“ATMOSFER”
X IPS 1
OLEH:
NI MADE CAHYANI INIDIRASWARI
26/27
1. Lapisan-Lapisan Atmosfer
a. Lapisan Troposfer
Lapisan troposfer di daerah kutub memiliki ketebalan 0–8 km, di daerah khatulistiwa
memiliki ketebalan 0–16 km, dan di daerah lintang tinggi memiliki ketebalan kurang dari
12 km. Pada lapisan ini terjadi proses-proses cuaca dan iklim yang dapat diamati, seperti
hujan, angin, dan awan. Setiap kenaikan ketinggian 100 m, kondisi suhu mengalami
penurunan sekitar 0,6°C. Penurunan suhu ini sering disebut dengan gradien geothermis.
Antara lapisan troposfer dan stratosfer dibatasi oleh lapisan tropopause.
b. Lapisan Stratosfer
Lapisan stratosfer memiliki ketebalan antara 15–55 km. Pada lapisan ini terdapat lapisan
ozon yang terbentuk pada ketinggian 20 km. Ozon diproduksi saat radiasi sinar ultraviolet
gelombang pendek memanaskan molekul oksigen. Akibatnya, molekul oksigen (O2)
terpecah menjadi dua atom oksigen. Selanjutnya, satu atom oksigen bergabung dengan
molekul oksigen lain membentuk ozon (O3). Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi
sinar ultraviolet sehingga melindungi Bumi dari bahaya radiasi sinar ultraviolet (UV)
matahari. Antara lapisan stratosfer dan mesosfer terdapat lapisan stratopause.
c. Lapisan Mesosfer
Lapisan mesosfer terletak pada ketinggian 55–80 km di atas permukaan laut. Batu-batu
meteorit yang bergerak menembus atmosfer saat melewati lapisan mesosfer diimpit oleh
massa udara dingin sehingga terbakar hancur sebelum menyentuh permukaan Bumi.
Lapisan ini dapat disebut sebagai lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda atau
batu meteor. Pada lapisan mesosfer terdapat lapisan D
yang bermuatan listrik pada ketinggian 70 km. Hal ini menyebabkan sering terjadinya
fenomena awan pijar yang berasal dari uap air atau debu meteor. Antara lapisan mesosfer
dengan termosfer terdapat lapisan mesopause.
d. Lapisan Termosfer
Lapisan termosfer disebut juga lapisan ionosfer karena terjadi proses ionisasi gas-gas oleh
radiasi matahari. Lapisan ini terletak pada ketinggian 85–500 km. Pada lapisan termosfer,
gelombang radio dipantulkan sehingga gelombang radio pendek yang dipancarkan dari
suatu tempat dapat diterima di belahan Bumi yang lain. Lapisan peralihan antara termosfer
dan eksosfer disebut lapisan termopause.
e. Lapisan Eksosfer
Lapisan eksosfer merupakan lapisan terluar. Gas utama yang ada, yaitu hidrogen yang
kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di luar angkasa. Pada lapisan ini terdapat
fenomena zodiakal dan gegenschein yang merupakan pantulan sinar matahari oleh debu
meteorit yang terdapat di angkasa.
Cuaca dan iklim merupakan istilah yang sangat sering kita dengar. Banyak aktivitas
manusia yang terkait dengan iklim dan cuaca. Dalam bidang pertanian, pemilihan jenis
tanaman sangat terkait dengan cuaca dan iklim.
1. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling terkait.
Hal yang menjadi parameter pada cuaca akan menjadi parameter juga pada iklim.
a. Cuaca
Cuaca adalah kondisi udara pada saat tertentu, di wilayah yang relatif sempit serta pada
jangka waktu yang relatif singkat. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa cuaca terbentuk
dari gabungan unsure cuaca dengan jangka waktu bisa hanya beberapa jam. Contohnya
cuaca pada pukul 06.00 di Jakarta berbeda dengan cuaca pada pukul 13.00 di daerah
puncak. Suhu udara pada pukul 13.00 di Jakarta lebih
tinggi daripada pukul 13.00 di daerah puncak, dan sebagainya.
b. Iklim
Iklim adalah cuaca rata-rata tahunan pada wilayah yang lebih luas. Untuk menentukan
keadaan iklim suatu wilayah, biasanya dengan menghitung rata-rata cuaca selama 30–100
tahun.
Perbedaan antara cuaca dan iklim dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Cuaca Iklim
• Rentang waktunya • Rentang waktunya
pendek (hari/jam). panjang (30–100 tahun).
• Cakupan daerahnya sempit. • Cakupan daerahnya luas.
• Sangat cepat berubah. • Jarang sekali berubah.
2. Unsur-Unsur Cuaca
Penyinaran matahari mempunyai peranan dalam pembentukan cuaca karena merupakan
energi panas yang menimbulkan perubahan suhu, tekanan, dan kelembapan udara di muka
Bumi.
Ada beberapa unsur laiyang ikut berperan dalam unsur cuaca. Antara unsur yang satu
dengan yang lain saling berkait, saling memengaruhi, saling ketergantungan, dan
membentuk kerja gabungan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut.
a. Suhu Udara
Suhu udara merupakan ukuran untuk menyatakan keadaan panas atau dinginnya udara.
Suhu udara diukur dengan alat termometer. Hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam 3
skala, yaitu Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Persebaran suhu udara di
permukaan Bumi berbeda-beda. Karakteristik
persebaran suhu udara sebagai berikut.
1) Persebaran Secara Horizontal
Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis atau sekitar ekuator, semakin ke kutub
semakin dingin.
2) Persebaran Secara Vertikal
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin dingin atau semakin rendah. Hal ini
sesuai dengan hukum gradien geothermis, yaitu setiap kenaikan 100 meter suhu berkurang
rata-rata 0,6°C.
Pada udara kering besar gradien geothermis sebesar 1°C. Pada lapisan atmosfer tertentu
hukum ini tidak berlaku.
Persebaran suhu baik vertikal maupun horizontal tidak terjadi dengan sendirinya
Persebaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
Contoh:
Suhu maksimum = 36° C dan suhu minimum = 20° C
SHR = (20 C + 36 C ) / 2
= 28° C
Suhu per jam rata-rata selama 24 jam:
Contoh soal:
Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut?
Jawab:
T = 26,3 – 0,6 (15)
= 26,3 – 9
= 17,3°C
Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3°C.
2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu diketahui suhu udaranya dan yang
satu tidak.
Contoh soal:
Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rata-rata suhu udara di kota A
adalah 28°C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki ketinggian 260 m di
atas permukaan laut?
Jawab:
∆T = 0,006 (5 – 215) × 1°C
= –1,26°C
Jadi, suhu udara kota B = 28°C – 1,26°C
= 26,74°C
b. Tekanan Udara
Seperti halnya tanah dan air, udara juga mempunyai berat dan tekanan. Tekanan udara
merupakan tenaga yang digunakan untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan
luas tetentu. Daerah yang menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik
dengan tekanan udara rendah. Daerah yang mempunyai suhu udara rendah maka tekanan
udaranya tinggi. Gerakan udara akan terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah kemudian terjadilah angin. Alat untuk mengukur tekanan udara
disebut barometer
.
c.Angin
Angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti berlayar, menggerakkan kincir,
dan mengeringkan jemuran. Tetapi, jika angin memiliki kecepatan tinggi, maka tiupan bisa
memorakporandakan daerah yang dilaluinya. Angin bertiup dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Hal-hal yang berkaitan dengan angin antara lain
kecepatan, arah, dan system angin.
a. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan menghasilkan angin. Semakin besar
perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup pun akan semakin kencang atau kuat.
Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson.
Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup berbanding lurus dengan gradien
barometernya. Semakin besar gradient barometernya, semakin kuat angin yang bertiup.
Gradien barometer adalah perbedaan tekanan udara antara dua isobar pada tiap jarak lurus
15 meridian atau 111 km.
Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai tekanan udara 1.450 mb (milibar) dan
isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika jarak X dan Y adalah 600 km,
berapakah
gradien barometernya?
Jawab:
Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.
Jadi, gradien barometernya =( 300 : 111 ) / 600 = 55,5 mb.
2) Angin Muson
Proses terjadinya:
1. Angin Muson Barat
Pada bulan Oktober–April, posisi Matahari berada di sebelah selatan khatulistiwa
(Australia) sehingga suhunya lebih panas, yang mengakibatkan tekanan udaranya lebih
rendah, dibanding wilayah utara khatulistiwa (Asia). Angin bertiup dari wilayah Asia yang
bertekanan maksimum, ke wilayah Australia yang bertekanan minimum. Angin ini bersifat
lembap dan basah sehingga menyebabkan terjadinya musim hujan di wilayah Indonesia.
2. Angin Muson Timur
Proses terjadinya angin muson timur berkebalikan dengan angin muson barat. Pada bulan
April–Oktober, posisi Matahari berada di sebelah utara khatulistiwa (Asia). Suhu udara di
wilayah ini lebih panas dan tekanan udara lebih rendah dibanding wilayah Australia. Akibat
perbedaan tekanan udara, angin bertiup dari wilayah Australia yang bertekanan udara tinggi
ke wilayah Asia yang bertekanan udara rendah. Angin ini melewati wilayah Australia yang
bergurun dan bersifat kering. Angin ini menyebabkan musim kemarau/panas di wilayah
Indonesia. Angin muson timur bertiup pada bulan April–Oktober, saat itu kedudukan
Matahari berada di belahan Bumi utara atau Benua Asia.
Angin Lokal
Berembusnya angin lokal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
(1) sifat daratan dan perairan,
(2) jumlah pemanasan sinar matahari pada suatu wilayah, dan
(3) ketinggian suatu tempat.
Berdasarkan perbedaan karakteristik faktor-faktor yang memengaruhi inilah, angin local
dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
(1) Angin Darat dan Angin Laut
(a) Pada malam hari suhu air laut terasa panas, sementara darat sudah mendingin.
Akibatnya, tekanan udara di darat tinggi dan tekanan udara di laut rendah.Oleh karena itu,
bertiuplah angin darat yang bertiup dari darat menuju laut. Angin darat digunakan para
nelayan untuk berangkat berlayar mencari ikan laut.
(b) Pada siang hari daratan lebih cepat menjadi panas daripada lautan. Akibatnya, pada
siang hari daratan bertekanan minimum dan laut bertekanan maksimum. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya angin laut yang berembus dari laut ke daratan. Angin ini
digunakan nelayan untuk pulang dari melaut.
d. Kelembapan Udara
Udara mengandung uap air yang berasal dari berbagai tubuh air, baik air permukaan
maupun air tanah. Makin tinggi suhu udara, kandungan uap air semakin tinggi. Hal ini juga
berarti bahwa kelembapan udara juga semakin tinggi. Alat untuk mengukur kelembapan
udara disebut higrometer. Kelembapan udara ada dua macam
.
1) Kelembapan Udara Relatif atau Nisbi
Merupakan perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembapan absolut) dengan jumlah
uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan
dinyatakan dalam persen (%). Untuk menghitung kelembapan nisbi dapat digunakan rumus
berikut :
e. Awan
Awan merupakan massa dari butir-butir kecil air yang larut di lapisan atmosfer bagian
bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca. Awan gelap menandakan kemungkinan
hujan. Sedang langit tanpa awan menunjukkan cuaca cerah. Awah gelap yang
membumbung menandakan hujan badai akan terjadi. Nah, adanya berbagai jenis awan ini
membuat adanya klasifikasi awan, antara lain berdasarkan ketinggian.
Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Awan rendah (ketinggian kurang dari 2 km).
Contoh: nimbostratus, stratus, dan stratocumulus.
b. Awan menengah, mempunyai ketinggian dasar awan antara 2–6 km.
Contoh: altostratus dan altocumulus.
c. Awan tinggi (ketinggian di atas 6 km).
Contoh: cirrostratus, cirrocumulus, dan cirrus.
d. Awan menjulang vertikal (ketinggian 0,5–18 km).
Contoh: cumulonimbus dan cumulus.
Bentuk awan bermacam-macam. Ada yang bertumpuk-tumpuk, halus memanjang, dan
berlapis lapis.
Berdasarkan bentuknya, awan dibedakan sebagai berikut.
3. Iklim
Iklim di suatu daerah dipengaruhi oleh posisi garis lintang, angin, massa daratan dan
benua, arus samudra, dan topografi.
1. Klasifikasi Iklim
Berikut ini pembagian iklim yang ada di Bumi.
a. Iklim Matahari
Klasifikasi iklim matahari berdasarkan pada garis lintang. Hal itu berpengaruh pada jumlah
energi matahari yang tersedia. Keadaan tersebut menyebabkan
wilayah lintang rendah (khatulistiwa) memiliki jumlah penyinaran matahari lebih banyak
sehingga suhunya lebih tinggi dibanding daerah lintang tinggi.66°30'LU
b. Iklim Koppen
Iklim Koppen diklasifikasikan berdasarkan pada curah hujan dan suhu udara.Klasifikasi ini
dikemukakan oleh Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi
dari Jerman. Berikut ini pembagiannya.
1) Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis)
Wilayah ini memiliki curah hujan tinggi, penguapan tinggi, dan suhu rata-rata bulanan di
atas 18°C. Wilayah beriklim tipe A dibagi menjadi tiga sebagai berikut.
a) Iklim tipe Af memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara panas sepanjang tahun sehingga
terdapat banyak hutan hujan tropik. Contohnya di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan
Papua.
b) Iklim tipe Am memiliki ciri-ciri antara lain curah hujan tergantung musim, jenis tanaman
pendek dan homogen, dan hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika kemarau.
Wilayah yang beriklim Am antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan
Papua bagian selatan.
c) Iklim tipe Aw memiliki ciri-ciri antara lain terdapat hutan yang berbentuk sabana, jenis
tumbuhan padang rumput dan belukar, serta pohonnya berjenis rendah. Wilayah ini
memiliki musim kemarau lebih panjang dibandingkan musim hujan. Contohnya terdapat di
wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian
selatan.
2) Iklim Tipe B (Iklim Kering)
Iklim tipe B memiliki curah hujan rendah dan penguapan yang tinggi. Di wilayah ini tidak
memiliki surplus air dan tidak dijumpai sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B
dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).
3) Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)
Di wilayah yang memiliki tipe C terdapat empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur,
dan panas. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a) Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah dengan musim dingin yang kering.
b) Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
c) Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.
4) Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)
Iklim tipe D memiliki suhu udara rata-rata bulan terdingin < –3° C dan suhu udara rata-rata
bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua.
a) Iklim tipe Df, yaitu iklim dingin dengan semua bulan lembap.
b) Iklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang kering.
5) Iklim Tipe E (Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E memiliki ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi
dan padang lumut.
2. Penyimpangan Iklim
Kondisi iklim yang menyimpang antara lain terlihat dari peristiwa El Nino dan La
Nina. Dampak dari proses terjadinya El Nino dan La Nina dapat dipelajari dari penjelasan
berikut ini.
a. El Nino
Pada cuaca yang normal, angin timur di Samudra Pasifik bertiup ke arah barat dan
mendorong air laut hangat ke permukaan. Akibatnya, air laut di bagian barat samudra lebih
hangat 2° C dan lebih tinggi 40 cm. Di bagian timur samudra air laut dingin menggantikan
air laut hangat. Hal ini menyebabkan udara lembap hangat naik di bagian barat dengan
membawa uap air dan menimbulkan hujan. Udara di bagian
timur yang kering dan dingin, bertiup di pantai Amerika Selatan.
b. La Nina
La Nina memiliki sifat yang berlawanan dengan El Nino. Arus udara dan arus laut yang
saling memperkuat menyebabkan angin pasat bertiup sangat kencang sehingga air laut
hangat mengalir ke arah barat. Hal ini menyebabkan wilayah Asia, Australia, dan Afrika
mengalami musim hujan yang sangat lebat. Sebaliknya, wilayah Amerika Selatan
mengalami kekeringan yang hebat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan masukan masukan dan dukungan moral dalam penyelesaian
makalah ini.
Dan kami mohon kepada Bapak/Ibu guru dan teman teman untuk memberikan
masukan dan kritik / saran pada makalah kami ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Pengertian Atmosfer