut
komponen. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 5a berikut.

G:

Gambar 5a

Graf G pada gambar 5a mempunyai dua komponen. Dapat diperiksa bahwa subgraf
siklus dengan tiga titik simpul C3 bukan komponen dari G di atas.

Soal-Soal

1. Konstruksi suatu graf berorde 5 yang titik-titiknya berderajat 1, 2, 2, 3, 4.

Berapa ukuran dari graf tersebut.

2. Aco mengundang 5 temannya untuk berpesta di rumahnya. Ketika acara

pesta berlangsung, Aco bertanya kepada ke lima temannya tersebut “

Berapa banyak orang yang mereka kenal pada pesta mereka itu ? “ Masing-

masing temannya itu memberikan jawaban yang berbeda. Apakah itu

mungkin ?

3. Misalkan m dan n adalah bilangan asli. Tunjukkan bahwa tidak ada graf

yang mempunyai m titik berderajat genap dan n titik berderajat ganjil.

4. Berikan dua graf 3-reguler berorde 6 dan berukuran 9 yang tidak isomorfik.

11
5. Gambar semua graf non-isomorfik berorde 3.

6. Berikan suatu graf G yang berorde 5 yang memenuhi G  G.

7. Terdapat tiga graf reguler berorde 5, dan delapan graf reguler berorde 6.

Gambarkan semua graf tersebut.

8. Tunjukkan bahwa dua graf G1 dan G2 adalah isomorfik jika hanya jika

komplemennya isomorfik.

9. Ganbar semua graf 4-reguler berorde 7 yang tidak isomorfik.

10. Tunjukkan bahwa kedua graf berikut tidak isomorfik.

G1: G2:

11. Gambarkan komplemen dari masing-masing graf pada soal no. 7. Apakah

complement dari masing-masing graf tersebut isomorfik ?

12. Tunjukkan bahwa jika S adalah himpunan graf berorde 4, maka S memuat

paling sedikit tiga graf yang isomorfik.

13. Tentukan suatu graf yang berorde 6 dan berukuran 7 yang tidak memuat

suatu subgraf yang isomorfik dengan C4.

14. Terdapat dua graf pada gambar berikut yang isomorfik. Tunjukkan kedua

graf tersebut dan buktikan kebenarannya.

12
Minggu IV

Pertemuan Ke : 7-8 (150 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mampu membedakan operasi pada
himpunan dan sistem bilangan dengan operasi dalam graf
B. Pokok Bahasan : Operasi dalam graf
C. Sub Pokok Bahasan : Graf gabungan, graf jumlah, dan graf kali

Operasi Dalam Graf

Terdapat beberapa cara untuk memperoleh graf baru dengan melakukan suatu

operasi terhadap dua graf. Operasi tersebut adalah gabungan, tambah dan

perkalian.

Graf Gabungan, jumlah dan perkalian

13
Misalkan diberikan dua graf yang saling lepas G dan H. Graf gabungan GH adalah

graf baru dengan himpunan titik V(GH)= V(G) V(H) dan himpunan sisi E(GH)=

E(G)E(H). Graf jumlah G+H adalah graf baru dengan himpunan titik V(G+H)= V(G)

V(H) dan himpunan sisi E(G+H)= E(G)E(H){uv: uV(G), vV(H)} . Sedangkan

graf kali GxH adalah graf dengan himpunan titik V(GxH)= V(G)xV(H) yaitu setiap titik

di GxH adalah pasangan (u,v), dengan u V(G) dan vV(H). Dua titik (x,y) dan (s,r)

bertetangga di GxH jika x=s dan yrE(H) atau y=r dan xsE(G).

Contoh. Diberikan graf P2 dan P3 berikut.

P2: P3

Graf gabungan adalah

P2P3 : u v1 2 3

Graf jumlah adalah

P2+P3 :

Graf kali P2xP3 adalah (u,1) (u,2) (u,3)

(v,1) (v,2) (v,3)

Soal-Soal

14
1. Gambarlah graf P2K3, P2+K3, dan P2 x K3

2. Gambarlah graf 3P22K32C4 dengan K3 dan C4 adalah seperti berikut.

K3: C4

Minggu V-VI

Pertemuan Ke : 9-12 (300 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mengenal beberapa graf khusus
B. Pokok Bahasan : Beberapa jenis graf
C. Sub Pokok Bahasan : Lintasan, siklus, pohon, graf lengkap, bintang,
roda, graf bipartit, dan lain-lain.

Beberapa Jenis Graf

Pada subbab ini akan dibahas beberapa jenis graf, diantaranya adalah graf lintasan,

graf siklus, graf pohon, graf bintang dan graf roda.

Graf Lintasan

Defenisi 6

15
Graf lintasan dengan n ≥1 titik adalah graf yang titik-titiknya dapat diurutkan dalam

suatu barisan u1,u2,...,un sedemikian sehingga E (P)={ui,ui+1: i = 1,...,n-1}. Graf

lintasan dengan n titik di notasikan dengan Pn.

Contoh graf lintasan diberikan pada gambar 2.5.

v3 v4
v2 v5
...
v1 vn

Gambar 2.5

Graf Siklus

Definisi 7

Jika Pn := v1,v2,...,vn adalah suatu graf lintasan berorde n dan n ≥ 3, maka graf Cn :=

Pn + {v1,v2} disebut siklus berorde n. Panjang Pn adalah n-1, yaitu banyaknya sisi

pada Pn dan panjang siklus Cn adalah n. Graf siklus untuk n titik dinotasikan dengan

Cn .

Contoh graf siklus diberikan pada gambar 2.6.

v3 v4
v2 v5
Panjang suatu lintasan adalah banyaknya ...
sisi yang ada pada lintasan tersebut.
v1 v n

Pada suatu graf yang memuat siklus tentulah ada yang mempunyai panjang

terbesar dan ada yang terkecil. Panjang Gambar


siklus 2.6
terkecil disebut girt dan dinyatakan

dengan g(G) dan panjang siklus terbesar disebut Keliling (circumference) pada graf

G dinyatakan dengan c(G).

16
G:

Gambar 2.6a

Graf pada gambar 2.6a mempunyai g(G)=3 dan c(G)=8

Pada suatu graf terhubung setiap dua titik simpulnya dihubungkan oleh paling sedikit
dua lintasan. Karena itu lintsan-lintasan tersebut ada yang pendek dan ada yang
panjang. Panjang lintasan terpendek yang menghubungkan dua titik menunjukkan
jarak kedua titik tersebut dan dinyatakan oleh d(u,v). Lebih jelasnya diberikan definisi
berikut.

Definisi 8

Jarak antara dua titik u,v pada suatu graf G ditulis d(u,v) dengan d(u,v)= 0 jika u=v;

d(u,v)= k, jika uv dan k adalah panjang lintasan terpendek yang menghubungkan u

dan v. Jika tidak ada lintasan yang menghubungkan titik u, v, maka d(u,v)= .

Graf Pohon

Graf pohon banyak diterapkan untuk berbagai keperluan diantaranya adalah

sebagai struktur organisasi suatu perusahaan, silsilah suatu keluarga, skema sistem

gugur suatu pertandingan, dan ikatan kimia suatu molekul adalah jenis graf yang

17
tergolong sebagai pohon. Namun sebelum sebelum memahamai definisi graf pohon,

terlebih dahulu disajikan defenisi terhubung.

Defenisi 9

Graf G dikatakan terhubung jika untuk setiap dua titik u dan v pada graf tersebut

terdapat suatu lintasan yang memuat u dan v.

Contoh defenisi 8 diberikan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7

Definisi 10

Misalkan T adalah graf terhubung. Jika T tidak memiliki siklus, maka T disebut graf

pohon. Contoh sebuah graf pohon T diberikan pada Gambar 2.7a.

Gambar 2.7a

Graf tak terhubung yang komponen-komponennya pohon disebut hutan. Dan graf

yang hanya terdiri dari satu titik disebut pohon trivial.

Teorema 3

18
Jika G adalah graf yang memiliki p titik, maka pernyataan-pernyataan berikut adalah

eqivalen.

a. G adalah pohon.

b. G memiliki p-1 sisi dan tidak memiliki siklus.

c. G adalah graf terhubung dan memiliki p-1 sisi.

d. Setiap dua titik simpul dari G dihubungkan oleh tepat satu lintasan.

e. G tidak memiliki siklus, dan jika pada G ditambahkan satu sisi x yang

mengaitkan dua titik di G yang tidak bertetangga, maka G+x memiliki satu

siklus.

Akibat 1

Jika G adalah pohon nontrivial, maka G memiliki paling sedikit dua titik berderajat

satu

Akibat II

Jika G adalah hutan yang memiliki p titik simpul dan k komponen, maka G memiliki

p-k sisi.

Graf Lengkap

Definisi 11

Graf lengkap adalah suatu graf yang terdiri dari p titik simpul dan setiap titik

simpulnya bertetangga. Graf lengkap dengan p titik dinotasikan dengan Kp,.

Contoh sebuah graf lengkap diberikan pada gambar 2.8.


V3 V4
V3

K3 K4

V1 V2 V1 V2
19
Gambar 2. 8
Graf Bintang

Definisi 12

Graf bintang dengan n titik adalah graf pohon yang mempunyai satu titik berderajat

dan titik lainnya berderajat satu. Graf bintang dengan n titik dinotasikan

dengan .

Contoh graf bintang di berikan pada Gambar 2.9.

Gambar 2. 9
Dapat dilihat bahwa bintang dan lintasan adalah graf pohon yang mudah dikenali

karena memiliki ciri-ciri khusus.

Graf Roda

Definisi 13

Graf roda dinotasikan dengan Wn adalah graf lingkaran Cn ditambah satu simpul x,

yakni Wn = Cn +{x}, dimana simpul x bertetangga dengan semua simpul pada graf

lingkaran Cn.

Contoh graf roda diberikan pada Gambar 2.10

W4

20

Gambar 2.10
Graf G bipartit jika V(G) dapat dipartisi kedalam dua subhimpunan tak kosong V1

dan V2, sedemikian sehingga untuk setiap sisi e=uv  E(G), berlaku u  V1 dan v  V2

atau v  V1 dan u  V2 . Graf G dikatakan graf bipartit lengkap, jika E(G)={uv: u  V1,

v  V2 dan dinotasikan Kn,m. Berikut ini adalah graf lengkap dengan 5 titik dan graf

bipartit lengkap K3,5.

K5 K3,5

Teorema 4

Graf nontrivial G adalah bipartit jika hanya jika G tidak memuat siklus dengan

panjang ganjil

Bukti.

Misalkan G tidak memuat siklus dengan panjang ganjil. Asumsikan G terhubung.

Misalkan u adalah sebarang titik di G, dan U adalah himpunan yang memuat titik-titik

dengan panjang genap dari u. Misalkan pula W adalah himpunan yang memuat titik

dengan panjang ganjil dari u. Dengan demikian {U, W} adalah koleksi partisi dari

V(G). Anggaplah bahwa u di U, berarti d(u,u)=0.

U 1 2 5

21
4 6

3 7

U: u 2 4 6

W: 1 3 5 7

Kita klaim bahwa setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W.

Andaikan itu tidak benar. Berarti terdapat satu sisi di G yang mengaitkan dua titik di

U atau dua titik di W, sebut itu ux E(G) dengan w,x  W. Karena d(u,w) dan d(u,x)

duanya ganjil, maka dapat ditulis d(u,w)=2s+1 dan d(u,x)= 2r+1 untuk suatu bilangan

asli s, r. Labeli titik-titik dari u ke w dan dari u ke x sebagai berikut.

U=v0, v1, ..., v2s+1=w dan u=x0, x1, ....., x2r+1=x. Dua lintasan tersebut tambah

sisi wx memebentuk siklus C, dengan

C : u, v1, ......, v2s+1=w, x= x2r+1 , ......, x1, x0=u.

Siklus C mempunyai panjang 2s+1 + 2r+1 tambah satu sisi wx. Dengan kata lain

panjang C adalah (2s+1)+(2r+1)+1= 2(s+r+1)+1. Nilai 2(s+r+1)+1 adalah ganjil. Jadi

G memiliki siklus dengan panjang ganjil. Hal ini kontradiksi dengan G tidak memuat

siklus ganjil. Jadi, tidak benar bahwa terdapat sisi di G yang mengaitkan dua titik

pada partisi yang sama. Dengan kata lain, setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di

partisi yang satu dan suatu titik di partisi yang satunya. Menurut definisi G adalah

bipartit.

Misalkan G nontrivial dan bipartit. Akan ditunjukkan G tidak memuat siklus ganjil.

Partisi himpunan V(G) ke dalam dua subhimpunan sebut U dan W sedemikian

sehingga setiap sisi di G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W. Misalkan

e1=u1w1, e2=u2w2, e3=u3w3, dan e4=u4w4. Jika titik tersebut berbeda semua

maka G tidak memuat siklus. Jika masih ada sisi lain misal e di G maka e=uiwj,

22
1,j=1,2,3,4, dan ij, sebut i=2 dan j=3. Dalam hal ini, terdapat lintasan P3: w2, u2,

w3, u3 dengan panjang 3. Jika lintasan ini terletak pada suatu siklus C, maka

C=E(P3)+{u3,w2} dengan panjang 4. Situasi lain akan selalu serupa. Karenanya

dapat disimpulkan bahwa G tidak memuat siklus ganjil.

U: u1 u2 u3 u4

W: w1 w2 w3 w4

Soal-Soal

1. Gambar semua pohon yang berorde 5.

2. Gambar semua pohon berorde 7 dengan  (T )  4 .

3. Misalkan F adalah hutan (forest) berorde p, berukuran q dan terdiri dari k

komponen. Tunjukkan bahwa p = q + k.

4. Misalkan G adalah suatu graf berorde p. Tunjukkan bahwa ketiga pernyataan

berikut adalah ekivalen.

a. G adalah pohon ;

b. G terhubung dan berukuran p -1 ;

c. G berukuran p-1 dan tidak memeuat siklus.

23
5. Tunjukkan bahwa setiap pohon nontrivial mempunyai paling sedikit dua titik

ujung.

6. Jika u dan v adalah dua titik yang berbeda pada pohon T, maka pasti ada

satu lintasan dari u ke v.

7. Anggaplah bahwa T adalah suatu pohon berorde p yang titik-titiknya hanya

berderajat 1 dan 3. Tunjukkan bahwa T mempunyai (p-2)/2 titik yang

berderajat 3

8. Pohon perentang adalah subgaraf perentang suatu graf yang merupakan

pohon. Tunjukkan bahwa setiap graf terhubung memuat suatu pohon

perentang.

9. Misalkan G adalah graf terhubung yang terdiri dari n titik dan n sisi. Berapa

banyak siklus yang mungkin termuat pada G ?

10. Berikan dua pohon nonisomorfik yang mempunyai barisan derajat sama.

11. Tunjukkan bahwa jika G adalah pohon yang semua titiknya berderajat ganjil,

maka banyaknya sisi pada G adalah ganjil.

12. Tuliskan dengan benar definisi graf bipartite lengkap.

13. Apakah graf pohon merupakan graf bipartit lengkap ?

14. Tuliskan pengertian graf multipartit lengkap.

15. Misalkan G adalah suatu graf berorde p >3. G adalah bipartit jika hanya jika

setiap siklus pada G mempunyai panjang genap. Buktikan.

16. Tunjukkan bahwa setiap graf lengkap nontrivial merupakan graf multipartit

lengkap.

17. Berikan contoh graf lengkap bipartit.

24
18. Berikan satu contoh graf bipartite berorde 5 yang setiap titiknya terletak pada

suatu siklus.

19. Apakah bisa dibuktikan pernyataan berikut. Jika G adalah graf bipartite, maka

setiap sisi dari G terletak pada suatu siklus genap.

20. Berikan contoh graf bipartite lengkap yang merupakan siklus.

21. Misalkan G adalah graf sederhana. Graf subdivision (subdivision graf) dari

graf G dinotasikan dengan S(G) adalah suatu graf baru yang diperoleh

dengan menjadikan sisi e=uv di G menjadi titik baru ve dan ve bertetangga

dengan u dan v. Tunjukkan bahwa S(G ) merupakan graf bipartite. (2 orang)

Minggu VII

Pertemuan Ke : 13-14 (150 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mengetahui bentuk pewarnaan gr
B. Pokok Bahasan : Pewarnaan graf
C. Sub Pokok Bahasan : Pewarnaan titik, pewarnaan sisi, dan beberapa
bentuk pewarnaan lainnya.

Pewarnaan Graf

Pewarnaan graf terdiri dari dua macam yaitu pewarnaan titik dan pewarnaan sisi.

Definisi 14

25
Pewarnaan titik pada graf G adalah pemberian warna pada himpunan titik V (G)

dengan aturan setiap titik diberi hanya satu warna dan dua titik yang bertetangga

diberi warna beda.

Contoh pewarnaan titik pada graf diberikan pada gambar 2.11.


3 2
2

2 2 1
1 2
2

2
3
Gambar 2.11

Suatu graf G dikatakan berwarna-k jika titik-titik pada G dapat diwarnai dengan k

warna. Bilangan asli terkecil k sedemikian sehingga G berwarna k disebut bilangan

kromatik dari G, dan dinotasikan dengan (G). Sebagai illustrasi, graf bipartite yang

terdiri dari n+m, yang dinotasikan Bn,m, mempunyai bilangan kromatik 2 atau ( Bn,m)

= 2 dan bilangan kromatik untuk graf lengkap Km adalah m, (( Km)=m).

Saat ini, pewarnaan graf merupakan salah satu bidang kajian dalam teori

graf yang banyak mendapat perhatian, sejak Erdos dan Szekeres (1935)

memperkenalkan bilangan Ramsey dua warna dalam teori graf. Setelah itu, variasi

dan tipe pewarnaan lain dikaji lebih lanjut oleh Kotzig dan Rosa dengan

memperkenalkan graceful labelling dengan istilah magic valuation. Pada tahun 1973,

Burr dan Roberts memperkenalkan pewarnaan n warna dalam penentuan bilangan

Ramsey n warna. Selanjutnya, Korolova dan Hasmawati dkk., mengaplikasikan

pewarnaan graf dalam penentuan bilangan Ramsey dua warna untuk graf bintang

kombinasi graf roda. Penerapan pewarnaan graf untuk menyelesaikan

masalah pada bidang ilmu lain juga belum banyak dilakukan. Baskoro E. T. Dan R.

Simanjuntak mengaplikasikan pewarnaan graf sebagai struktur dasar pembangun

26
skema pembagian rahasia (secret sharing scheme (SSS)). Skema dan sofware SSS

yang dihasilkan masih terbatas pada struktur pewarnaan graf bintang (star).

Selanjutnya Sudarsana I W., dkk mengembangkan skema dan software SSS

tersebut dengan menggunakan struktur pewarnaan graf yang lebih umum, yaitu

gabungan bintang (star) dan bintang ganda (double star).

Teorema 5

Graf G mempunyai bilangan kromatik 2 jika hanya jika G adalah tidak kosong dan

bipartit

Bukti.

Misalkan (G)=2 atau banyaknya warna minimum yang digunakan adalah dua, sebut

itu warna 1 dan warna dua. Kumpulkan titik-titik berwarna 1 dengan nama himpunan

U dan W adalah himpunan titik yang berwarna dua. Menurut definisi pewarnaan titik

di partisi U jika mempunyai tetangga, maka tetangganya ada di W. Berarti setiap sisi

di G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W. Jadi G adalah graf bipartit.

Tugas

Lengkapi bukti Teorema 3.

Definisi 15
Pewarnaan sisi pada graf G adalah pemberian warna pada sisi pada suatu graf G,
sedemikian sehingga setiap dua sisi yang bertetangga mempunyai warna yang
berbeda.
Contoh pewarnaan sisi pada graf diberikan pada gambar 2.12.

2
1
2 3

1 2
1
Gambar 2.12

27
Minggu VIII

Pertemuan Ke : 15-16 (150 menit)


Ujian tengah semester dan pembahasan soal ujian

Soal Ujian

1. Diketahui 10 editor dibagi kedalam 7 kelompok. Ke sepuluh editor tersebut

di beri nomor dari angka 1-10 sebagai edintitas. Kelompok C1:={1, 2, 3},

C2:= {1, 3, 4, 5}; C3:= {2, 5, 6, 7}; C4:= {4, 7, 8, 9}; C5:= {2, 6, 7};

C6:={8,9,10}; C7:= {1, 3, 9, 10}. Masing-masing kelompok membicarakan

topik tertentu, dan pada hari jumat setiap 3 minggu diadakan pleno.

Terdapat dua atau lebih kelompok tidak dapat melakukan kegiatan pada

waktu yang sama oleh karena terdapat seseorang yang berada pada dua

atau lebih kelompok. Modelkan suasana ini kedalam model graf.

2. Gambar graf 3P42C3K4

3. Gambar graf P4+C3.

4. Suatu graf tertentu mempunyai titik 14 dan sisi 27. Derajat masing-masing

titik adalah 3, 4, atau 5. Terdapat 6 titik berderajat 4. Berapa banyak titik

berderajat 3 dan 5?

5. Apakah bisa dibuktikan pernyataan berikut. Jika G adalah graf bipartite,

maka setiap sisi dari G terletak pada suatu siklus genap.

6. Tunjukkan bahwa Jika u dan v adalah dua titik yang berbeda pada pohon

T, maka pasti ada satu lintasan dari u ke v.

7. Tunjukkan bahwa jika S adalah himpunan graf berorde 4, maka S memuat

paling sedikit tiga graf yang isomorfik.

28
8. Tentukan suatu graf yang berorde 6 dan berukuran 7 yang tidak memuat

suatu subgraf yang isomorfik dengan C4.

9. Terdapat dua graf pada gambar berikut yang isomorfik. Tunjukkan kedua

graf tersebut dan buktikan kebenarannya.

10. Misalkan G adalah graf sederhana. Graf subdivision (subdivision graf) dari

graf G dinotasikan dengan S(G) adalah suatu graf baru yang diperoleh

dengan menjadikan sisi e=uv di G menjadi titik baru ve dan ve bertetangga

dengan u dan v. Tunjukkan bahwa S(G ) merupakan graf bipartite. (2

orang)

Minggu IX

Pertemuan Ke : 17-18 (150 menit)

A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa mengetahui bentuk matriks graf

B. Pokok Bahasan : Matriks Graf

C. Sub Pokok Bahasan : Matriks ketetanggaan, dan matriks keterkaitan

Matriks Graf

Kadang-kadang penyajian suatu matriks dapat mempermudah seseorang

untuk menganalisah suatu graf, apabila analisa itu memerlukan perhitungan. Matriks

29
ketetanggaan (adjacency matrix) dan matriks keterkaitan (incidence matrix) adalah

istilah matriks dalam graf dengan bentuk tertentu. Adapun bentuk atau definisinya

dapat dilihat pada penyajian berikut.

Definisi 16

Matriks ketetanggaan A = (a ij) dari suatu graf berlabel dengan p titik simpul, adalah

matriks berukuran pxp, dengan a ij= 1 jika vi bertetangga dengan vj dan aij= 0 untuk

hal yang lain.

Contoh. Pandang graf pada gambar berikut.


v2

v1
V5
v3

V4

Matriks ketetanggaan dari graf di atas adalah

v1 v2 v3 v4 v5
V1
V2
V3
V4
V5

Definisi 17

Matriks keterkaitan B = (bij) dari suatu graf berlabel dengan p titik simpul dan q sisi,

adalah matriks berukuran qxp, dengan b ij= 1 jika ei terkait dengan vj dan bij= 0 untuk

hal yang lain.

Contoh. Pandang graf berikut.

30
V1 e1 v2

e3 e2

V3 e4 v4

Matrik keterkaitan dari graf di atas adalah

V1 v2 v3 v4

e1 1 1 0 0

B= e2 0 1 1 0

e3 1 0 1 0

e4 0 0 1 1

Soal-Soal

1. Buat matriks keterkaitan dari graf K4.

2. Misalkan E adalah matriks keterkaitan dari K4, tentukan EE T.

31
Minggu X-XI

Pertemuan Ke : 19-22 (300 menit)

A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa menyusun dan mencari cara terbaik

untuk menyusun objek-objek dalam graf

B. Pokok Bahasan : Perentangan dan Enumerasi

C. Sub Pokok Bahasan : Perentangan, dan enumerasi graf pohon

Perentangan Dan Enumerasi

32
Misalkan graf G adalah graf terhubung dengan p titik dan q sisi. Pada G kita dapat

melenyapkan satu sisi x, sehingga G-x masih tetap merupakan graf terhubung. Graf

G-x disebut subgraf perentang. Hal ini telah disinggung pada beberapa minggu yang

lalu. Selanjutnya, jika G memuat siklus dan kemudian dilakukan pelenyapan satu sisi

pada siklus tersebut dan seterusnya sehingga subgraf yang terakhir tidak memuat

lagi siklus, maka subgraf terakhir tersebut disebut pohon perentang. Jika dilakukan

lagi hal yang sama yakni menyelenyapkan beberapa sisi lagi dan berbeda dengan

yang sebelumnya akan diperoleh lagi pohon perentang yang lain. Jika proses

pelenyapan sisi-sisi dilakukan berulang-ulang akan diperoleh beberapa pohon

perentang dari G. Banyaknya pohon perentang yang diperoleh dapat dihitung

dengan menggunakan teorema matriks pohon. Sebelum menyajikan teorema

matriks pohon terlebih dahulu disajikan dua teorema berturut-turut sebagai berikut.

Teorema 6

Misalkan G adalah graf berlabel dengan matriks keterkaitan B. Matriks E adalah

matriks yang diperoleh dari BT dengan mengganti salah satu angka 1 dengan -1

pada setiap kolomnya. Jika G dengan m titik simpul dan m rusuk, maka G memuat

siklus sehingga det(Emxm)=0.

Bukti

Misalkan Z adalah suatu siklus yang termuat di graf G. Anggaplah bahwa x1, x2, ....,

xk dan v1, v2, ....., vi dengan ik adalah sisi dan titik pada Z. Jika G memiliki m titik

dan m sisi, maka matriks E dari G dapat ditulis sebagai berikut.

EKxK EKx(M-K)

Emxm =

33
0 E(M-K)x(M-K)

Menurut Laplace, determinan matriks di atas adalah

det(EMxM) =  det(EKxK). det(E(M-K)x(M-K)). Jika i=k, maka

1 0 0 ... -1
-1 1 0 ... 0
det(EKxK) = 0 -1 1 ... 0 = 0.
    
0 0 -1 .... 1

Jika i < k, det(EKxK) juga bernilai nol, sebab semua elemen baris ke-k adalah nol.
Dengan demikian det(EMxM) = 0.

Teorema 7

Suatu graf G yang memiliki n = m+1 titik simpul dan m sisi adalah suatu graf pohon,

jika hanya jika nilai det(EMxM) adalah 1 atau -1. Dalam setiap kejadian lain

determinan ini bernilai nol.

Teorema 8. Teorema Matriks Pohon

Misalkan G adalah graf berlabel terhubung dengan matriks ketetanggaan A. Matriks

M adalah matriks yang diperoleh dari –A dengan mengganti elemen diagonal ke – i

dengan derajat vi. Maka semua kofaktor dari matriks M adalah sama dan nilainya

sama dengan banyaknya pohon perentang dari G.

Bukti.

34
1. Kita akan memulai pembuktian ini dengan membuat matriks baru E=(eij) dari

G, yakni diperoleh dari matriks keterkaitan B dengan mengganti salah satu

angka 1 pada setiap kolmnya dengan -1. Anggota baris ke-i dan kolom ke-j

dari EET adalah ei1ej1+ei2ej2+...+eiqejq, yang jumlahnya sama dengan

derajat vi jika vi=vj. Apabila vi bertetangga dengan vj nilainya -1, dan 0 untuk

hal lainnya. Akibatnya EET=M.

2. Pandanglah suatu submatriks dari E yang memuat p-1 kolom.submatriks

berorde px(p-1) ini bersesuaian dengan suatu subgraph perentang H dari

graph tersambung G yang memiliki p-1 rusuk. Apabila sebarang baris dari

submatriks tersebut dikeluarkan, katakanlah baris ke-k, maka akan diperoleh

suatu matriks bujur sangkar F yang berorde (p-1) x (p-1). Jika subgraph

perentang H bukan pohon, berarti H memiliki jalan lingkar, sebab H memiliki p

titik simpul dan p-1 rusuk.menurut teorema 4, | det F | = 0. Jika subgaraph

perentang H merupakan pohon, maka menurut teorema 5, | det F | = 1.

Dengan demikian | det F | sama dengan | det F T | = 1.

Untuk memudahkan mengikuti jalan pikiran di atas diberikan suatu

contoh sebagai berikut:pandanglah graph G pada berikut.

V1 X4 V4

X1 X5 X3

G:

V2 X2 V3

35
Gambar 3.1. K4-x

Matriks keterkaitan dari G adalah

X1 x2 x3 x4 x5

V1 1 0 0 1 1

V2 -1 1 0 0 0

E = v3 0 -1 1 0 -1

V4 0 0 -1 -1 0

Dan

3 -1 -1 -1

-1 2 -1 0

EET = -1 -1 3 -1

-1 0 -1 2

Jika kolom ke-2 dan kolom ke-3 pada matriks E dihilangkan, diperoleh suatu

submatriks E1 yang memuat p-1 kolom. Karena p=4, maka submatriks E1 yang

berorde px(p-1) adalah

1 1 1

36
-1 0 0

E1 = 0 0 -1

0 -1 0

Subgraf E1 bersesuaian dengan satu subgraf perentang dari G. Sekarang kita akan

membentuk matriks bujursangkar F dengan menghilangkan salah satu baris E1,

katakanlah baris ke-2. Bentuk matriks F adalah

1 1 1

F = 0 0 -1

0 -1 0

Pada matriks F dapat dilihat bahwa F=1. Karena F=1, maka subgraf perentang

dari G yang bersesuaian dengan E1 merupakan pohon. Bentuk subgraf pohonnya

dapat dilihat seperti berikt.

v1 x4 v4

x1 x5
H:
v2 v3

Subgraf perentang H diperoleh dengan menghilangkan sisi x2 dan x3 pada graf G.

Hal ini bersesuaian dengan menghilangkan kolom ke 2 dan kolom ke-3 matriks E.

3. Pembuktian terakhir teorema matriks pohon adalah menggunakan teorema

Binet –Cauchy tentang hukum determinan matriks.

37
Teorema binet-cauchy mengatakan bahwa “Jika A dan B adalah dua matriks yang

berorde nxn, dan jika k = n, maka det (A KxN BNxK) =  det AKx]. Det BIxK”. Dengan K=1,

2, 3 . . . , k . Jika k=m, maka determinan pada teorema ini adalah determinan

perkalian dua matriks bujursangkar.

Suatu graph tersambung dengan titik simpul V 1, V2, . . . , V3, . . . , Vm, dan rusuk X1,

X2, . . . , Xn ; m = n . sehingga matriks E dari graph tersebut adalah berorde mxn.

Dari matriks EMxN , kita membuat submatriks E1 yang berorde m x (m-1) . jika salah

satu baris dari E1 dilenyapkan diperoleh matriks bujursangkar F yang berorde x (m-

1) . untuk teorema Binet-Cauchy: AKxI = F, sedangkan BIxK = FT . dengan mengingat

bahwa penghilangan salah satu baris dan kolom pada matriks M adalah bersesuaian

dengan FFT . berarti sebarang kofaktor dari M sama dengan det FF T . menurut Binet-

Cauchy: det(FFT) = det F . det FT . hal ini menunjukkan bahwa jumlah

perkalian dari semua determinan utama F dan F T sama dengan nilai kofaktor elemen

utama dari M sedang F bersesuaian dengan pohon perentang dari G, jika |det F| =

1 . Jadi terbukti bahwa banyaknya pohon perentang dari G sama dengan nilai

sebarang kofaktor dari M.

Pada gambar 3.1 . Matriks M dari graph tersebut adalah

M= . . . . . . . . . . . (4)

Kofaktor dari elemen 2, 3, pada matriks M adalah

- = 8 . Jadi bayaknya pohon perenrentang dari graph G pada

38
Gambar 3.1 adalah 8 kedelapan pohon perentang tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Enumerasi graf adalah menghitung banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik.

Konsep enumerasi ini penting karena banyak masalah nyata dapat diselesaikan

melalui konsep ini. Misalnya; berapa banyak molekul kimia yang rumusnya C 8H18?

Berapa banyak rencana arsitektur lantai gedung yang memenuhi sifat-sifat tertentu?

Dan lain-lain.

Contoh enumerasi atau menghitung banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik

untuk graf degan tiga titik simpul dapat dilihat sebagai berikut.

39
1 1 1 1 1 1

3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
3 2

1 1

3 2 3 2

Menghitung banyaknya graf sederhana berlabel dengan n titik dapat dilakukan yakni

menggunakan konsekwensi Lema Jabatan Tangan . Banyaknya sisi yang mungkin

adalah n(n-1)/2 dan setiap sisi ada atau tidak ada mengatakan ada 2 kemungkinan.

Jadi banyaknya graf sederhana berlabel yang tidak isomorfik adalah 2 n(n-1)/2 .

Sedangkan banyaknya graf tak berlabel yang tidak isomorfik lebih kecil karena

labelnya tidak berpengaruhlagi. Contoh, banyaknya graf sederhana tak berlabel

dengan 3 titik simpul hanya 4 yakni:

40
Enumerasi graf yang banyak mendapat perhatian adalah enumerasi graf pohon.

Dalam hal ini, menghitung banyaknya pohon berlabel dengan sejumlah titik tertentu.

Untuk masalah ini, digunakan Teorema Caylay. Menurut Caylay: banyaknya pohon

berlabel dengan p titik simpul adalah p (p-2).

Soal-Soal

1. Hitung berapa banyak graf dengan 4 titik, dan gambarkan grafnya.

2. Hitung berapa banyak graf berlabel dengan 4 titik, kemudian gambar grafnya.

3. Hitung berapa banyak pohon berlabel dengan 4 titik. Gambar grafnya.

41
Minggu XI2-XV

Pertemuan Ke : 23-26 (300 menit)


A. Tujuan Intruksional Khusus: Mahasiswa menulis dan tampil untuk
menyampaikan pendapat
B. Pokok Bahasan : Presentasi
C. Sub Pokok Bahasan : Membuat makalah dan presentasi

Topik Makalah: Bilangan Ramsey

Bilangan Ramsey

Konsep awal bilangan Ramsey adalah konsep bilangan Ramsey Klasik. Oleh karena

itu pada awal penyajian ini dimulai dengan pengertian bilangan Ramsey klasik

kemudian dilanjutkan dengan pengertian bilangan Ramsey graf.

Bilangan Ramsey Klasik

Pada tahun 1935, Erdos dan Szekeres mengkaji teori Ramsey dan kemudian

mengaplikasikannya kedalam teori graf. Kajian mereka itu menghasilkan teori

Ramsey klasik. Untuk kasus dua warna teori tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Teorema 2.1 untuk setiap bilangan bulat n1 dan n2, terdapat bilangan bulat terkecil

M0 sedemikian sehingga jika m ≥ M 0, maka setiap pewarnaan dua warna pada sisi-

42
sisi graf lengkap Km akan memuat subgraf yang semua sisinya berwarna sama dan

isomorfik dengan Kn1 atau Kn2.

Bilangan M0 disebut bilangan Ramsey klasik dua warna yang selanjutnya disebut

bilangan Ramsey klasik, dan dinotasikan dengan R(n1,n2) pengertian R(n1,n2) dapat

dinyatakan sebagai berikut.

Definisi 2.5.1.

Diberikan dua bilangan asli n1 dan n2, bilangan Ramsey klasik R(n1,n2) adalah

bilangan bulat terkecil m sedemikian sehingga setiap pewarnaan pada semua sisi

Km, katakanlah merah dan biru, akan memuat subgraf berwarna merah yang

isomorfik dengan Kn1 atau subgraf berwarna biru yang isomorfik dengan Kn2.

Pewarnaan dua warna, merah dan biru, pada semua sisi graf lengkap Km, yaitu

subgraf berwarna merah dan subgraf berwarna biru. Salah satu dari subgraf

tersebut, katakanlah subgraf berwarna merah, merupakan subgraf pembangun Km

dan subgraf berwarna biru adalah komplemen dari subgraf pembangun tersebut.

Erdos dan Szekeres (1935) membuktikan eksistensi bilangan Ramsey klasik

R(n1,n2) dengan menunjukan batas atas dan batas bawahnya. Batas atas dan batas

bawah tersebut, berturut-turut, disajikan dalam dua teorema berikut.

Teorema 2.2 (Batas atas). Untuk setiap bilangan asli n1 dan n2, R(n1,n2) senantiasa

ada, dan memenuhi R(n1,n2) .

Teorema 2.3 (Batas bawah). R(n1,n2) ≥ untuk n1 ≥ 2 dan n2 ≥ 2.

43
Bilangan Ramsey Graf

Dorongan utama untuk memperluas konsep bilangan Ramsey klasik menjadi konsep

bilangan Ramsey graf (kombinasi dua graf sebarang) adalah adanya harapan bahwa

pada akhir kajian penentuan bilangan Ramsey graf akan diperoleh suatu metode

dalam menentukan bilangan Ramsey klasik R(n1,n2) untuk n1 dan n2 yang lebih

besar. Definisi bilangan Ramsey graf adalah sebagai berikut.

Definisi 2.1

Diberikan sebarang dua graf G dan H, bilangan Ramsey graf dua warna R(G,H)

adalah bilangan asli terkecil m sedemikian sehingga untuk setiap pewarnaan dengan

dua warna pada semua sisi Km katakanlah merah dan biru maka Km akan selalu

memuat subgraf merah yang isomorf dengan G atau sub graf biru yang isomorf

dengan H.

Pada dasarnya, konsep bilanga Ramsey graf dua warna dapat diperluas menjadi

konsep bilangan Ramsey graf multiwarna.

Definisi 2.2

Diberikan graf G1,G2,….Gk, bilangan Ramsey graf multiwarna R(G1, G2,…Gk) adalah

bilangan asli terkecil m sedemikian sehingga untuk setiap pewarnaan k warna pada

semua sisi Km akan memuat subgraf Gi untuk suatu i yang semua sisinya berwarna

sama.

Pada penulisan selanjutnya, bilangan Ramsey graf dua warna hanya ditulis bilangan

Ramsey. Banyak peneliti mengkaji bilangan Ramsey, diantaranya adalah Chavatal

dan Harary (1972). Salah satu hasil fundamental dari mereka adalah batas bawah

44
bilangan Ramsey R(G,H). sebelum menyajikan teorema batas bawah bilangan dari

Chavatal dan Hararyy, terlebih dahulu disajikan definisi tentang graf kritis (good-

graf).

Definisi 2.3

Suatu graf lengkap dengan n titik (Kn) disebut graf kritis untuk G dan H jika terdapat

pewarnaan pada semua sisi-sisi Kn katakan merah atau biru, sedemikian sehingga

Kn tidak memuat sub graf merah yang isomorf dengan G dan tidak memuat subgraf

biru yang isomorf dengan H.

Teorema 2.4 (Chavatal-Harary)

Misalkan (H) adalah bilangan kromatik graf H dan C(G) adalah banyaknya titik

pada komponen terbesar graf G. Maka R(G,H) ≥ ( (H) - 1)(C(G) – 1) + 1

Bukti. pandang graf F ≔ . Graf F tidak memuat graf terhubung

yang berorde paling sedikit C(G). dengan demikian, F tidak memuat graf dengan

orde C(G). karenanya F tidak memuat G. definisikan s =

dapat diperiksa bahwa adalah graf multipartit K s. jelas Ks terdiri dari

partisi, sehingga tidak memuat graf dengan bilangan kromatik (H). dengan

demikian tidak memuat H. jadi, diperoleh R(G,H) ≥ + 1 = ( (H) - 1)(C(G) – 1) +

1).

Berdasarkan batas bawah Chvatal dan Harary ini diperoleh:

 Batas bawah untuk R ( Sn ,Wm ) dimana n  3 dan m ganjil adalah 3n – 2

45
 Batas bawah untuk R(Tn,Km) dimana n dan m sembarang adalah (m-1)(n –

1)+1

Beberapa bilangan Ramsey yang telah dihasilkan antara lain: S. A. Burr dkk.

dalam [2] membuktikan bahwa km+ln – min(mi,nj) – 1  R(mG,nH)  km+ln

-min(mi,nj)+C, dimana G  k , H  l , i=  0(G) dan j=  0(H). Dalam [1], E. T.

Baskoro dkk. membuktikan bahwa jika n  3, maka R(Sn,W5) = 3n-2. Chen dkk. [3],

menunjukkan bahwa jika n  m-1  2 dan m ganjil maka R(Sn,Wm) = 3n-2. Dalam [6],

Hasmawati memperoleh R(Sn,Wm) = m+n-2 untuk n ganjil dan m genap, R(Sn,Wm) =

m+n-1 untuk yang lainnya.

Makalah ini akan membahas mengenai bilangan Ramsey untuk kombinasi k-

copy graf bintang dengan graf roda dan kombinasi k-copy graf pohon dengan graf

lengkap.

Berikut ini adalah beberapa hasil yang akan digunakan dalam pembuktian-

pembuktian teorema.

Teorema 2.2. (Hasmawati [7]). Jika n  3 dan m ganjil m  2n-1, maka R(Sn,Wm) =

3n-2.

Teorema 2.3 (V. Chvatal [4]). R(Tn,Km) = (n-1)(m-1) +1, untuk sebarang bilangan

asli n dan m.

berikut ini disajikan dua hasil yaitu bilangan Ramsey R(kSn,Wm ) dan bilangan

Ramsey R(kTn,Km), dimana k menunjukkan banyaknya komponen.

46
Teorema 2.4. Jika n  3, dan m ganjil m  2n-1, maka R(kSn,Wm ) = 3n-2 + (k-1)n.

Bukti: Misalkan m ganjil m  2n-1 dan n  3. Pandang graf F= K kn1  2 K n 1 . Graf ini

berorde 3n-3 + (k-1)n dan terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah graf

lengkap berorde kn-1, dan dua komponen lainnya juga masing-masing merupakan

graf lengkap, dengan orde berturut-turut n-1, n-1. Komponen pertama hanya

memuat (k  1) S n , dan dua komponen lainnya masing-masing tidak memuat Sn . Jadi

graf F= K kn1  2 K n 1 tidak memuat kS n . Selanjutnya, perhatikan F .

Graf =
Kn-1

Kkn-1

Kn-1KK

K kn 1 +  K n 1  K n1  merupakan graf tripartit yang terdiri dari tiga partisi dengan

masing-masing partisi mempunyai kn-1, n-1,dan n-1 titik. Andaikan F memuat Wm

dengan m ganjil, maka titik pusat roda akan berada pada salah satu partisi dan rim

roda Cm berada pada kedua partisi lainnya. Karena siklus Cm adalah ganjil, maka

kedua partisi tersebut tidak mungkin membentuk graf bipartit. Akibatnya, ketiga

47
partisi dimaksud di atas tidak mungkin membentuk graf tripartit (suatu kontradiksi).

Jadi graf F tidak memuat Wm untuk m ganjil. Dengan demikian

F  ( m  2) K n 1  K kn1 tidak memuat kSn dan F = K kn 1 +  K n 1  K n 1  tidak memuat

Wm untuk m ganjil. Karena itu, diperoleh R(kSn,Wm )  3n-2 + (k-1)n untuk m ganjil..

Berikutnya akan ditunjukkan bahwa bilangan Ramsey R(kSn,Wm )  3n-2 + (k-

1)n. Dalam pembuktian akan digunakan proses induksi matematika. Untuk k = 1,

berdasarkan Teorema 1.1 diperoleh R(Sn,Wm) = 3n-2. Asumsikan Teorema benar

untuk setiap r  k , yakni R(rSn,Wm) = 3n-2 +(r-1)n. Akan ditunjukkan bahwa

Teorema juga benar untuk r  k .

Ambil sebarang graf F1 dengan F1 = 3n-2 + (k-1)n. Andaikan F1 tidak memuat

roda Wm . Akan ditunjukkan F1 memuat kSn. Karena F1  3n-2 + (r-1)n untuk setiap

r  k , maka berdasarkan asumsi F1 memuat (k  1) S n . Tulis A  V ( F1 ) \ V ((k  1) S n )

dan T adalah subgraf F1 yang diinduksi oleh A. Karena T =3n-2 dan T tidak

memuat Wm , maka menurut Teorema 1.1, subgraf T memuat S n . Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa F1 memuat k S n . Jadi diperoleh R(kSn,Wm )  3n-2 + (k-

1)n.

Teorema 3.2. R(kTn,Km)= R(Tn.Km) + (k-1)n untuk sebarang bilangan asli n dan m.

Bukti: Pandang graf F  ( m  2) K n 1  K kn 1 . Graf ini berorde (m-1)(n-1)+(k-1)n,

tidak memuat kTn dan komplemennya tidak memuat K m . Karena itu, diperoleh

48
R(kTn,Km )  (m-1)(n-1)+(k-1)n+1. Sebaliknya, tetapkan m dan n kemudian

aplikasikan induksi matematika untuk k. Jika k=1, berdasarkan Teorema 1.2

diperoleh R(Tn,Km) = (n-1)(m-1) +1. Asumsikan Teorema benar untuk setiap r  k .

Akan dibuktikan Teorema juga benar untuk r=k.

Ambil sebarang graf F1 dengan F1 = (m-1)(n-1)+(k-1)n+1. Andaikan F1 tidak

memuat K m . Akan ditunjukkan F1 memuat kTm . Karena F1  (m-1)(n-1)+(r-1)n+1

untuk setiap r  k , maka berdasarkan asumsi F1 memuat (k  1)Tn . Tulis

B  V ( F1 ) \ V ((k  1)Tn ) dan H adalah subgraf F1 yang diinduksi oleh B. Karena H

=(m-1)(n-1)+1 dan H tidak memuat K m , maka menurut Teorema 1.2, subgraf H

memuat Tn . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa F1 memuat k Tn . Jadi

diperoleh R(kTn,Km )  (m.-1)(n-1)+ (k-1)n+1.

Kesimpulan

Pada pasal 1 pendahuluan diketahui bahwa bilangan Ramsey untuk

kombinasi graf bintang dan graf roda R(Sn,Wm ) dengan m ganjil sama dengan nilai

batas bawah Chvatal dan Harary. Demikian pula untuk bilangan Ramsey kombinasi

graf pohon dengan graf lengkap R(Tn,Km) juga sama dengan nilai batas bawah

Chvatal dan Harary.

Pada pasal 3, dibahas mengenai bilangan Ramsey untuk kombinasi k-kopi graf

bintang dengan graf roda R(kSn,Wm ) dan kombinasi k-kopi graf pohon dengan graf

lengkap R(kTn,Km).

Hasil dari pembahasan tersebut , menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara bilangan Ramsey untuk kombinasi graf bintang dan graf roda R(Sn,Wm )

49
dengan bilangan Ramsey untuk kombinasi k-copy graf bintang dan graf roda

R(kSn,Wm ) . Hal ini juga berlaku pada kombinasi graf pohon dan graf lengkap

R(Tn,Km) dengan kombinasi k-copy graf pohon dan graf lengkap R(kTn,Km).

Masalah yang masih terbuka untuk dikaji adalah bilangan Ramsey R(kSn,Wm)

untuk m genap, dan R(kTn,H). dimana H adalah sebarang graf kecuali graf Km.

Kemudian selidiki apakah ada hubungan antara R(Sn,Wm ) dengan R(kSn,Wm) untuk

m genap, dan R(Tn,Km) dengan R(kTn,Km), dengan k  2.

Daftar Acuan

[1] E. T. Baskoro, Surahmat, S. M. Nababan dan M. Miller, On Ramsey Numbers

for Tree versus Wheels of Five or Six vertices, Graph Combin., (2002) 18:717-

721.

[2] S. A. Burr, P. Erdos dan J. H. Spencer, Ramsey Theorems for Multiple Copies of

Graphs, Trans. Amer. Math. Soc., 209, 1975.

[3] Y. J. Chen, Y. Q. Zhang dan K. M. Zhang, The Ramsey Number of Stars versus

Whells, Discrete Math., to appear.

[4] V. Chv’atal Tree-Complete Graph Ramsey Numbers, J. Graph Theory, 1(1977)

93.

[5] V. Chv’atal dan F. Harary, Generalized Ramsey Theory for Graph, III:Small off-

Diagonal Numbers, Pac. J. Math., 41(1972) 335-345.

50
[6] Hasmawati, Bilangan Ramsey untuk kombinasi Graf Bintang terhadap Graf

Roda, Tasisi Magister, Departemen Matematika ITB, 2004.

[7] Hasmawati, E. T. Baskoro dan H. Assiyatun, Star-Whell Ramsey Numbers,

Proc. IWOGL Mala ng, Indonesia, 6-9 Desember 2004.

Soal-Soal

1. Misalkan F1 adalah fraf berorde s dan F2 adalah graf berorde t. Tunjukkan

bahwa r(F1, F2)  r(Ks,Kt)

2. Kita mulai dengan r(k4,K5)=25. Tunjukkan bahwa jika graf G adalah graf

berorde 25 tidak memuat K4 sebagai subgraf, maka G memuat lima titik yang

saling bebas.

3. Tunjukkan bahwa R(2T5,K5)= R(T5.K5) + 5

4. Tentukan batas bawah menurut Chavatal dan Harary untuk R(Sn,Wm), jika n 

3 dan m ganjil m  2n-1.

5. Tentukan batas bawah menurut Chavatal dan Harary untuk R(Sn,Wm), jika n 

3 dan m 2n-1.

51
52

Anda mungkin juga menyukai