Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

 Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin


penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,
diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang


sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Banyak sampah yang dibuang begitu saja di sembarang
tempat dan tidak di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh
terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang
membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh sampah,


tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran
itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu
sendiri.
.
1.2.           RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :

1. Pengertian pencemaran sampah?


2. Apa saja jenis-jenis sampah ?
3. Bagaimanakah pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup ?
4. Bagaimana Upaya-upaya pengelolaan sampah ?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah agar dapat mengetahui apa itu
pencemaran lingkungan, jenis-jenis pencemaran yang ada disekitar, serta cara
atau upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi pencemaran lingkungan
yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencemaran

Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau  komponen


lain ke dalam air, tanah atau udara, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Pencemaran juga dapat dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan,
yang salah satu contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang
tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh
manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya
tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi
menurut jenis-jenisnya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan
biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang
dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi.
Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita
lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan. (Hadiwijoto, S. 1983)
 

 
HASIL PENGAMATAN

2.2 Jenis sampah


Sampah yang terdapat pada tempat pengamatan yaitu:

Berdasarkan bentuknya, sampah tersebut termasuk dalam sampah padat.


Yaitu segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik.

1.     Sampah organik – dapat diurai (degradable)

Sampah organik (sampah yang mudah membusuk yang dapat diuraikan


secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob) yaitu daun-daun
kering, sisa makanan, batang dan ranting pohon.

2.   Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

         Sampah anorganik (sampah yang tidak mudah membusuk atau tidak bisa
diuraikan oleh proses biologi) yaitu plastik, kertas,botol dan gelas minuman,
kaleng. Yang mana sampah- sampah tersebut sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga. Sampah ini dapat dibagi lagi menjadi

a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena


memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik dan kertas.
b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs dan carbon paper,

2.3 Pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar


terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan 
menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti :

Dampak Sampah bagi Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan


sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.

Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut;

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah
4. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh
raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik
yang memproduksi baterai dan akumulator.

Dampak Sampah terhadap Lingkungan

Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber


bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya
seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah
seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi
penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat
terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat


berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama
akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di
TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai
gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan
mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan
global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi


pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat
mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang
tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau
tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan
dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan
sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar
dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang
dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial


menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga
potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.

Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan


sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di
bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan
cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk
yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.

Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan


kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan
lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi
maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan


pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di
sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang
bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula
dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan
tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.

Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran


yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran
sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut
akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya
didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan.
Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang
melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang


kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan
yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan
akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan, drainase, dan lain-lain.
5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)

Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan,


kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan berbagai gangguan-gangguan antara lain sebagai berikut:

1. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-


gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek
dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila musimpenghujan datang.
2. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi
fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat
mengganggu kehidupan dilingkungan sekitarnya.
3. Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen.
Keadaan ini disebabkan karena selama proses peromabakan sampah
menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari
udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen dapat menyebankan
kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
4. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat
membahayakan kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada
mengeluarkan gas beracun.
5. Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan
oleh lalat atau seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.
6. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan
yang nyaman untuk dinikmati.

2.4   Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah


Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga untuk
mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak
hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan
ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan


beberapa metode  atau cara sebagai berikut :
 
1. Melakukan Pengurukan (Landfill)

Menguruk sampah dengan tanah di tempat tertentu (khusus) secara masif


(kuantitas besar). Tempat pengurukan umumnya dibangun pada pertambangan,
galian, terowongan, lubang ataupun ruang bawah tanah yang sudah tidak
digunakan/dipakai lagi.

Pada metode pengurukan masa lampau menimbulkan masalah seperti


sampah terbawa angin, menarik binatang kecil (kutu maupun tikus) serta
menghasilkan lumeran air endapan sampah (air lindi sampah).

Hasil lain dari metode pengurukan sampah ialah terbentuknya gas


(umumnya gas metana dan karbon dioksida/CO2) yang dihasilkan melalui
penguraian anaerobik, dimana gas tersebut menghasilkan masalah bau dan gas
efek rumah kaca.

Pada metode pengurukan modern menambahkan lapisan plastik di dasar


pengurukan untuk menampung air lindi sampah. Sampah yang dibuang juga
dimampatkan terlebih dahulu, juga ditambahkan penutup untuk menghindari
binatang kecil (kutu ataupun tikus). Ditambahkan juga di dalamnya untuk
mengumpulkan gas yang dihasilkan sampah untuk menjadi bahan bakar
pembangkit listrik.

2. Melakukan Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang
yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-
Ulang yaitu :

a.  Pengolahan kembali secara fisik


Metode ini adalah aktivitas  paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya
kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol bekas, kertas
karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau
dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat
digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang
dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian
bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

b. Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas,


bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahan-bahan


organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya
dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan
kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik
(kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan
pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan.  

C. Pemulihan energi

membuat sampah menjadi bahan bakar langsung boiler untuk


menghasilkan uap panas dan energi listrik melalui turbin. Proses ini juga dapat
dilakukan dengan membuat sampah menjadi bahan bakar tidak langsung dalam
bentuk lain.

Proses ini terdapat 2 (dua) macam yaitu pyrolysis dan gasifikasi.


Keduanya merupakan bentuk proses yang saling berkaitan dengan memberikan
perlakuan panas terhadap sampah dengan suhu yang sangat tinggi dengan batasan
ketersediaan oksigen. Kedua proses tersebut secara umum menggunakan tangki
tertutup bertekanan tinggi.

Pyrolysis pada sampah padat mengubah sampah padat menjadi padatan,


cairan dan gas. Hasil cairan dan gas pyrolysis dapat dijadikan bahan bakar
pembangkit listrik ataupun diolah kembali menjadi produk kimia lain, sedangkan
hasil padatan dapat diolah kembali menjadi produk karbon aktif.

Gasifikasi digunakan untuk mengubah sampah organik menjadi gas


sintesis yang terbentuk dari karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H2). Gas
sintesis dijadikan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap.
2.4  Peran Pemerintah dalam Menangani Sampah

Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa


penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh Pemerintah
Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan kehidupan
masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke pendekatan sumber
dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan adanya campur
tangan dari Pemerintah.

Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan,


pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan. Bersumber dari
pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu
penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan pelaksanaan
pengelolaan sampah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Sampah yang terdapat pada tempat pengamatan yaitu sampah dalam


bentuk padat. Yang terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik.

B. Saran

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan


kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain
itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai
lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan
yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para
perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan. Undang-


Undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-
masing pihak. UU juga akan mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam
penanganan sampah. Menurut dia, tidak mungkin konsep pengelolaan sampah
berjalan baik di lapangan jika secara infrastruktur tidak didukung oleh
departemen-departemen yang ada dalam pemerintahan.

Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah budaya


masyarakat soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi
pengetahuan, pemahaman, kampanye yang kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh
pejabat setingkat Kepala Dinas seperti terjadi sekarang. Itu harus melibatkan dinas
pendidikan dan kebudayaan, departemen agama, dan mungkin Depkominfo.

.
DAFTAR PUSTAKA

Artiningsih, NKA, 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengeloaan Sampah


Rumah Tangga. Semarang: Universitas Diponegoro.

Cristian. H. 2008. Modifikasi Sistem Burner. Jakarta: Universitas Indonesia.

Darto, K. A. 2007. Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah


di Indonesia. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Semarang: Universitas


Diponegoro.

Sulistyawati E dan Ridwan N. Efektivitas Kompos Sampah Perkotaan sebagai


Pupuk Organik dalam Meningkatkan Produktivitas dan Menurunkan Biaya
Produksi Budidaya Padi. Bandung: ITB.

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit


Yayasan Idayu. Jakarta
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

PENCEMARAN SAMPAH DI DAERAH


PLAMONGANSARI

Disusun oleh :

Ivan Novendra

1041511087

PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI

ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG
2017

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai