Anda di halaman 1dari 9

Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)

https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/
______________________________________________________________

Application of nursing care in patients with fluid and electrolyte needs in


hemodialisa room, labuang baji makassar’s hospital
St. Suarniati

Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar


______________________________________________________________
___________________________
Keywords :
Nursing Care, fluid and electrolyte
needs Abstrak

___________________________ Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk
menjalankan fungsinya dengan baik yang menyebabkan menurunnya
filtrasi glomerulus secara bertahap sehingga harus menjalani terapi
Kontak :
St. Suarniati hemodialisa. Penyakit GGK menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka
Email : sittisuarniati@yahoo.com kematian. Tahun 2013, Sulawesi Selatan berada pada peringkat ke tiga
Akademi Keperawatan Muhammadiyah dengan prevalensi 0,3%. Penanganan upaya penurunan volume cairan
Makassar dengan cara pembatasan cairan mempengaruhi kelangsungan hidup
pasien. Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan
___________________________ pada pasien Tn. N dengan GGK dalam pemenuhan kebutuhan cairan di
Ruang Hemodilisa RSUD Labuang Baji Makassar, menggunakan
Vol 2 No 1 September 2019 metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan kelebihan volume cairan ditandai dengan edema grade 2
DOI: https://doi.org/10.31605/j- pada ekstremitas, merasa sesak ketika tidak mengikuti terapi HD, haus,
healt.v2i1 olguria, anemia dan azotemia. Penerapan asuhan keperawatan dilakukan
___________________________ untuk memantau intake output dan pembatasan cairan sehingga tidak
©2019J-Healt terjadi kelebihan volume cairan,sehingga disimpulkan bahwa
ini adalah artikel dengan akses terbuka pemantauan intake output dan pembatasan cairan pada pasien GGK
dibawah licenci CC BY-NC-4.0 yang menjalani HD efektif dapat menurunkan derajat edema dan berat
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ badan. Disarankan kepada perawat untuk memantau intake output
selama 24 jam dan memberikan edukasi untuk pelaksanaan perawatan
di rumah dalam mencegah kelebihan volume cairan.

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) is a failure of kidney function so that it


is unable to run its function properly, causing decreased glomerular
filtration gradually, thus undergoing hemodialysis therapy. According
to the WHO in 2017 which states that GGK disease ranked 12th highest
mortality rate. And according to the results of riskesdas in 2013, South
Sulawesi is ranked third with a prevalence of 0.3%. Handling efforts to
decrease the volume of fluid by means of fluid restriction affects the
patient's survival. This study aims to describe nursing care in patients.
N with GGK in fulfillment of fluid requirement in Hemodilisa Room of
RSU Labuang Baji Makassar, using descriptive method with case study
approach. The results of this study indicate excess fluid volume
characterized by grade 2 edema in the extremities, abdominal bloating
and frequent burping, thirst, olguria, anemia and azotemia. The
application of nursing care is done to monitor the intake output and
fluid restriction so that no excess fluid volume can be concluded that
monitoring of intake output and fluid restriction in GGK patients
undergoing HD can effectively decrease the density of edema and
weight. It is advisable to the nurse to monitor the patient's intake output
for 24 hours and provide education for the implementation of home care
in preventing excess fluid volume.
52
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

PENDAHULUAN METODE
Ginjal merupakan organ utama dalam menjaga Desain Penelitian ini merupakan studi kasus
keseimbangan cairan (Pranata, 2013). dengan menggunakan pendekatan proses
Terganggunya fungsi ginjal akan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dapat mengakibatkan komplikasi seperti berfokus pada gangguan kebutuhan cairan
perikarditis, hipertensi, anemia, osteodistrofi pada pasien GGK stadium V. Penelitian
ginjal, gagal jantung dan impotensi dilakukan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
(Muhammad, 2010). Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada
Tanggal 8 s/d 15 Mei 2018. Subjek studi kasus
Menurut World Health Organization (WHO, adalah satu orang pasien dengan gangguan
2017), penyakit Gagal ginjal kronik kebutuhan cairan pada GGK stadium V,
menduduki peringkat ke 12 tertinggi, dan dengan kriteria inklusiyang menjalani terapi
diperkirakan sebanyak 36 juta orang di dunia hemodialisa dengan frekuensi 3 kali
meninggal akibat GGK. Di Indonesia seminggu.SementaraPasien yang mengalami
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal clothing pada saat hemodialisa berlangsung di
kronik. eksklusi.

Salah satu terapi yang bisa diberikan untuk


penderita gagal ginjal kronik adalah terapi HASIL
hemodialisis (Bare & Smeltzer 2002 dalam Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut :
Hutagaol, 2017). Faruq (2017) dalam
tulisannya menjelaskan perlunya upaya 1. Pengkajian
penurunan kelebihan volume cairan dengan Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei
cara pembatasan cairan.Angraini dan Putri 2018 pada jam 07.35 WITA, pada pasien
(2016) menambahkan bahwa penderita GJK Tn. N , usia 54 tahun, jenis kelamin laki-
Stadium V memerlukan juga pemantauan laki, suku bugis Makassar, pekerjaan
intake output cairan dengan cara mencatat karyawan swasta, pendidikan terakhir
jumlah cairan yang diminum dan jumlah urine SMA, beralamat di Jalan Muh. Jufri Lr. 1,
setiap harinya pada chart/tabel serta No. 1 Makassar. Nomor Rekam Medik
memberikan intervensi observasi tekanan 29.36.47, dengan diagnosa medis GGK
darah, status mental, observasi adanya distensi stadium V.
vena jugularis, auskultasi paru, observasi berat
badan.Karena berdasarkan hasil penelitiannya
bahwa dengan melakukan hal tersebut maka Hasil pengkajian diperoleh data: keluhan
terjadi penurunan derajat edema dari grade 3 utama bengkak pada kaki, mengeluh
menjadi edema grade 1, asites berkurang, sering haus dan merasa sesak ketika tidak
balance cairan negatif dan tidak terjadi melakukan cuci darah. bengkak pada kaki
penambahan berat badan dari hari sebelumnya. bawah. Berat Badan post HD yang lalu
adalah 59 kg,klien menjalani terapi
Tujuan penelitian ini untuk membantu Hemodialisa 3 kali/minggu dengan durasi
penderita Gagal Ginjal Kronik dalam 4 jam. Edukasi yang sering diberikan oleh
pemenuhan kebutuhan cairan dokter dan perawat mengenai pembatasan
cairan, natrium dan kalium.

Klien menderita hipertensi sejak berusia


23 tahun dan mengkonsumsi obat anti
hipertensi secara teratur. Klien pernah di
rawat karena penyakit jantung dan

53
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

mengkonsumsi obat jantung sebanyak 16 3. Intervensi


macam secara teratur. Setelah beberapa
Intervensi yang akan dilakukan adalah
bulan tepatnya pada awal bulan oktober
untuk mengatasi kelebihan volume cairan
2016, komplikasi dari penyakitnya itu
yang berhubungan dengan disfungsi
berujung ke penyakit gagal ginjal kronik
ginjal, bertujuan selama 3x4 jam,
sehingga mengharuskan klien menjalani
Kelebihan volume cairan dapat dikurangi,
terapi hemodialisa seumur hidup.
yang dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, keparahan overload cairan minimal
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
dan indikator fungsi ginjal yang adekuat.
diperoleh data, keadaan umum baik,
tingkat kesadaran composmentis, TTV :
Intervensi yang disusun adalah : (1)
TD : 140/90 mmHg, N : 72 x/mnt, S : 36,5
Pemantauan elektrolit : observasi hasil
°C, P : 22 x/mnt. Berat badan 62 kg,
lab, observasi hasil EKG, Observasi
Dengan berat badan kering 59 kg. tidak
tanda-tanda terjadinya kelebihan atau
terjadi peningkatan vena jugularis, tidak
kekurangan elektrolit meliputi kalium dan
terdapat sesak dan sputum, tidak terjadi
natrium, pantau makanan yang
orthopnea, terdapat edema derajat 2 pada
dikonsumsi klien. (2) Manajemen
ekstremitas bawah, CRT < 3 detik.
elektrolit : berikan edukasi tentang
Haluaranurin selama 24 jam sebanyak ±
pembatasan kalium dan natrium. (3)
600 cc.
Pemantauan cairan : tentukan lokasi dan
derajat edema, kaji komplikasi pulmonal
Dari pemeriksaan penunjang dan
atau kardivaskuler, pantau lingkar
laboratorium terakhir tanggal 12 Maret
abdomen dan atau ekstremitas, observasi
2018 untuk didapatkan data : HBG : 10,0
adanya tanda-tanda perdarahan selama
g/dL, HCT : 30,7 %, RBC : 3,37.106/µL
HD. (4) Manajemen cairan : timbang berat
dengan kesan anemia. ureum kreatinin
badan setiap hari, kaji turgor kulit dan
diperiksa pada tanggal 12 Maret 2018,
derajat edema, kaji adanya distensi vena
didapatkan ureum : pre HD 95 mg/dL dan
leher, CVP atau tekanan kapiler paru,
post HD 43 mg/dL, kreatinin : pre HD
pantau TD, denyut nadi dan irama, hitung
8,96 mg/dL dan post HD 4,53 mg/dL
keseimbangan cairan, pantau kecepatan
dengan kesan azotemia.
QB pada saat HD, antau lama HD, batasi
masukan cairan, identifikasi sumber
2. Diagnosa keperawatan potensial cairan seperti medikasi dan
cairan yang digunakan untuk pengobatan
Diagnosa keperawatan yang muncul
oral dan intravena serta makanan. (5)
adalah kelebihan volume cairan
Manajemen hipervolemia : jelaskan pada
berhubungan dengan disfungsi ginjal yang
pasien dan keluarga alasan pembatasan
ditandai dengan : edema derajat 2 pada
cairan. (6) Manajemen eliminasi urine.
ekstremitas bawah, terjadi peningkatan
berat badan dari post HD sebelumnya
yaitu 59 kg menjadi 62 kg. Klien 4. Implementasi
mengeluh sering merasakan haus. merasa
Pada hari Selasa, tanggal 8 Mei 2018
sesak ketika tidak melakukan cuci darah.
pukul 07.30 WITA, hasil dari tindakan
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan
keperawatan yang dilakukan BB pre HD
data, HBG : 10,0 g/dL, HCT :30,7 %,
62 kg, terdapat edema derajat 2 pada
RBC : 3,37.106/µL kesan klien mengalami
ekstremitas bawah.Tidak ada komplikasi
anemia. Ureum : pre HD 95 mg/dL dan
pulmonal atau kardiovaskuler yang
post HD 43 mg/dL, kreatinin : pre HD
dialami oleh klien seperti sesak. turgor
8,96 mg/dL dan post HD 4,53 mg/dL
kulit tampak kering. TTV pre HD : TD
dengan kesan klien mengalami azotemia.
140/90 mmHg, N 72 x/mnt, S 36,5 °C, P

54
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

22 x/mnt. TTV Intra HD : Pukul 08.30


WITA, TD 130/90 mmHg, N 72 x/mnt, S Pada hari sabtu, tanggal 12 Mei 2018,
36,5 °C, P 24 x/mnt dengan Heparin 1 cc. tindakan keperawatan yang diberikan
Pukul 09.30 WITA : TD 130/90 mmHg, N adalah : pukul 07.35 WITA, manajemen
82 x/mnt, S 36,5 °C, P 20 x/mnt . Intake – cairan : menimbang berat badan. Hasil :
Output (urine + IWL + Feses) = 1767 – BB post HD yang lalu 59,5 kg sedangkan
838,75 = 928,25 cc. selama proses HD BB pre HD saat ini 62 kg. Pukul 07.36
berlangsung, cairan yang masuk ke dalam WITA, mengkaji turgot kulit. Hasil :
tubuh pasien sebanyak 100 cc ditambah terjadi penurunan turgor kulit. Pukul
pada saat priming volume dan aff HD 07.37 WITA, mengkaji adanya distensi
masing-masing sebanyak 40 cc, total 180 vena leher, CVP atau tekanan kapiler
cc. jumlah urine dalam 24 jam sebanyak paru. Hasil : Tdak terjadi peningkatan
500-600 cc. vena jugularis.Pukul 07.20 WITA,
pemantauan cairan : memantau derajat
Pada hari kamis, tanggal 10 Mei 2018, edema. Hasil : tidak terjadi edema. tidak
hasil dari implementasi keperawatan sesak tidak ada suara bunyi napas
adalah BB pre HD 63 kg. turgor kulit tambahan. Klien sudah mulai mengurangi
kering, tidak ada peningkatan vena asupan garam yang dikonsumsi akan
jugularis, terdapat edema derajat 1. tidak tetapi tidak bisa menghilangkan sayur dari
sesak, tidak ada suara bunyi napas daftar makanannya sehari-hari karena
tambahan. TD dalam batas tidak normal menganggap itu adalah kebutuhan
yaitu 150/80 mmHg, Nampak gelisah., tubuhnya. klien mengatakan, sayur yang
klien sering tidak patuh pada makanan dikonsumsi bisa dibatasi akan tetapi tidak
yang mengandung natrium dan kalium bisa dihilangkan karena dia merasa lemas
seperti sayuran buah dan garam. TTV pre ketika tidak mengkonsumsi sayur selama
HD : TD 120/80 mmHg, N 94 x/mnt, S satu hari. jumlah cairan yang diminum
37,5 °C, P 24 x/mnt. TTV Intra HD : oleh pasien sebanyak 100 cc ditambah
Pukul 08.33 WITA, TD 120/80 mmHg, N dengan cairan yang masuk pada saat
90 x/mnt, S 37,5 °C, P 2 x/mnt dengan priming volume dan aff HD masing-
Heparin 1 cc. Pukul 09.33 WITA : TD masing 30 cc, total cairan yang masuk ke
140/70 mmHg, N 78 x/mnt, S 37,5 °C, P dalam tubuh pasien adalah 160 cc. klien
24 x/mnt dengan heparin 1 cc. Pukul mengatakan jumlah cairan yang diminum
10.33 WITA : TD 140/80 mmHg, N 80 selama 24 jam sebanyak ± 600-700 cc.
x/mnt, S 37,5 °C, P 24 x/mnt. Pukul 11.33 volume urine sebanyak 500-600 cc/hari.
WITA : TD 160/90 mmHg, N 84 x/mnt, S
37,5 °C, P 24 x/mnt dengan heparin 1 cc. Pada hari selasa, tanggal 15 Mei 2018,
Pukul 12.33 WITA, TTV post HD : hasil implementasi keperawatan yang
140/80, N 84 x/mnt, 37,5 °C, P 24 x/mnt. diberikan BB pre HD saat ini 62 kg,
Pukul 11.20 WITA, menghitung terjadi penurunan turgor kulit, Tdak
keseimbangan cairan. Hasil : Intake – terjadi peningkatan vena jugularis, tidak
Output (urine + IWL + Feses) = 1709 – terjadi edema. tidak sesak dantidak ada
739,38 = 969,62 cc. jumlah cairan yang suara bunyi napas tambahan. Klien sudah
diminum oleh pasien sebanyak 50 cc mulai mengurangi asupan garam yang
ditambah dengan cairan yang masuk pada dikonsumsi akan tetapi tidak bisa
saat priming volume dan aff HD masing- menghilangkan sayur dari daftar
masing 40 cc, total cairan yang masuk ke makanannya sehari-hari karena
dalam tubuh pasien adalah 130 cc. klien menganggap itu adalah kebutuhan
mengatakan jumlah cairan yang diminum tubuhnya. jumlah cairan yang diminum
selama 24 jam sebanyak ± 600-700 cc. oleh pasien sebanyak 100 cc ditambah
klien mengatakan, volume urine sebanyak dengan cairan yang masuk pada saat
500-600 cc/hari. priming volume dan aff HD masing-

55
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

masing 30 cc, total cairan yang masuk ke sejalan dengan penelitian yang
dalam tubuh pasien adalah 160 cc. jumlah dilakukan oleh Muhammad Hanif
cairan yang diminum selama 24 jam Faruq (2017)
sebanyak ± 600-700 cc. volume urine
sebanyak 500-600 cc/hari. b. Terjadi peningkatan berat badan
Peningkatan berat badan pada pasien
5. Evaluasi
GGK stadium v dikarenakan terjadinya
Evaluasi dilakukan dengan metode SOAP penumpukan cairan dalam tubuh secara
yaitu S : Subjektif (Klien mengatakan) O : berlebih. Peningkatan berat badan
Objektif (klien terlihat/hasil pemeriksaan secara signifikan dalam rentang
perawat) A : Assesment (masalah beberapa hari mengindikasikan adanya
teratasi/belum teratasi) P : Planning kelebihan cairan dalam tubuh pasien.
(rencana tindak lanjut). Menurut Levea (2003, dalam
Sepdianto, Suprajitno, & usmiati,
Pada hari Selasa, 15 Mei 2018. evaluasi 2017) mengatakan bahwa penyebab
yang dilakukan yaitu, data subjektif : klien meningkatnya berat badan pada pasien
mengatakan bengkak pada kaki sudah GGK stadium v dipengaruhi oleh dua
hilang, akan tetapi klien mengeluh kram faktor yaitu internal dan eksternal,
dan gatal pada lengan yang terpasang dimana internal seperti rasa haus yang
cimino. Data objektif : edema hilang, TTV berlebih sedangkan faktor eksternal
: TD : 140/80 mmHg, nadi : 86 x/menit, seperti jumlah intake cairan yang
suhu : 36 °C, pernapasan : 20 x/menit. BB berlebih, dimana garam dan intake
post HD saat ini : 59 kg. Assesment : cairan selama periode interdialisis
Masalah belum teratasi. Planning : adalah faktor penyebab penambahan
Lanjutkan intervensia,b,c,d. berat badan antar dialysis. Natrium
asupan makanan adalah faktor yang
merangsang rasa haus yang paling
PEMBAHASAN banyak.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil penelitian studi kasus c. Klien sering merasakan haus
yang terjadi pada Tn. N didapatkan data Pada saat dilakukan penelitian, klien
sebagai berikut : mengatakan rasa haus meningkat. Rasa
a. Terdapat edema derajat 2 (grade 2) haus muncul ketika mengkonsumsi
pada ekstremitas bawah natrium yang tinggi, semakin tinggi
natrium yang dikonsumsi, semakin
Edema terjadi akibat penumpukan tinggi pula rasa haus yang dirasakan
cairan karena berkurangnya tekanan oleh klien. Menurut Septianingsih
osmotik plasma dan retensi natrium (2011 dalam Sepdianto, Suprajitno, &
serta air. Akibat peranan dari gravitasi, usmiati, 2017) mengatakan bahwa
cairan yang berlebih tersebut akan selain dari makanan yang memicu
lebih mudah menumpuk di tubuh timbulnya rasa haus pada pasien GGK
bagian perifer seperti kaki, sehingga stadium v juga dikarenakan aktifitas
edema perifer akan lebih cepat terjadi yang berlebih dilakukan oleh pasien
dibanding gejala kelebihan cairan sehingga dapat memicu rasa haus. Rasa
lainnya pada kasus gagal ginjal kronik haus terjadi dimulai dari peningkatan
stadium v. Itu disebabkan karena osmolalitas cairan ekstra sel, kemudian
terjadinya penurunan fungsi ginjal gnjal melepas renin yang
dimana ginjal tiak mampu mengakibatkan produksi angiotensin II
mengekskresikan cairan yang berlebih yang merangsang hipotalamus
(Aisara, Azmi, & Yanni, 2018). Hal ini

56
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

kemudian menghasilkan rasa haus menyaring urine. Kemudian dalam hal


(Saputra, 2013 dalam Sari, 2016). Haus ini, glomerulus akan kaku dan plasma
juga dapat disebabkan oleh nefron yang tidak dapat di filter dengan mudahnya
menerima kelebihan natrium yang lewat tobulus sehingga terjadi retensi
menyebabkan GFR menurun dan natrium dan cairan yang
dehidrasi, sehingga menimbulkan rasa mengakibatkan ginjal tidak mampu
haus (Muttaqin 2011 dalam Sari, dalam mengkonsentrasikan atau
2016). mengencerkan urine secara normal
sehingga terjadi oliguria (Muttaqin,
Hal ini sejalan dengan peneitian yang 2011 dalam Sari, 2016).Hal ini sejalan
dilakukan oleh Ambarwati (2014 dalam dengan penelitian yang dilakuan oleh
Faruq, 2017) mengatakan bahwa Muhammad Hanif Faruq (2017) yang
mekanisme haus itu terjadi karena menyatakan bahwa pada pasien gagal
penurunan perfusi ginjal merangsang ginjal kronik terjadi penurunan fungsi
pelepasan renin, yang akhirnya renal. Produksi akhir metabolisme
menghasilkan angiotensin II. protein tertimbun dalam darah dan
Angiotensin II merangsang terjadilah uremia yang mempengaruhi
hipotalamus untuk melepaskan setiap sistem tubuh. Retensi natrium
substraneuron yang bertanggung jawab dan cairan mengakibatkan ginjal tidak
meneruskan rasa haus. mampu dalam mengkonsentrasikan
atau mengencerkan urine secara normal
sehingga terjadi penurunan produksi
d. Klien merasa sesak ketika tidak
urine.
melakukan cuci darah
f. Klien mengalami anemia
Penyebab timbulnya sesak pada pasien
GGK yang tidak menjalani HD, dapat
Ginjal pasien GGK tidak mampu
dikarenakan oleh ketidakmampuan
menghasilkan eritropoetinAnemia
ginjal untuk mencuci darah dan cairan
merupakan salah satu masalah utama
tubuh yang seharusnya dikeluarkan dan
ada pasien GGK, tinggi rendahnya
akhirnya menumpuk di dalam tubuh.
LFG mempengaruhi kejadian anemia
Ekspansiparutdkmaksimalsehinggaoksi
pada GGK. Anemia disebabkan oleh
gen yang dihirupmenjadisedikit. Sesak
defisiensi erytaropoietic stimulatin
napasdapatjuga terjadi peningkatan
factors (ESF). Dalam keadaan normal,
kreatinin dalam darah yang akan
90% eritropoetin (EPO) dihasilkan di
menyebabkan kemampuan darah dalam
ginjal yang diproduksi oleh hati.
mengantarkan oksigen dengan baik.
Keadaan anemia terjadi karena
Kondisi gangguan pada darah ini akan
defisiensi eritropoetin dan sebagai
menyebabkan tubuh menjadi
respon hipoksia lokal akibat
kekurangan oksigen, sehingga tubuh
pengurangan parenkim ginjal
akan mengkompensasi dengan cara
fungsional. Pada pasien GGK, produksi
bernapas dengan cepat seperti halnya
eritropoetin terganggu akibat
orang yang sesak (Satrio, 2017).
penurunan fungsi ginjal, dimana salah
satu fungsi ginjal adalah memproduksi
e. Terjadinya penurunan produksi urine EPO, dan EPO membantu membantu
(oliguria) sumsung tulang untuk pemebentukan
sel darah merah sehingga apabila
Pada pasien GGK, terjadi penurunan fungsi ginjal menurun maka produksi
fungsi ginjal, jumlah nefron yang sudah EPO juga menurun dan dapat
tidak berfungsi menjadi meningkat, mengakibatkan anemia. Faktor lain
maka ginjal tidak akan mampu dalam yang dapat menyebabkan anemia pada

57
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

GGK adalah defisiensi besi, defisiensi belum mampu melakukan pembatasan cairan
vitamin, penurunan masa hidup secara optimal. Tetapi pada hari terakhir
eritrosit yang menggalami hemoliisis, penelitian, edema hilang dan berat badan
dan akibat perparahan (Azmi, Hidayat, menurun. Dengan demikian, pemantauan
& Pertiwi, 2016). intake dan output cairan serta kepatuhan dalam
menjalani terapi hemodialisa terbukti efektif
Hal ini sejalan dengan penelitian Siraid dalam menurunkan derajat edema dan berat
dan Sari (2017) yang menyatakan badan. Adapun saran
bahwa gagal ginjal menyebabkan ginjal penelitianselanjutnyaadalahmenilaiefektivitas
tidak dapat bekerja seperti biasanya. tingkat kepatuhan serta pembatasan cairan
Dapat terjadi penurunan sintesis terhadap derajat edema dan penurunan berat
eritropoetin akibat bahan baku yang badan yang dialami pasien.
kurang atau ginjal yang rusak..
eritropoetin berfungsi sebagai salah
REFERENSI
satu bahan untuk memproduksi sel
darah merah sehingga jumlah sel darah Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018).
merah menjadi berkurang. Hal inilah Gambaran Klinis penderita Penyakit
yang mendasari terjadinya anemia pada Ginjal Kronik Yang Menjalani
pasien GGK. Hemodialisis. Jurnal Kesehatan
Andalas , 46. Diakses dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Pada
g. Klien mengalami azotemia
Tanggal 20 Mei 2018.
Pasien mengalami azotemia karena Angraini, F., & Putri, A. F. (2016).
penimbunan sampah dan cairan dalam Pemantauan Intake Output Cairan Pada
tubuh klien yang berlebih akibat Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat
kegagalan ginjal untuk Mencegah Overload Cairan Jurnal
mengekskresikan zat toksin (ureum dan Keperwatan Indonesia Vol. 19 No. 3, 3.
kreatinin) dalam tubuh. Pada pasien Diakses dari
gagal ginjal kronik untuk pemeriksaan https://media.neliti.com.pdf. Pada
kadar ureum keratinin itu meningkat. Tanggal 21 Februari 2018.
Ureum meningkat disebabkan oleh
ekskresi ureum yang terhambat oleh Anita, D. C., & Novitasari, D. (2015).
kegagalan fungsi ginjal. Sedangkan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan
keratinin dalam darah meningkat Terhadap Lama Menjalani
apabila fungsi renal berkurang (Faruq, Hemodialisa. Diakses dari
2017). http:/media.neliti.com. Pada Tanggal
11 April 2018.

KESIMPULAN Arifin, N. A. (2017). Berat Badan Pasien


Dialisis. 1. Diakses dari
Masalah kelebihan volume cairan padapasien http://ipdijatim.org. Pada Tanggal 24
GGK berhubungan dengan disfungsi Mei 2018
ginjal.Tindakan hemodialysis
membantudalammenurunkankelebihan volume Armiati, Y., Chanif, & Yuwono, I. H. (2013).
cairan.Intervensi keperawatan berfokus pada : Pengaturan Kecepatan Aliran Darah
pemantauan elektrolit, manajemen elektrolit, (Quick Of Blood) Terhadap Rasio
pemantauan cairan, manajemen cairan, Reduksi Ureum Pada Pasien Penyakit
manajemen hypervolemia, manajemen Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
eliminasi Hemodialisis RSUD Kota Semarang.
urine.Setelahpelaksanaanasuhankeperawatanse Prosiding Konferensi Nasional PPNI
lama 3x24 jam masalah belum teratasi karena Jawa Tengah 2013, 139-141. Diakses

58
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

dari http://eriset.unimus.ac.id. pada Colvy, J. (2010). Gagal Ginjal Tips Cerdas


Tanggal 11 April 2018. Mengenali dan Mencegah Gagal
Ginjal. yogyakarta: Dafa Publishing.
Asmadi. (2009). Tehnik prosedural
Keperawatan Konsep dan Aplikasi Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: 2013. Di akses dari
Salemba Medika. http://www.depkes.go.id pada tanggal
22 Februari 2018.
Azmi, S., Hidayat, R., & Pertiwi, D. (2016).
Hubungan Kejadian Anemia Dengan Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian
Penykit Gagal Ginjal Kronik. 547. Keperawatan. Jakarta Timur: CV.
Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id Trans Media.
Pada Tanggal 23 Mei 2018. Faruq, M. H. (2017). Upaya Penurunan
Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Volume Cairan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis. Diakses dari
Gambaran Klinis penderita Penyakit
http://eprints.ums.ac.id.pdf. Pada
Ginjal Kronik Yang Menjalani Tanggal 22 Februari 2018.
Hemodialisis. Jurnal Kesehatan
Andalas , 46. Diakses dari Heriana, P. (2014). Buku Ajar Kebutuhan
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Pada Dasar Manusia. Tangerang Selatan.
Tanggal 20 Mei 2018. Binarupa aksara.

Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan


Pemantauan Intake Output Cairan Pada dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Proses Keperawatan. Jakarta Selatan:
Mencegah Overload Cairan Jurnal Salemba Medika.
Keperwatan Indonesia Vol. 19 No. 3, 3.
Hutagaol, E. V. (2016). Peningkatan Kualitas
Diakses dari
Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal
https://media.neliti.com.pdf. Pada
Kronik Yang Menjalani Terapi
Tanggal 21 Februari 2018.
Hemodialisa Melalui Psychological
Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2001). Buku Intervention Di Unit Hemodialisa RS
Ajar keperawatan Brunner & Suddarth Royal Prima Medan Tahun 2016.
Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Buku Jurnal Jumantik Volume 2 Nomor 1.
Kedokteran EGC. Diakses dari http://jurnal.uinsu.ac.id.
Pada Tanggal 11 April 2018.
Bauldoff, G., Burke, K. M., & Lemone, P.
(2015). Buku Ajar Keperawatan Muhammad, A. (2010). Serba-Serbi Gagal
Medikal bedah Volume 2 Edisi 5. ginjal . Jogjakarta: Diva Press.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku
Berman, A., ERB, G., Kozier, B., & Snyder, S. Ajar Asuhan keperawatan Sistem
J. (2010). Buku Ajar Fundamental Perkemihan Pendekatan Nanda, Nic
Keperawatan Konsep, Proses dan dan Noc. Yogyakarta: Nuha Medika.
Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta:
Pranata, A. E. (2013). Cairan dan elektrolit.
Buku Kedokteran EGC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2014).
Putri, Y. M., & Wijaya, A. S.. (2013). KMB 1
Keperawatan Medikal bedah
Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
(Keperawatan Dewasa). Jogjakarta:
Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Singapura:
Nuha Medika.
Elseiver.

59
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301

Rendi, M. C., & TH, M. (2012). Asuhan


Keperawatan Medkal bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara.
Saputra, L (2013). Catatan Ringkas
Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang
Selatan: Binarupa Aksara.
Sari, L. R. (2016). Upaya Mencegah
Kelebihan Volume Cairan Pada Pasien
Chronic Kidney Disease. 4. Diakses
dari http://jurnal.usu.ac.id Pada
Tanggal 20 mei 2018.
Satrio. (2017). Cara Mengatasi Sesak Napas
Pada Proses Hemodialisa. 1. Diakses
dari http://alodokter.com. Pada
Tanggal 23 Mei 2018.
Sepdianto, T. C., Suprajitno, & Usmiati, E.
(2017). Penambahan Berat Badan
Antara Dua Waktu Hemodialisa Paada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa. 68. Diakses
dari http://media.neliti.com Pada
Tanggal 24 Mei 2018.
Madjid, A., & Suharyanto, T. (2009). Asuhan
keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan . Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
World Health Organization (WHO). (2017).
Gagal Ginjal Kronik Menurut WHO.
Diakses dari http://obatpenyakit.id. 1.
Pada Tanggal 4 April 2018
Wilkson, J. M. (2014). Diagnosis
Keperawatan Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

60

Anda mungkin juga menyukai