PENDAHULUAN
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, ketepatan dosis, mudah
pengemasannya, penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain,
tahan dalam penyimpanan, biaya produksi yang murah serta bentuk yang
memikat.
Tablet secara umum terdiri dari bahan aktif dan bahan tambahan. Selain
mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang
mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain
yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus
inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan
pada jangka waktu tertentu.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan teori tentang tablet?
b. Apa komposisi tablet yang digunakan pada metode granulasi basah ?
c. Bagaimana proses pembuatan tablet ?
d. Apa prinsip dari pembuatan tablet ?
e. Apa saja formula tablet pada metode ini ?
f. Bagaimana cara evaluasi massa granul ?
g. Bagaimana cara evaluasi dari tablet ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang tablet.
b. Untuk mengetahui komposisi tablet yang digunakan pada pembuatan dari
tablet
c. Untuk mengetahui proses pembuatan tablet
d. Untuk mengetahui prinsip dari pembuatan tablet
e. Mengetahui formula tablet yang digunakan pada metode ini
f. Mengetahui cara evaluasi pada massa granul
g. Mengetahui cara evaluasi dari tablet
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang
paling banyak tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya
kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari
obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran
untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau
gumpalan. Namun demikian walaupun obat tersebut baik kempanya,
melarutnya dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan
memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan
bersaing dari bentuk sediaan ini.
Kerugian sediaan tablet yaitu beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi
padat dan kompak dan obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak
dapat dihilangkan atau obat yang peka terhadap kelembaban udara perlu
3
pengapsulan atau penyelubungan sebelum dikempa (bila mungkin) atau
memerlukan penyalutan.
4
e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan
film tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang
terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.
f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan.
Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang
mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.
g. Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk
tertahan di antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini
memiliki aksi sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur
namun perlahan-lahan larut.
h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di
bawah lidah.
i. Troches atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk
memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan
untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu.
j. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan
pada socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya
adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau
mengurangi perdarahan.
k. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik
untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah
memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu
tahun.
l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan
pelepasan obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk
buah pir, digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi
vagina.
5
m. Tablet effervescen, merupakan tablet yang dirancang untuk
menghasilkan larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida.
Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia
antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium
dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.
n. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh
apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan.
o. Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang
mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk
membuat sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan.
p. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan
tablet dispensing, berbentuk kecil umumnya silindris dan digunakan
untuk menyediakan zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Biasanya
mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat berkhasiat keras.
6
kolom B.
c. Memenuhi Waktu Hancur (Disintegration Test)
Uji ini dilakukan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya larut sempurna, sediaan
dinyatakan hancur sempurna jika sediaan tertinggal pada kasa alat uji
merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
d. Memenuhi Waktu Larut (Dissolution Test)
Uji ini dilakukan untuk memenuhi kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
e. Uji Kekerasan Tablet (Hardness Test)
Digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak rapuh
dan terlalu keras. Kekerasan tablet erat kaitannya dengan ketebalan
tablet, bobot, dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan adalah
hardness tester.
f. Uji Kerapuhan Tablet (Friability Test)
Alat yang digunakan pada uji kerapuhan tablet adalah friability test.
Uji kerapuhan tablet itu sendiri adalah persen bobot yang hilang setelah
tablet diguncang. Penentuan kerapuhan tablet dilakukan terutama pada
waktu tablet akan dilapisi.
7
setelah satu jam atau satu hari dari masa pembuatan. Penyebab
terjadinya capping dan laminasi adalah sebagai berikut :
- Terjeratnya udara di antara partikel-partikel atau granul yang masuk
ke lubang kempa selama pukulan kempa dan tidak lolos sampai
tekanan kempa dibebaskan dan kemudian memuai ketika tekanan
dibebaskan.
- Perubahan bentuk formulasi selama dan setelah mengalami
pengempaan.
- Kurangnya kohesi cenderung terjadi pada proses granulasi yang
terlalu kering
- Kandungan fines yang terlalu banyak.
- Pada alat cetak, permukaan punch yang cekung atau sisi miring
secara berangsur membelah ke dalam dan membentuk cakar yang
dapat menarik mahkota tablet.
- Penyetelan mesin tablet yang tidak benar.
- Lubang kempa menjadi aus sehingga menimbulkan seperti cincin
dalam area pengempaan.
8
6) Meningkatkan jumlah atau mengganti lubrikasi atau mengurangi
lubrikasi.
7) Mengurangi diameter punch atas sebesar 0,0005 – 0,002 inci.
Kondisi ini tentu tergantung pada ukuran .
Menggunakan punch yang lebih sempit atau kecil (jika terdapat
udara berlebihan dalam granul).
b. Binding adalah kondisi dimana proses pengeluaran tablet ke luar dari
lubang kempa mengalami kesulitan. Masalah ini disebabkan oleh
lubrikasi yang tidak cukup, sehingga hal-hal berikut ini: bunyi keras
pada mesin dan tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, dan kadang-kadang
hitam
c. Sticking adalah kondisi dimana permukaan tablet tumpul, tergores, atau
berbintik. Hal ini terjadi dikarenakan adanya proses pengeringan yang
tidak memadai atau granulasi yang dilubrikasi sehingga permukaan
tablet melekat pada permukaan punch. Kondisi ini makin lama makin
memburuk dan dapat menyebabkan sumbing pada pinggir tablet serta
menyebabkan tepi tablet menjadi kasar.
d. Picking adalah suatu bentuk dari sticking ketika bagian kecil granul
melekat pada permukaan punch dan bertambah setiap putaran mesin
tablet. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya lubang pada permukaan
tablet.
e. Filming adalah bentuk lambat dari picking dan sebagian besar karena
kelembaban yang berlebihan dalam proses granulasi, suhu tinggi atau
hilangnya permukaan punch yang terpoles karena aus.
f. Motling adalah keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata dan
pada permukaan tablet terdapat bagian-bagian yang terang dan gelap.
Penyebab dari terjadinya masalah ini adalah:
9
- Zat aktif yang warnanya berbeda dengan zat penambah tablet atau
suatu zat aktif yang hasil penguraiannya berwarna.
- Zat warna dapat memecahkan persoalan mottling, tetapi dapat
menimbulkan masalah lain. Zat warna dapat menyebabkan mottling
dengan bermigrasi ke permukaan granul selama proses pengeringan.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat mengganti sistem pelarut,
pengikat, menurunkan suhu pengeringan atau membuat partikel yang
lebih kecil. Pemberian zat warna pada metoda cetak langsung dapat
menyebabkan mottling bila zat warna tersebut tidak terbagi rata, atau
bila ukuran partikelnya terlalu besar.
10
- Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus
terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah
sehingga bobot berbeda-beda.
j. Variasi Keseragaman Kandungan
Buruknya keseragaman kandungan diakibatkan oleh hal-hal berikut
ini, yaitu:
- Aliran granul yang jelek
- Pencampuran pregranulasi tidak benar, maka tentukan dulu
homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
- Kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
- Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
- Kondisi mesin tidak benar.
2. Zat pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu
formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet
sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam
11
pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang
biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain.
3. Zat pengikat
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan
dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak. Ada dua
golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan
polimerik terdiri atas dua kelas yaitu polimer alam seperti pati, atau gom
mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan polimer sintetis seperti
polivinil pirolidon, metil selulosa, etil selulosa, dan hidroksipropilselulosa.
4. Zat penghancur (disintegran)
Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet
ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah
absorbsi. Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur, tidak saja menjadi
granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari
granul. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet pada
umumnya terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:
a. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang
memungkinkan air ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga
menyebabkan tablet menjadi pecah. Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol,
alginat, dan lain-lain.
b. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan,air merembes
kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang
terbentuk. Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang
dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat
pengembangan bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur.
Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon, Isolca Floc, dan
lain-lain.
12
c. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet,
digunakan terutama jika diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu
formulasi segera larut.
Mekanisme umum untuk zat disintegran tablet adalah pengembangan
karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada tingkat tertentu.
Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet kemudian
mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah. Jenis zat
disintegran yang biasa digunakan antara lain: pati alam, Sodium
starch glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-Di-Sol, alginat,
dan lain-lain.
5. Zat pelicin
Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi
sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari
dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang
kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat,
kalsium stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
13
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
a. Mencampur zat aktif dan eksipien (komponen dalam) dalam alat campur.
b. Membuat/menyiapkan cairan pengikat
c. Membuat massa granulasi serbuk dengan cairan pengikat dalam alat
campur
d. Menggranulasi basah massa granul dengan ayakan nomor mesh 6 – 12
dalam mesin Granulator.
e. Granul basah dikeringkan pada suhu ± 50 – 60˚C dalam lemari pengering.
f. Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh 18 –
20, lalu tambahkan penghancur luar, glidan, dan lubrikan.
g. Lalu lakukan pengujian granul.
14
h. Massa granul siap dicetak.
Ukuran dan bentuk tablet sedikit banyak ditentukan oleh bahan aktif yang
dikandungnya. Bahan aktif dengan dosis kecil, misalnya: asam folat,
digitoksin, reserpin, deksametason, dan lain sebagainya memerlukan
penambahan eksipien pengisi untuk menghasilkan suatu massa atau volume
bahan yang dapat dibuat menjadi tablet dengan ukuran yang nyaman bagi
pasien. Ukuran yang lazim untuk tablet dengan bahan aktif dosis rendah
adalah bulat dengan diameter 6,25 mm, umumnya bobot tablet seperti ini 150
mg. Jika dosis bahan aktif lebih besar, maka bobot tablet juga lebih berat,
dosis bahan aktif 100 sampai 200 mg membutuhkan bobot tablet 150 sampai
300 mg dengan diameter 6,25 sampai 10,94 mm. Bentuk tablet umumnya
berbentuk bulat. Seorang formulator harus menggunakan keahlian dan
pengetahuan eksipiennya untuk mempertahankan ukuran tablet sekecil
mungkin tanpa menghilangkan hal-hal yang penting. Oleh karena itu,
formulasi tablet mensyaratkan pertimbangan berikut yaitu:
a. Ukuran dosis atau kuantitas, stabilitas, kelarutan, bobot jenis,
kemampatan dari zat aktif.
b. Pemilihan zat tambahan (eksipien).
c. Tipe, ukuran, dan kapasitas mesin tablet.
d. Pengaturan lingkungan dan kelembaban.
e. Stabilitas produk jadi.
15
f. Ketersediaan hayati kandungan zat aktif tablet.
2. Stabilitas bahan aktif
Seleksi eksipien merupakan hal yang penting dalam formulasi tablet.
Setelah formulator mengetahui informasi tentang sifat-sifat fisik dan kimia
bahan aktif, maka pemilihan eksipien sudah dapat dilakukan. Stabilitas bahan
aktif harus ditentukan dengan setiap eksipien yang diusulkan. Caranya
dengan membuat suatu campuran homogen bahan aktif dan eksipien berlebih,
kemudian dipanaskan pada suhu 60ᴼ C selama 72 jam di dalam wadah kaca.
Selanjutnya, pada akhir pemanasan bahan aktif ini dianalisis menggunakan
metode penetapan stabilitas.
3. Granulasi
Umumnya serbuk tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet. Karena
pada serbuk biasanya terdapat karakteristik dan sifat-sifat berikut yang
menyebabkan serbuk tersebut tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet,
yaitu:
a. Serbuk kurang memiliki karakteristik ikatan atau lekatan (kohesif dan
adhesif) yang baik secara bersama-sama menjadi kesatuan padatan yang
kompak.
b. Serbuk biasanya tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang
dipersyaratkan untuk dicetak menjadi tablet.
c. Serbuk pada umumnya tidak atau kurang memiliki sifat mengalir bebas.
Selanjutnya yang dimaksud dengan granulasi serbuk adalah suatu proses
membesarkan ukuran partikel kecil yang dicampur bersama-sama menjadi
gumpalan yang lebih besar, lebih kuat, dan partikel masih teridentifikasi dan
membuat gumpalan tersebut mengalir bebas.
Tujuan granulasi suatu serbuk adalah sebagai berikut:
a. Membuat bahan mengalir bebas
b. Memadatkan bahan
16
c. Membuat campuran menjadi lebih homogen
d. Memperbaiki karakteristik pengempaan bahan aktif
e. Mengendalikan laju pelepasan bahan aktif
f. Memberi kemudahan pengukuran atau dispersing voleme
g. Mengurangi debu
h. Memperbaiki penampilan tablet
- Paracetamol 250 mg
- Polivinilpirolidon 25 mg
- Amprotab 50 mg
- Laktosa 135 mg
- Aquadest q.s
Fase Luar ( 8% )
Perhitungan :
17
- Amprotab 50 mg x 500 = 25000 mg = 25 gram
- Laktosa 135 mg x 500 = 67500 mg = 67,5 gram
- Aquadest q.s
Fase Luar ( 8% )
18
- Pengujian sudut diam
Persyaratan : x = 25 – 30o (sangat mudah mengalir)
30 – 40 o (mudah mengalir)
40 – 45 o (mengalir)
>45 o (kurang mengalir)
h
Perhitungan : Tan α =
r
Keterangan : h = Tinggi
r = jari-jari
Prosedur Kerja : Timbang bahan 100 gram, masukkan secara perlahan-
lahan lewat lubang bagian atas, sementara bagian bawah ditutup. Buka
penutupnya dan biarkan bahan keluar. Ukur tinggi dan diameter kerucut
yang terbentuk. Hitung sudut diam bahan yang dievaluasi. Ulangi
percobaan sebanyak 3 kali.
- Pengujian kompressibilitas
Persyaratan : Tidak lebih dari 20%. Jika % pemampatan kurang dari 20 %
keteraturan fabrikasi akan tercapai.
Vo−Vn
Perhitungan : Kp = x 100 %
Vo
Keterangan :
Kp = % pemampatan /kompresibitas
Vo = volume awal ; Vn = volume pada jumlah tiap ketukan
Prosedur Kerja : Timbang 100 gram granul masukkan ke dalam gelas ukur
dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali
ketukan dengan alat uji jouling volumeter, catat volume uji sebelum
dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan
500 kali (Vn).
19
- Pengujian kelembaban
Persyaratan : 2 - 4 %
Wo−Wt
Perhitungan : Sp = x 100%
Wo
Keterangan :
Sp = Susut Pengeringan
Wo = Berat mula-mula
Wt = Berat setelah dikeringkan
Prosedur Kerja : Timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari
pengering sampai bobot konstan ( 105oC ) selama 2 jam, kemudian hitung
kadar air yang dihasilkan.
20
rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet
yang bobotnya menyimpang dari bobot ratarata yang ditetapkan dalam
kolom A dan B.
21
Prosedur pengujiannya yaitu :
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan.
Hitung rata-rata tablet
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.
b. Komposisi atau bahan baku umum dari tablet adalah :
- Zat berkhasiat atau zat aktif
- Zat pengisi
Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol,
sorbitol dan lain-lain.
- Zat pengikat
Contoh zat pengikat yaitu pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan
gelatin, polivinil pirolidon, metil selulosa, etil selulosa, dan hidroksipropil
selulosa.
- Zat penghancur
Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol, alginat, primojel, Explotab,gom,
povidon, Isolca Floc.
- Zat pelicin
Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium
stearat,natrium stearat, polietilen glikol.
c. Proses pembuatan tablet secara granulasi basah antara lain :
- Mencampur zat aktif dan eksipien (komponen dalam) dalam alat campur.
- Membuat/menyiapkan cairan pengikat.
23
- Membuat massa granulasi serbuk dengan cairan pengikat dalam alat campur
- Menggranulasi basah massa granul dengan ayakan nomor mesh 6 – 12
dalam mesin Granulator.
- Granul basah dikeringkan pada suhu ± 50 – 60˚C dalam lemari pengering.
- Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh 18 –
20, lalu tambahkan penghancur luar, glidan, dan lubrikan.
- Lalu lakukan pengujian granul.
- Massa granul siap dicetak.
d. Evaluasi granul adalah uji sediaan massa tablet (granul) sebelum dilakukan
pencetakan. Macam-macam evaluasi granul yaitu pengujian laju alir, sudut
siam, kompressibilitas dan kelembaban.
e. Evaluasi tablet yaitu uji sediaan tablet hasil dari proses pencetakan. Macam-
macam evaluasi tablet yaitu uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran,
uji kekerasan tablet, uji waktu hancur tablet, dan uji friabilitas (kerenyahan).
3.2 Saran
Dalam melakukan pembuatan tablet ini sebaiknya dengan pedoman
farmakope atau buku standar lainnya agar mutu dari tablet yang dibuat terjamin.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat di perlukan untuk penulisan
makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
24
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Hal 6-7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta .
Gloria, Yetri, 2018. Teknologi Sediaan Solid, Cetakan pertama. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta, hlm. 111-123.
Robert, J.C. Franc, A.B., and David, C.C., 1990, Tablet Production, in Lieberman,
H.A., Lachman, L., Schwatz., J.B., Pharmaceutical Dosage Forms, Tablets,
2nd Ed, Vol 3, 373, Marcel Dekker, Inc., New York.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Kedokteran EGC : Jakarta.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan. Edisi kedua. Airlangga University Press : Surabaya.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
25