Anda di halaman 1dari 2

Arsen merupakan salah satu elemen toksik dan merupakan racun akumulatif [1].

Arsen
adalah salah satu metaloid paling berbahaya, patut mendapat perhatian khusus karena
tokisitas dan karsinogenitasnya di lingkungan [2]. Gejala toksisitas Arsen akut termasuk nyeri
otot, lemas, mual, muntah, sakit perut dan diare. Paparan kronis termasuk kegagalan multi-
organ, kanker, hiperpigmentasi kulit, gangguan neurologis dan perilaku [3].
Sebagian besar Arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi
inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas [4]. Dalam lingkungan
perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi Arsen membentuk pentavalent Arsenat (As(V)),
dimana dalam kondisi sebaliknya saat tereduksi membentuk trivalent Arsenit (As(III)) [5].
Kandungan Arsen di alam rata-rata 2-5 ppm, sumber Arsen berasal dari proses pembakaran
bahan bakar fosil terutama batu bara, pertambangan tembaga, emas dan timbal yang telah
melebihi kebutuhan komersial, kemudian dibuang ke lingkungan, dimana sebagian besar
masuk ke dalam perairan [6]. Secara alamiah Arsen dapat masuk kedalam lingkungan melalui
debu vulkanik yang dikeluarkan dari letusan-letusan gunung berapi, pelapukan bebatuan, dan
mineral-mineral yang mengandung Arsen yang kemudian masuk kedalam air tanah [7].
Saat ini, semikonduktor TiO2 telah dipelajari secara luas sebagai salah satu fotokatalitik
yang menjanjikan untuk penanganan limbah lingkungan [8]. Titanium dioksida (TiO2)
merupakan semikonduktor oksida yang banyak digunakan dalam aplikasi fotokatalis karena
memiliki beberapa keunggulan antara lain kestabilan termal dan kimia yang tinggi, inert, non
toksik, luas permukaan tinggi, dan mudah dipreparasi [9]. Titanium dioksida merupakan zat
fotokatalis berharga ekonomis. TiO2 dapat mengkatalisis reaksi reduksi dan oksidasi [10].
DAFTAR PUSTAKA

[1] B. Rahimi and A. Ebrahimi, “Photocatalytic process for total arsenic removal using an
innovative BiVO4/TiO2/LED system from aqueous solution: Optimization by
response surface methodology (RSM),” J. Taiwan Inst. Chem. Eng., vol. 101, pp. 64–
79, 2019.
[2] K. K. Sodhi, M. Kumar, P. K. Agrawal, and D. K. Singh, “Perspectives on arsenic
toxicity, carcinogenicity and its systemic remediation strategies,” Environ. Technol.
Innov., vol. 16, p. 100462, 2019.
[3] M. Costa, “Review of arsenic toxicity, speciation and polyadenylation of canonical
histones,” Toxicol. Appl. Pharmacol., vol. 375, no. February, pp. 1–4, 2019.
[4] Rumampuk and Warouw, “Bioakumulasi Total Merkuri, Arsen, Kromium, Cadmium,
Timbal di Teluk Totok dan Teluk Buyat, Sulawesi Utara,” J. LPPM Bid. Sains dan
Teknol., vol. 2, no. 2, pp. 49–59, 2015.
[5] J. K. Sains, D. Aplikasi, S. Karim, and A. Subagiyo, “Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi
19 (2) (2016): 63-67 Sintesis dan Karakterisasi TiO 2 Terdoping Nitrogen (N-Doped
TiO 2 ) dengan Metode Sol-Gel,” J. Kim. Sains dan Apl., vol. 19, no. 2, pp. 63–67,
2016.
[6] S. Mulyani, “Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2015,” Semin. Nas. Kim.
dan Pendidik. Kim. V, vol. 1, no. April, pp. 187–191, 2013.
[7] L. Yan, Y. Huang, J. Cui, and C. Jing, “Simultaneous As(III) and Cd removal from
copper smelting wastewater using granular TiO2 columns,” Water Res., vol. 68, no. Iii,
pp. 572–579, 2015.
[8] L. D. Than et al., “Highly Visible Light Activity of Nitrogen Doped TiO2 Prepared by
Sol–Gel Approach,” J. Electron. Mater., vol. 46, no. 1, pp. 158–166, 2017.
[9] Q. Zhou and S. Xi, A review on arsenic carcinogenesis: Epidemiology, metabolism,
genotoxicity and epigenetic changes, vol. 99. Elsevier Inc., 2018.
[10] A. Mursidi, “Analisis Risiko Kandungan Logam Kromium Heksavalen dan Arsen
dalam Air Minum,” J. Vokasi Kesehat., vol. 1, no. 6, pp. 195–204, 2015.

Anda mungkin juga menyukai