OLEH
SINTIA RANTIKA
4181121025
Fisika Dik A 2018
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini dengan baik. Tak lupa rasa
terima kasih penulis sebesar-besarnya dengan dosen pengampu mata kuliah Fisika SMA
Berorientasi Laboratorium Ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd. dan Bapak Purwanto, S.Si., M.Pd,
keluarga dan kerabat terdekat atas bimbingan dan dukungannya, penulis dapat menyelesaikan tugas
CJR ini dengan baik.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Critical Journal Review dari mata kuliaH Fisika
SMA Berorientasi Laboratorium, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Medan. Makalah ini
diperuntukkan sebagai salah satu sarana agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami isi jurnal
dengan baik. Hal ini tentu akan membantu mahasiswa untuk mengembangkan ide dan gagasan.
Makalah ini diharapkan mampu dijadikan sebagai salah satu sarana/alat untuk mempermudah
mencari jurnal yang baik. Adanya kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk penyusunan makalah
yang lebih baik kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kelebihan Jurnal............................................................................................. 8
B. Kekurangan Jurnal ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................................. 9
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan bagian pengetahuan sains yang telah disusun secara sistematik, terorganisir,
didapatkan melalui observasi dan eksperimentasi serta bermanfaat bagi manusia. Mengacu kepada
pengertian ini, jelas bahwa fisika harus diawali dengan melakukan observasi dan ekperimentasi,
yang berarti sangat mengutamakan proses tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan
(Sundoro, dkk, 2013). Menurut Edi (2014), kegiatan praktikum di laboratorium memiliki beberapa
tujuan pokok yang antara lain adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai
fenomena alam yang terjadi dalam sains kepada siswa serta mengatasi miskonsepsi siswa karena
siswa memperoleh konsep berdasarkan pengalaman nyata.
Namun apa yang terjadi di sekolah justru banyaknya pelaksanaan praktikum tidak dapat berjalan
dengan semestinya sesuai tujuan pokok yang telah dijabarkan di atas. Terdapatnya berbagai
permasalahan dan kendala membuat para siswa justru bingung atas materi yang mereka pelajari dan
yang dipraktikumkan. Oleh karena itu untuk menganalisis berbagai permasalahan pembelajaran
fisika di laboratorium, tugas CJR ini dibuat dengan harapan mahasiswa dapat mempelajari setiap
permasalahan pembelajaran fisika di laboratorium yang diteliti di beberapa jurnal yang telah dipilih
serta mampu menemukan solusi atas segala permasalahan tersebut. Dengan begitu, solusi dari
permasalahan di laboratorium dapat ditemukan dan siswa lebih nyaman untuk melakukan
praktikum.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja permasalahan pembelajaran fisika di dalam laboratorium?
2. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran fisika di laboratorium?
3. Apa saja keunggulan dan kelemahan jurnal yang dapat dijadikan acuan untuk menemukan
solusi yang tepat bagi permasalahan pembelajaran fisika di laboratorium?
C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan-permasalahan pembelajaran fisika di dalam laboratorium.
2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran fisika di
laboratorium.
1
3. Memahami keunggulan dan kelemahan jurnal yang dapat dijadikan acuan untuk menemukan
solusi yang tepat bagi permasalahan pembelajaran fisika di laboratorium.
BAB II
ISI JURNAL
A. Identitas Jurnal
- Jurnal Pertama
ISSN : 2461-1247
Halaman : 5 halaman (halaman 6-10)
- Jurnal Kedua
ISSN : 1412-3617
Halaman : 6 Halaman
- Jurnal Ketiga
ISSN : 2442-4838
Halaman : Halaman 76-86
B. Ringkasan Jurnal
- Jurnal Pertama
Pembelajaran IPA merupakan pondasi awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan dan pembentukan sikap ilmiah. Proses pembelajaran dalam
lingkup ilmu pengetahuan alam membutuhkan kemampuan ilmiah yang seharusnya diperoleh
dengan melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah. Seorang siswa kurang mampu melakukan
pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai konsep atau membedakan. Oleh
karena itu, guru haruslah mampu membuat pembelajaran yang dapat meningkatkan dan mendukung
proses belajar siswa (Panen, 2002). Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam
mempelajari IPA. Hakikat sains adalah proses penemuan, produk dan sikap, dimana lebih
menekankan pembelajaran pada proses, siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman dan gagasan mengenai
gejala-gejala alam yakni pembelajaran fisika, dimana siswa harusnya dilibatkan penuh pada proses
belajar mengajar agar mereka dapat lebih mendalami pengetahuan dan gejala alam. Beberapa materi
pokok dalam pembelajaran
fisika, kurang dapat diterima siswa jika hanya mengutamakan teoritis saja karena pembelajaran
fisika berhubungan dengan peristiwa sehari-hari dalam kehidupan manusia, sehingga siswa butuh
sesuatu yang dapat dilihatnya dalam sebuah percobaan mengenai fisika.
Salah satu cara membuat siswa berpartisipasi sehingga dapat mendukung proses belajar
siswa dengan metode praktikum memberi kesempatan pada siswa untuk menetukan sendiri suatu
fakta yang ingin diketahui. Pelaksanaan praktikum juga bermanfaat dalam pembentukan
keterampilan proses yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan fisika kontekstual
(Sani, 2012). Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 dimana menurut Permendikbud No. 22 tahun
3
2016 sasaran pembelajaran itu mencakup tiga ranah,salah satunya keterampilan yang diperoleh dari
aktivitas mengamati, menanya, mencoba menalar, menyaji dan mencipta serta digunakannya
pendekatan ilmiah yang diperkuat dengan menerapkan pembelajaran berbasis penelitian.
Keberadaan laboratorium juga sangat penrting dalam kegiatan praktikum yang dilakukan,
karena laboratorium berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dalam
menemukan fakta, konsep dan proses belajar ilmiah. Penggunaan laboratorium yang intensif dapat
menciptakan proses sains siswa sehingga dapat meningkatkan proses belajar siswa. Laboratorium
selain berperan dalam pembelajaran, juga berperan sebagai sumber belajar karena di laboratorium
yang baik menyediakan buku, media pembelajaran dan fasilitas lainnya seperti yang tertulis di
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 mengenai standar sarana prasarana dalam laboratorium fisika.
Berdasarkan hasil wawancara juga dengan guru fisika yang mengatakan bahwa kegiatan
praktikum jarang dilakukan karena beberapa hal yakni waktu yang kurang memadai,sarana dan
prasarana yang kurang mendukung seperti alat dan bahan praktikum, oleh karena itu pembelajaran
hanya dilakukan di dalam kelas. Ini mengakibatkan hasil belajar siswa menurun dan siswa juga
mengganggap pelajaran fisika sangat sulit dimengerti. Harusnya dalam hal ini, guru mampu
memberikan alternatif untuk mengatasi kendala tersebut sehingga siswa tetap dilibatkan dalam
proses belajar.
4
4. Masih adanya guru yang tidak menguasai cara menggunakan alat
Hasil data wawancara dan survei terbuka dari salah satu responden guru, bahwa masih
adanya guru yang tidak menguasai cara menggunakan alat untuk praktikum menyebabkan
guru enggan untuk melakukan praktikum.
5. Ketiadaan laboran
Laboratorium SMA Negeri se-Kota Medan secara keseluruhan tidak mempunyai laboran
khusus yang mengelola laboratorium.Hal ini juga menjadi faktor utama terkendalanya
pemanfaatan laboratorium.Guru juga merasa kelelahan apabila melaksanakan kegiatan
praktikum karena tidak adanya laboran yang membantu menyiapkan alat dan bahan.Selain
itu tidak adanya laboran khusus yang mengelola laboratorium membuat laboratorium tidak
terawat dengan baik.Hal ini sesuai dengan Katili dkk (2013) dengan mengatakan bahwa
ketiadaan laboran kendala besar dalam pemanfaatan laboratorium.
- Jurnal Kedua
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa peralatan praktikum yang dimiliki oleh
sekolah-sekolah SMA di wilayah miskin Provinsi Bengkulu umumnya berbentuk kit fisika. Namun
demikian hanya sebanyak 34,8 % kit yang masih dalam keadaan lengkap. Sedangkan peralatan
penunjang praktikum fisika lainnya yang ada adalah berupa alat ukur dasar dan alat peraga
sederhana dengan jumlah ketersediaan minim.
Minimnya jumlah kit tersebut tentu dapat mengganggu keterlaksanaan praktikum di sekolah.
Berdasarkan analisis keterlaksanaan praktikum, diketahui bahwa praktikum umumnya terlaksana
adalah praktikum yang dapat dilakukan menggunakan kit fisika dan praktikum yang hanya
membutuhkan peralatan sederhana. Beberapa praktikum yang umumnya terlaksana adalah
praktikum pengukuran, pengenalan alat-alat optik, hukum Newton tentang gerak, hukum Ohm,
pembiasan cahaya dan bandul fisis (pendulum sederhana). Keterlaksanaan judul-judul praktikum
lainnya masih rendah, hal ini dikarenakan praktikum tersebut memerlukan peralatan praktikum
khusus yang tidak dimiliki sekolah.
- Jurnal Ketiga
Hasil studi tentang pengelolaan laboratorium fisika SMA di Kota Metro menemukan
beberapa kendala dan masalah dalam pengelolaan laboratorium fisika tersebut, yaitu:
1.) Kepala laboratorium hanya sebagai profesi sampingan dari seorang guru.
2.) Laboran belum menguasai dan memahami berbagai alat laboratorium dan pekerjaan laboran.
3.) Minat dan motivasi guru untuk menggunakan laboratorium dalam pembelajaran kurang,
4.) Laboratorium tidak dikelola dengan baik, sehingga jika guru ingin menggunakan laboratorium
harus menyiapkan sendiri mulai dari perencanaan, penyiapan alat, penggunaan dan
pengembalian serta penyimpanan alat.
6
5.) Alat dan bahan laboratorium fisika belum tersusun dengan baik, sehingga untuk mencari satu
jenis alat saja diperlukan waktu dan curah tenaga yang cukup banyak.
6.) Ruang laboratorium sering digunakan untuk kegiatan lain, seperti rapat-rapat, ruang panitia
ujian, atau bahkan sebagai ruang untuk penyimpanan berbagai barang sekolah lainnya.
Secara umum standar sarana dan prasarana laboratorium fisika SMA telah terpenuhi, tetapi
untuk standar tenaga laboratorium belum terpenuhi. Laboratorium fisika SMA belum memiliki
tenaga teknisi, bahkan kepala laboratorium dan laboran yang ada belum memiliki kompetensi yang
cukup dalam pengelolaan laboratorium. Sehingga diperlukan program peningkatan sumberdaya
manusia yang menguasai manajemen dan sistem pengelolaan laboratorium sekolah. Selain
pengetahuan yang cukup, juga perlu adanya motitasi dan dorongan yang kuat agar para pengelola
laboratorium mampu dan mau mengimplementasikan pengetahuannya dalam membangun sistem
pengelolaan laboratorium yang efektif dan efisien. Dengan demikian, maka perlu dilakukan
treatment untuk memfasilitasi implementasi sistem pengelolaan laboratorium fisika tersebut.
Banyak program pelatihan yang diikuti oleh pendidik maupun tenaga kependidikan tidak
terimplementasi di sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek, antara lain: aspek individu
peserta diklat yang tidak memiliki niat dan motivasi untuk bekerja lebih baik, aspek manajemen
sekolah yang kurang memfasilitasi penerapan hasil diklat, serta aspek materi diklat yang terkadang
tidak didasarkan atas kebutuhan sekolah. Karena itu, perlu program bimtek tenaga laboratorium
yang dilanjutkan dengan pendampingan dalam pengelolaan dan pemberdayaan laboratorium fisika
SMA di Kota Metro, serta pembuatan SOP berbagai kegiatan laboratorium. Dengan demikian,
maka peranan laboratorium sekolah dalam menunjang proses pembelajaran dapat dioptimalkan dan
kegiatan praktikum dapat berjalan secara efisien.
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Jurnal
Jurnal pertama dari Muhammad Ardi Satrio dan Sabani serta jurnal kedua dari Desy Hanisa
Putri, Sutarno dan Eko Risdianto memiliki penjelasan tujuan yang jelas dan tidak bertele-tele di
abstrak. Pembaca dapat langsung mengetahui gambaran umum penelitian jurnal tersebut sehingga
pembaca lebih memahami isi penelitian yang disajikan di dalam jurnal. Selain itu juga penggunaan
kalimat di dalam jurnal pertama dan jurnal kedua mudah untuk dibaca dan dipahami. Pada jurnal
kedua, bahasa yang digunakan untuk penulisan abstrak terdiri dari dua yaitu bahasa Indonesia dan
Inggris sehingga pembaca mampu mengasah kemampuan bahasanya ketika membaca jurnal ini
terutama untuk pembaca yang tidak terlalu mahir berbahasa inggris.
Hasil penelitian ketiga yang terdapat di dalam pembahasan sangat baik dan sesuai dengan
tujuan, terutama jurnal pertama dan kedua. Penjelasan hasil yang disampaikan di dalam
pembahasan memiliki data dan keterangan yang cukup baik. Dan ketiga jurnal yang direview
memiliki ISSN sebagai bukti keakuratan penelitian di dalam jurnal tersebut sehingga jurnal tersebut
cocok untuk dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
B. Kekurangan Jurnal
Kekurangan yang dapat ditemukan yaitu pada jurnal pertama dan ketiga. Kedua jurnal
tersebut hanya menggunakan satu bahasa saja dalam penulisan abstrak yaitu pada jurnal pertama
menggunakan bahasa inggris dan pada jurnal kedua hanya menggunakan bahasa Indonesia.
Akibatnya hanya beberapa orang saja yang dapat memahami maksud dan tujuan penelitian yang ada
di jurnal tersebut.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan ketiga jurnal yang direview, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pembelajaran fisika di laboratorium (praktikum) seperti waktu yang kurang memadai,sarana dan
prasarana yang kurang mendukung seperti alat dan bahan praktikum, ketiadaan laboran, dan guru
yang tidak menguasai cara menggunakan alat sehingga dalam pelaksanaan praktikum dilakukan di
kelas atau tidak pernah dilakukan sama sekali. Oleh karena itu, solusi yang paling tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana serta
melakukan pelatihan untuk meningkat kompetensi guru, terutama untuk melakukan praktikum.
Antara ketiga jurnal tersebut disamping kelebihan penelitiannya yang mendukung kita untuk
mencari informasi seputar pelaksanaan praktikum beserta pemasalahannya, ternyata juga terdapat
kekurangan yang harus kita perhatikan agar kedepannya mampu mencari solusi atas kekurangan
yang dimiliki oleh ketiga jurnal tersebut.
B. Saran
Keseluruhan isi yang dijabarkan oleh ketiga jurnal yang direview sangat bagus, jelas dan
terorganisir. Penyajian materi yang rapi sudah menjadi nilai plus tersendiri untuk jurnal tersebut.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar jurnal lebih mudah dibaca oleh semua
kalangan. Hal tersebut dipaparkan agar kedepannya penulis mampu memperbaiki tulisannya agar
segala elemen masyarakat mampu menyerap ilmu yang disampaikan dalam jurnal tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Satrio, Muhammad dan Sabani. 2018. Analisis Sarana Prasarana dan Pemanfaatan
Laboratorium Fisika SMA Negeri di Kota Medan. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri
Medan. Vol.4 (4), 6-10, 2461-1247
Hanisa Putri, Desy, dkk. 2014. Profil Peralatan dan Keterlaksanaan Praktikum Fisika SMA
di Wilayah Miskin Provinsi Bengkulu. Jurnal Exacta, Vol.12 (1), 1-6, 1412-3617
Suseno, Nyoto. 2017. Sistem Pengelolaan Laboratorium Fisika untuk Mewujudkan
Pelaksanaan Praktikum yang Efisien. Jurnal Pendidikan Fisika ,Vol. V(1), 76-86, 2442-4838
10