Anda di halaman 1dari 36

Tugas MID Semester (Proposal)

‘’Metedologi Penelitian dan Statistik’’

Dosen Mata Kuliah : Fadlan,S.Kep. MM

Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain Miogenik Dengan

Infra Red Dan Terapi Latihan Di RSUD Kota Kendari

OLEH :

DIAN ISLAMIAH (FT.2017.002)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI MULIA KOTA KENDARI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek

kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

manusia, membentuk sumber daya manusia yang optimal dalam bidang

kesehatan sehingga dapat melaksanakan pembangunan yang didasarkan pada

pembangunan berwawasan kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju

Indonesia Sehat 2010. Upaya pembangunan kesehatan yang dilakukan

pemerintah lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif tanpa

meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Dep Kes RI,1999).

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan

sumber daya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna

mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan

pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang

kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu,

pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah

dan masyarakat (Depkes RI, 1992).


Fisioterapi sebagai salah satu pelayanan kesehatan dengan modalitas yang

dimilikinya ikut mengambil peran serta aktif dan ikut bertanggung jawab

terhadap kesehatan individu,kelompok,keluarga,dan masyarakat. Disini

fisioterapi sangat berperan dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional secara optimal yang mencakup aspek-aspek peningkatan

(promotif),pencegahan(preventif),pngobatan (kuratif),pemulihan (rehabilitatif) (

WCPT,1999).

Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu gangguan neuro

muskuloskeletal berupa nyeri yang terbatas pada regio thoraco lumbal dan

sakral, tapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu Radiks

saja, namun secara luas berasal dari degenerasi discus intervertebralis lumbalis

(Sidharta, 1984).

Di Amerika serikat mechanical low back pain merupakan keluhan pasien

terbanyak disampaikan kepada dokter, kurang lebih 60-80% populasi dewasa

terkena, sehingga Low Back Pain menduduki ranking 4 keluhan pasien

terbanyak dipoliklinik rawat jalan. Ditinjau dari beban biaya yang dikeluarkan,

Low back pain merupakan rangking 3 paling mahal setelah penyakit kanker dan

penyakit jantung. Keluhan Low Back Pain ini paling sering menyebabkan

kehilangan hari kerja (Agus Soedomo, 2002). Nyeri punggung bawah

merupakan suatu permasalahan yang sering dijumpai dan mengenai kira – kira

60 – 80 % populasi dalam suatu masa selama hidupnya. Dari semua kasus,

hanya 20-30% kasus yang ditemukan kelainan anatomisnya. Sementara itu,


sisanya sebanyak 70-80% tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) (Andre 3

Yanuar, 2002). Tetapi nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh strain otot-

otot vertebra, HNP, spondylosis, spondylolisis, Miogenik, tumor vertebra,

infeksi. Pada karya tulis ilmiah ini penulis hanya membahas nyeri punggung

bawah akibat Miogenik. Miogenik merupakan salah satu bentuk kelainan pada

struktur tulang belakang umumnya terjadi karena trauma dan pergeseran yang

terjadi kearah antero-posterior, meskipun terjadi juga ke lateral kanan atau kiri.

Miogenik paling sering terjadi pada sendi Lumbo-Sacral, karena beban yang

paling banyak pada tulang punggung terletak pada persendian ini (Prasodjo,

2002). Kondisi ini dapat disertai nyeri atau tanpa nyeri. Insiden timbulnya nyeri

karena Miogenik dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu, (1) Kelompok

umur diatas 40 tahun akan didapati nyeri pada kondisi Miogenik,(2) Kelompok

umur dibawah 26 tahun hanya nyeri disebabkan Miogenik, (3) Kelompok umur

diatas 26 tahun kemungkinan besar didapati nyeri punggung bawah yang

disebabkan oleh Miogenik (Cox, 1990).

Nyeri didefinisikan sebagai rasa yang tidak menyenangkan dan merupakan

pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual

maupun potensial atau sering didiskripsikan sebagai istilah adanya kerusakan

jaringan.(Borenstein, 1989, Kuntono, 2000). Nyeri jarang menimbulkan

kematian, tetapi pada penderita yang mengalami nyeri akan terjadi gangguan

aktivitas sehingga nyeri tidak dapat dianggap remeh. Nyeri dapat berupa nyeri

tekan, nyeri gerak, ataupun nyeri yang menjalar pada daerah tungkai, yang

diikuti spasme otot dan berlanjut pada keterbatasan Lingkup Gerak Sendi 4
(LGS) serta penurunan kekuatan otot. Dampak dari kondisi tersebut akan

menimbulkan keterbatasan kemampuan fungsional seperti gangguan saat

membungkuk, saat jalan dan saat bangun dari duduk (Soedomo, 2002). Nyeri

yang dirasakan akan bertambah saat melakukan aktivitas dan rasa kaku pada

punggung bawah.

Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan

mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat

beraktivitas kembali. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan

modalitas fisioterapi seperti Infra Red (IR), Massage dan Terapi Latihan

William Excercise serta pemberian edukasi merupakan suatu modalitas

fisioterapi yang dipilih penulis pada kasus nyeri punggung bawah akibat

Miogenik yang dibahas pada proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Terapi latihan untuk mengoreksi impairment, meningkatkan fungsi

muskuloskeletal atau memelihara agar lebih baik. Latihan dapat menambah

kekuatan otot elastisitas, luas gerak sendi dan ketahanan. (Borenstein, 1989)

B. Rumusan Masalah

Masalah yang muncul pada nyeri punggung bawah akibat Miogenik dapat

dirumuskan sebagai berikut

1. Apakah IR, dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri pada kasus Low

Back Pain Miogenik?

2. Apakah Massage dapat mengurangi spasme otot pada kasus Low Back

Pain Miogenik?
3. Apakah IR dan Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot fleksor

dan ekstensor trunk, menambah Lingkup Gerak Sendi (LGS) untuk

fleksi dan ekstensi trunk serta meningkatkan kemampuan fungsional

pada nyeri punggung bawah akibat Miogenik?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi low back pain

miogenik di RSUD Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

a) untuk mengetahui pengaruh pemberian IR dan Terapi Latihan William

Excercise terhadap pengurangan nyeri pada kasus Low Back Pain

Miogenik.

b) Untuk mengetahui pengaruh pemberian Terapi Latihan William

Excercise dalam meningkatkan lingkup gerak sendi dan kemampuan

aktivitas fungsional pasien serta pengaruh pemberian Massage untuk

mengurangi spasme otot pada kasus Low Back Pain Miogenik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis cara mengaplikasikan

pemberian modalitas IR,Massage dan Terapi latihan William Excercise

untuk mengurangi permasalahan pada kondisi Low Back Pain Miogenik.


b. Dapat berfungsi bagi institusi kesehatan agar dapat lebih mengembangkan

ilmu pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari tentang kasusLow

bck pain yang ditemui dimasyarakat

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan informasi atau masukan agar meningkatkan

profesionalisme kerja bagi fisioterapi tentang penerapan pemberian IR Infra

Red),Massage dan Terapi Latihan William Excercise pada kondisi Low Back

Pain Miogenik.

b. Untuk memberi informasi bagi masyarakat luas tentang kasus Low Back Pain

Miogenik serta memperkenalkan peran fisioterapi dalam menangani kasus

tersebut sehinggan masyarakat mengetahui upaya pencegahan.


BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Kasus

1. Anatomi Fisiologi

a. Struktur tulang vertebra lumbal

Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu sama lain

yang berperan penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyangga

tubuh dan alat gerak tubuh. Susunan vertebra secara umum terdiri dari

corpus,arcus, dan foramen vertebra.

Keterangan gambar 2.1

1. Vertebra cervical I-VII 6. Atlas

2. Vertebra thoracalis I-XII 7. Axis

3. Vertebra lumbalis 8. Vertebra prominens

4. Osc. Sacrum 9. Foramen intervetebralis

5. Osc. Coccygae 10. promotrium


Keterangan gambar 2.2 (a)

1. Processus spinosus

2. Procesus articularis inferior

3. Processus articularis superior

4. Processus transverses

5. Incisura vertebralis superior

6. Foramen vertebra

Keterangan gambar 2.3

1. M. seratus anterior

2. M. seratus posterior

3. M. oblique eksternus

4. M. intercostals eksternus
5. M. intercostals internus

6. M. oblique eksterns

7. M. oblique internus

8. M. piramidalis

9. M. rectus abdominis

Gambar 2.4Otot-otot punggung, tampak dorsal (Putz, R

dan Pabst, R, 2000).

Keterangan gambar 2.4

1. M. deltoid

2. M. teres major

3. M. infraspinatus

4. M. rhomboid major

5. M. latissimus dorsi

6. M. oblique eksternus
7. M. thoracolumbar fascia

8. M. trapezius

Gambar 2.5 Otot-otot punggung (Spaltecholz, 1987)

Keterangan gambar 2.5

1. M. oblique internus abdominis

2. M. intertransversarii lateralis lumborum

3. M. oblique eksternus abdominis

4. Mm. multifida

5. M. transverses abdominis

6. M. quadrates abdominis

7. M. quadrates lumborum,fascia

1) Korpus

Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung

dipermukaan atas dan bawah (Gibson, 2003). Dari kelima

kelompok vertebra, columna vertebra lumbalis merupakan

columna yang paling besar dan kuat karena pusat


pembebanan tubuh berada di vertebra lumbalis (Bontrager

dan Lampignano, 2014; Cahyati, 2015).

2) Arcus

Menurut Gibson 2003 dalam Cahyati 2015, Arcus vertebra

terdiri dari:

a) Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang

berjalan kearah

bawah dari corpus, dengan lekukan pada vertebra di

dekatnya membentuk foramen intervertebrale.

b) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang

pipih berjalan ke arah belakang dan ke dalam untuk

bergabung dengan

pasangan dari sisi yang berlawanan.

c) Foramen vertebra

Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara

corpus dan arcus bila dilihat dari columna

vertebralis,foramen vertebra ini memebentuk suatu

saluran yang disebut canalis vertebralis,yang akan

terisi oleh medulla spinalis (Susilowati,dkk 1993).

d) Processus Articularis Superior dan Inferior

Membentuk persendian dengan processus yang sama

padavertebra di atas dan di bawahnya.

e) Processus Transversus
Merupakan bagian vertebra yang menonjol ke lateral.

f) Discus Intervertebralis

Merupakan cakram yang melekat pada

permukaan korpus dua vertebrae yang berdekatan,

terdiri dari annulus fibrosus, cincin jaringan

fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus

pulposus, zat semi-cair yang mengandung sedikit serat

dan tertutup di dalam annulus fibrosus.

b. Ligament Vertebra

Banyak studi mengenai spinal ligament menetapkan bermacam tingkat

support pada spine. Termasuk interspinous ligament, ligamentum flavum,

anterior dan posterior longitudinal ligament, capsular ligament,dan lateral

ligament.

1. Interspinous ligament

Merupakan ligament tambahan yang tidak begitu penting pada

sebuah tulang melalui spinous process,penggunaannya pada saat gerakan

significant flexion melawan gaya pada spine. Perlu diperhatikan bahwa

interspinous ligament tidak terdapat pada L5/S1 dan terdapat sedikit pada

L4-L5.

2. Ligamentum Flavum

Merupakan ligament yang kompleks dan kuat, namun kurang

resistance untuk gerakan flexion karena lebih menahan gerakan kearah

ventral.
3. Anterior Longitudinal Ligament

Merupakan ligament yang relative kuat melekat pada tepi vertebral

body (dan tidak begitu melekat pada annulus fibrosus) pada setiap

segmental dari spine.ligament ini berfungsi untuk menahan gerakan kearah

ekstensi.

4. Posterior Longitudinal Ligament

Ligament ini tidak sekuat anterior longitudinal ligament. Ligament ini

sebagian besar dempet dengan diskus (annulus fibrosus).

5. Capsular ligament

Merupakan ligament yang berperan penting untuk kestabilan vertebra.

Tidak begitu banyak gerakan, namun relative kuat.

Gambar 2.2 Ligament Vertebra (Sumber : Shutterstok.com)


c. Biomekanik

Gerakan dari vetikal lumbalis boleh dikatakan relatif bebas

dibandingkan dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk

diskusnya besar dari arah foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari

lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan diperkirakan 75% dari fleksi

kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut lumbo sakral dan

luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi dari

vertebra spinalis (Soekarno, 1999; Nugroho, 2015).

1. Osteokinematik

Gerakan osteokinematik pada fleksi dan ekstensi terjadi pada

sagital plane, lateral fleksi pada frontal plane, dan rotasi kanan-

kiri terjadi pada transverse plane. Sudut normal gerakan fleksi

o o o
yaitu 65 -85 , gerakan ekstensi sudut normal gerakan sekitar 25 -

o o
40 , dan untuk gerakan lateral fleksi 25 , sedangkan gerakan rotasi

o
dengan sudut normal yang dibentuk adalah 45 (Reese dan bandy,

2010, ; Cahyati, 2015).

2. Arthrokinematik

Pada lumbal, ketika lumbal spine bergerak fleksi discus

intervertebralis tertekan pada bagian anterior dan menggelembung pada

bagian posterior dan terjadi berlawanan pada gerakan ekstensi.


Pada saat lateral flexion, discus intervertebralis tertekan pada sisi terjadi

lateral fleksi. Misalnya, lateral fleksi ke kiri menyebabkan discus

intervertebralis tertekan pada sisi sebelah kiri. Secara bersamaan

discus intervertebralis sisi kanan menjadi menegang. Pada level

lumbal spine, jaringan collagen pada setengah dari lamina mengarah

o
pada arah yang berlawanan (kira- kira 120 ) dari jaringan setengah

lainnya. Setengah jaringan itu lebih mengarah ke kanan akan

membatasi rotasi kekiri.

d. Problematik Fisioterapi

1. Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah

suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat

berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti

terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan penyebaran

(superficial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah

suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang

digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan

dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom. (Meliala,2004;

Bahrudin, 2018)
b. Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus

noksious pada jaringan. Nosiseptor adalah serabut saraf aferen primer

dengan terminal perifer (reseptor) yang mempunyai respons berbeda

terhadap rangsang noksious (rangsang yang mempunyai potensi

merusak jaringan) yang berupa faktor kompresi mekanik, mediator

inflamasi, atau respon sistem imun. Rangsang noksious tersebut

kemudian dirubah menjadi potensial aksi. Tahap awal dari mekanisme

nyeri ini dinamakan tranduksi atau aktivasi reseptor.

Tahap kedua disebut transmisi, merupakan konduksi impuls dari

neuron aferen primer ke kornu dorsalis medula spinalis. Pada kornu

dorsalis tersebut, neuron aferen primer bersinaps dengan neuron

susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke

atas di medula spinalis menuju batang otak dan thalamus. Tahap ketiga

adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan untuk mengontrol

transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu di sistem saraf pusat yang secara

selektif menghambat transmisi nyeri di medula spinalis. Proses terakhir

adalah persepsi, dimana pesan nyeri ditransmisikan menuju ke otak dan

menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

c. Sistem otot
Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh

secara langsung atau pun tidak langsung mempengaruhi vertebra. Otot-

otot tersebut adalah m. erector spinae, m. psoas, m. rectus abdominis.

 M. Erector Spinae

Merupakan kelompok otot yang luas dan terletak dalam facia

lumbodorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis pada

sacrum, crista illiaca dan procesus spinosus thoraco lumbal.

Kelompok otot ini terbagi atas beberapa otot yaitu:

M.Longissimmus, M. Iliocostalis,  M. Spinalis. Kelompok otot ini

merupakan penggerak utama pada gerakan ekstensi lumbal dan

sebagai stabilisator vertebra lumbal saat tubuh dalam keadaan

tegak. Kerja otot tersebut dibantu oleh M. transverso

spinalis dan paravertebral muscle (deep muscle) seperti M.

intraspinalis dan M. intrasversaris, M. trasversus abdominal, M.

lumbal multifidus, M. diafragma, M. pelvic floor (Ansar dan

Sudaryanto, 2011; Fitria, 2018).

1) Origo: berasal melalui tendo yang lebar dari bagian dorsal crista iliaca,

permukaan dorsal sacrum dan processus spinosus vertebrae lumbalis

kaudal, dan ligament supraspinale.

2) Insertion: M. iliocostalis: lumborum, thoracis, dan cervicis; serabut

melintas kranial ke angulus costae kaudal dan proc. transversus

vertebrae cervicalis, ke proc. Spinosus di daerah thorakal dan

cervical, dan proc. Mastoideus ossis temporalis. M. spinalis:


thoracis, cervicis dan capitis: serabut melintas kranial ke proc.

Spinosus di daerah torakal kranial dan cranium.

3) Fungsi utama: bekerja bilateral: ekstensi columna vertebralis dan kepala

sewaktu punggung membungkuk, otot-otot ini mangatur gerakan

dengan memperpanjang serabutnya secara bertahap; bekerja

unilateral: laterofleksi columna vertebralis.

 M. Psoas Major

1) Origo: Proc. Tansversus vertebrae lumbalis; sisi corpus vertebrae

T12-L5 dan discus intervertebralis.

2) Insertio: melalui tendon yang kuat pada trochanter minor femur.

3) Fungsi: Kontraksi bagian kranial bersama m. illiacus mengadakan

fleksi paha; kontraksi bagian kaudal megadakan laterofleksi

columna vertebralis; berguna untuk mengatur keseimbangan

batang tubuh seaktu duduk; kontraksi bagian kaudal bersama m.

illiacus mengadakan fleksi batang tubuh.

 M. Rectus Abdominis

1.Origo: Symphysis pubica dan crista pubica

2. Insertion: Proc. Xiphoideus dan cartilagines costales V-VII

3.Fungsi: fleksi batang tubuh dan menekan visera abdomen

d. Sistem Saraf

Saraf lumbal 2,3 dan 4 membentuk N. Obturatorius yang

mempersarafi N. obturator dan abductor paha. Bagian sensoris mensarafi


persendian paha. Bagian dorsal membentuk N. Femoralis muskulus

quadriceps femoris. Saraf L2 dan L3 bagian dorsal membentuk N.

Kutaneus femoralis lateralis yang mensarafi kulit paha bagian lateral.

Saraf L4 sampai dengan S2, bagian dorsal bersatu menjadi N. Peroneus,

N. Peroneus dan N. Tibialis menjadi satu membentuk N. ischiadicus, N.

tibialis mensarafi otot-otot ekstensor pada tungkai bawah dan kulit

daerah telapak kaki. N. Peroneus bercabang tiga yaitu: N. Fibularis

superfisialis, N. Fibularis profundus dan N. rekuterns artikularis

(Anshari, 2016).

2. LBP (Low Back Pain Miogenik )

a. Definisi

Nyeri punggung bawah miogenik adalah suatu pengalaman sensorik

dan emosional yang tidak menyenangkan di daerah antara vertebra

torakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul ata lubang dubur. Yang

timbul akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan

jaringan antaralain:dermis pembuluh darah,fascia,musculus,tendon,carti

lage,tulag ligament,intraartikuler meniscus,bursa (Paliyama,2003).

Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress/strain

otot punggung,tendon,ligament yang biasanya ada bila melakukakn

aktivitas sehari-hari berlebihan. Nyeri bersifat tumpul,intensitas

bervariasi seringkali menjadi kronik,dapat terlokalisir atau dapat meluas

ke sekitar glutea. Nyeri ini tidak diserta dengan


hipertensi,parestesi,kelemahan atau defesit neurologis. Bila batuk atau

bersin tidak menjalar ke tungkai ( Paliyama,2003)

1. Etiologi

Kelainan nyeri punggung bawah miogenik dapat disebabkan karena :

a) Ketegangan otot

Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang

konstanatau berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan

memendekan otot-ototyang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga

dapat timbul karena regangan yang

berlebihan pada perlekatan otot terhadap tulang.

b) Spasme / kejang otot

Spasme / kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba

dimanajaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang / kaku /

kurang pemanasan.Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah

dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri yang hebat. Setiap

gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.

Akan terjadi lingkaran suatu nyeri, kejang atauspasme dan ketidak

mampuan bergerak.

c) Defisiensi otot

Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat

dari tirah baring yang lama maupun immobilisasi.

d) Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang


apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah

tertentu.Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point).

Dalampemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah

(NPB),tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini bila

ditekanakan menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit

nyaman(Harsono, 1996).

b. Patologi

Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor

lumbal lebih lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat

mengangkat beban. Otot sendiri sebenarnya tidak jelas sebagai

sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas di inervasi sistem saraf

simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles mengalami

spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang

tidak sempurna akan melepaskan pancaran rangsangan saraf

berbahaya yang mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas

otot. (Soedomo, 2002).

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala nyeri punggung bawah akibat miogenik adalah

onset/waktu timbulnya bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang

punggung bawah,tenderness pada otot-otot punggung bawah,

lingkup gerak sendi (LGS) terbatas,tanda-tanda gangguan neurologis

tidak ada (Kuntono, 2006).

d. Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah miogenik ini prognosisnya

baik,umumnya sembuh dalam beberapa minggu jika dilakukan

tindakan terapi secara dini (R.B. Wirawan, 2004). Strain otot

membaik dengan mengendalikan aktifitasfisik. Tirah Baring

sedikitnya 2 hari menunjukkan efektifitas dalam menguranginyeri

punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk

melakukanaktifitas fisik ringan, dan aktifitas mulai ditingkatkan

setelah beberapa hari selamanyeri tidak bertambah (Mirawati, 2006).

B.Tinjauan Modalitas Fisioterapi

1. IR (Infra Red)

a. Definisi

InfraRed (IR) adalah alat fisioterapi yang memanfaatkan efek panas

dari sinar merah yang di pancarkan untuk melancarkan peredaran

darah dan menurunkan ketegangan pada otot. InfraRed mempunyai

panjang gelombang 1,5-5,6 mikron dan mempunyai radiasi mencapai

5,6-1000 mikron dan penetrasi 3,75 cm yang memberikan efek

pemanasan pada jaringan yang lebih dalam di daerah otot yang

cedera akan lebih efektif (Ervolino & Gazze, 2016). Salah satu untuk

mengatasi masalah nyeri adalah dengan terapi fisik yang merupakan

bagian dari rehabilitasi medis. Modalitas fisioterapi yang dipakai

adalah sinar infra merah yang memiliki panjang gelombang 750 μm

– 100 μm, frequensi 400THz - 3 THz, dan energi foton 12,4 meV -

1,7 eV. Menurut standart ISO 20473 infra merah di bagi menjadi
Near IR (NIR) panjang gelombang 0.78 – 3 μm, Mid IR (MIR)

panjang gelombang 3.0 – 50, dan Far IR (FIR) panjang gelombang

50-1000 (Nurcipto & Gandha, 2017).

Generator Infra Merah pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2

yaitu : (1) Non luminous yang hanya mengandung IR saja,

pengobatan ini sering disebut“IR radiation” dan (2) luminous di

samping IR juga sinar “Visibel” dan ultraviolet, pengobatan sering

disebut “radiasi panas”. Jika sinar ini diabsorbsi oleh kulit maka

panas akan timbul pada tempat di mana sinar tersebut diabsorbsi

sehingga dapat meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi

pembuluh darah,rilexasi otot dan mengurangi (menghilangkan) rasa

sakit.Disamping itu juga dapat berpengaruh terhadap pigmentasi,

mengaktifkan kelenjar-kelenjar keringat bahkan destruksi jaringan.

Apabila penyinaran diberikan menimbulkan temperatur cukup tinggi

dan lama sehingga di luartoleransi pasien. Oleh karena itu, pemberian

Infra Merah ini harus disesuaikandengan toleransi pasien.

b. Efek Fisiologis

Adalah peningkatan proses metabolisme, vasodilatasi, pembuluh

darah,pigmentasi, pengaruh terhadap syaraf sensoris dengan

pemanasan jaringan membentuk efek sedatif, pengaruh terhadap

jaringan otot adalah untuk relaxasi serta mengaktifkan kelenjar

keringat.

c. Efek Terapeutik dari Sinar Infra Merah


Adalah mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meningkatkan

suplaydarah, relexasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolisme

(Pauline,1973).

d. Indikasi dari Sinar Infra Merah

1) Kondisi peradangan setelah subacute (kontusio, muscle strain, muscle

sprain, trauma sinovitis

2) Arthritis (rheumatoid artitis, osteoarthritis, myalgia, lumbago,neuralgia,

neuritis)

3) Gangguan sirkulasi darah

4) Penyakit kulit (folliculitis, furuncolosi, wound)

5) Persiapan exercise dan Massage

e. Kontra Indikasi dari Infra Merah

1) Daerah yang infusiensi pada darah

2) Gangguan sensibilitas kulit

3) Adanya kecenderungan terjadinya pendarahan

f. Waktu yang digunakan untuk terapi pada kondisi akut 10 – 15 menit,sedang

untuk kondisi kronis diberikan selama 15 – 30 menit.

2. Massage

 Effleurage

Effleurage adalah suatu pergerakan stroking dalam atau dangkal,

effleurage pada umumnya digunakan untuk membantu pengembalian

kandungangetah bening dan pembuluh darah di dalam ekstrimitas


tersebut. Effleurage jugadigunakan untuk memeriksa dan

mengevaluasi area nyeri dan ketidak teraturanjaringan lunak atau

peregangan kelompok otot yang spesifik. Effleuragemenimbulakan

efek yang bersifat rel.

 Friction

Friction atau tekanan dalam adalah untuk menggerakkan dan

memisahkanjaringan lembut. Friction adalah memenuhi pergerakan

ke serabut, seperti di dalam urat daging atau ligament, strukturnya:

membujur atau gerak lingkarbertujuan untuk melepaskan kekakuan

otot dan untuk mengurangi kerusakan jaringan lunak.

3. Terapi Latihan ( William Flexion Exercise)

Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan .yang dirancang

untuk mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot

yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan

otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok otot ekstensor

(Basmajian,1978).

Manfaat

Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang

untuk mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot

yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan

otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok otot ekstensor

(Basmajian, 1978).
Prosedur latihan

1). William Flexion Exercise nomor 1

Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada

permukaan matras.

Gerakan : pasian diminta meratakan pinggang dengan menekan

pinggang ke bawah melawan matras dengan

mengkontraksikan otot perut dan otot pantat. Setiap

kontraksi ditahan 5 detik kemudian lemas, ulangi 10 kali.

Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap rata. Tujuan :

penguluran otot-otot ekstensor trunk, mobilisasi sendi

panggul, penguatan otot-otot perut.

2) William Flexion Exercise nomor 2

Posisi awal : sama dengan nomor 1.

Gerakan : pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan


memfleksikan kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu

terangkat dari matras. Setiap kontraksi ditahan 5 detik,

kemudian lemas, ulangi sebanyak 10 kali. Tujuan :

peunguluran otot-otot ekstensor trunk, penguatan otot-otot

perut,dan otot sternocleidomastoideus.

3). William Flexion Exercise nomor 3

Posisi awal : sama dengan nomor 1

Gerakan : pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah dada

sejauh mungkin, kemudian kedua tangan mencapai paha

belakang dan menarik lututnya ke dada. Pada waktu bersamaan

angkat kepala hingga dagu menyentuh dada dan bahu lepas

dari matras, tahan 5 detik. Latihan diulangi pada tungkai yang

lain, ulangi latihan sebanyak 10 kali. Kedua tungkai lurus naik

harus dihindari, karena akan memperberat problem

pinggangnya. Tujuan : merapatkan lengkungan pada lumbal,

peunguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi panggul,sendi

sakroiliaka, dan otot – otot hamstring.


4). William Flexion Exercise nomor 4

Posisi awal : sama dengan nomor 1

Gerakan : pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan nomor

3, tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas

dan ditarik dengan kedua tangn kearah dada, naikkan kepala dan

bahu dari matras,ulangi 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua

tungkai ke atas sejauh mungkin ia rapat, baru ditarik dengan

kedua tangan mendekati dada. Tujuan : merapatkanlengkungan

pada lumbal, peunguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi

panggul,sendi sakroiliaka, dan otot – otot hamstring.

5). William Flexion Exercise nomor 5

Posisi awal : exaggregated starter’s position

Gerakan : Gerakan berupa latihan dimulai dengan posisi awal seperti

seorang pelari cepat pada titik startnya yaitu satu tungkai dalam
fleksi maximal pada seni lutut dan paha, sedang tungkai yang

lain dalam keadaan lurus di belakang. Kemudian pada posisi

tersebut tekan badan ke depan dan ke bawah,tahan 5 hitungan

dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Tujuan : mengulur /

stretching otot-otot fleksor hip dan fascia latae.

6). William Flexion Exercise nomor 6

Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan

tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal rata dengan

dinding.

Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi

lumbal pada dinding, tahan 10 hitungan dan rileks.

Frekuensi 10 kali / sesi. Bila latihan terlalu berat,

lamanya penahanan dapat dikurangi. Tujuan :

penguatan otot quadriceps, otot perut, ekstensor trunk.


C.Tinjauan Alat Ukur

1. Pemeriksaan Skala Nyeri

Dengan menggunakan VDS (Verbal Descriptive Scale) dengan hasil nyeri

diam 3 (nyeri ringan), nyeri tekan 4 (nyeri tidak begitu berat), nyeri gerak 6

(nyeri cukup berat).

2. Keterbatasan Gerak

Dengan menggunakan Mid Line, dengan cara sebagai berikut :Diukur dari

C7 sampai S1 Posisi normal = 44 cm selisih posisi normal ke fleksi dan

ekstensi Fleksi trunk = 46 cm 2 cm Ekstensi trunk = 37 cm 7 cm Di ukur

dari ujung jari terpanjang sampai ke lantai.

D. Kerangka Pikir Penelitian

Gangguan LBP Miogenik Problematik


Fisioterapi

1. Nyeri
2. Spasme otot
3. LGS

Intervensi

1. IR (Infra Red)
2. Massage
3. Terapi Latihan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Sugiyono

(2010:15) metode penelitian kualitatif merupakan metode peneliti yang

berlandaskan pada filsafat positivism,digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah,dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci,pengambilan sampel sumber data dilakukakn secara purposive dan

snowbaal,teknik pengumpulan dengan trianggulasi,analisis data bersifat

induktif/kualitatif,dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari

pada generalisasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 di RSUD

Kota Kendari

C. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan adalah ‘’Observasi”. Menurut Nawawi dan Martini

(1992:74), Observasi adalah pengamatan data pencatatan secara holistic

terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada

obyek penelitian. Adanya observasi penliti dapat mengetahui adanya pasien

yang berada di RSUD Kota Kendari yang terkena gangguan Low Back Pain

Miogenik. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

obsevasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan


oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang

maksimal.

D. Alur Penelitian

Subjek Penelitan

Asssesmen Fisioterapi

Anamnesis Penatalaksanaan Diagnosa


Fisioterapi

Problematik fisioterapi

Penatalaksanaan fisioterapi

Evaluasi

Hasil
E. Rencana Kegiatan Proposal

 Penyusunan Proposal

 Konsultasi Pembimbing

 Seminar Proposal

 Penelitian

 Hasil/KTI
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A Graham and Louis Solomon, 1994; Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur

Sistem Apley ; Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Edi Nugroho, Widya Medika.

Basmajian, John U, 1978; Therapeutic Exercise; Third Edition, Rehabilitation

median, Jakarta.

Borenstein, G David, 1989; Low back Pain Medical, Diagnosis and Comprehensive

Management; W B. Saunders Company, Philadelphia.

Cailliet, R, 1979; Low Back Pain Syndrome; Second Edition, F. A Davis Company,

Philadelphia.

De Wolf,AN,1990; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Cetakan

Kedua,Penerjemah Steven Pandago, Netherland.

Kuntono, Heru Purbo, 2000; Penatalaksanaan Elektro Terapi pada Low Back Pain;

Kumpulan Makalah TITAFI XV; Semarang 2-4 Oktober 2000, IFI

Kapandji, I. A., 1990; The Physiologi of Joints; Volume three, Churchill

Livingstone, USA.

Kisner, Carolyn, 1996 ; Therapeutik Exercise Foundations and Techniques ; Third

Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia.

Melzack and Wall, diedit oleh Slamet Parjata (1996). Pelatihan Penatalaksanaan

Komprehensif pada Nyeri. Surakarta.

Davis Company, Philadelphia. Platzer, Warner, (1995). Atlas dan Buku Teks

Anatomi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai