Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

WATER SEAL DRAINAGE (WSD)


Keperawatan Perioperatif

Dosen : Sumitro Adi Putra

Kelompok 1 (Satu)

1. Adinda Della Noprika 6. Diah Ayu Oktariani


2. Amatullah Nabillah 7. Dian Rahmayani
3. Atika Suri 8. Dina Puyang Sari
4. Chartita Salsabella 9. Else Favorita Agustina
5. Desy Ramadhani 10. Emmy Asfara

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKNIK KESEHATAN PALEMBANG
DIV KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahuwataala yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah keperawatan perioperatif dengan judul makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN INTRAOPERATIF WATER SEAL DRAINAGE
(WSD)”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusun mendapat kemudahan dan kelancaran
dalam menyelesaikan makalah ini.
Proses pembuatan makalah ini, penyusun menemui banyak kendala dan
kekurangan, namun berkat bimbingan dari dosen pengampuh dan masukan serta
kerja sama dari teman – teman kelompok penyusun mampu menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.
Maka dari itu penyusun mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun,
dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat baik untuk penyusun sendiri
dan pembaca. Aamiin.

Palembang, 23 September 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia.
Tubuh memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses
metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan
misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan,
maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi
normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya
disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung,
biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme
penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari
rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-
paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan
mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi
berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan
tentang asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang
masalah WSD (Water Seal Drainage).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

1
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)?
4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keprawatan yang harus diberikan kepada
pasien dengan pemasangan WSD
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD
b. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD
c. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi
dari pemasangan WSD
d. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan
WSD
e. Mahasiswa mampu memahami macam – macam dari WSD
f. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD
g. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan pemasangan WSD
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD
serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura,
rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan
negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican. Pada
trauma toraks, WSD dapat berarti :
1. Diagnostik
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau
tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
2. Terapi
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis
of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
3. Preventive
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga “mechanis of breathing” tetap baik. 
B. Tujuan
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan
rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan/ drainage udara atau cairan dari rongga pleura
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
C. Indikasi Pemasangan WSD

3
1. Pneumothoraks :
a. Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
b. Luka tusuk tembus
c. Klem dada yang terlalu lama
d. Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2. Hemothoraks :
a. Robekan pleura
b. Kelebihan antikoagulan
c. Pasca bedah thoraks
3. Hemopneumothoraks
4. Thorakotomy :
a. Lobektomy
b. Pneumoktomy
5. Efusi pleura : post operasi jantung
6. Emfisema :
a. Penyakit paru serius
b. Kondisi inflamasi
7. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
8. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
D. Kontraindikasi Pemasangan WSD
1. Infeksi pada tempat pemasangan
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
E. Komplikasi
1. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension
pneumothoraks, atrial aritmia
2. Komplikasi sekunder : infeksi emfiema
3. Komplikasi lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar,
lien), perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tuber
tersumbat.
F. Macam – Macam WSD
1. WSD dengan sistem satu botol

4
a. Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan
pada pasien simple pneumothoraks
b. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2
lubang selang yaitu untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke
dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai
penampung dan botol penampung
c. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang
terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam
tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note :
a. Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat
berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
b. Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang
lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau
udara.
c. Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat
disebabkan karena adanya kinking,clotting atau perubahan
posisi chest tube.
d. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
e. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan
gravitasi
f. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
1) Inspirasi akan meningkat
2) Ekpirasi menurun
2. WSD dengan sistem 2 botol
a. Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan
drainage dan botol ke-2 botol water seal.
b. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya
kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1

5
dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water
seal. Dapat dihubungkan dengan suction control
c. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1
dan udara dari ronggapleura masuk ke water seal botol 2
d. Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan
cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara
dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
e. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peural. Keuntungannya adalah
water seal tetapi pada satu level.
3. WSD dengan sistem 3 botol
a. Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk
mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu
terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
b. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
c. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada
botol ke-3.
d. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang
yang tertanam dalam air botol WSD
e. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang
ditambahkan
f. Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
1) Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube
pada botol ke dua
2) Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
3) Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan
air dan terbuka ke atmosfer.

Anda mungkin juga menyukai