PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI GUGUS ALDEHID, KETON DAN KARBOKSILAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus keton
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat
4. Membedakan antara gugus aldehid, keton dan karbksilat yang terdapat di dalam
senyawa organik
B. DASAR TEORI
Aldehid dan keton kedua-duanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni
gugus karbonil, C = 0. Oleh karena itu aldehid dan keton menjalankan reaksi-reaksi
yang sama pula.
O O O
R C H R C R C
Aldehid Keton Gugus karbonil
Aldehid umumnya dapat bereaksi lebih cepat dari pada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid lebih kurang
terlindung dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. Di dalam
percobaan ini akan diperiksa persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara
reaksi aldehid dan keton.
Aldehid (R-HC=O) sangat mudah mengalami oksidasi hingga menghasilkan
asam karboksilat (R-COOH) yang mengandung jumlah atom karbon yang sama.
Sementara itu keton tidak mengalami reaksi yang serupa seperti gugus aldehid, pada
proses oksidasi akan terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua
asam karboksilat, dimana tiap-tiap senyawa mengandung atom karbon yang
jumahnya lebih sedikit dari pada keton semula (keton siklik menghasilkan suatu asam
dikarboksilat yang mengandung atom karbon yang sama banyaknya sebagai akibat
putusnya ikatan karbon). Persamaan reaksinya dapat dilihat pada penjelasan di
bawah ini.
1
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
O O
Oksidator
R C H R C OH
Aldehid Asam karboksilat
O O O
H2 Oksidator kuat
R C C R' R C OH + HO C R'
O O
Reagen Feliling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator
lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat
mengoksidasi gugus keton seperti hanya reagen Tollens. Persamaan reaksinya:
5. O O
6. 2+ -
R C H + 2Cu + 5OH- R C O + Cu2O + 3H2O
7.
Endapan merah bata
8.
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil. Aklehid dan beberapa
keton yang tidak mengandung gugus yang besar disekeliling atom karbon karbonil
bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud
hablur berwarna putih. Hasil adisi ini bila beraksi dengan asam akan membebaskan
2
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
O OH
- -
R C H + HSO3 Na+ R C SO3 Na+
H OH H
C H2O
C O + H2N N H C N N
N N
H
Fenilhidrasin Fenilhidrazon
OH
H2O
C O + H2NOH C C NOH
NHOH
Hidroksil amin Oksim
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon disebelah atom karbon karbonil
yang disebut atom karbon alfa, ialah bersifat asam lemah. Ini disebabkan karena
muatan dari anion yang bertalian (anion enolat) dapat diserahkan ke atom oksigen
yang elektronegatif.
3
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
H O O
O
C C R + B
- BH + C C R
C C R
anion enolat
O O
R C CH2 + I I R C CH2I + I-
O O
-
R C CH3 + I2 + 3OH- R C CI3 + 3H2O + 3I
Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk
menyediakan iodoform, bromoform atau kloroform.
O O
- + CHl3
R C CI3 + 3OH R C O
iodoform
Reaksi ini umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya metil keton. R-CO-CH3.
Senyawa ini bila direaksikan dengan iodium dan basa, akan menghasilkan iodoform
yang mengendap sebagai hablur berwarna kuning dan berbau seperti obat. Oleh
karena reagen di dalam reaksi ini ialah suatu oksidator, maka suatu alkohol yang
mengandung suatu gugus –CH(OH)3, sehingga akan menghasilkan pengujian yang
positif.
4
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Oleh karena anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan
basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila
dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni
krotonaldehid.
O O
OH-
H3C C H H2C C H
O O
O
H2
+ H2C C H H3C C C C H
H3C C H
H
H+
H-
OH O O
H2
panas
H3C C C C H H3C C C C H
- H2O H H
H
Krotonaldehida
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aktif tidak perlu kedua-
duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaklehid
yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak bisa
menjalankan reaksi aldol.
O
O
O HO-
2 C H + H3C C CH3 C C C C C
H H H H
-2H2O
Dibenzal aseton
5
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Asam formiat mudah mengalami reaksi oksidasi menghasilkan CO2 jika direaksikan
dengan oksidasi seperti KMnO4. Persamaan reaksinya adalah :
6
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. ALUR KERJA
1. Uji Tollens
Siapkan reagen sebagai berikut : cuci satu tabung reaksi dengan sabun dan
air, dan cuci dengan air suling. Ke dalam 2 mL larutan perak nitrat 5% tambahkan 2
tetes larutan 5% natrium hidroksida dan campur dengan baik. Kemudian tambahkan
tetes demi tetes sambil dikocok larutan 2% ammonium hidroksida hanya secukupnya
untuk melarutkan endapan. Pengujian akan gagal apabila terlalu banyak amoniak
ditambahkan.
Siapkan empat tabung reaksi yang berisi 1 mL reagen Tollens. Tambahkan
masing-masing dua tetes benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin (5 tetes
formaldehid dalam 5 mL air) ke dalam tabung uji. Kocoklah campuran dan diamkan
selama sepuluh menit. Bila reaksi tidak terjadi tempatkan tabung reaksi di dalam air
panas (35°-50°) selama lima menit. Catatlah hasil pengamatanya!
7
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
3. Adisi Bisulfit
Masukkan 5 mL larutan jenuh natrium bisulfit ke dalam Erlenmeyer 50 mL dan
dinginkan larutan di dalam air es. Tambahkan 2,5 mL aseton setetes demi setetes
sambil dikocok. Setelah lima menit tambahkan 10 mL etanol untuk memulai
penghabluran. Saring hasil reaksi dengan corong penyaring dan catatlah apa yang
terjadi terhadap hablur bila ia direaksikan (di dalam tabung reaksi) dengan beberapa
tetes asam klorida pekat.
5. Pembuatan Oksim
Larutkan 1 gram hidroksilamin hidroklorida dan 1,5 gram hablur natrium asetat
trihidrat di dalam 4 mL air di dalam satu Erlenmeyer 50 mL. panaskah larutan sampai
35°C kemudian tambahkan sikloheksanon. Tutuplah tabung dan goncang selama satu
sampai dua menit, pada saat mana zat padat sikloheksanon oksim akan terbentuk.
Diinginkan labu di dalam air es, kemudian sering hablur dengan corong penyaring
8
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
siram dengan 2 mL air es dan sebutkan di atas sehelai kertas saring yang kering.
Tentukan titik lelehnya dan catat hasilnya.
6. Reaksi Haloform
Teteskan sebanyak lima tetes aseton di dalam 3 mL larutan 5% natrium
hidroksida, tambahkan larutan iodium sambil digoncang-goncang sampai warna
iodium tidak hilang lagi (diperlukan kira-kira 10 mL, larutan iodium). Iodoform yang
berwarna kuning akan mengendap, dan catat baunya. Ulangi pengujian dengan
menggunakan isopropil alkohol, 2-pentanon, dan 3-pentanon.
7. Kondensasi Aldol
a. Tambahkan 0,5 mL asetaldehid pada 4 mL larutan 1% natrium hidroksida, goncang
dengan baik, dan catatlah baunya (dari asetaklehid yang tidak bereaksi). Kemudian
didihkan campuran selama tiga menit dan hati-hati. Catatlah bau tengik dari hasil
kondensasi, yakni krotonaldehid.
b. Susunlah alat untuk merefluks, menggunakan labu 50 mL. tempatkan 10 mL etanol,
1 mL aseton, 2 mL benzaldehid dan 5 mL larutan 5% natrium hidroksida di dalam
labu. Kemudian, sambunglah labu kepada kondensor dan refluks campuran selama
lima menit. Dinginkan labu dan kumpulkan hablur yang dihasilkan dengan
penyaring Buchner. Hasil reaksi boleh dihablurkan kembali dari etanol. Catatlah
titik lelehnya.
8. Identifikasi karboksilat
a. Masukkan 5 mL asam cuka t ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 3 mL larutan
KMnO4 1 N, amati perubahan yang terjadi.
9
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERTANYAAN
10
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 2
ALKOHOL DAN FENOL
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada siklus percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membedakan sifat-sifat antara alkohol dan fenol
2. Mengetahui jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang dapat digunakan untuk membedakan
antara senyawa alkohol dan fenol
B. KAJIAN TEORI
Adanya suatu gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol memungkinkan terjadinya
ikatan hidrogen antara molekul-molekul tersebut dengan senyawa lain yang sejenis air,
H-OH. Hal ini menyebabkan golongan-golongan senyawa ini mempunyai kelarutan
yang besar dalam air, terutama senyawa-senyawa homolog yang rendah dari golongan
tersebut.
Fenol lebih asam dari pada alkohol dan dapat diubah menjadi garam natrium bila
direaksikan dengan larutan natrium hidroksida. Garam natrium itu biasanya larut dalam
air. Seperti air, atom hidrogen dari gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol dapat
diganti oleh natrium.
2 R-OH + 2Na 2R-ONa + H2
Alkohol Natrium alkoksida
Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-
reaksi organik.
Senyawa alkohol dapat digolongkan menjadi alkohol primer, sekunder dan tersier
bergantung pada apakah gugus hidroksil terikat pada suatu atom karbon yang terikat
pada satu, dua atau tiga atom karbon.
H R"
H
R C OH R C OH R C OH
R' R'
H
11
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Alkohol dapat mempunyai kecepatan reaksi yang berbeda terhadap suatu reagen
tertentu, bahkan dapat berbeda dalam hal hasil yang diperoleh, bergantung pada
golongan alkoholnya. Pengujian-pengujiannya yang dapat membedakan antara ketiga
golongan tersebut sangat berguna dalam menentukan struktur suatu alkohol yang belum
dikenal.
Pengujian Lucas didasarkan pada perbedaan kecepatan dari alkohol-alkohol
primer, sekunder, dan tersier untuk diubah menjadi alkil klorida.
Z
R-OH + HCl n R-Cl + H2O
C
Reagen dalam pengujian ini ialah larutan seng klorida dalam asam klorida pekat.
l
Alkohol tersier bereaksi dengan segera menghasilkan
2 alkil klorida yang tidak larut yang
timbul sebagai suspensi keruh atau sebagai lapisan yang terpisah. Alkohol sekunder
akan larut menghasilkan suatu larutan bening, asalkan gugus R tidak mempunyai banyak
atom karbon di dalam rantai, kemudian terbentuk alkil klorida (larutan keruh) dalam
waktu lima menit. Alkohol primer tidak diubah menjadi alkil klorida selama beberapa
jam pada suhu kamar oleh reagen ini.
Alkohol-alkohol primer dan sekunder sangat mudah dioksidasi oleh asam hormat,
sedangkan alkohol tersier tidak. Pengujian ini biasa dilakukan di dalam suatu larutan
aseton dengan suatu larutan anhidrida kromat (Cr4+) di dalam asam sulfat. Alkohol yang
dioksidasi mereduksi kromium menjadi Cr3+ yang mengakibatkan larutan menjadi kabur
dan berwarna kehijau-hijauan.
Alkohol dan fenol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester yang
mudah dikenal karena baunya yang segar.
H
+
R-OH + CH3COOH CH3COOR + H2O
Asam Ester
karboksilat
Gugus hidroksil dari fenol mengakibatkan cincin benzena reaktif terhadap
substitusi elektrofilik, sehingga reaksi berlangsung pada keadaan yang sangat lemah.
dengan air brom fenol diubah menjadi 2,4,6-tribromo fenol yang kelarutannya di dalam
air sangat rendah sehingga sering kali digunakan tidak hanya sebagai penguji kualitatif
untuk fenol tetapi juga sebagai pengukur banyaknya fenol yang ada secara kuantitatif.
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu atom
karbon tak jenuh (enol), memberi warna merah jambu, ungu atau hijau bergantung pada
12
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
struktur dari fenol atau enol, dengan besi (III) klorida. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya senyawa kompleks dengan besi. Alkohol-alkohol biasa tidak bereaksi.
Oleh karena itu pengujian ini dapat digunakan untuk membedakan kebanyakan fenol
dari alkohol.
13
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. CARA KERJA
1. Kelarutan
Ke dalam enam tabung reaksi, masukan 0,5 mL atau 0,2-0,5 gram dari masing-
masing senyawa berikut : etanol, n-butil alkohol, ter-butil alkohol, sikloheksanol,
etilen glikol dan fenol (hati-hati fenol jangan mengenai kulit, bila terbakar oleh fenol
cuci dengan air dan beritahukan pada pengawas lab.) tambahkan 2 mL air ke dalam
tiap-tiap tabung reaksi, kocok dan catat hasil pengamatannya.
4. Pengujian Lucas
Masukkan 2 mL reagen Lucas ke dalam masing-masing empat tabung reaksi.
Tambahkan kira-kira 5 tetes alkohol yang hendak diuji, kocok dan catatlah waktu
yang diperlukan oleh campuran untuk menjadi keruh, atau memisahkan menjadi dua
lapisan. Ujilah 1-butanol, 2-butanol, sikloheksanol, dan tersier butil alkohol, lalu catat
hasilnya.
Catatan Reagen Lucas :
Larutan 68 gram seng klorida anhidrous dalam 52,5 gram HCl pekat.
14
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
15
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
16
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 3
ISOLASI MINYAK JAHE DARI RIMPANG JAHE
(Zingiber Officinale)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
3. Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat
B. KAJIAN TEORI
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat diisolasi dari rimpang
(akar) jahe sebanyak 1,5 - 3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di negara maju
digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik, bahan penyedap masakan tertentu dan
sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari α-pinena, kamfena, 1,8-sineol,
borneol, neral, geranial, α-kurkumina, α-zingeberena, dan β-saskuipellandrena.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan: distilasi,
ekstraksi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi (Robinson, 1995). Distilasi
(distilasi uap) pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian. Distilasi pada tekanan
rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya peruraian oleh enzim, sehingga
menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Jadi reaksi oksidasi menimbulkan masalah,
distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan nitrogen. Cara ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan pada keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar.
Beberapa minyak atsiri yang berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air
untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien.
D. CARA KERJA
Jahe yang cukup tua dibersihkan dari kotoran yang melekat, kemudian dikeringkan.
Sampel yang telah kering selanjutnya digiling menjadi serbuk yang halus. (Untuk
memperoleh serbuk jahe kering bisa ditempuh dengan cara lain). Sebanyak 30-50 g (atau
sesuai kapasitas) serbuk jahe ini dimasukkan dalam alat ekstraksi soxhlet. Sisakan sedikit
untuk penentuan kadar air. Sementara itu masukkan pelarut petroleum eter sebanyak 100
mL (atau disesuaikan dengan kapasitas labu) ke dalam labu ekstraktor tersebut. Lakukan
ekstraksi sampai hasil ekstraksi sampai hasil ekstraksi tidak berwarna.
Hasil ekstraksi diuapkan pelarutnya menggunakan evaporator untuk memisahkan
minyak jahe dari pelarutnya. Hal ini bisa ditempuh dengan cara yang lebih praktis yaitu:
setelah cairan dalam alat soxhlet terlihat jernih tunggulah sampai cairan jatuh ke labu
ekstraktor, kemudian dengan hati-hati bukalah set alat soxhlet dan keluarkan sampelnya.
Kembalikan set alat seperti semula dan uapkan pelarut dalam labu ekstraktor hingga
memenuhi alat soxhlet. Jaga volume jangan sampai pelarut jatuh ke bawah. Pelarut yang
diperoleh bisa ditampung dan ekstrak yang didalam labu bisa dipekatkan lagi dengan cara
yang sama atau langsung diuapkan. Residu atau ekstrak yang berwarna kuning
ditambahkan Na2SO4 anhidrous, kemudian dipisahkan dengan cara penyaringan. Hitung
rendemen minyak yang dihasilkan serta tentukan indeks biasnya. Jangan lupa menghitung
kadar air serbuk jahe yang digunakan untuk menentukan berat keringnya. Penentuan
kadar air dilakukan dengan cara menimbang sampel serbuk jahe kering sebanyak 1 gram
(berat awal) kemudian dioven pada suhu 110°C dan kembali ditimbang, catat beratnya.
Ulangi lagi pemanasan sampai diperoleh berat yang konstan.
E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang Anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah Anda lakukan dalam
bentuk tabel yang disesuaikan dengan kebutuhan tabulasi data!
No. Jenis Kegiatan Hasil
1
2
18
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
F. PERTANYAAN
19
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 4
PEMBUATAN SABUN
B. KAJIAN TEORI
Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu senyawa yang
bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan
reaksi penyabunan (saponifikasi). Persamaan reaksi penyabunan dapat dituliskan sebagai
berikut:
Hasil reaksi ini berupa campuran antara sabun dan gliserol yang mudah larut dalam
air dan alkohol. Untuk memisahkan sabun dengan gliserol di atas dilakukan dengan
menambah garam NaCl ke dalam campuran tersebut, karena sabun di dalam air akan
membentuk koloid dan kemudian sabun akan mengendap, sedangkan gliserol dan alkohol
akan berada dalam larutan NaCl. Pada penyabunan dengan menggunakan KOH akan
diperoleh sabun lunak, sedangkan dengan NaOH akan diperoleh sabun keras.
20
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi tegangan antara
permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini pembentukan busa atau sifat
emulsinya akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai
dua kutub yaitu kutub yang satu bersifat sebagai hidrofilik dan kutub yang lain bersifat
hidrofobik. Bagian molekul yang bersifat hidrofilik akan menuju ke lapisan air sedangkan
bagian yang bersifat hidrofobik menuju ke lapisan udara (menjauhi molekul air). Dengan
adanya sifat tersebut, maka cairan minyak dalam air akan membentuk emulsi.
D. CARA KERJA
1. Pembuatan Sabun
a. Timbang 10 gram minyak sawit
b. Timbang NaOH 1,4 gram
c. NaOH selanjutnya dilarutkan dalam 3,3 mL air, reaksi akan menghasilkan panas,
biarkan sampai larutan NaOH dingin.
d. Timbang asam stearat 1 gram (asam lemak bebas yaitu tidak terikat dalam
gliserin, hal ini dimaksudkan untuk menambah kekerasan sabun). Masukkan asam
stearat ini ke dalam minyak atau lemak.
e. Panaskan campuran ini sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat mencair,
suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga warnanya jadi
kecoklatan.
f. Biarkan campuran ini sampai suhu 50°C dan masukkan larutan NaOH dan aduk
terus. Tambahkan 12 gram alkohol dan 4 gram gliserin, panaskan dan aduk
hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran agak dingin. Kemudian
tambahkan 1 mL minyak zaitun. Tuangkan ke dalam cetakan sebelum campuran
memadat.
21
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
3. Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan salah satu ukuran kualitas minyak atau lemak.
Bilangan asam suatu minyak atau lemak adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
dalam 1 (satu) gram minyak atau lemak. Bilangan asam ditentukan dengan prosedur
sebagai berikut:
Sampel minyak atau lemak ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram di dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam sampel tersebut dimasukkan 25 mL etanol dan 5
tetes indikator fenolftalein (PP). Titrasi campuran tersebut dengan larutan standar
KOH 0,1 N. Lakukan prosedur tersebut sebanyak tiga kali (triplo). Bilangan asam
dapat dihitung dengan persamaan:
Dimana:
V : jumlah mL larutan KOH standar
N : normalitas larutan KOH standar
W : bobot sampel minyak atau lemak (gram)
E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah anda lakukan!
Penyelesaian Tugas 2
22
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Tabel hasil
No. Jenis Kegiatan Hasil
1.
2.
3. Lakukan pembahasan dan/atau penjelasan terhadap hasil pengamatan di atas!
4. Buatlah simpulan dari percobaan yang telah anda lakukan!
F. PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/diagram
alir)?
2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun?
3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun?
4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun?
5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan alkali NaOH
dengan KOH dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan alat dan bahan yang sama
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon, dan control)
7. Buatlah prosedur praktikumnya
23
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 5
PEMBUATAN n-BUTIL ASETAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan dapat memahami reaksi pembuatan n-butil asetat melalui reaksi
esterifikasi
B. KAJIAN TEORI
Senyawa n-butil asetat merupakan suatu ester dari asam asetat dengan n-butanol.
Senyawa tersebut dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam kuat, misalnya
asam sulfat pekat. Persamaan reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
O O
H2 H2
3HC C OH + 3HC C C CH2OH 3HC C O (CH2)3 CH3 + H2O
Seperti ester yang lain, n-butil asetat memiliki aroma yang harum sehingga dapat
digunakan sebagai pemberi aroma (essence) pada bahan pangan.
1. Alat-alat
a. Elenmeyer
b. Gelas ukur
c. Corong pemisah
d. Gelas piala
2. Bahan
a. n-butanol d. Larutan NaHCO3 jenuh
b. Asam asetat glasial e. MgSO4 kristal anhidrat
24
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
E. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat!
2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas?
3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkah asam sulfat tersebut diganti dengan asam
lainnya? Jelaskan!
4. Jelaskan mengapa lapisan ester berada di atas
5. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4 anhidrat!
6. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti MgSO4!
25
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 6
REKRISTALISASI DAN PEMBUATAN ASPIRIN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menghilangkan pengotor melalui rekristalsiasi
4. Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol
5. Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik
B. KAJIAN TEORI
Rekristalisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memurnikan
zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan
untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil kolasi dari bahan alami, sebelum
dianalisa lebih lanjut, misalnya dengan cara spektrofotometri (UV, IR, NMR dan MS).
Ada lima tahap melakukan rekristalisasi zat-zat yaitu :
1. Memilih pelarut yang cocok
Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan
kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil
asetat, etanol, metanol dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu
sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut
dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.
Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut
yang kurang polar dan sebaliknya. Kombinasi dua pelarut kadang-kadang digunakan
dalam rekristalisasi, misalnya kloroform-metanol, heksana-aseton, metanol air dan
lain-lain.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan
volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika
26
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
larutkan terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan
kombinasi dua pelarut mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam
keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes
demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik
agar kekeruhannya hilang, kemudian baru disaring.
3. Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut.
Penyaring larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-
zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu pasir dan
lain-lain. Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan corong Buchner.
Jika larutannya mengandung zat warna pengotor maka sebelum disaring
ditambahkan sedikit (± 2% berat) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut.
Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi
senyawa yang dimurnikan.
Dinginkan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang-kadang
pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa
kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang
pengaduk dapat mempercepat proses kristalisasi.
5. Menyaring dan mengeringkan kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh
perlu disaring dengan cepat menggunakan corong buchner. Keringkan kristal yang
diperoleh alam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat
dengan asam salisilat (asam o-hidroksi benzoat). Oleh karena itu senyawa ini dapat
dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat anhidrida menggunakan
asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Persamaan reaksinya :
O O
O
C C OH
O H H3C C O
O
+ O C CH3
H3C C
O
Asam salisilat Anhidrida Asam Asetat Aspirin
27
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
Aspirin berupa kristal tak berwarna dengan titik leleh 133,4°C. Senyawa ini larut baik
dalam alkohol dan eter tetapi sedikit larut dalam air. Dalam bidang kedokteran zat ini
digunakan sebagai antipiritik (penurunan panas) dan analgesik (penghilang rasa nyeri).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-Alat
a. Erlenmeyer
b. Pengaduk gelas
c. Corong Buchner
d. Pipet tetes
e. Pembakar spiritus
f. Termometer
2. Bahan
a. Asam salisilat
b. Aquadest
c. Norit
d. Asam asetat anhidrida
e. Asam sulfat pekat
f. Etanol 96%
g. Larutan FeCl3
D. CARA KERJA
1. Rekristalisasi
a. Masukkan 1 gram asam saksilat dan 5 mL air dalam Erlenmeyer 125 mL
b. Campuran dipanaskan di atas pembakar spiritus sampai pelarut mulai mendidih,
sambil diguncang. Tambahkan setiap kali air sambil diguncang sampai kristal tepat
larut dan hitung volume air yang diperlukan.
c. Tambahkan beberapa tetes air lagi sehingga larutan benar-benar homogen (apabila
larutannya berwarna, tambahkan norit (arang aktif) sebanyak 1-2% berat asam
salisilat, didihkan sambil diaduk beberapa saat).
d. Sering larutan dalam keadaan panas dengan menggunakan corong buchner yang
dilengkapi dengan labu isap (perhatikan contoh penggunaannya oleh pembimbing).
28
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
e. Diinginkan filtratnya pada suhu kamar sampai terbentuk kristal, jika pada suhu
kamar sulit terbentuk, dinginkan dalam air es.
f. Apabila proses kristalisasi telah berjalan sempurna saring kembali kristal yang
terbentuk dengan corong buchner. Keringkan dalam eksikator dan timbang beratnya.
Bandingkan titik lelehnya dengan zat mula-mula.
2. Pembuatan Aspirin
Masukan 2,5 gram asam salisilat kering ke dalam Erlenmeyer 125 mL.
tambahkan 3,75 gr asam asetat anhidrida dan 3 tetes asam sulfat pekat. Campuran
diaduk sampai homogen. Panaskan air dalam gelas kimia (suhu 50-60°C),setelah itu
angkat penangas air dari kompor lalu masukkan campuran kedalam penangas air
sambil diaduk perlahan selama 5 menit.
Dinginkan pada suhu kamar sambil tetap diaduk dan tambahkan 37,5 mL air.
Saring endapan yang terbentuk dengan penyaring buchner. Lakukan pemurnian
senyawa aspirin yang diperoleh dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut
campuran 7,5 mL etanol 96° dan 25 mL air (ingat teknik rekristalisasi).Setelah
dikeringkan, tentukan berat dan titik lelah aspirin yang didapat serta ujilah senyawa
ini dengan larutan ferri klorida.
2. Pembuatan Aspirin
a. Tulis reaksi pembuatan aspirin secara lengkap !
b. Apakah yang disebut asetilasi dan apakah fungsi asam suflat ?
29
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
c. Apakah fungsi FeCl3 dalam reaksi tersebut dan jelaskan bagaimana membuktikan
terbentuknya aspirin ?
d. Hitung rendeman hasil percobaan yang diperoleh !
PERCOBAAN 7
PENGENALAN JENIS-JENIS KARBOHIDRAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida
3. melakukan pengujian adanya gula pereduksi
4. melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida
5. menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida
B. KAJIAN TEORI
Karbohidrat umumnya digolongkan ke dalam monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Oligosakarida mengandung paling sedikit dua dan
biasanya 8 sampai 10 satuan monosakarida, misalnya disakarida, trisakarida dan
seterusnya tergantung pada satuan monosakarida penyusunannya. Polisakarida
mengandung ratusan satuan monosakarida.
Jenis-jenis karbohidrat dapat dikenali dari beberapa reaksi pengujian dengan reagen
tertentu. Reaksi dengan pereaksi Molish, pereaksi Bial dan pereaksi Seliwanoff dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis karbohidrat secara umum. Adanya asam
menyebabkan terjadinya hidrolisis beberapa polisakarida dan asam kuat juga dapat
bereaksi dengan larutan yang monosakarida menghasilkan fulfural dan turunannya.
Gugus aldehid pada semua jenis aldosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lemah
seperti Tollens, Fehling atau Benedict disebut sebagai gula pereduksi. Fruktosa juga
merupakan gula pereduksi karena dalam suasana basa fruktosa ada dalam kesetimbangan
dengan dua bentuk aldehid diastomerik melalui zat antara tautomeri enediol.
30
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. CARA KERJA
1. Tes Molish
Masukkan cuplikan (sukrosa, glukosa dan amilum) sebanyak 2-5 tetes dan tambahan
5 tetes pereaksi Molish. Masukkan 7-8 tetes asam sulfat pekat ke dalam dasar tabung
dengan pipet tetes sedemikian rupa hingga asam sulfat membentuk lapisan yang
terpisah dari lapisan awal. Jika dalam cuplikan terdapat karbohidrat, akan terbentuk
cincin warna merah pada permukaan lapisan bawah. Warna merah akan segera
berubah menjadi warna ungu tua. Setelah didiamkan selama 2 menit, encerkan
campuran tersebut dengan 5 mL air. Jika di dalam terdapat karbohidrat maka akan
terbentuk warna ungu.
2. Tes Seliwanoff
Masukkan 5 tetes reagen Seliwanoff ke dalam tabung reaksiddan tambahkan 2-5 tetes
cuplikan (amilum, laktosa dan glukosa). Campuran dikocok dan dipanaskan di atas
penangas air. Hitung waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna. Jika
perubahan warna memerlukan waktu di atas 0 menit, tes dinyatakan negatif.
3. Tes Barfoed
Panaskan air reaksikan 5 mL pereaksi dan 5 tetes cuplikan (amilum, glukosa dan
laktosa) di dalam penangas air. Jika terjadi endapan merah bata selama 2 menit, maka
31
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
4. Tes Tollens
Masukkan 2-5 tetes cuplikan (sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa) ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan 5 tetes reagen Tollens (untuk membuat reagen Tollens
campurkan 1 mL larutan AgNO31% (larutan A) dan 1 mL larutan NaOH 5% (larutan
B) ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan NH4OH 2% tetes demi tetes sampai
semua endapan terlarut. Jika tidak terjadi cermin perak dapat dicoba dengan
memanaskan campuran tersebut. Terbentuknya cermin perak menunjukkan positif
adanya gugus aldehid.
5. Tes Fehling
Campurkan 2 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa dan glukosa) dan 2-3 mL
larutan Fehling. Campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas air selama 3-4
menit. Jika terbentuk endapan merah bata, maka cuplikan mengandung gula
pereduksi.
6. Tes Benedict
Campur 5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa dan glukosa) dan 5 tetes larutan
Benedict. Campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit.
Jika terbentuk endapan merah bata, maka cuplikan mengandung gula pereduksi.
7. Hidrolisis Sukrosa
Larutkan 0,5 mL sukrosa ke dalam 6 mL air. Masukkan larutan sukrosa ke dalam
tabung yang telah diberi label 1,2 dan 3 dengan volume yang sama (± 1 mL).
Tabung 1 ditambah dengan 1 mL larutan HCl 3M sedangkan tabung 2 dan 3 ditambah
1 mL air. Panaskan tabung 1 dan 2 diatas penangas air, sedangkan tabung 3 biarkan
pada suhu kamar. Dinginkan tabung 1 dan 2 pada suhu kamar dan ditambahkan 1,5
mL larutan NaOH 3 M. Tambahkan 1,5 mL air pada tabung 2 dan 3. Setiap tabung
menjadi dua bagian yang sama (terdapat tabung 1A 1B, 2A 2B, 3A 3B). Pada semua
tabung label A ditambah dengan pereaksi Benedict 5 mL sedang tabung B diberi
Seliwanoff 2 mL. Panaskan semua tabung diatas penangas air selama 5 menit. Amati
perubahan yang terjadi.
32
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
8. Hidrolisis Pati
Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah masing-masing dengan 2 mL larutan pati. Tabung
1 ditambah dengan 2 mL larutan HCl 3M sedang tabung 2 dan 3 ditambah 2 mL air.
Letakkan tabung 1 dan 2 diatas penangas air, sedangkan tabung 3 biarkan pada suhu
kamar. Dinginkan tabung 1 dan 2 pada suhu kamar dan tambahkan 3 mL larutan 3M
NaOH pada tabung 1, tambahkan 3 mL air pada tabung 2 dan 3. Lakukan tes iodin
terhadap ketiga larutan di dalam tabung. Masukkan 5 mL pereaksi Benedict pada
ketiga larutan dan amati perubahan yang terjadi.
E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang anda lakukan dengan bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah anda lakukan!
No. Jenis Kegiatan Hasil
1
2
F. PERTANYAAN
1. Tulislah senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan
karbohidrat!
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji!
3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2%, selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan
Fehling!
4. Jelaskan beberapa fakta berikut:
a. Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisis
tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.
b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan dengan
disakarida pereduksi.
33
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 8
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI PROTEIN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Selesai kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
1. membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel.
2. membedakan reaksi denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam dan garam
dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan.
3. memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein.
4. mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna.
B. DASAR TEORI
1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui dari
protein. Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari bentuk α-heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat
protein.
Sifat denaturasi protein umumnya bersifat irreversibel yaitu pengendapan yang
tidak dapat diperoleh kembali protein asal, baik dengan melarutkan dalam air atau
dalam larutan garam. Dengan berubahnya struktur protein maka aktifitas protein akan
hilang. Perubahan struktur protein dapat juga terjadi pada proses hidrolisis sehingga
kecenderungan membentuk sifat koagulasi berkurang dan akhirnya hilang sama sekali
(larutan menjadi jernih).
Denaturasi akibat penambahan senyawa kimia dapat disebabkan terjadinya
reaksi kimia antara gugus-gugus yang ada dengan senyawa yang ditambahkan.
Sebagai contoh penambahan formaldehid akan terjadi reaksi pada gugus amino pada
34
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
protein dengan asam aminodimetil. Hasil reaksi ini memberikan endapan yang tidak
larut dalam air dan mengeras.
2. Pengendapan Protein
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
(zwitter ion) yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya
reaksi pengendapan protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat
molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi
dikarenakan penambahan bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut
organik yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air.
a. Pengendapan dengan amonium sulfat
Pengendapan yang diakibatkan oleh penambahan amonium sulfat pekat
menyebabkan terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses
dehidratasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan
mudah mengendap. Protein yang diendapkan dengan cara ini tidak mengalami
perubahan kimia sehingga dapat dengan mudah dilarutkan kembali melalui
penambahan air. Pengendapan dengan cara ini bersifat reversibel.
b. Pengendapan karena asam mineral pekat
Perlakuan asam mineral pekat pada protein dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein.
Pengaruh lainnya dapat terjadi denaturasi irreversibel dan diperoleh endapan
protein. Namun pada umumnya pengendapan dengan penambahan asam mineral
kuat (kecuali HNO3 pekat) bersifat reversibel.
c. Pengendapan protein oleh logam berat
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi
reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang
mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali
(misalnya NH3 dan NaOH). Sifat pengendapan protein tersebut adalah
reversibel.
Dari dasar reaksi ini protein sering kali dipakai sebagai obat penawar
keracunan logam-logam berat seperti merkuri, tembaga, dan lain-lain.
3. Reaksi Warna Protein
35
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
a. Reaksi Biuret
Reaksi Biuret merupakan reaksi warna yang umum digunakan untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuknya senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari
molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida
mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna
biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta peptida komplek memberikan warna
merah. Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH, -CH-NH- dalam
molekulnya juga memberikan tes warna positif dari reaksi biuret ini membentuk
suatu senyawa kompleks yang digambarkan dibawah ini:
b. Reaksi Ksanthoprotein
Reaksi warna ksanthoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin
benzena dari asam amino penyusun protein. Test dikatakan positif ditunjukkan
dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa
polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena misalnya tirosin, fenil alamin,
triptofan. Pada penambahan senyawa alkali warna kuning akan hilang dan
berubah menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol
bereaksi dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah kembali
menjadi kuning.
c. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna
biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino
dengan ninhidrin yang dituliskan dibawah ini:
36
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
C. PROSEDUR KERJA
1. Denaturasi Protein
a. Denaturasi karena penambahan asam asetat
37
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
38
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan protein dengan ammonium sulfat
Ambil 3-4 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 3-4 mL
larutan jenuh ammonium sulfat. Kocok tabung ini pelan-pelan. Larutan protein
menjadi keruh. Pindahkan 1 mL larutan keruh tersebut ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan 2-3 mL akuades. Kocok larutan dan akan diperoleh larutan jernih
kembali (endapan larut).
39
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang akan Anda lakukan!
2. Tulislah data pengamatan tiap-tiap percobaan yang telah Anda lakukan!
No Kegiatan Hasil
40
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
E. PERTANYAAN
1. Jelaskan apa fungsi pengujian protein dengan masing-masing reagen uji (CuSO4,
HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!
2. Bagaimana pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap sifat denaturasi
protein?
3. Sebutkan macam-macam ikatan yang menyebabkan polipeptida menjadi stabil dalam
bentuk α-heliks!
41
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 9
UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma
zanthorrhiza)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa:
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik
(antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam
ekstrak rimpang temulawak
B. KAJIAN TEORI
Uji fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap
potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk
tentang keberadaan komponen kimia (senyawa) jenis golongan alkaloid, flavonoid,
fenolik, steroid dan triterpenoid pada tumbuhan. Alkaloid merupakan senyawa organik
bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah maupun sebarannya.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen di dalam
struktur dasarnya. Harborne dan Turner (1984, dalam Trengginas, F. (2012)
mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi
umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa Steroid/triterpenoid adalah suatu kelompok
senyawa yang memiliki kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, dalam bentuk
empat cincin terpadu. Senyawa ini memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu
sebagai pengatur pertumbuhan (misal dari kelompok seskuiterpenoid, abisin dan
giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan memiliki peran dalam membantu proses
fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi seringkali digunakan sebagai bahan
baku/simplisia pembuatan obat.
42
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. CARA KERJA
1. Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak
43
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
44
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
E. TUGAS
1. Buatlah langkah kerja yang Anda lakukan dalam bentuk diagram alur!
2. Tulislah data pengamatan masing-masing percobaan yang telah Anda lakukan!
Penyelesaian Tugas 2, buat seperti tabel berikut:
Tabel. Kandungan Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak
Uji Hasil Kesimpulan
Peraksi
Fitokimia (Terbentuknya) (+)/(-)
Mayer
Alkaloid Wagner
Dragendorf
Flavonoid Mg+HCl pekat+etanol
Saponin
Steroid
Liebermann-Burchad
Triterpenoid
Tanin FeCl 1%
45
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
4. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah Anda lakukan! Sesuaikan dengan
tujuan percobaan di atas.
F. PERTANYAAN
1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia di atas!
2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid,
tanin, saponin, flavonoid, dan alkaloid.
3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang
temulawak berdasarkan literatur yang ada.
4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia!
46
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
PERCOBAAN 10
PEMBUATAN JAMU HERBAL TANAMAN OBAT
A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat membuat
1. Bubuk Instan Jahe
2. Pembuatan Bubuk Instan Secang
3. Sirup empon-empon
47
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
48
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
3. Prosedur Pembuatan:
a) Cuci serutan kayu secang dengan cara direndam dalam air.
b) Masukkan serutan kayu secang bersih ke dalam panci dan tambahkan satu liter
air, lalu panaskan selama kurang lebih 25 menit, lalu saring ekstrak secang dan
masukkan ke dalam wajan, dan tambahkan 3-4 potong kecil kayu manis.
c) Panaskan ekstrak secang dengan api kompor hingga mendidih dan selanjutnya
tambahkan 1 kg gula pasir, aduk sampai larut. Aduk terus campuran sampai
menggumpal, apabila ekstrak secang menggumpal dan berbuih aduk terus
sehingga air tidak meluap. Kalau tetap mau meluap, api dikecilkan sedikit dan
aduk terus hingga air mengental dan lama - lama menjadi keras (menjadi seperti
pasir).
d) Ekstrak secang yang telah menjadi pasir kemudian diblender dan disaring pakai
saringan dan simpan dalam toples. Secang bubuk instan ini siap dihidangkan
atau disajikan sewaktu – waktu sesuai dengan selera. Gambaran tahapan proses
pengolahan jamu herbal secang bubuk instan secara lengkap dapat disimak pada
gambar di bawah ini;
49
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
D. PERTANYAAN
1. Sempurnakan prosedur percobaan dari tiap-tiap judul praktikum di atas
2. Buatlah diagram alur dari tiap-tiap judul praktikum di atas
50
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., Purnomo, B., Pranowo, H.D., Wahyuningsih, T.D. 1996. Pengantar Praktikum
Kimia Organik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Casey, M, Leonard, J, Lygo, B, 1990. Advanced Practical Organic Chemistry. New York:
Chapman and Hall.
Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O. Mbaebie. 2005. Phytochemical Constituents of Some
Nigerian Medicinal Plants. African Journal of Biotechnology. 4 (7), pp. 685- 688.
Furnis, B.S., Hannaford, A.J., Smith, P.W.G., Tatchell, A.R.. 1989. Vogel’s Textbook of
Practical Organic Chemistry. 5th ed. New York: Longman Scientific & Technical
Gunawan, A. dan Suhendar. 1990. Melati. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harbone, J.B. 1980. Metode Fitokimia. Jakarta: UI Press.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Kamilia Mustikasari, Dahlena Ariyani, (2010), Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji
Kalangkala (Litsea Angulata), Program Studi Kimia FMIPA Unlam Banjarbaru, Sains
dan Terapan Kimia, 4(2), pp. 131-136.
Matshjeh, S., dkk. 1994. Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar 1. Jogjakarta: Lab. Kimia
Organik FMIPA UGM.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S. 1982. Introduction to Organic Laboratory
Techniques. 2nd ed, New York : Saunders College Publishing.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah Kosasih P. Bandung:
ITB.Sastroawidjoyo, S. A. 1988. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Shing, P.R.& Gupta, P.D.S. 1989. Experimental Organic Chemistry. New Delhi: TataMc
Graw Hill Publishing Company Limited.
Trengginas, F. (2012), Metode Ekstraksi dan Uji Fitokimia Pada Genjer (Limnocharis Flava),
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
51
Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Organik
52