Oleh:
Qoriq Dwi Vega
NIM 162310101158
Nama :
NIM :
Judul :
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
…………………………………. ………………………………………
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. KONSEP TEORI PENYAKIT ............................................................... 1
1.1. ANATOMI FISIOLOGI ........................................................................ 1
1.2. DEFINISI ................................................................................................ 5
1.2.1 Tuberkulosis ...................................................................................... 5
1.2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ........................................... 5
1.3. EPIDEMIOLOGI ................................................................................... 6
1.3.1 Tuberkulosis ...................................................................................... 6
1.3.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ........................................... 7
1.4. ETIOLOGI.............................................................................................. 9
1.4.1 Tuberkulosis ...................................................................................... 9
1.4.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ........................................... 9
1.5. KLASIFIKASI ...................................................................................... 10
1.5.1 Tuberkulosis .................................................................................... 10
1.5.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ......................................... 11
1.6. PATOFISIOLOGI................................................................................ 12
1.6.1 Tuberkulosis .................................................................................... 12
1.6.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ......................................... 13
1.6.3 Pathway ........................................................................................... 15
1.7. MANIFESTASI KLINIS ..................................................................... 16
1.7.1 Tuberkulosis .................................................................................... 16
1.7.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) ......................................... 16
1.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................ 17
1.8.1. Tuberkulosis .................................................................................... 17
1.8.2. Human Immunodeficiency Virus (HIV) ......................................... 19
1.9. PENATALAKSANAAN ...................................................................... 20
1.10. CLINICAL PATHWAY................................................................... 31
iii
BAB 2. PROSES KEPERWATAN ................................................................... 34
2.1 PENGKAJIAN ...................................................................................... 34
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ......................................................... 38
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN ...................................................... 40
2.4 EVALUASI KEPERAWATAN .......................................................... 44
DISCHARGE PLANNING ............................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
iv
1
1.1.ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2. Saluran
Pernafasan Bawah
Gambar 3. Penampakan
Mikroskopis Sebuah Lobul
2
Dalam Peate dan Muralitharan tahun 2017 dijelaskan, untuk bagian saluran
pernafasan atas udara masuk melalui hidung dan rongga mulut, hidung terbagi
dalam 2 bagian oleh septum nasi, tersusun dari tulang ethmoid. Dalam hidung
pada bagian sekitar conchae superior dan septum atas terdapat Reseptor Olfaktori
yang peka terhadap bau. Faring menghubungkan rongga nasal dan oral dengan
laring. Faring terbagi menjadi 3 yaitu nasofaring, orofaring, dang laringofaring.
Orofaring dan laringofaring dilewati oleh makanan minuman dan juga udara.
Untuk melindungi dari abrasi organ ini dilindungi oleh non‐keratinised stratified
squamous epithelium.
Saluran bagian atas ini juga memastikan udara yang masuk ke saluran bawah
telah hangat, lembab, dan bersih. Permukaan saluran ini terdapat mucus dan juga
terdapat jaringan kapiler. Reflek bersin sebagai salah satu perlindungan saluran
apabila terdapat benda asing masuk, dibantu pula oleh tonsil yang merupakan
Lymph Nodules yang menjadi sistem pertahanan tubuh. (Peate dan Muralitharan,
2017).
Saluran pernafasan bawah terdapat laring, trakea, bronkus primer kiri dan
kanan, dan 2 buah paru-paru. Paru berbentuk kerucut dan memenuhi torak,
dilindungi tulang torak yang terdiri dari iga dan sternum. Apex atau puncak paru
berada di atas Klavikula dan bagian bawah berada di atas otot cekung diafragma.
(Peate dan Muralitharan, 2017).
Bronchial Tree-Paru terbagi atas bagian yang disebut Lobus. 3 di kanan dan 2 di
kiri. Cardiac Notch adalah tempat jantung berada adntara 2 paru. Paru dilindungi
oleh membran yang disebut Plura Parietal (melindungi dari toraks) dan Viseral
(melindungi paru), ruang antar pleura terisi cairan lubrikasi yang mengurangi
gesekan. Selain itu sifat dan cara kerja pleura ini seperti kaca basah yang saling
menempel, sehingga saat melakukan inspirasi dengan kenaikan dinding dada akan
ikut terrangkat dan saat dinding dada turun dan paru turun dan akan naik kembali
maka paru tidak akan kolaps (Peate dan Muralitharan, 2017).
Suplai darah-zona konduksi dan respiratori menerima darah dari berbagai arteri,
darah deoksigenasi dikirim menuju lobus melalui kapiler menuju arteri pulmonal
kiri dan kanan. Darah yang Reoksigen dibawa kembali ke jantung melalui vena
pulmonal (disalurkan ke seluruh tubuh). (Peate dan Muralitharan, 2017).
Perlu diketahui juga bentuk dari bronkiolus kanan dan kiri berbeda, kanan lebih
landai dan kiri lebih menukik, ini sebabnya bakteri TB lebih sering menyerang
paru kanan, selain itu juga banyak alveolus di paru kanan menjadi sarang yang
ideal bagi bakteri aerob ini.
5
1.2. DEFINISI
1.2.1 Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak
menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini dapat juga menyerang ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Penyakit ini ditularkan melalui inhalasi percikan ludah
(droplet) dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus. Bakteri TBC juga dapat masuk melalui saluran cerna,
melalui ingesti susu tercemar dan kadang melalui lesi kulit. Tuberkulosis secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
(Somantri, 2007).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Kemenkes RI, 2011)
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada
di dunia sejak 500 tahun sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir.(Kemenkes RI,
2014)
1.3. EPIDEMIOLOGI
1.3.1 Tuberkulosis
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam deliknews.com tahun
2017 menyebutkan terdapat penderita TB di Jawa Timur sebanyak 123.414 orang,
dari jumlah tersebut baru 39 persen yang ditemukan dan dari jumlah tersebut
sebanyak 89% telah mendapatkan pengobatan secara optimal. Insiden kasus ini
adalah 316/100.000.
Dalam Pedoman Nasional Penanggulangan TBC tahun 2011 Diperkirakan
sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
7
tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta
kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara
yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
- Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
- Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh
masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang
standar, dan sebagainya).
- Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak
standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
- Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
- Ifrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat.
3. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
struktur umur kependudukan.
4. Dampak pandemi HIV.
Pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan
HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang
sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance =
MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan.
Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang
sulit ditangani. (Kemenkes RI, 2011)
mencapai 57.321 jiwa, dan baru 68% atau sekitar 39.157 jiwa yang berhasil
dideteksi. Sedangkan AIDS yang berhasil di deteksi mencapai 17.394 jiwa.
Sementara itu, dalam terasjatim.com dinyatakan Kabupaten Jember
menempati peringkat empat besar di Jawa Timur atas kasus HIV/AIDS.
Bedasarkan data pada Dinas Kesehatan Pemkab Jember, sejak tahun 2004 hingga
2016 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 2.364 penderita dan 160 diantaranya
meninggal dunia. Kecamatan tertinggi pengidap HIV di Jember yaitu Kecamatan
Puger, Kencong dan Gumukmas.
Pada HIV :
-TB adalah penyakit oportunistik yang penting
-TB menular tidak hanya pada orang yang terinfeksi HIV tapi juga yang tidak
-TB menyebabkan penyakit parah dan meningkatkan perkembangan menjadi
AIDS
-TB pembunuh nomor satu pada HIV
(Ghana Health Service, 2007)
9
1.4.ETIOLOGI
1.4.1 Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis tipe Humanus. Kuman tuberkulosis pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 (Keman, 2005). Walaupun
sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang
organ tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan
asam dan merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari
oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk
menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur (Herchline, 2013 dalam
Yunia dan Dharma, 2015).
Ada dua macam mikobakteria tubercolosis yaitu Tipe Human dan Tipe
Bovin. Basil Tipe Bovin berada disusu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirupnya
(Wim de Jong, 2005).
1.5. KLASIFIKASI
1.5.1 Tuberkulosis
Menurut Klasifikasi dalam Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis
Kemenkes Republik Indonesia tahun 2011
1. Berdasarkan Organ Tubuh (anatomical site) yang Terkena:
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
(Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru)
a. Kategori klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa atau remaja dengan
infeksi yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik Limpanenopati
generalist yang persisten (PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty)
Infeksi HIV primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi HIV
yang akut.
b. Kategori klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
- Angiomatosis baksilaris
- Kandidiasis orofaring/vulvavaginal (peristen, frekuen/responnya jelek
terhadap terapi)
- Dysplasia serviks (sedang/berat karsinoma serviks in situ)
- Gejala konstitusional seperti panas (38,50C) atau diare lebih dari 1
bulan.
c. Kategori klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
- Kandidiasis bronkus, trakea/paru-paru, esophagus
- Kanker serviks invansif
- Koksidiomikosis ekstrapumoner/diseminata
- Kriptokokosis ekstrapulmoner
- Kriptosporidosis internal kronis
- Cytomegalovirus (bukan hati, lien, atau kelenjar limfe)
1.6.PATOFISIOLOGI
1.6.1 Tuberkulosis
TB primer : Mikobakterium Tuberkulosis (MTB) yang mengalami inhalasi
melalui saluran napas mencapai permukaan alveoli, MTB tumbuh serta
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag dan membentuk sarang tuberkel
pneumonik yang disebut sarang primer atau kompleks primer. Melalui aliran limfe
13
MTB mencapai kelenjar limfe hilus. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan diikuti pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer ditambah
limfangitis lokal ditambah limfadenitis regional dikenal sebagai kompleks primer
TB post primer : Infeksi MTB post primer akan muncul beberapa bulan atau
tahun setelah terjadi infeksi primer karena reaktivasi atau reinfeksi. Hal ini terjadi
akibat daya tahan tubuh yang lemah. Infeksi tuberkulosis post primer dimulai
dengan sarang dini yang umumnya terdapat pada segmen apikal lobus superior
atau lobus inferior dengan kerusakan paru yang luas dan biasanya pada orang
dewasa. Patogenesis dan manifestasi patologi tuberkulosis paru merupakan hasil
respon imun seluler dan reaksi hipersensitiviti tipe lambat terhadap antigen kuman
tuberkulosis, perjalanan infeksi tuberkulosis terjadi melalui 5 tahap.
Tahap pertama : terjadi rata-rata 3-8 minggu setelah masuknya kuman,
memberikan test tuberculin yang positif, disertai demam dan pada fase ini
terbentuk komplek primer.
Tahap kedua : berlangasung ratarata 3 bulan (1-8 bulan) sejak pertama kuman
masuk. Pada fase ini sering terjadi penyebaran milier atau terjadi meningitis TB.
Tahap ketiga : terjadi rata-rata dalam 3-7 bulan (1-12 bulan), pada fase ini terjadi
penyebaran infeksi ke pleura.
Tahap keempat : rata-rata dalam waktu 3 tahun (1 - 6 tahun), terjadi setelah
komplek primer mereda, tahap ini merupakan periode skeletal. (Mulyadi dan
Fitrika, 2011)
7-21 hari setelah infeksi. Puncak jumlah sel yang mengekspresikan SIV di
kelenjar getah bening berhubungan dengan puncak antigenemia p26 SIV.
Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi,
namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah
menurun sampai ke level ‘steady state’. Walaupun antibodi ini umumnya
memiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi virus, namun ternyata
tidak dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari netralisasi antibodi
dengan melakukan adaptasi pada kapsulnya. Termasuk kemampuan
mengubah situs glikosilasinya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah
sehingga netralisasi yang diperantarai antibodi tidak dapat terjadi.
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu.
Sebagian akan muncul gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu
setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk. Setelah itu akan
dimulai infeksi HIV asimptomatik (tanpa tanda gejala). Masa tanpa gejala ini
umumnya berlangsung selam 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang
yang perjalanan penyakitnya amat cepat dapat hanya sekitar 2 tahun, dan ada
pula yang perjalanannya lambat (non-progressif).
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, Orang Dengan HIV
AIDS (ODHA) mulai menampakan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik
seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah
bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes, dan lain-lain.
15
1.6.3 Pathway
1.9. PENATALAKSANAAN
1.9.1. Non-Farmakologik
1. Terapi umum untuk pasien TB : Istirahat yang cukup, Diet TKTP (tinggi
kalori tinggi protein)
1.9.2. Farmakologik
1. Medikamentosa, dasar terapi medikamentosa TB Paru adalah
a. Kombinasi : minimal dua macam tuberkulostika
b. Kontinyu : minum obat setiap hari
c. Lama : berbulan-bulan
d. Bila obat pertama sudah diganti maka dianggap sudah resisten terhadap obat
tersebut.
e. Semua obat sebaiknya di berikan dalam dosis tunggal (kecuali pirazinamaid)
e) Pirazinamide
Pirazinamid adalah anlog nikotinamid yang telah dibuat sintetiknya. Obat
pirazinamaide ini tidak larut dalam air. Pirazinamid di dalam tubuh akan
dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase yang menjadi asam pirazinoat yang aktif
sebagai tuberkulostatik hanya untuk yang bersifat asam medianya. Pirazinamid ini
mudah diserah oleh usus dan tersebar luar keseluruh tubuh. Ekskresinya terutama
melalu filtrasi glomelurus. Pirazinamid terdapat dalam bentuk tablet 250 mg dan
500 mg.
Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
a. Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
b. Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 m
Golongan 2 obat suntik Second line drugs (bila yang pertama resisten)
a) Kapreomisin
Kpreomisin adalah suatu obat anti tuberculosis polipeptida yang dihasilkan oleh
streptomyces sp. Obat ini digunakan untuk infeksi paru oleh M tuberculosis yang
resisten terhadap obat primer. Obat ini efeknya sama dengan obat streptomisin
dan obat ini juga digunakan dengan untuk kuman yang telah resisten terhadap
streptomisin.
b) Amikacin
Amikacin adalah obat yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri, obat amikacin
ini bisa membuat bakteri gagal memproduksi protein untuk bertahan hidup dalam
tubuh seseorang yang terinfeksi.
c) Kanamisin
Kanamycin adalah golongan obat antibiotik aminiglikosida digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri serius pada berbagai bagian tubuh. Obat kanamisin ini
bekerja dengan cara membunuh bakteri. Selain itu, obat ini juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat sintesa protein dalam sel
23
bakteri. Karena merupakan obat antibiotik, maka kanamycin tidak bisa digunakan
untuk infeksi akibat virus, termasuk flu.
Golongan 5 atau Obat belum terbukti efikasinya dan tidak direkomendasikan oleh
WHO
a) clofazimine
b) Linezolid
c) Amoxilin Clavulanate (Amx-Clv)
d) Thiocetazone
25
e) Clarithromycin
f) Imipenem
8. Komplikasi
TB paru apabila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis : Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan
rongga di jaringan paru (kavitas).
b. Efusi pleura : efusi pelura eksudatif disebabkan oleh peradangan, cedera pada
paru-paru, tumor, dan penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah bening.
c. Epiema : Bila terjadi infeksi, produksi cairan di ruang pleura ini akan lebih
banyak, sehingga penyerapan cairan yang dilakukan oleh tubuh tidak dapat
mengimbanginya. Cairan pleura yang terinfeksi semakin mengental, membentuk
29
nanah, dan dapat menyebabkan lapisan paru-paru dengan rongga dada menempel
serta membentuk kantung-kantung. Kantung nanah inilah yang disebut empiema.
d. Laringitis : infeksi bakteri ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan,
sputum yang mengandung bakteri, atau penyebaran melalui darah atau limfe.
e. Peritonitis : infeksi kumannya berasal dari penyebaran secara hematogen.
Sering disebut juga sebagai Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis
ini bentuk yang paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi atau
nekrose (infeksi transmural) dari kelainan organ visera dengan inokulasi bakterial
pada rongga peritoneum.
-Semua ODHA stadium klinis 3 yang hamil atau menderita TB dengan CD4
< 350/mm3 harus dimulai pengobatan ARV.
· Semua ODHA stadium klinis 4 perlu diberikan pengobatan ARV tanpa
memandang nilai CD4.
-Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TB tidak
dimulai di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (strata I), rujuk pasien tersebut ke
RS rujukan pengobatan ARV.
31
Hubungan seksual Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas Ibu hamil menderita HIV
dengan pasangan yang terinfeksi HIV penderita HIV
berganti-ganti, dengan
yang terinfeksi HIV
Bayi mendapat asupan dari
Virus masuk melalui luka berdarah placenta yang terinfeksi hiv
Sperma/cairan vagina
terinfeksi masuk ke T helper/CD 4 makrofag Sel B
dalam tubuh pejamu
inhalasi Bakteri M. TB
Peningkatan sekret
Gangguan citra di saluran nafas Sesak nafas
Intoleransi aktivitas
tubuh
Pecahnya
pembuluh darah Kebutuhan O2 tidak terpenuhi
Jumlah cairan pleura Batuk produktif
meningkat
Distres Spiritual
Penumpukan CO2 Ketidakefektian
dalam paru bersihan jalan
nafas
Isolasi Sosial
Nyeri
Menekan diafragma Pendidikan rendah Ketidaktahuan penderita
a. Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no
register/MR, serta penanggung jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Diagnosa Medik: TBC
2) Keluhan Utama: sesak nafas
3) Riwayat penyakit sekarang: klien dengan TBC mengalami demam,
batuk kurang lebih selama 3 minggu, nafas sesak , kurangnya nafsu
makan , nyeri dada
4) Riwayat kesehatan terdahulu:
a) Penyakit yang pernah dialami: tes HIV positif
b) Alergi (obat, makanan, plester, dll)
c) Imunisasi
d) Kebiasaan/pola hidup/life style: merokok, minum alkohol, seks
bebas
e) Obat-obat yang digunakan : penyalahgunaan obat
5) Riwayat penyakit keluarga: Mencari tahu anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit atau sedang mengidap HIV atau TB
Genogram: diisi pohon keluarga tiga generasi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- Antropometeri : mengalami penurunan berat badan
- Biomedical sign : Hb, leukosit, GDA, trombosit berada diatas/dibawah
normal.
- Clinical Sign : takipneu/bradipneu, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, hipertermi/hipotermi, SaO2 <95%
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan): mengalami penurunan nafsu
makan, intake cairan menurun
35
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
a. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pasien compos mentis
b. Berat badan : berat badan pasien mengalami penurunan
c. Tekanan darah : tekanan darah pasien menurun
d. Suhu : suhu pasien tinggi
e. Pernafasan : pasien dengan nafas pendek dan cepat
f. Nadi : pasien mengalami peningkatan denyut nadi
g. Kepala :Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema,
perlukaan.
h. Rambut :Pada klien biasanya rambutnya merata serta kulit kepala
klien bersih, dan tidak rontok.
i. Wajah :Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri
dada yang dirasakannya pada saat batuk
j. Mata : terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena
kurang tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva pucat, sclera ikterik, pupil bulat
k. Hidung : tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas cuping hidung.
l. Mulut : bibir kering, lidah kotor, biasanya ada caries pada gigi,
terdapat sariawan
m. Leher : tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.
n. Dada/Thorak
Inspeksi : adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah, epsitaksis, tidak terdapat luka
37
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkatkan, lomfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA untuk memastikan diagnostic TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
c. Tes PAP (periksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes mantoux/ tuberculin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
e. Tehnik polymerase chain reaction
38
9. Defisit pengetahuan
10. Mual
11. Defisit Perawatan diri
12. Gangguan citra tubuh
13. Harga Diri Rendah
14. Isosali Sosial
15. Distres Spiritual
16. Resiko Hambatan Religiositas
40
No. Dx.
NOC NIC Rasional
Dx Keperawatan
Ketidakefektif Tujuan: 1. Kaji keluhan pasien. 1. untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan
an bersihan Setelah dilakukan tindakan pasien sehingga dapat mengetahui apa yang
jalan nafas b.d keperawatan selama 3 x 24 jam pasien keluhkan dan dapat merencanakan
sekresi yang diharapkan bersihan jalan nafas 2. Kaji frekuensi dan suatu tindakan untuk mengatasi keluhan.
tertahan kembali efektif kedalaman pernafasan 2. untuk mengetahui sejauh mana perubahan
Kriteria Hasil: kondisi pernafasan pasien dan gerakan dada
- Pasien mengatakan sesak pasien saat bernafas sehingga penulis dapat
nafas berkurang / hilang. mengetahui adanya perubahan kondisi
- Pasien mengatakan sekret pernafasan saat bernafas
berkurang. 3. Berikan posisi semi 3. memaksimalkan ekspansi paru, yaitu untuk
00031
- Respiratory rate dalam batas fowler. memudahkan upaya pernafasan dan
normal : 14 - 20 x/ menit. memberikan kenyamanan saat bernafas
- Suara nafas vesikuler 4. Dorong dan latih batuk 4. untuk membantu memudahkan pengeluaran
efektif. sekret, karena sesak nafas yang dialami
biasanya diakibatkan adanya penumpukan
sekret sehingga dengan mendorong dan
melatih batuk efektif sebagai upaya untuk
mengeluarkan sekret yang menghalangi jalan
nafas pasien
5. Kaji pungsi pernapasan 5. Penurunan bunyi napas dapat menunjukan
41
ketidakadekua Kriteria Hasil: sedikit tapi sering. mencegah rasa bosan terhadap makanan yang
tan intake - Pasien dapat mempertahankan diberikan.
nutrisi status nutrisi yang adekuat. 3. Monitor tanda-tanda 3. untuk mengetahui kondisi dan memantau
- Nafsu makan pasien vital. tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory
meningkat. 4. Anjurkan keluarga rate pasien
- Pasien mengatakan mual pasien untuk 4. untuk menambah nafsu makan karena
berkurang / hilang memberikan makanan biasanya makanan yang disukai akan
yang disukai pasien. membuat berkeinginan untuk makan.
5. Kolaborasi dengan ahli 5. pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
gizi untuk menentukan protein dapat meningkatkan nutrisi yang
komposisi diet. mengandung energy.
44
a. Identitas
Diisi identitas pasien, tanggal MRS dan KRS, nomor RM, alamat, tanggal
lahir, penanggung jawab pasien.
b. Diagnosa utama dan diagnosa sekunder
Diisi dagnosa utama yang ditegakkan dan diagnosa sekunder pada saat
MRS
c. Data saat pasien pulang
Diisi data terakhir sebelum pasien KRS
d. Berat badan MRS dan KRS
Diisi berat badan saat MRS dan saat terakhir sebelum KRS
e. Tanda-tanda vital
Diisi tanda-tanda vital pasien sebelum krs
f. Diet saat dirawat
Diet saat dirawat di rumah sakit untuk acuan konsumsi makanan dirumah
g. Obat selama di rumah sakit dan dirumah
Diisi catatan obat yang telah diberikan dan yang akan diberikan kepada
pasien saat krs
45
h. Hasil laboratorium
Diisi hasil lab saat mrs dan hasil lab terakhir sebelum krs
i. Penyuluhan kesehatan
- Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat di luar
rumah.
- Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan secret di saluran pernapasan.
- Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
- Lakukan pernapasan diafragma : menahan nafas selama 3-5 detik
kemudian secara perlahan – lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut.
- Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk
dan setelah batuk juga cara pengontrolan batuk.
- Jalankan terapi OAT dan ART dengan teratur dan jangan sampai putus
tanpa instruksi.
- Berhenti merokok dan minum alcohol.
- Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat
cukup.
j. Kontrol
Diisi jadwal kontrol pasien setelah krs
46
DAFTAR PUSTAKA
Bhalla, A. S., Goyal, A., Guleria, R., & Gupta, A. K. (2015). Chest tuberculosis:
Radiological review and imaging recommendations. The Indian journal of
radiology & imaging, 25(3), 213-25.
Chalik, R. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Anatomi Fisiologi Manusia
Ghana Health Service. 2007. Guidelines for the clinical management of TB and
hiv co-infection in ghana. (July)
Kemenkes RI. 2014. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI-
TUBERKULOSIS
Kemenkes RI. 2015. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI-
Situasi Dan Analisis HIV AIDS
Sabhrina, Andisa. 2018. Halo Sehat : Apa Saja Jenis Tes HIV yang Mungkin
Dianjurkan Dokter?. https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/jenis-tes-
hiv/. [diakses pada Rabu 09 Januari 2019]