KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DALAM MENERBITKAN
IZIN PERTAMBANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Oleh : Dedis Elvalina
Pembimbing 1 : Dr. Emilda Firdaus, S.H., M.H. Pembimbing 2 : Widia Edorita, S.H., M.H. Alamat : Jalan Tengku Bey, Perumahan Villa Anggrek Mas 3, Blok H.66, Pekanbaru Email : elvalinadedis@gmail.com – Telepon: 082386988156
ABSTRACT
National Constitution Number 23 on 2014 about Regional Government mandated that
the implementation of government affairs in energy and mineral resources are divided between the central government and the provinces. Including the authority to issu the permits for mineral and coal. Before the enactment of National Constitution Number 23 on 2014 about Regional Government, the mining permit issuing authority is divided between the government, the provincial government, and local government of district/city. Now all authority to issue the permits that were previously owned by the district/city, is now owned by the provinces. This raises the pros and cons in the community. Some of them agree that the authority to issue the mining permits that were previously owned by the distric/city is now transferred to the provinces, and there are others that doesn’t agree, and there are also some of them asking that such authority to be returned to the district/city.
Key Words: Authority – Autonomy – Mining Permit
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 1
PENDAHULUAN pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. A. Latar Belakang Masalah Keberlakuan otonomi daerah, Indonesia merupakan negara secara khusus memberikan yang kaya akan bahan galian kewenangan kepada pemerintah daerah (tambang). Bahan galian itu, meliputi untuk mengurus dan mengelola sendiri emas, perak, tembaga, minyak dan gas daerahnya. Namun dalam bumi, batu bara dan lain-lain. Bahan pelaksanaannya terjadi tarik ulur dalam galian itu dikuasai oleh Negara. Hak kepemilikan kewenangan oleh Penguasaan Negara berisi wewenang pemerintah provinsi dengan untuk mengatur, mengurus dan pemerintah kabupaten/kota. Begitu mengawasi pengelolaan atau juga dengan kewenangan dalam pengusahaan bahan galian, serta berisi penerbitan izin pertambangan. kewajiban untuk mempergunakannya Dalam Undang-Undang sebesar-besarnya untuk kemakmuran Nomor 32 Tahun 2004 tentang rakyat. Penguasaan oleh negara Pemerintahan Daerah jo Peraturan diselenggarakan oleh pemerintah.1 Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Konsep dari kepemilikan dari tentang Pembagian Urusan kekayaan alam bangsa Indonesia yang Pemerintaha antara Pemerintah, berasal dari bahan tambang adalah Pemerintah Daerah Provinsi, dan milik seluruh rakyat Indonesia. Hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan pasal 33 ayat 3 Undang- mengatakan bahwa mengenai Undang Dasar Tahun 1945. Undang- kewenangan pemberian izin Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 pertambangan dibagi antara ayat 3 ini menyebutkan bahwa Bumi pemerintah, pemerintah provinsi, dan dan air dan kekayaan alam yang pemerintah kabupaten/kota. Aturan terkandung didalamnya dikuasai oleh tersebut lebih diperjelas lagi dengan Negara dan dipergunakan untuk Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. tentang Pertambangan Mineral dan Hak penguasaan negara Batu Bara, yang dalam aturan ini jelas tersebut dibagi berdasarkan wilayah- pembagian kewenangan pemberian wilayah di Indonesia. Pembagian izin pertambangan. Kabupaten/kota wilayah tersebut terdapat dalam pasal memiliki peran yang besar dalam 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. menerbitkan izin pertambangan. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar Tetapi didalam Undang- 1945 tersebut mengatakan bahwa Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia Pemerintahan Daerah, kabupaten/kota dibagi atas daerah-daerah provinsi dan tidak lagi diberi kewenangan daerah provinsi itu dibagi atas penerbitan izin pertambangan. kabupaten dan kota, yang tiap provinsi, Penerbitan izin pertambangan yang kabupaten, dan kota itu mempunyai awalnya merupakan kewenangan pemerintah daerah, yang diatur dengan kabupaten/kota, sekarang menurut undang-undang. Pasal 18 ayat 2 undang-undang ini menjadi Undang-Undang Dasar 1945 kewenangan provinsi. Hal ini terdapat mengatakan pemerintah daerah didalam pasal 14 dan 15. provinsi, daerah kabupaten, dan kota Penerbitan izin pertambangan mengatur dan mengurus sendiri urusan yang kini menjadi kewenangan provinsi dikarenakan oleh beberapa alasan. Diantaranya, yang dikatakan 1 Salim HS, Hukum Pertambangan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta: 2012, hlm. 1
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 2
Otonomi Daerah (Otda), kota yang tahu persis adalah Djohermansyah Djohan bahwa: kabupaten dan kota itu sendiri, bukan “Kewenangan yang bersifat provinsi. Apalagi, kewenangan di ekologis akan dialihkan kepada tangan provinsi justru akan pemerintah provinsi. Hal ini menghambat investasi masuk. Sebab, dilakukan sebagai antisipasi rantai birokrasi semakin panjang.3 kerusakan alam. Selain itu juga Bupati Sumbawa Barat, Nusa meminimalisir penyalahgunan Tenggara Barat Zulkifli Muhadli pemberian izin ekologis. berpendapat, seharusnya pemerintah Penerbitan izin seringkali pusat tak menggeneralisasi persoalan diterbitkan semaunya. Apalagi tumpang tindih IUP sebagai akibat menjelang pilkada. Penarikan ketidakmampuan daerah dalam wewenang ini juga mengeluarkan izin. Menurutnya, dikarenakan kemampuan pencabutan kewenangan bukan solusi, sumber daya manusia (SDM) tapi membuat persoalan baru. Sebab belum cukup mumpuni. gubernur akan kesulitan menjangkau Djohermansyah pernah seluruh wilayah tambang yang ada di menemukan kepala dinas kabupaten/kota. Selain itu, gubernur pertambangan hanya sarjana tak memiliki daya dukung lingkungan, hukum. Kepala dinas jika ada konflik sosial di tambang.4 kehutanan sarjana agama, Ketua LSM Peduli Kuansing, sehingga tidak mempunyai Ilyas menyayangkan pemberlakuan kapasitas. Kemudian penarikan UU Nomor 23 Tahun 2014, karena wewenangan tersebut juga banyak mempreteli kewenangan di bertujuan untuk memudahkan kabupaten. Padahal kabupaten dan pengawasan dari pusat atas kota rata-rata berkembang maju dan pemanfaatan sumber daya pesat selama Otda karena memiliki alam. Soalnya, saat ini, hanya kewenangan dalam membangun ada 34 provinsi di Indonesia, daerah secara mandiri, karena orang sedangkan kabupaten/kota daerah yang mengerti permasalahan di berjumlah sekitar 512. Maka daerah dan masyarakatnya. lebih gampang dalam Menurutnya semakin dekat rentang mengontrol.” 2 kendali pemerintahan disertai kewenangan akan semakin baik, Banyak pihak yang setuju akan sehingga pemerintah kabupaten dan keputusan itu. Tetapi tidak semua kota dapat pula secara cepat mengatasi pihak setuju dengan penarikan permasalahan. Kalau otonomi kembali kewenangan penerbitan izin ke provinsi bayangkan panjangnya pertambangan ke provinsi. Penolakan rentang kendali pemerintahan datang dari Andi Fahsar Padjalangi, nantinya, harus dievaluasi ulang, Bupati Bone, yang meminta asosiasi pemerintahan kabupaten dan kewenangan tersebut tetap ada di kota se-Indonesia harus tingkat kabupaten dan kota, tapi atas rekomendasi dari provinsi. 3 Pertimbangannya, hampir semua https://www.facebook.com/TabloidKonta n/posts/788348441205350, diakses, tanggal, 7 masalah yang terjadi di kabupaten dan November 2015. 4 http://www.imaapi.com/index.php?option 2 http://nasional.sindonews.com/read/8585 =com_content&view=article&id=2325:kewenanga 85/13/ruu-pemda-wewenang-yangdilimpahkan-ke- n-bupati-di-tambang-ditebas&catid=47:media- pemprov-1398708066, diakses, tanggal, 7 news&Itemid=98&lang=id, diakses, tanggal, 7 November 2015. November 2015.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 3
memperjuangkannya kembali a. Untuk mengetahui kewenangan didukung unsur-unsur masyarakat di pemerintah daerah provinsi daerah.5 dalam menerbitkan izin Dan juga masyarakat tidak pertambangan berdasarkan setuju kewenangan ditarik oleh Undang-Undang Nomor 23 provinsi karena susahnya mengurus Tahun 2014 tentang izin yang harus dilakukan di ibukota Pemerintahan Daerah. provinsi. Salah satunya yang b. Untuk mengetahui apakah dikeluhkan oleh pengusaha tambang kewenangan pemerintah daerah di Luwu Timur, yang mengatakan jika provinsi dalam menerbitkan persoalan izin pertambangan dialihkan izin pertambangan berdasarkan ke Provinsi Sulselbar. Tentu repot Undang-Undang Nomor 23 jadinya, karena jarak tempuh Luwu Tahun 2014 tentang Timur-Makassar beratus kilometer Pemerintahan Daerah telah akan menyita waktu, tenaga dan biaya tepat berdasarkan prinsip transportasi yang tidak sedikit.6 otonomi daerah. Berdasarkan hal tersebut 2. Kegunaan Penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk a. Untuk menerapkan sebagian melakukan penelitian dengan judul pengetahuan yang diperoleh Kewenangan Pemerintah Daerah selama di bangku kuliah Provinsi dalam Menerbitkan Izin sehingga dapat bermanfaat bagi Pertambangan Berdasarkan penulis sendiri dan orang lain. Undang-Undang Nomor 23 Tahun b. Dapat sebagai bahan 2014 tentang Pemerintahan Daerah. pertimbangan bagi para peneliti berikutnya, khususnya yang B. Rumusan Masalah melakukan penelitian dalam 1. Bagaimanakah kewenangan masalah yang sama sehingga pemerintah daerah provinsi dalam dapat bermanfaat bagi menerbitkan izin pertambangan perkembangan ilmu berdasarkan Undang-Undang pengetahuan. Nomor 23 Tahun 2014 tentang c. Untuk menambah bahan bacaan Pemerintahan Daerah? di perpustakaan dan sebagai 2. Apakah kewenangan pemerintah sumbangsih penulis terhadap daerah provinsi dalam menerbitkan almamater. izin pertambangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun D. Kerangka Teori 2014 tentang Pemerintahan Daerah 1. Teori Kewenangan telah tepat berdasarkan konsep Dalam membicarakan otonomi daerah? bagaimana kedudukan wewenang pemerintahan terhadap C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian penyelenggaraan pemerintahan 1. Tujuan Penelitian tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan penerapan asas legalitas dalam sebuah konsepsi negara 5 http://kuansingterkini.com/berita/detail/5 hukum yang demokratis.7 Yang 358#.Vj2BrbcrLIU, diakses, tanggal, 7 November berarti bahwa pemerintah hanya 2015. memiliki kewenangan tertentu 6 http://www.palopopos.co.id/luwu- timur/item/8948-pengurusan-izin-tambang- 7 dialihkan-ke-provinsi.html, diakses, tanggal, 7 Aminuddin Ilmar, Hukum Tata November 2015. Pemerintahan, Prenadamedia Group, Jakarta: 2014, hlm. 93.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 4
sepanjang diberikan atau “perundangan” (regeling), 8 berdasarkan undang-undang. mengandung arti pula P. De Haan, menyebutkan “pemerintahan” (bestuur).13 bahwa wewenang pemerintahan Olowu menegaskan bahwa tidaklah jatuh dari langit, akan otonomi daerah yang sukses tetapi ditentukan oleh hukum.9 mensyaratkan adanya kemampuan Goorden mengatakan daerah yang memadai, dan hal ini bahwa wewenang adalah secara niscaya mengharuskan elit- keseluruhan hak dan kewajiban elit daerah yang terlibat dalam yang secara eksplisit diberikan oleh proses itu pada gilirannya harus pembuat undang-undang kepada memperhatikan integritas dan subjek hukum publik.10 akuntabilitas.14 Secara teoritik, kewenangan Asas-asas penyelenggaraan berumber dari peraturan pemerintah daerah (asas otonomi perundang-undangan yang daerah): diperolah melalui tiga cara yaitu a. Asas Desentralisasi atribusi, delegasi, dan mandat.11 Desentralisasi adalah Mengenai atribusi, delegasi, penyerahan wewenang dan mandat ini H.D. Van Wijk/ pemerintahan oleh Willem Konijnenbelt pemerintah pusat kepada mendefinisikan sebagai berikut:12 daerah otonom.15 a. Atribusi adalah pemberian Maddick mengatakan wewenang pemerintahan oleh bahwa desentralisasi pembuat undang-undang merupakan suatu cara untuk kepada organ pemerintahan. meningkatkan kemampuan b. Delegasi adalah pelimpahan pejabat-pejabat pemerintah wewenang pemerintahan dari untuk memperoleh satu organ pemerintahan informasi yang lebih baik kepada organ pemerintahan tentang kondisi daerah, lainnya. merencanakan rencana- c. Mandat terjadi ketika organ rencana daerah secara lebih pemerintahan mengizinkan responsif dan bereaksi kewenangannya dijalankan secara lebih cepat, oleh organ lain atas nama manakala masalah-masalah dirinya. muncul secara tak 2. Konsep Otonomi Daerah terhindarkan dalam Istilah otonomi berasal dari pelaksanaannya.16 bahasa Yunani “autos” yang b. Asas Dekonsentrasi artinya sendiri dan “nomos” yang Asas dekonsentrasi artinya undang-undang, yang adalah asas yang berarti perundangan sendiri. menyatakan pelimpahan Menurut perkembangan sejarah wewenang dari pemerintah pemerintahan di Indonesia, 13 otonomi selain mengandung arti Tjahja Supriatna, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Bumi Aksara, Jakarta: 1996, hlm. 3. 8 Ridwan HR, Hukum Administrasi 14 Mas’ud Said, Arah Baru Otonomi di Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2013, hlm. 92. Indonesia, UMM Press, Malang: 2008, hlm. 60. 9 15 Aminuddin Ilmar, Op.cit, hlm. 104. H.A.W. Widjaja, Penyelenggaraan 10 Ridwan HR, Op.cit, hlm. 98. Otonomi di Indonesia, Raja Grafindo Persada, 11 ibid, hlm. 101. Jakarta: 2007, hlm. 25. 12 16 Ibid, hlm. 102. Tjahja Supriatna, Op.cit, hlm. 21.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 5
pusat atau kepala wilayah yang menjadi kewenangan daerah atau kepala instansi vertikal otonom. tingkat yang lebih tinggi 3. Izin adalah pernyataan kepada pejabat-pejabatnya mengabulkan (tidak melarang di daerah. tanggung jawab dsb).20 tetap ada pada pemerintah 4. Pertambangan berdasarkan pusat. Baik perencanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun dan pelaksanaannya 2009 tentang Pertambangan maupun pembiayaannya Mineral dan Batu Bara pasal 1 tetap menjadi tanggung angka 1 adalah sebagian atau jawab pemerintah pusat. seluruh tahapan kegiatan dalam Unsur pelaksanaannya rangka penelitian, pengelolaan dikoordinasi oleh kepala dan pengusahaan mineral atau daerah dalam batubara yang rneliputi kedudukannya selaku wakil penyelidikan umum, eksplorasi, pemerintah pusat.17 studi kelayakan, konstruksi, c. Asas Tugas Pembantuan penambangan, pengolahan dan Asas tugas pemurnian, pengangkutan dan pembantuan adalah asas penjualan, serta kegiatan yang menyatakan tugas pascatambang. turut serta dalam 5. Izin Pertambangan berdasarkan pelaksanaan urusan Undang-Undang Nomor 4 Tahun pemerintah yang ditugaskan 2014 tentang Pertambangan kepada pemerintah daerah Mineral dan Batu Bara ada tiga dengan kewajiban jenis izin pertambangan, yaitu mempertanggungjawabkann Izin Usaha Pertambangan (IUP), ya kepada yang memberi Izin Pertambangan Rakyat (IPR), tugas.18 Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Yang dibahas dalam E. Kerangka Konseptual penelitian ini adalah izin yang Guna memudahkan analisis diterbitkan oleh pemerintah penelitian, penulis akan menjelaskan provinsi yang sebelumnya yang beberapa definisi konsep tentang berwenang menerbitkannya penelitian ini. Agar penelitian ini dapat adalah pemerintah menjadi lebih mudah untuk di kabupaten/kota. interpretasikan. Konsep yang dibutukan adalah sebagai berikut: F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 1. Kewenangan adalah kekuasaan Jenis penelitian ini adalah untuk melakukan sesuatu hal.19 penelitian hukum normatif. Dalam 2. Pemerintah Daerah adalah kepala hal ini peneliti membahas tentang daerah sebagai unsur asas-asas hukum. penyelenggara Pemerintahan 2. Sumber Data Daerah yang memimpin Dalam penelitian hukum pelaksanaan urusan pemerintahan normatif, sumber datanya adalah data sekunder. Data sekunder 17 Kansil dan Christine Kansil, dibedakan menjadi tiga, yaitu: Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2004, hlm. 4. 18 Ibid. 19 Kepustakaan Nasional, Kamus Besar 20 Bahasa Indonesia, Penerbit Jakarta, Jakarta: 2008 Ibid, hlm. 381.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 6
a. Bahan Hukum Primer dinyatakan secara tertulis. Analisis Bahan hukum ini terdiri deskriptif tidak dianalisis dengan atas peraturan perundang- menggunakan statistik atau undangan, catatan-catatan matematika ataupun yang resmi atau risalah dalam sejenisnya, namun cukup dengan pembuatan suatu peraturan menguraikan secara deskriptif dari perundang-undangan, dan data yang diperoleh. Dalam putusan hakim.21 Dalam menarik kesimpulan, penulis penelitian ini penulis menarik kesimpulan secara berpedoman pada peraturan deduktif, yaitu menarik kesimpulan perundang-undangan seperti, dari hal-hal atau suatu pernyataan Undang-Undang Nomor 23 yang bersifat umum menjadi suatu tahun 2014 tentang pernyataan yang bersifat khusus. Pemerintahan Daerah. b. Bahan Hukum Sekunder HASIL PENELITIAN DAN Bahan hukum sekunder PEMBAHASAN adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan A. Kewenangan Pemerintah Daerah dokumen yang tidak resmi. Provinsi dalam Menerbitkan Izin Publikasi tersebut terdiri atas: Pertambangan Berdasarkan buku-buku teks yang Undang-Undang Nomor 23 Tahun membicarakan suatu dan/atau 2014 tentang Pemerintahan Daerah beberapa permasalahan hukum, Pasal 14 Undang-Undang termasuk skripsi, tesis, dan Nomor 23 Tahun 2014 tentang disertasi hukum. Kamus-kamus Pemerintahan Daerah, menyatakan hukum, jurnal-jurnal hukum, bahwa: Penyelenggaraan urusan dan komentar-komentar atas pemerintahan bidang kehutanan, putusan hakim.22 kelautan, serta energi dan sumber daya c. Bahan Hukum Tertier mineral dibagi antara pemerintah Bahan hukum tertier yaitu pusat dan daerah provinsi. bahan hukum yang Pasal 15 Undang-Undang memberikan petunjuk atau Nomor 23 Tahun 2014 tentang penjelasan terhadap bahan Pemerintahan Daerah, menyatakan hukum primer dan sekunder, bahwa: Pembagian urusan misalnya kamus, ensiklopedi, pemerintahan konkuren antara indeks kumulatif, dan lainnya. pemerintah pusat dan daerah provinsi 3. Teknik Pengumpulan Data serta daerah kabupaten/kota tercantum Teknik pengumpulan data dalam lampiran yang merupakan pada penelitian hukum normatif bagian yang tidak terpisahkan dari adalah dengan menggunakan undang-undang ini. metode kajian kepustakaan. Pada lampiran Undang- 4. Analisis Data Undang Nomor 23 Tahun 2014 Dalam penelitian ini tentang Pemerintahan Daerah analisis yang dilakukan adalah mengenai pembagian urusan analisis kualitatif, yaitu tata cara pemerintahan bidang energi dan penelitian yang menghasilkan data sumber daya mineral terdapat pada deskriptif, yaitu apa yang poin cc. Pada lampiran ini terlihat bahwa daerah kabupaten/kota tidak 21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian memiliki kewenangan sama sekali Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2011, hlm. 47. 22 Ibid, hlm. 54.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 7
dalam hal penerbitan izin Penyerahan kewenangan harus pertambangan mineral dan batubara. memperhatikan keseimbangan antara Setiap pejabat administrasi dua orientasi: efisiensi pemerintahan negara dalam bertindak (menjalankan dan demokrasi politik di mana pada tugas-tugasnya) harus dilandasi ujungnya adalah penilaian apakah wewenang yang sah yang diberikan publik bisa memperoleh pelayanan peraturan perundang-undangan. yang bermutu atau sebaliknya. Selain Dengan demikian setiap perbuatan itu, dikaitkan dengan pendekatan para pejabat administrasi negara harus penyerahan kewenangan di atas, tentu mempunyai landasan hukum.23 Oleh hasil penilaian berdasarkan berbagai karena itu, setiap pejabat administrasi kriteria yang tetap diserahkan kepada negara sebelum menjalankan tugasnya daerah berdasarkan cara bertahap harus terlebih dahulu dilekati dengan menurut kondisi dan kemampuan riil suatu kewenangan yang sah daerah bersangkutan. berdasarkan peraturan perundang- Efisiensi pelayanan dalam undangan.24 penerbitan izin pertambangan akan Secara teoritis kewenangan lebih terasa apabila kewenangan yang bersumber dari peraturan penerbitan izin pertambangan berada perundang-undangan diperoleh pada kabupaten/kota. Sebab untuk melalui tiga cara yaitu, atribusi, pengurusan izinnya tidak perlu ke delegasi, dan mandat. Mengenai daerah provinsi yang jaraknya bisa atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. beratus-ratus kilometer. Van Wijk/ Willem Konijnenbelt Kewenangan harus dikelola mendefinisikan sebagai berikut:25 secara adil, jujur, dan demokratis. Cara a. Atribusi adalah pemberian pandang yang demikian inilah yang wewenang pemerintahan oleh tepat untuk meletakkan otonomi luas pembuat undang-undang kepada dalam rangka kemandirian daerah yang organ pemerintahan. mampu mengoptimalkan sumber daya b. Delegasi adalah pelimpahan lokal dalam menjawab tantangan wewenang pemerintahan dari satu global.26 organ pemerintahan kepada organ Sedikit kewenangan yang pemerintahan lainnya. diturunkan oleh pusat kepada daerah c. Mandat terjadi ketika organ dampaknya adalah implementasi pemerintahan mengizinkan otonomi daerah tidak berjalan sesuai kewenangannya dijalankan oleh dengan yang diinginkan oleh daerah. organ lain atas nama dirinya. Berdasarkan tabel-tabel diatas, Berdasarkan hal tersebut, kewenangan pada daerah kewenangan yang dimiliki provinsi kabuapten/kota sangat berkurang. dalam penerbitan izin pertambangan Padahal semakin tinggi kewenangan merupakan kewenangan yang sah, yang diturunkan kepada daerah, akan karena didapat dari peraturan berpengaruh positif terhadap perundang-undangan. implementasi kebijakan otonomi daerah.27 23 Safri Nugraha, et. al., Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok: 2007, hlm. 38. 24 Ibid. 25 Supandi, “Kewenangan Diskresi 26 J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Pemerintah Dalam Sistem Hukum Indonesia” Daerah, Rineka Cipta, Jakarta: 2007, hlm. 10. 27 dalam Subur MS (Editor), Peradilan Administrasi Agus Yusoff dan Andi Yusran, Kontemporer, Genta Press, Yogyakarta, 2014, Desentralisasi di Indonesia, Suska Press dan Red hlm.24. Post Press, Pekanbaru: 2007, hlm. 29.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 8
B. Kewenangan Pemerintah Daerah daerah terhadap program otonomi Provinsi dalam Menerbitkan Izin daerah. Bukan pengalihan kewenangan Pertambangan Berdasarkan Konsep dari pemerintah kabupaten/kota ke Otonomi Daerah provinsi. Kebijakan desentralisasi dan Kegagalan pengimplementasian implementasi otonomi daerah pada otonomi daerah, terutama di negara- dasarnya menyangkut pengalihan negara berkembang, seringkali karena, kewenangan dan sumber daya dari meski pelaksaannya telah direncanakan pusat ke daerah-daerah. daerah dalam secara memadai, namun dijalankan pengertian ini sekurangnya mencakup: secara buruk oleh pemerintah daerah institusi-institusi pemerintahan daerah, yang tak berpengalaman dan PNS yang elite-elite di daerah, kekuatan-kekuatan tak cakap.31 Keberhasilan suatu sosial politik di daerah. organisasi dalam mencapai tujuan Menurut Eric Barendt, tujuan tergantung pada perilaku dan sikap dari desentralisasi adalah agar orang-orang, keandalan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kemampuan orang-orang yang kebutuhan dan kondisi lokal.28 mengoperasikan unit-unit kerja yang Otonomi daerah diasumsikan terdapat dalam organisasi tersebut.32 pengalihan kewenangan, hal itu Jadi dalam pelaksanaan penerbitan izin berimplikasi bahwa studi dan penilaian pertambangan, agar dapat berjalan terhadap otonomi daerah haruslah dengan baik, maka harus dijalankan dilakukan terhadap para pelaku dan oleh aparat atau PNS yang institusi yang menerima pengalihan berkompeten. fungsi-fungsi yaitu daerah. Otonomi adalah turunan dari mengarahkan perhatian pada kondisi desentalisasi, yaitu semakin tinggi pemerintah daerah, institusi daerah dan derajat desentralisasi, maka semakin sikap-sikap kepala daerah terhadap tinggi tingkat otonomi daerah.33 Maka program otonomi daerah.29 semakin berada di tingkat Kuantitas dan kualitas sumber pemerintahan terendah yaitu tingkat daya manusia (SDM) sangat kabupaten/kota, maka semakin bagus. menentukan kinerja Dinas Anderson dan Gibson Pertambangan, oleh sebab itu untuk menemukan bahwa desentralisasi yang meningkatkan kualitas kerjanya perlu menyalurkan sangat sedikit kuasa pada ditingkatkan kualitas sumber daya pemerintah daerah akan menghambat manusia dengan memperhatikan kesadaran pemerintah daerah untuk tingkat pendidikan formal, pelatihan, meningkatkan aktifitas pengelolaan teknis fungsional dan pendidikan sumber daya alam. jenjang karier.30 Berdasarkan hal Pandangan Smith menunjukkan tersebut, maka yang perlu diperhatikan bahwa pengalihan otoritas dari adalah kondisi pemerintah daerah, pemerintah pusat kepada pemerintah institusi daerah dan sikap-sikap kepala daerah atau organisasi non pemerintahan di daerah akan 28 Edie Toet Hendratno, Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme, Graha Ilmu, 31 Mas’ud Said, Op.cit, hlm. 61. Jakarta: 2009, hlm. 66. 32 Widya Astuti, “Pengaruh Perilaku 29 Mas’ud Said, Op.cit, hlm. 58. Kepemimpinan pada Kinerja Pegawai Dinas Tata 30 Ruli Kurnia, “Implementasi Kebijakan Kota Pekanbaru”, Jurnal Ilmu Administrasi Pengelolaan Sektor Pertambangan”, Jurnal Negara, Program Studi Ilmu Administrasi PPS Demokrasi dan Otonomi Daerah, Program Studi Universitas Riau, Volume 8, No. 2, Juli 2008, hlm. Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan 73 33 Ilmu Politik Universitas Riau, Volume 11, No. 1, Agus Yusoff dan Andi Yusran, Op.cit, Juni 2013, hlm. 69. hlm. 47.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 9
mempersingkat waktu, manajemen dan maka rakyat tidak saja dapat pelayanan serta dapat memotong biaya menentukan nasibnya sendiri melalui karena ia sudah dijalankan oleh unit- pemberdayaan masyarakat. Melainkan unit di tingkat lokal.34 Begitu juga yang utama adalah berupaya untuk dalam hal penerbitan izin memperbaiki nasibnya sendiri. Hal itu pertambangan, akan lebih dapat diwujudkan dengan memberikan mempersingkat waktu, manajemen dan kewenangan yang cukup luas kepada pelayanan serta dapat memotong biaya pemerintah daerah guna mengatur dan apabila dilaksanakan di tingkat mengurus serta mengembangkan kabupaten/kota. Karena daerahnya. Sesuai dengan kepentingan kabupaten/kota yang lebih dekat dan potensi daerahnya.36 Maka dengan tempat kegiatan pertambangan. sebaiknya pelaksaan otonomi daerah Dr. Indra Perwira, dalam kuliah khususnya di bidang penerbitan izin umum magister fakultas hukum pertambangan akan lebih baik jika Universitas Riau, dengan tema Politik berada di daerah kabupaten/kota. Hukum Kebijakan Otonomi Daerah di Titik berat pelaksanaan Indonesia pada tanggal 5 Desember otonomi daerah tingakat II 2014, mengatakan bahwa “birokrasi dimaksudkan untuk mempercepat real itu berada pada kabupaten/kota. proses pembangunan di daerah.37 Provinsi itu tidak memiliki wilayah”. Kewenangan pengaturan pengelolaan, Pelaksanaan demokrasi di/dari pemanfaatan dan peruntukan sumber bawah dapat menambah efektivitas daya alam oleh pemerintah daerah pemerintahan. Hal ini dapat kabupaten, akan berimplikasi kepada disebabkan karena: peningkatan pendapatan asli daerah, 1. Pemerintahan dilakukan oleh kesejahteraan rakyat, terciptanya rakyat daerah itu sendiri, jadi kepastian hukum dan keadilan dalam dalam prinsipnya, yang menetukan pemanfaatan sumber daya alam politik daerah itu adalah rakyat nasional di daerah serta tercipta daerah itu. Maka dapatlah keserasian dalam penggunaan potensi- diharapkan bahwa politik itu akan potensi daerah melalui ruang daerah.38 sesuai dengan kebutuhan- Titik berat otonomi daerah di kebutuhan masyarakat daerah itu. kabupaten/kota lebih penting daripada 2. Dalam prakteknya, para penguasa di tingkat provinsi.39 Salah satu pemerintahan daerah adalah putra- pertimbangan pemerintah pusat untuk putra daerah itu sendiri, setidaknya memberikan otonomi bagi suatu daerah orang-orang yang sudah cukup tingkat II karena dinilai dalam lama menjadi penduduk daerah itu, menjalankan roda pemerintahan adalah yang sudah tentu dapat diharapkan tingkat yang paling dekat dengan lebih mengetahui keadaan-keadaan masyarakat, karena pemerintah daerah daerah daripada “orang luar”. tingkat II tersebut dianggap sangat Akibatnya, para penguasa daerah mengetahui permasalahan yang ada di diharapkan mengetahui pula cara wilayahnya.40 pemerintahan yang lebih tepat bagi Inti pemikiran dasarnya adalah daerahnya.35 bahwa hal-hal yang mengenai Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi dari bawah, 36 J. Kaloh, Op.cit, hlm. 62. 37 H.A.W. Widjaja, Op.cit, hlm. 105. 34 38 Ibid, hlm. 39. Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, 35 Josef Riwu Koha, Prospek Otonomi UII Press, Yogyakarta: 2004, hlm. 130-131. 39 Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali J. Kaloh, Op.cit, hlm. 52. 40 Pers, Jakarta: 2007, hlm. 13. H.A.W. Widjaja, Op.cit, hlm. 109.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 10
pelaksanaan dan terlebih-lebih yang yang memenuhi kriteria ukur atau menyentuh langsung kepentingan sifat-sifat sebagai berikut:46 masyarakat dan yang bersifat 1. Semua urusan yang secara pelayanan seharusnya dilakukan oleh langsung menyentuh kepentingan daerah tingkat II.41 masyarakat terutama yang Menurut Eric Barendt, tujuan menyangkut dengan urusan dari desentralisasi adalah agar pelayanan umum pengambilan keputusan sesuai dengan 2. Tugas-tugas pemerintahan yang kebutuhan dan kondisi lokal.42 sifatnya pelaksanaan dan bukan Penegasan tentang titik berat otonomi penentuan kebijaksanaan dalam pada daerah tingkat II ini diperlukan strata yang tinggi dalam rangka meningkatkan pelayanan 3. Segala urusan yang memerlukan terhadap masyarakat dan pelaksanaan keputusan segera karena pembangunan.43 menyangkut kepentingan rakyat Dasar pertimbangan otonomi banyak daerah lebih baik di daerah tingkat II 4. Seluruh urusan yang dapat adalah, pertama,dari dimensi politik, berakibat langsung meningkatkan daerah tingkat II dipandang kurang pendapatan masyarakat dan mempunyai fanatisme kedaerahan pendapatan daerah sehingga resiko gerakan separatisme 5. Seluruh urusan yang selama ini dan peluang berkembangnya aspirasi telah membaku di daerah, terutama federalis relatif minim. Kedua, dari daerah tingkat II, dan yang mampu dimensi administratif, penyelenggaraan membuka kemungkinan pemerintahan dan pelayanan kepada berkembangnya potensi daerah. masyarakat relatif dapat lebih efektif. Berdasarkan hal tersebut, Ketiga, daerah tingkat II adalah daerah urusan dalam penerbitan izin “ujung tombak” pelaksanaan pertambangan termasuk dalam kriteria pembangunan sehingga daerah tingkat ukur atau sifat-sifat tersebut. II lah yang lebih tau kebutuhan dan Diantaranya pertambangan merupakan potensi rakyat didaerahnya.44 urusan yang menyentuh langsung Aspek yang menguntungkan kepentingan masyarakat setempat. yang dapat diambil dari daerah tingkat Pengurusan izin pertambangan II adalah setiap pengurusan tidak perlu merupakan suatu pelayanan publik lagi sampai ke daerah tingkat I, karena yang dilakukan oleh pemerintah. Maka dapat dilaksanakan sendiri oleh daerah kewenangan akan lebih efektif dan tingkat II yang bersangkutan sendiri, efisien jika berada pada daerah dan ini sejalan dengan prinsip efisien kabupaten/kota. Kegiatan dan efektivitas.45 pertambangan merupakan kegiatan Urusan pemerintahan yang yang dapat berakibat langsung lebih tepat untuk diserahkan ke daerah meningkatkan pendapatan masyarakat tingkat II adalah urusan pemerintahan dan pendapatan daerah. Di dalam disertasinya yang berjudul “Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi 41 Daerah Tingkat II: Suatu Kajian Tjahya Supriatna, Op.cit, hlm. 83. 42 Desentralisasi dan Otonomi Daerah Edie Toet Hendratno, Op.cit, hlm. 66. 43 H.A.W. Widjaja, Op.cit, hlm. 37. dari Segi Ilmu Administrasi Negara”, 44 Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Bhenjamin Hoessein melakukan Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta: 2004, hlm. 3. 45 46 H.A.W. Widjaja, Op.cit, hlm. 109. Victor M Situmorang, Op.cit, hlm. 69.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 11
penelitian mengenai desentralisasi dan lebih langsung/dekat dengan otonomi daerah. permasalahan yang dampak/akibat dari urusan yang dikaji meliputi: (1) berapa besarnya ditangani tersebut. Dengan otonomi daerah tingkat II demikian akuntabilitas dibandingkan dengan bagian otonomi penyelenggaraan bagian urusan daerah tingkat I, (2) faktor-faktor yang pemerintahan tersebut kepada mempengaruhi besarnya otonomi masyarakat akan lebih terjamin. daerah tingkat II tersebut. Hasil 3. Efisiensi penelitiannya menyimpulkan bahwa Otonomi daerah harus mampu otonomi daerah tingkat II lebih kecil menciptakan pelayanan publik dari pada bagian otonomi daerah yang efisien dan mencegah high tingkat I diwilayah yang bersangkutan. cost economy. Efisiensi dicapai Porsi otonomi daerah seperti itu kurang melalui skala ekonomis pelayanan kondusif bagi layanan kepada publik. Skala ekonomis dapat masyarakat dan bagi keperluan dicapai melalui cakupan pelayanan pendekatan pembangunan dari yang optimal. Pendekatan ini bawah.47 dengan pertimbangan bahwa Distribusi urusan pemerintahan apabila suatu urusan dalam di antara tingkat pemerintahan penanganannya dipastikan akan didasarkan pada tiga kriteria, yaitu: berdaya guna dan berhasil guna 1. Eksternalitas dilaksanakan oleh suatu strata Siapa kena dampak, mereka yang pemerintahan, maka strata berwenang mengurus. Pendekatan pemerintahan itulah yang lebih dalam pembagian urusan tepat untuk menangani urusan pemerintahan dengan pemerintahan dimaksud. Daya mempertimbangkan dampak/akibat guna dan hasil guna dapat diukur yang ditimbulkan dalam dari proses yang lebih cepat, tepat, penyelenggaraan urusan tersebut. dan murah, serta hasil dan Apabila dampak yang ditimbulkan manfaatnya lebih besar, luas, dan bersifat lokal, maka urusan banyak dengan risiko yang pemerintahan tersebut menjadi minimal.48 kewenangan kabupaten/kota. Berdasarkan kriteria tersebut, Apabila regional, menjadi otonomi daerah dalam hal kewenangan provinsi, dan apabila pertambangan, lebih tepat jika berada nasional menjadi kewenangan pada daerah kabupaten/kota. Kegiatan pusat. pertambangan akan lebih berdaya 2. Akuntabilitas guna dan hasil guna apabila ditangani Yang berwenang mengurus adalah oleh daerah kabupaten/kota dan tingkatan pemerintahan yang kabupaten/kota lah yang merasakan paling dekat dengan dampak dampak kegiatan pertambangan tersebut (sesuai dengan prinsip tersebut. demokrasi). Pendekatan dalam Menurut Josef Riwu Kaho, pembagian urusan pemerintahan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan pertimbangan bahwa desentralisasi baik secara teoritis tingkat pemerintahan yang maupun praktis, dengan menggunakan menangani sesuatu bagian urusan empat variabel, yaitu: adalah tingkat pemerintahan yang 1. Faktor manusia 2. Keuangan daerah 47 Edie Toet Hendratno, Op.cit, hlm. 19- 48 20. J. Kaloh, Op.cit, hlm. 171-172.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 12
3. Peralatan Apabila berada di provinsi maka akan 4. Organisasi dan pengurusan terjadi penumpukan kewenangan di Beliau membuat kesimpulan bahwa provinsi. Penumpukan kewenangan rendahnya fungi keempat variabel akan menjadikan pemerintah tersebut berimplikasi kepada tidak autokratik, tirani, dan korup.51 optimalnya desentralisasi di Alasan lainnya yaitu untuk 49 Indonesia. memudahkan pengawasan dari pusat. Berdasarkan hal tersebut, tidak Belum tentu juga pusat akan ada faktor yang mempengaruhi mengawasi dengan baik, buktinya desentralisasi ialah faktor kewenangan, banyak juga gubernur yang tidak jadi kegagalan dalam dalam hal terawasi oleh pusat, sehingga banyak pengurusan pertambangan pada yang tertangkap melakukan korupsi. kabupaten/kota bukan terletak pada Jadi berdayakan saja aparat pengawas kewenangan yang dimiliki oleh di daerah. Seperti inspektorat pada kabupaten/kota. Malah kewenangan setiap instansi, tanpa perlu yang terletak pada kabupaten/kota kewenangan dipindahkan ke provinsi. lebih bagus dari pada kewenangan Banyak pelayanan kepada terletak pada provinsi. Jadi lebih baik masyarakat belum optimal, secara kewenangan penerbitan izin empirik, kondisi ini berkaitan erat pertambangan tetap berada di tangan dengan belum optimalnya pelaksaan kabupaten/kota. Untuk menghindari pengawasan internal yang dilakukan kegagalan, maka faktor yang perlu oleh inspektorat dan pengawasan diperbaiki adalah faktor manusia, eksternal oleh DPRD.52 Termasuk keuangan daerah, peralatan, dan dalam pelaksanaan penerbitan izin organisasi pengurusannya. pertambangan. Jadi lebih baik Prosedur perizinan yang tidak pengawasan lebih ditingkatkan memberatkan masyarakat serta dibandingkan kewenangan prosedurnya disederhanakan sehingga dipindahkan ke pemerintah daerah tidak berbelit-belit, akan menarik provinsi minat masyarakat untuk melakukan kegiatan usahanya di suatu negara dan PENUTUP pada akhirnya meningkatkan laju A. Kesimpulan pertumbuhan ekonomi dan 1. Kewenangan penerbitan izin kesejahteraan masyarakat di negara pertambangan berdasarkan tersebut.50 Undang-Undang Nomor 23 Tahun Penarikan kewenangan 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian izin pertambangan dari dibagi antara pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah daerah provinsi. provinsi dilakukan dengan alasan 2. Kewenangan dalam menerbitkan bahwa banyak terjadi korupsi di izin pertambangan berdasarkan tingkat kabupaten/kota. Padahal tidak konsep otonomi daerah lebih tepat menjamin apabila kewenangan berada apabila dimiliki oleh pemerintah di provinsi, provinsi tidak akan korupsi. Banyak juga gubernur yang 51 ditangkap dengan kasus korupsi. Agus Yusoff dan Andi Yusran, Op.cit, hlm. 44. 52 Agustinus Widanarto, “Pengawasan 49 Agus Yusoff dan Andi Yusran, Op.cit, Internal, Pengawasan Eksternal, dan kinerja hlm. 26. Pemerintah”, Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 50 Safri Nugraha, Hukum Adiministrasi Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Volume Depok: 2007, hlm. 135. 12, No. 1, Juli 2012, hlm. 2.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 13
daerah kabupaten/kota. Sebab HR, Ridwan, 2013, Hukum pemerintah daerah kabupaten/kota Administrasi Negara, Rajawali lah yang mengetahui lebih jelas Pers, Jakarta. daerahnya. Pemerintah daerah Kaho, Josef Riwu, 2007, Prospek kabupaten/kota yang mengetahui Otonomi Daerah di Negara suatu izin pertambangan dapat Republik Indonesia, Rajawali diberikan kepada seseorang Press, Jakarta. dan/atau badan usaha atau tidak, Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk karena pemerintah daerah Otonomi Daerah, Rineka Cipta, kabupaten/kota lebih gampang Jakarta. meninjau ke lapangan karena Kansil dan Christine Kansil, 2004, jaraknya tidak jauh. Pengurusan Pemerintahan Daerah di izin pertambangan merupakan Indonesia, Sinar Grafika, salah satu pelayanan publik. Jakarta. Pelayanan publik akan lebih efektif Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan efisien dilaksanakan pada dan Pembangunan Daerah, daerah kabupaten/kota Erlangga, Jakarta dibandingkan pada daerah provinsi. Nugraha, Safri, et. al., 2007, Hukum Administrasi Negara, Fakultas B. Saran Hukum Universitas Indonesia, 1. Seharusnya pemerintah Depok. mempertimbangan kebijakan yang Said, Mas’ud, 2008, Arah Baru diambilnya, yaitu dalam hal Otonomi Daerah di Indonesia, pemberian kewenangan dalam UMM Press, Malang. penerbitan izin pertambangan. Saleng, Abrar, 2004, Hukum Dengan cara merevisi Undang- Pertambangan, UII Press, Undang Nomor 23 Tahun 2014 Yogyakarta. tentang Pemerintahan Daerah. Salim, 2012, Hukum Pertambangan Kewenangan penerbitan izin Indonesia, Rajawali Pers, pertambangan seharusnya dimiliki Jakarta. oleh pemerintah daerah Situmorang, Victor dan Cormentyna kabupaten/kota bukan pemerintah Sitanggang, 1994, Hukum daerah provinsi. Administrasi Pemerintahan di 2. Sebaiknya kewenangan diserahkan Daerah, Sinar Grafika, Jakarta. kembali pada pemerintah daerah Supandi, 2014, Kewenangan Diskresi kabupaten/kota disertai dengan Pemerintah dalam Sistem perbaikan sistem di daerah. Yaitu Hukum Indonesia, Genta Press, dengan perbaikan cara pengurusan Yogyakarta. izin pertambangan yang Supriatna, Tjahja, 1996, Sistem meminimalisir terjadinya korupsi Administrasi Pemerintahan di dan lebih dioptimalkannya kerja Daerah, Bumi Aksara, Jakarta. pengawas di daerah, agar korupsi- Widjaja, HAW, 2007, korupsi dalam hal penerbitan izin Penyelenggaraan Otonomi di pertambangan tidak terjadi lagi. Indonesia, Raja Grafindo A. Buku Persada, Jakarta. Ali, Zainuddin, 2011, Metode Yusoff, Agus dan Andi Yusran, 2007, Penelitian Hukum, Sinar Desentralisasi di Indonesia, Grafika, Jakarta. Suska Press dan ReD-PoST, Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 14
B. Jurnal/Kamus Tambahan Lembaran Negara Kepustakaan Nasional, 2008, Kamus Republik Indonesia Nomor Besar Bahasa Indonesia, 4959. Penerbit Jakarta, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Agustinus Widanarto, 2012 Tahun 2007 Tentang Pembagian “Pengawasan Internal, Urusan Pemerintahan antara Pengawasan Eksternal, dan Pemerintah, Pemerintah Daerah kinerja Pemerintah”, Jurnal Provinsi, dan Pemerintah Ilmu Administrasi Negara, Daerah Kabupaten/Kota, Program Magister Ilmu Lembaran Negara Republik Administrasi Fakultas Ilmu Indonesia Tahun 2007 Nomor Sosial dan Ilmu Politik 82, Tambahan Lembaran Negara Universitas Riau,Volume 12, Republik Indonesia Nomor No. 1, Juli. 4737. Ruli Kurnia, 2013 “Implementasi D. Website Kebijakan Pengelolaan Sektor http://nasional.sindonews.com/read/85 Pertambangan”, Jurnal 8585/13/ruu-pemda-wewenang- Demokrasi dan Otonomi yang-dilimpahkan-ke-pemprov- Daerah, Program Studi Magister 1398708066, diakses, tanggal, 7 Ilmu Politik Fakultas Ilmu November 2015. Sosial dan Ilmu Politik https://www.facebook.com/TabloidKo Universitas Riau Volume 11, ntan/posts/788348441205350, No. 1, Juni. diakses, tanggal, 7 November Widya Astuti, 2008 “Pengaruh 2015. Perilaku Kepemimpinan pada http://www.imaapi.com/index.php?opt Kinerja Pegawai Dinas Tata ion=com_content&view=article Kota Pekanbaru”, Jurnal Ilmu &id=2325:kewenangan-bupati- Administrasi Negara, Program di-tambang- Studi Ilmu Administrasi PPS ditebas&catid=47:media- Universitas Riau, Volume 8, No. news&Itemid=98&lang=id, 2, Juli. diakses, tanggal, 7 November C. Peraturan Perundang-Undangan 2015. Undang-Undang Dasar Negara http://kuansingterkini.com/berita/detai Republik Indonesia Tahun 1945. l/5358#.Vj2BrbcrLIU, diakses, Undang-Undang Nomor 23 Tahun tanggal, 7 November 2015. 2014 Tentang Pemerintahan http://www.palopopos.co.id/luwu- Daerah, Lembaran Negara timur/item/8948-pengurusan- Republik Indonesia Tahun 2014 izin-tambang-dialihkan-ke- Nomor 244, Tambahan provinsi.html, diakses, tanggal, Lembaran Negara Republik 7 November 2015. Indonesia Nomor 5587. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 15