Anda di halaman 1dari 5

ECEJI 1 (1) (2018)

Early Childhood Education Journal of Indonesia

Efektifitas Penggunaan Musik Perkusi terhadap Tindakan Emosional dalam


Mengekspresikan Emosi pada Anak Autisme Disertai Epilepsi

Claudya S. Souisa , Ajeng Ayu Widiastuti

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Kristen Satya Wacana, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Diterima Januari 2018 Autism child with epilepsy have difficult to express emotion and verbal communication. It
Disetujui Mei 2018 make impairment in social and interaction to the others. Percussion instrument is a tool that
Dipubikasikan Juli 2018 can be used by teacher to modify the child’s action to express her emotion. The aims of this
Kata Kunci:
study is to know the effect of percussion instrument usage on emotional action of expression
percussion instrument, emotion- emotion in child with autism-epilepsy. We used single case experimental design method with
al action, expression emotion, 2 phase (A-B) on reversal design. We recorded frequency of the action in the period to collect
child with autism-epilepsy the data. Data analyzed with visual analysis to differentiate conditions on graphic display
by within-condition analysis and between-condition analysis. The result showed, percussion
instrument usage had effectiveness to increase emotional expression of child with epilepsy,
especially on emotional action.

© 2018 APGPAUD Indonesia



Korespondensi:
Gedung E Lantai 2 FKIP UKSW
Jln. Diponegoro No. 52-60, Salatiga 50711 – Indonesia
E-mail: ajeng.widiastuti@staff.uksw.edu
Claudya S. Souisa dan Ajeng Ayu W/ Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

PENDAHULUAN anak menurut Hurlock (1993), yaitu: 1) marah;


2) takut; 3) cemburu; 4) gembira atau senang; dan
Salah satu gangguan yang sangat luas dan 5) sedih. Emosi tidak akan terlihat tanpa adanya
berat sehingga mempengaruhi kehidupan anak atau munculnya ekspresi (Santrock, 2011). Bebe-
secara mendalam adalah autisme. Gangguan per- raoa jenis ekspresi emosi, antara lain: 1) ekspresi
kembangan pada anak dengan autisme meliputi wajah; 2) ekspresi vokal; 3) perubahan fisiologis;
aspek interaksi sosial, komunikasi dan perilaku 4) gerak dan isyarat tubuh; 5) tindakan-tindakan
yang gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun emosional (Mashar, 2011).
(Kaptiningsih, 2012). Kriteria yang dimiliki anak Dalam mengekspresikan emosi seseorang
dengan autisme antara lain: 1) gangguan wicara; tidak hanya diam saja. Selain menunjukkan
2) kontak mata minim; 3) tidak ada peer relation- perubahan-perubahan pada gerakan raut wajah
ship; 4) tidak memiliki empati; 5) suka mensti- atau intonasi yang berbeda pada setiap jenis emo-
mulasi diri seperti hand flapping, berjalan berjinjit si, temasuk tindakan-tindakan emosional yang
dan sebagainya (Lestari, 2010). mencerminkan keadaan emosional. Beberapa
Epilepsi merupakan salah satu penyerta tindakan emosional seperti saat takut anak akan
gangguan spektrum autisme dan mulai disadari meringkuk di bawah meja, saat sedih anak akan
sebagai masalah klinis penyerta yang harus se- menangis, saat marah anak mungkin akan mem-
gera ditangani (Canitano, 20017). Epilepsi me- banting mainannya, saat kecewa anak akan me-
rupakan suatu gangguan hilangnya konsentrasi nyalahkan orang lain, dan saat tersinggung anak
atau bahkan ketidaksadaran diri oleh rangsangan bisa saja mengumpat (Mashar, 2011).
pada bagian khusus otak sehingga menyebabkan Beberapa peristiwa maupun benda-benda
kejang-kejang secara menyeluruh dikarenakan di sekitar anak dapat menjadi stimulus untuk me-
adanya serangan yang hebat dan spontan pada narik respon anak-anak dengan autisme. Namun,
fungsi otak (Delphie, 2006). stimulus tersebut dapat menjadi kebingungan dan
Masalah perkembangan yang umumnya ketakutan bagi anak dikarenakan anak dengan
akan dihadapi anak dengan autisme yaitu per- autisme memiliki gangguan pemrosesan yang da-
kembangan emosi. Perkembangan emosi anak pat menimbulkan reaksi emosional yang tidak te-
normal usia 4-6 tahun (Nugraha, 2014; Winar- pat bahkan menjadi sangat ektrim (Ramadhani,
sih, 2013) yang diharapkan diantaranya, yaitu: 2009). Benda-benda di sekitar anak dapat men-
1) menunjukkan kebanggaan terhadap keberhasi- jadi stimulus yang menimbulkan berbagai respon
lan; 2) menyatakan alasan untuk perasaan orang emosi anak, antara lain benda yang dapat meng-
lain; 3) tenang saat berpisah dengan pengasuh; hasilkan bunyi. Bunyi yang dihasilkan dari benda
4) mengungkapkan simpati; dan lain sebagainya. dapat menjadi alat musik sederhana yang bisa di-
Akan tetapi, pada kasus anak dengan autisme mainkan anak sendiri, seperti alat musik perkusi.
tidak menampakkan adanya apresiasi terhadap Alat musik perkusi disebut juga alat mu-
isyarat sosial emosional sehingga muncul ku- sik pukul. Untuk menghasilkan bunyi, maka alat
rangnya respons terhadap emosi orang lain yang musik perkusi kita dapat memukul, menggosok-
menyebabkan kesulitan dalam menyesuaikan diri gosokkan, menabuh, atau menggoyang menggu-
dengan lingkungan sosial. Anak dengan autisme nakan angan kosong, tongkat, atau benda lain
sulit dalam menggunakan tanda-tanda sosial dan agar alat tersebut bergetar dan menghasilkan
memiliki kelemahan dalam memadukan perilaku bunyi (Nurgiyanti, 2013). Alat musik perkusi
sosial, emosional dan komunikatif, dan khusus- menghasilkan berbagai ragam bunyi dari proses
nya, kurangnya respon anak dalam timbal balik memainkannya dan juga menghasilkan berbagai
secara sosial emosional (Maslim, 1993). ritme bunyi.
Suatu keadaan yang dianggap penting Salah satu alat musik perkusi yang dipukul
oleh seseorang memunculkan perasaan yang di- adalah drum. Alat musik ini dapat dibuat dan di-
sebut sebagai emosi (Santrock W. , 2007). Emosi mainkan oleh siapa saja. Bunyi yang dihasilkan
mewakilkan ekspresi kenyamanan dan ketidak- setelah dipukul dapat menstimulasi pendenga-
nyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang ran anak dengan autis dan turut serta mensti-
sedang dialami yang berupa rasa senang, takut, mulasi emosi anak sehingga turut merangsang
marah dan sebagainya (Nurmalitasari, 2015). anak menunjukkan berbagai ekspresi emosi saat
Jenis-jenis emosi yang dapat dikenalkan pada memainkannya. Dengan demikian, peneliti me-

53
Claudya S. Souisa dan Ajeng Ayu W / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

lakukan pengamatan tentang dampak langsung sambil memainkan alat musik perkusi (drum) se-
penggunaan alat musik perkusi (drum) terhadap lama 10 hari. Data yang diperoleh kemudian dia-
ekspresi emosi anak dengan autisme disertai epi- nalisis dengan mendeskripsikan gambaran yang
lepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diperoleh dari analisa grafik dan pengukuran eks-
dampak pada tindakan emosional anak dengan presi emosi anak.
autisme disertai epilepsi dalam mengekspresikan Analisa data menggunakan teknik analisis
emosinya dengan menggunakan alat musik per- visual dalam kondisi dan antar kondisi pada se-
kusi (drum). Penelitian ini terbatas pada ekspre- tiap variabel, dalam hal ini tindakan emosional
si emosi yang ingin dimunculkan, namun tidak dalam ekspresi emosi anak. Komponen analisis
pada pengelompokkan jenis emosi anak secara visual dalam kondisi meliputi komponen: (a)
spesifik. panjang kondisi; (b) estimasi kecenderungan
arah; (c) kecenderungan stabilitas; (d) jejak data;
METODE (e) level stabilitas dan rentang; dan (f) level pe-
rubahan. Komponen analisis visual antar kondi-
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang si meliputi komponen: (a) jumlah variabel yang
anak berusia 4 tahun dengan diagnosa autism di- diubah; (b) perubahan kecenderungan dan efek-
sertai epilepsi yang memiliki ketertarikan dalam nya; (c) perubahan stabilitas; (d) perubahan level;
bernyanyi. Karakteristik emosi anak cenderung (e) data overlap (Sunanto, Takeuchi, & Nakata,
datar saat bernyanyi dan kesulitan menirukan 2005).
ekspresi emosi yang ditunjukkan tutor saat ber-
nyanyi bersama. Ekspresi emosi yang ditunjuk- HASIL DAN PEMBAHASAN
kan anak lebih sering berupa hasil stimulasi atau
gerakan berulang-ulang. Subjek memiliki kontak Data hasil pengamatan kepada subjek di-
mata yang sangat minim sehingga masih sulit da- tunjukkan dalam grafik pada Gambar 1. Grafik
lam berkomunikasi dua arah. menunjukkan perolehan hasil pada subjek yang
Penelitian ini menggunakan metode sing- diteliti untuk ekspresi emosi tindakan emosional
le-case design research yang merupakan bagian berputar-putar sambil menggerakkan kepala.
dari procedure Applied Behavior Analysis un- Perolehan data grafik yang ditunjukkan pada
tuk mengatur atau memodifikasi perilaku anak. Gambar 1, kemudian dianalisis dan menghasil-
Desain yang digunakan adalah desain reversal kan hasil analisis dalam kondisi pada Tabel 1
dengan menggunakan 2 fase yaitu A-B. A adalah dan hasil analisis antar kondisi yang ditunjukkan
fase baseline yaitu tanpa pemberian perlakuan pada Table 2.
apapun dan B adalah intervensi yang berupa per-
lakuan alat musik perkusi. Target perilaku dalam
penelitian ini adalah ekspresi emosi dengan sa-
tuan ukuran ekspresi emosi tindakan emosional
yang muncul yaitu berputar-putar sambil meng-
geleng-gelengkan kepala. Tindakan emosional
sebagai variabel respons dikarenakan merupakan
bagian dari proses ekspresi.
Fase baseline (A) dilakukan dengan men-
gamati langsung ekspresi emosi subjek yang
muncul saat bernyanyi pada rentang waktu 15
menit di awal pembelajaran. Pengamatan pada
fase baseline dilakukan selama 5 hari. Pada fase
intervensi (B) subjek mendapatkan perlakuan se- Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Tindakan
lama 5 hari yang dilakukan dalam rentang wak- Emosial Subjek pada Fase Baseline dan Fase In-
tu 30 menit di awal pembelajaran. Pada fase ini tervensi
diamati ekspresi emosi subjek yang muncul saat
bernyanyi sambil memainkan alat musik perkusi
(drum). Pengukuran ekspresi emosi pada kedua
fase dengan mencatat frekuensi munculnya peri-
laku pada periode waktu observasi.
Pencatatan data menggunakan teknik pen-
cacatan kejadian dengan menghitung frekuensi
munculnya ekspresi emosi saat anak bernyanyi
Berputar-putar
54
Claudya S. Souisa dan Ajeng Ayu W/ Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

vel dari fase baseline ke fase intervensi cenderung


positif (+) dengan sebanyak 3 point dari 1 ke 4.
Pada fase baseline ke fase intervensi mengalami
overlap sebesar 0%.

Tabel 2. Hasil Analisis Antar Kondisi


Gambar2. Kecenderungan Arah pada Grafik B2/A1
Hasil Pengamatan Tindakan Emosional Subjek Perbandingan Kondisi
(2:1)
Jumlah variabel yang
Hasil analisis dalam kondisi menunjuk- 1
diubah
kan fase baseline cenderung tetap dengan level
stabililitas pada angka 0 – 1, namun pada grafik
intervensi cenderung naik dan stabil pada level Perubahan kecenderun-
gan arah dan efeknya (-) (+)
angka 4 - 6. Estimasi kecenderungan arah pada
fase baseline cenderung menurun atau negatif (-), Positif
namun pada fase intervensi cenderung menaik ke Perubahan kecenderun-
stabil ke stabil
arah positif (+). Kecenderungan stabilitas pada gan stabilitas
fase baseline dan intervensi stabil pada persenta- 1–4
se 100%. Kecenderungan jejak pada fase baseline Perubahan level
(+3)
cenderung sama atau tetap, namun pada fase in-
Persentase overlap 0%
tervensi cenderung menaik. Level perubahan fase
baseline tidak ada perubahan dan cenderung te-
Baseline (A) Setelah melakukan pengukuran ekspresi
tap pada angka 1 – 1, namun fase intervensi men-
emosi tindakan emosional anak dengan autisme
galami perubahan positif (+) pada angka 6 – 4.
disertai epilepsi saat bernyanyi, skor yang dipero-
leh sebelum diberi perlakuan adalah 0 – 1, namun
Tabel 1. Hasil Analisis Dalam Kondisi
saat diberikan intervensi menggunakan alat mu-
Kondisi A/1 B/2 sik perkusi (drum) adalah 4 – 6. Hasil analisa an-
Panjang kondisi 5 5 tar kondisi menunjukkan bahwa kecenderungan
arah sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi-
Estimasi kecenderungan arah kan perlakuan mengalami perubahan dari nega-
(-) (+) tif ke positif sehingga perubahannya cenderung
stabil Stabil ke perubahan positif.
Kecenderungan stabilitas Perubahan yang cenderung stabil dan per-
100% 100%
sentase overlap yang sangat rendah antar fase
Kecenderungan jejak menunjukkan bahwa penggunaan alat musik per-
(-) (+) kusi memberikan efek positif pada ekspresi emosi
anak dengan frekuensi munculnya yang mening-
0-1 4–6
Level stabilitas kat. Frekuensi yang paling tinggi pada fase inter-
stabil Stabil vensi muncul pada hari ke 8 sampai hari ke 10.
1-1 6–4 Hal ini dikarenakan pada hari ke 6 merupakan
Level perubahan
(=0) (+2) awal bagi anak untuk mulai menyesuaikan diri
dengan alat musik drum yang digunakan dalam
Hasil analisis antar kondisi menunjukkan pemberian intervensi. Namun, anak dengan ce-
perubahan yang memiliki kecenderungan arah pat memberikan respon dan terus menaik pada
dari fase baseline ke fase intervensi yaitu ke arah hari ke 7 kemudian menjadi stabil pada hari-hari
positif (+). Kecenderungan stabilitas dari fase berikutnya.
baseline ke fase intervensi mengalami perubahan Berdasarkan pengamatan awal penelitian
dari kondisi stabil ke kondisi stabil. Perubahan le-

55

Hari ke
Claudya S. Souisa dan Ajeng Ayu W / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

(A), ekspresi emosi yang ditunjukkan subjek cen- DAFTAR PUSTAKA


derung datar saat bernyanyi. Subjek lebih sering
menundukkan kepala saat bernyanyi sembari Canitano, R. (20017). Epilepsy in Autism Spectrum
memainkan mainannya. Saat guru mengarahkan Disorder. European Children Adolescent Psychia-
try, 16(1), 61-66.
wajah anak untuk mengikuti ekspresi guru dan
Daou, N. (2016). Teaching Children with Autism
membuat gerakan mengikuti irama lagu, anak Spectrum Disorder to Recognize and Express
cenderung untuk menatap ke arah mainan ke- Emotion: A Review of the Literature. Interna-
sukaannya. Seperti pada penelitian sebelumnya tional Electronic Journal of Elementary Education,
yang menyatakan bahwa gangguan yang me- 9(2), 419-432.
nonjol pada anak autis adalah ketidakmampuan Delphie, B. (2006). Pembelajaran Aanak Berkebutuhan
berkespresi dan berkomunikasi dikarenakan pe- Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Band-
rilaku komunikasi non verbal dalam berinteraksi ung: PT Refika Aditama.
dengan lingkungannya (Silvia, 2015) serta sangat Djohan. (2006). Psikologi Musik. Yogyakarta: Galang
Press.
minim dalam mengekspresikan emosi (Daou,
Kaptiningsih, A. (2012). Pedoman Pelaksanaan: Stimu-
2016). lasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Tujuan penelitian ini untuk memodifikasi Anak di Tingkatt Pelayanan Dasar. Jakarta: Ke-
perilaku anak dalam mengekspresikan emosinya. mentrian Kesehatan Republik Indonesia.
Setelah diberikan intervensi menggunakan alat Lestari, D. (2010). Deteksi Penyakit Anak dan Pengobatan-
musik perkusi (drum) selama 5 hari untuk, anak nya. Yogyakarta: Tugu Publisher.
secara perlahan mulai menunjukkan respon emo- Mashar, R. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi
si. Pada awalnya saat pemberian intervensi anak Pengembangannya. Jakarta: Kencana.
cenderung mengamati dan mendengar bunyi Maslim, R. (1993). Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III.
Yogyakarta: FK UNIKA Atmajaya.
yang dihasilkan dalam keadaan diam. Namun,
Nugraha, A. (2014). Metode Pengembangan Sosial-Emo-
tindakan berputar-putar sambil menggeleng- sional (Vol. 3(2)). Tangerang: Universitas Ter-
gelengkan kepala secara perlahan menjadi kon- buka.
sisten setelah anak terbiasa bernyanyi diiringi Nurgiyanti, S. (2013). Pengaruh Permainan Alat
alat musik perkusi (drum). Hal ini mendukung Musik Perkusi terhadap Persepsi Bunyi Irama
penelitian yang dilakukan sebelumnya yang me- pada Anak Kelompok B TK ABA Ngabean I
nyatakan bahwa musik mempunyai efek penguat Kemusuh Banyurejo Tempel Sleman Yogya-
yang alami sebagai bentuk komunikasi non ver- karta. Universitas Negeri yogyakarta.
bal yang efektif digunakan dalam belajar anak Nurmalitasari, F. (2015). Perkembangan Sosial Emosi
pada Anak Usia Prasekolah. Buletin Psikologi,
(Djohan, 2006).
23(2), 103-111.
Ramadhani, N. (2009). Ekspresi Emosi dan Autistik.
SIMPULAN Santrock. (2011). Life Span Development Perkembangan
Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I. Jakarta: Er-
Penggunaan alat musik perkusi drum da- langga.
pat meningkatkan ekspresi emosi anak dengan Santrock, W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Er-
autisme yang disertai epilepsi melalui modifika- langga.
si pada tindakan emotional anak yakni tindakan Silvia, R. (2015). Peningkatan Kemampuan Komuni-
berputar-putar sambil menggeleng-gelengkan kasi pada Anak Autistik menggunakan Dukun-
gan Visual. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 15(1).
kepalanya. Anak secara perlahan memberikan
Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2005). Pen-
respon sejak awal pemberian intervensi kemu- gantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. Tsuku-
dian mengalami perubahan yang positif selama ba: Center for Reaseach on International Coor-
fase intervensi. Efek perubahan setelah pemberi- peration in Educational Development.
an intervensi menjadi meningkat dan cenderung Winarsih, S. d. (2013). Panduan Penanganan Anak Berke-
stabil. butuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua,
Keluarga, dan Masyarakat). Jakarta: Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia.

56

Anda mungkin juga menyukai