Anda di halaman 1dari 39

HUKUM

1. Makna dan Karakteristik Hukum

Hukum itu merupakan aturan, tata tertib, dan kaidah hidup. di dalam hukum terdapat
beberapa unsur, diantaranya sebagai berikut.
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Dengan demikian, suatu ketentuan hukum mempunyai tugas berikut.


1. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.
2. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagian, dan kebenaran.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam
pergaulan masyarakat

2. Penggolongan Hukum

Berdasarkan kepustakaan ilmu hukum, hukum dapat digolongkan sebagai


berikut.

a. Berdasarkan sumbernya
1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
2) Hukum kebiasaan, yaitu hukum yang terletak dalam aturan-aturan
kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam
suatu perjanjian antarnegara (traktat).
4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.

b. Berdasarkan tempat berlakunya


1). Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.
2). Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antarnegara
dalam dunia internasional. Hukum internasional berlakunya
secara universal, baik secara keseluruhan maupun terhadap negaranegara yang
mengikatkan dirinya pada suatu perjanjian internasional (traktat).
3). Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah negara lain.
4). Hukum gereja, yaitu kumpulan-kumpulan norma yang ditetapkan oleh          
gereja untuk para anggotanya

c. Berdasarkan bentuknya
1) Hukum tertulis, yang dibedakan atas dua macam berikut

a) Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun secara lengkap,
sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak perlu lagi peraturan  pelaksanaan.
Misalnya, KUH Pidana, KUH Perdata, dan KUH Dagang.
b) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu hukum yang meskipun tertulis,
tetapi tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah
sehingga sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapan.
Misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan presiden.

2) Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang hidup dan diyakini oleh warga masyarakat
serta dipatuhi dan tidak dibentuk menurut prosedur formal,
tetapi lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat itu sendiri.

d. Berdasarkan waktu berlakunya


1) Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Misalnya, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang RI Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
2) Ius Constituendum (hukum negatif), yaitu hukum yang diharapkan berlaku
pada waktu yang akan datang. Misalnya, rancangan undang-undang (RUU).

e. Berdasarkan cara mempertahankannya


1) Hukum material, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku umum tentang hal-hal yang dilarang dan dibolehkan untuk
dilakukan. Misalnya, hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang, dan
sebagainya.
2) Hukum formal, yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan
dan melaksanakan hukum material. Misalnya, Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.

f. Berdasarkan sifatnya
1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun   juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, melakukan pembunuhan maka
sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan

2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila


pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam
suatu perjanjian. Atau dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan
antarindividu yang baru berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan
alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum (undangundang).
Misalnya, ketentuan dalam pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-
undang), baru mungkin bisa dilaksanakan jika tidak ada surat wasiat (testamen).

g. Berdasarkan wujudnya
1) Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang
atau lebih yang berlaku umum. Dengan kata lain, hukum dalam suatu negara yang
berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
2) Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan
berlaku terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut
hak
h. Berdasarkan isinya
1) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan individu (warga negara), menyangkut kepentingan umum (publik).
Hukum publik terbagi atas:

a) Hukum Pidana, yaitu mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan, memuat


larangan dan sanksi.
b) Hukum Tata Negara, yaitu mengatur hubungan antara negara dengan bagian-
bagiannya.
c) Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yaitu mengatur tugas kewajiban
pejabat negara.
d) Hukum Internasional, yaitu mengatur hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sebagainya.

2) Hukum privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu
satu dengan individu lain, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat terbagi
atas:

a) Hukum Perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu


secara umum. Contoh, hukum keluarga, hukum kekayaan, hukum
waris, hukum perjanjian, dan hukum perkawinan.
b) Hukum Perniagaan (dagang), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antarindividu dalam perdagangan. Contoh, hukum tentang jual beli,
hutang piutang, pendirian perusahaan dagang, dan sebagainya.

PENGERTIAN MENURUT BEBERAPA AHLI

1. Plato

Menurut Plato, hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun
dengan baik. Serta dapat mengikat terhadap masyarakat ataupun pemerintah.

2. Utrecht

Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup berupa


perintah dan larangan yang mengatur tata tertib masyarakat. Tata tertib tersebut
harus dipatuhi masyarakat. Jika melanggar maka akan menimbulkan tindakan dari
pemerintah.

3. Prof. Dr. Van Kan

Menurutnya hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya memaksa


untuk melindungi kepentingan masyarakat.
4. Achmad Ali

Hukum merupakan norma yang mengatur yang benar dan mana yang salah.
Pembuatannya dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis.
Memiliki ancaman hukuman jika melanggar norma tersebut.

5. E. M. Meyers

Pengertian hukum menurut E. M Meyers adalah aturan-aturan yang mengandung


pertimbangan kesusilaan yang ditunjukkan untuk bertingkah laku manusia. Selain itu
juga dapat menjadi acuan pedoman bagi pemegang kekuasaan negara.

6. S. M. Amin

Hukum yaitu sekumpulan aturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang
memiliki tujuan untuk menertibkan pergaulan dalam suatu masyarakat. Sehingga
keamanan dan ketertiban masyarakat dapat terjaga.

7. Aristoteles

Menurut Aristoteles, hukum yaitu tidak hanya kumpulan aturan yang dapat mengikat
masyarakat saja tetapi juga kepada pemegang hukum.

8. Imanuel Kant

Menurutnya, hukum adalah keseluruhan peraturan yang dibatasi oleh hak orang lain.
Maka dari itu, setiap orang harus menghargai hak maupun kewajiban orang lain
selama tidak merugikan pihak-pihak terkait.

Terdapat beberapa karakteristik hukum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

 Bersifat memaksa. Setiap orang wajib hukumnya untuk mematuhi setiap


aturan yang ada tanpa terkecuali. Hukum tidak melihat golongan, suku
maupun ras.
 Terdapat sanksi. Ketika orang melanggar peraturan yang telah ditetapkan,
mereka harus mematuhinya. Jika melanggar akan mendapatkan sanksi atau
hukuman kepada pelaku yang dapat membuat mereka jera.
 Perintah dan larangan. Merupakan hal yang harus dipatuhi dan hal yang
tidak dapat dilakukan di masyarakat.

Hakikatnya, tujuan hukum yaitu universal dengan terwujudnya ketentraman,


ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Hukum juga memiliki beberapa tujuan.
Dengan adanya hukum, kemakmuran masyarakat akan terjamin. Pergaulan
masyarakat akan lebih tertata dan menjadi petunjuk atau pedoman dalam
menghadapi keputusan negara. Hukum juga digunakan sebagai sarana
mewujudkan keadilan sosial dan sebagai penegak pembangunan.
Hukum Internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antarnegara. Namun, dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin meluas, hukum internasional juga mengurus struktur dan
perilaku organisasi internasional, individu, dan perusahaan multinasional.

Hukum internasional adalah hukum antarbangsa yang digunakan untuk


menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan
antar penguasa dan menunjukkan pada kompleks kaidah dan asas yang mengatur
hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa.

Perbedaan dan persamaan hukum internasional dengan hukum perdata


internasional

Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional


publik dan hukum internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan antara
individu yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda.

Berbeda dalam definisi, HPI merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan hukum
internasional merupakan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional)
yang bukan bersifat perdata.[1][3]

Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara , yang biasa disebut dengan
« internasional », namun sifat hukum atau persoalan yang diaturnya atau objeknya
berbeda.

Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber
hukumnya. Sumber HI, sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu
Perjanjian Internasional (traktat), Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum
hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab, kuputusan hakim (yurisprudensi) dan
doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI menggunakan sumber hukum
nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.

Subyek dan obyek  hukum internasional

Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung


hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari
kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang
sebagai subjek hukum internasional. Namuan, seiring perkembangan zaman telah
terjadi perubahan pelaku-pelaku subyek hokum internasional itu sendiri. Dewasa ini
subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional,
adalah:
1. Negara

Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,


kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional
adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang
sah dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.

2. Organisasi Internasional

Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:

1. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan


maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB);
2. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud
dan tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO,
International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
3. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan
tujuan global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN),
Europe Union.

3. Palang Merah Internasional

Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss,
yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati
dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional
di masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu
kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of
the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.

4. Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada
sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci
sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.

5. Kelompok Pemberontak atau Pembebasan


Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri
suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan
urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut
bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di
luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain,

maka salah satu sikap yang dapat diambil adalah mengakui eksistensi atau
menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap
ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara
tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari
sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status
sebagai pribadi atau subyek hukum internasional. Karena mereka memiliki hak yang
sama untuk:

 Menentukan nasibnya sendiri;

 Memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri;

 Menguasai sumber kekayaan alam diwilayah yang didudukinya.

6. Individu

Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of


Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu
adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

7. Perusahaan Multinasional (MNC)

Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang
kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja
berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri.

Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat
dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap
negara, badan hokum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban
dalam hubungan internasional.

Sedangkan objek hukum internasional adalah pokok-pokok permasalahan yang


dibicarakan atau dibahas dalam hukum internasional. Namun, kawasan geografis
suatu Negara (difined territory) juga dapat dikatakan sebagai objek hukum
internasional dikarenakan sifat objek hukum internasional hanya bisa dikenai
kewajiban tanpa bisa menuntuk haknya. Objek hukum merupakan sesuatu yang
dapat berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi suatu pokok hubungan hukum
yang dilakukan oleh subyek-subyek hukum, biasanya dinamakan benda atau hak
yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum.

Contoh-contoh objek hukum internasional :

 Hukum Internasional Hak Asasi Manusia

Hukum Internasional hak asasi manusia adalah semua norma hukum internasional
yang ditunjukkan untuk menjamin perlindungan terhadap pribadi (individu)

 Hukum Humaniter Internasional

Hukum Humaniter Internasional adalah semua norma hokum internasional yang


bertujuan memberi perlindungan pada saat timbul konflik bersenjata bukan
internasional, kepada anggota pasukan tempur yang tidak bias lagi menjalankan
tugasnya lagi, atau orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran

 Hukum Kejahatan terhadap Kemanusiaan (massal)

Istilah ini dikeluakan oleh pengadilan Nurenberg untuk perbuatan kejam Nazi
Jerman terhadap warga negaranya sendiri. Namun, dewasa ini genosida
(pembunuhan massal dilatar belakangi kebencian terhadap etnis, suku tertentu) juga
termasuk dalam hukum ini.[1][4]

Subyek dan Objek hokum internasional dapat berubah. Seperti apa yang terjadi
pada perang Serbia-Bosnia (perang Balkan), dimana Mahkamah Internasional (ICJ)
akhirnya menjatuhkan hukuman secara individu terhadap petinggi militer Serbia
karena dianggap sebagai orang-orang yang paling bertanggung jawab terhadap
pembantaian kaum muslim Bosnia.

Mantan petinggi militer Serbia yang diadili antara lain, Kepala Staff militer Serbia,
Ljubisa Beara; Vujadin Popovic, pejabat militer yang bertanggung jawab atas
pengerahan polisi militer, Ljubomir Borovcanon, Deputi Komandan Polisi Khusus
Serbia; Vinko Pandurevic, Komandan Brigade yang melakukan serangan dan Drago
Nikolic, Kepala Brigade Keamanan militer Serbia. Dari hal ini, dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi perubahan status subyek hukum internasional itu sendiri yaitu,
perang ini melibatkan negara (Serbia), namun pada akhirnya mahkamah
menjatuhkan hukuman terhadap individu.

Objek hukum internasional dapat berubah disebabkan dunia global dan internasional
yang bersifat dinamis (selalu berubah). Sehingga tindak lanjut dari hukum
internasional itu sendiri akan berubah mengikuti arus perkembangan zaman dan
permasalahan baru yang akan timbul dalam hubungan internasional kedepannya.
Seperti permasalahan yang terbaru saya baca di internet yakni kasus perompakan
kapal-kapal laut di Somalia. Kasus ini menyebabkan PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) mengeluarkan resolusi agar kejadian ini tidak terulang kembali.

Objek hukum internasional dapat hilang. Dalam kaitan ini, kami mencoba
menghubungkan dengan kepulauan yang berada di sebelah timur laut Australia.
Pulau-pulau yang kebanyakan tak berpenghuni ini dijadikan Prancis (pulau ini
dibawah kekuasaan Prancis) dijadikan sebagai ajang uji coba Nuklir mereka.
Sehingga, dampak dari uji coba ini adalah hilangnya (tenggelam) pulau tersebut.

Dalam hal lain, kasus perebutan pulau Malvinas/Falkland (Inggris-Argentina) juga


dapat dijadikan referensi sebagai hilangnya objek internasional. Pulau Malvinas
(penyebutan oleh orang Argentina dan Falkland oleh orang Inggris) adalah pada
mulanya milik Argentina. Namun, Inggris mengklaim pulau tersebut sehingga
menyebabkan tejadi perang dimana Argentina kalah dan harus merelakan “hilang”
nya pulau tersebut dari peta geografis wilayah Argentina.

Sumber Sumber hukum internasional

sumber hukum internasional menurut F.A Whisnu Situni,SH dibedakan menjadi 2


yaitu :

1. Sumber hukum material


2. Sumber hukum formal

Para sarjana Hukum Internasional menggolongkan sumber hukum internasional


yaitu, meliputi:

      Kebiasaan;
      Traktat;
 Keputusan Pengadilan atau badan-badan Arbitrase;
 Karya-karya Hukum;
 Keputusan atau Ketetapan Organ-organ atau lembaga Internasional

Sedangkan menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-


sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara,
adalah:

1. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum,


maupun khusus;
2. Kebiasaan internasional (international custom);
3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh
negara-negara beradab;
4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah
diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional
tambahan.
Perjanjian Internasional atau Traktat

Traktat menurut Harmaily, dkk, adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara
(bilateral) atau banyak negara (multilateral).

Traktat adalah perjanjian yang dibuat antara negara, 2 negara atau lebih

Merupakan perjanjian internasional yang dituangkan dalam bentuk tertentu

Perjanjian terjadi karena adanya kata sepakat dari kedua belah pihak (negara)
yang mengakibatkan pihak-pihak tersebut terikat pada isi perjanjian yang dibuat.

Trakat ini juga mengikat warganegara-warganegara dari negara-negara yang


bersangkutan

Dapat dijadikan hukum formal jika memenuhi syarat formal tertentu, misalnya
dengan proses ratifikasi.

Asas Perjanjian “Pacta Sun Servanda” = perjanjian harus dihormati dan ditaati.

Perjanjian internasional ada 2 yaitu :

1. Tertulis→yang dituangkan dalam instrumen-instrumen berbentuk perjanjian


tertulis dan pembentukannya melalui prosedur atau aturan tertentu hukum
internasional (formal)
2. Tidak tertulis→yang di ekspresikan melalui instrumen-instrumen yang tidak
tertulis yang dapat berupa :

 Ucapan lisan
 Tindakan tertentu dari subjek hukum internasional lainnya, dan
 Tulisn yang pembentukannya tidak melalui atau membutuhkan  prosedur 
tertentu.

Traktat yang membentuk hukum:

 yang memuat peraturan mengenai hukum internasional secara


universal,ch:Piagam PBB
 menetapkan peraturan yang bersifat umum

Kontrak dengan traktat, yaitu traktat yg menetapkan hak dan kewajiban yang hanya
berlaku bagai peserta traktat tersebut. yang perlu diperhatikan dalam treatycontract :

1. sederatan treatycontract yang dapat merupakan proses lahirnya kebiasaan


internasional;
2. ada kalanya traktat semula diadakan beberapa negara saja, tapi kemudian
diterima secara umum;
3. traktat dapat memiliki nilai yang jelas yang menggambarkan hukum yang
bersifat umum
Proses pembuatan traktat menurut utrecht :

1. Penetapan, (sluiting). Pada tahap ini diadakan perundingan, atau


pembicaraan tentang masyalah yang mnyangkut kepentingan masing-masing
negara. Hasilnya berupa concept verdrag, yakni penetapan isi perjanjian.
2. Persetujuan. Penetapan-penetapan pokok dari hasil perundingan itu diparaf
sebagai tanda persetujuan sementara, karena naskah tersebut masih
memerlukan persetujuan lebih lanjut dari DPR negara masing-masing.
Kemungkinan terjadi bahwa masing-masing DPR masih mengadakan
perubahan-perubahan terhadap naskah tersebut.
3. Penguatan (bekrachtiging). Setelah diperoleh persetujuan dari kedua negara
tersebut, kemudian disusul dengan penguatan  (bekrachtiging) atau disebut
juga pengesahan (ratificatie) oleh masing-masing kepala negara. Sesudah di
ratifikasi maka tidak mungkin lagi kedua belah pihak untuk mengadakan
perubahan, dan perjanjian itu sudah mengikat kedua belah pihak.
4. Pengumuman (afkondiging). Perjanjian yang disetujui dan ditandatangani
oleh para pihak, kemudian diumumkan. Biasanya dilakukan dalam suatu
upacara dengan saling menukarkan piagam perjanjian.

Berakhirnya traktat:

1. Telah tercapainya tujuan dari traktat


2. Habis berlakunya traktat tersebut
3. Punahnya salah satu pihak atau punahnya objek traktat
4. Adanya persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri traktat
5. Diadakannya traktat yang baru untuk mengakhiri traktat yang terdahulu
6. Diepenuhinya syarat-syarat uuntuk berakhirnya traktat
7. Diakhirinya traktat secara sepihak dan diterima pengakhirannya oleh pihak
lain .

Hukum Kebiasaan Internasional

 Menurut Bellefroid

“semua peraturan-peraturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh negara, tetapi


ditaati oleh seluruh rakyat, kerena mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku
sebagai hukum.”

 Menurut Alf Ross

“persetujuan (konsensus) yang diekspresiakan melalui praktek sebagai kebiasaan


internasional.”

 Menurut J.I. Brierly

“praktek negara-negara/kebiasaan internasional  disatu pihak, dan adanya perasaan


mewujudkan kewajiban, sebagai persetujuan (konsensus) dilain pihak internasional,
karena tanpa dua unsur ini hukum tersebut tidak akan terbentuk.”
Dua unsur pembentuk hukum kebiasaan internasional ;
1.    Kebiasaan internasional, unsur material
2.    Opinio juris (keyakinan hukum), unsur psikologis

 Prinsip-Prinsip Hukum Umum

Prinsip hukum umum dicantumkan dalam Pasal 38 ayat 1 huruf C Statuta


Mahkamah Internasional sebagai berikut : “the general principle of law recognized
by cilivized nations” walaupun dari istilahnya tidak mencerminkan adanya proses
pembentukan hukum  seperti dalam istilah perjanjian dan kebiasaan internasional,
para ahli berdasarkan Pasal 38 ayat 1 menganggap prinsip-prinsip hukum sebagai
sumber hukum formal, yang berdiri sendiri dan terpisah dari perjanjian internasional
maupun kebiasaan internasional, anggapan ini muncul berdasarkan pada teori
hukum alam.

 Keputusan Peradilan

Keputusan badan peradilan Internasional yang dimaksud disini adalah putusan


megadili perkara perselisihan atau persengketaan yang diajukan di pengadilan
tersebut, dan putusan tersebut harus dibaca sebagai decision dalam arti yang lebih
sempit, yaitu sebagai judgement.

Asas Hukum internasional

Ada beberapa asas asas Hukum Internasional dalam menjalin hubungan antar
bangsa :

1. ASAS TERITORIAL

Menurut azas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua
barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang atau orang yang berada
diwilayah tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya.

2. ASAS KEBANGSAAN

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya, menurut asa
ini setiap negara di manapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum
dari negaranya, Asas ini mempunyai kekuatan extritorial, artinya hukum negera
tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara
asing.

3. ASAS KEPENTINGAN UMUM

Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalan kehidupan masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan
diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan
umum, jadi hukum tidak terikat pada batas batas wilayah suatu negara.
Dalam pelaksanaan hukum Internasional sebagai bagian dari hubungan
internasional, dikenal ada beberapa asas, antara lain :

1. PACTA SUNT SERVANDA

Setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang
mengadakannya.

2. EGALITY RIGHTS

Pihak yang saling mengadakan hubungan itu berkedudukan sama

3. RECIPROSITAS

Tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan
yang bersifat negatif ataupun posistif.

4. COURTESY

Asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negera

5. REBUS SIG STANTIBUS

Asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar atau fundamentalis
dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu

Sejarah Hukum Indonesia

Sejarah Hukum di Indonesia

• Periode Kolonialisme
• Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal
• Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru
• Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)

1. Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: periode VOC,
Liberal Belanda dan Politik etis hingga penjajahan Jepang.

a. Periode VOC
Pada masa pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan untuk:
1) Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi di negeri
Belanda;
2) Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan
3) Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan para pendatang
Eropa.
Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-orang Belanda atau Eropa.
Sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah hukum-hukum yang dibentuk oleh
tiap-tiap komunitas secara mandiri. Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu
telah meminggirkan hak-hak dasar rakyat di nusantara dan menjadikan penderitaan
yang mendalam terhadap rakyat pribumi di masa itu.

b. Periode liberal Belanda


Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya disebut
RR 1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan (di Hindia Belanda) yang
tujuan utamanya melindungi kepentingan kepentingan usaha-usaha swasta di negeri
jajahan dan untuk pertama kalinya mengatur perlindungan hukum terhadap kaum
pribumi dari kesewenang-wenangan pemerintahan jajahan. Hal ini dapat ditemukan
dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur tentang pembatasan terhadap
eksekutif (terutama Residen) dan kepolisian, dan jaminan terhadap proses peradilan
yang bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap berlangsung pada periode ini,
walaupun tidak lagi sebengis sebelumnya. Namun, pembaruan hukum yang
dilandasi oleh politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak meningkatkan
kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi masih terus terjadi, hanya subyek
eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi eksploitasi
oleh modal swasta.

c. Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di antara kebijakan-kebijakan
awal politik etis yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum adalah: 1)
Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum; 2)
Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi; 3) Penataan
organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi; 4) Penataan lembaga
peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas; 5) Pembentukan peraturan
perundang-undangan yang berorientasi pada kepastian hukum. Hingga runtuhnya
kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di Hindia Belanda mewariskan: 1)
Dualisme/pluralisme hukum privat serta dualisme/pluralisme lembaga-lembaga
peradilan; 2) Penggolongan rakyat ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang
disamakan, Timur Asing, Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi.

Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi seluruh


peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer
Jepang, tetap berlaku sembari menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang
Belanda dan Eropa lainnya. Beberapa perubahan perundang-undangan yang terjadi:
1) Kitab UU Hukum Perdata, yang semula hanya berlaku untuk golongan Eropa dan
yang setara, diberlakukan juga untuk orang-orang Cina; 2) Beberapa peraturan
militer disisipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku. Di
bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan adalah: 1) Penghapusan
dualisme/pluralisme tata peradilan; 2) Unifikasi kejaksaan; 3) Penghapusan
pembedaan polisi kota dan pedesaan/lapangan; 4) Pembentukan lembaga
pendidikan hukum; 5) Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi
pemerintahan dan hukum dengan orang-orang pribumi.

2. Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal

a. Periode Revolusi Fisik


Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini adalah pembaruan di
dalam bidang peradilan, yang bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi: 1)
Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan;
2) Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan swapraja,
kecuali badan-badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan pendirian
Mahkamah Islam Tinggi.

b. Periode Demokrasi Liberal


UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada masa ini
pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi, yang ada adalah
dilema untuk mempertahankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan
mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan
ekonomi dan tata hubungan internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah
unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan dan mekanisme
pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan
melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951
tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.

3. Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru

a. Periode Demokrasi Terpimpin


Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat
berpengaruh dalam dinamika hukum dan peradilan adalah: 1) Menghapuskan
doktrin pemisahan kekuasaan dan mendudukan MA dan badan-badan pengadilan di
bawah lembaga eksekutif; 2) Mengganti lambang hukum ?dewi keadilan? menjadi ?
pohon beringin? yang berarti pengayoman; 3) Memberikan peluang kepada
eksekutif untuk melakukan campur tangan secara langsung atas proses peradilan
berdasarkan UU No.19/1964 dan UU No.13/1965; 4) Menyatakan bahwa hukum
perdata pada masa kolonial tidak berlaku kecuali sebagai rujukan, sehingga hakim
mesti mengembangkan putusan-putusan yang lebih situasional dan kontekstual.

b. Periode Orde Baru


Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru
diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Di bidang
perundang-undangan, rezim Orde Baru ?membekukan? pelaksanaan UU Pokok
Agraria, dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang
memudahkan modal asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah UU
Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU Pertambangan. Selain itu, orde
baru juga melakukan: 1) Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif;
2) Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis, termasuk
dalam pemikiran hukum; Singkatnya, pada masa orde baru tak ada
perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.

4. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)


Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang, sudah terjadi
empat kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-undangan dan kelembagaan
negara, beberapa pembaruan formal yang mengemuka adalah: 1) Pembaruan
sistem politik dan ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum dan hak asasi
manusia; dan 3) Pembaruan sistem ekonomi.

Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih kokoh
mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas jangkauannya. Selain itu,
kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat
para pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim
(kini ditambah advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan
permbaruan hukum, hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung
meneruskan proses peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran
HAM, serta peradilan para konglomerat hitam. Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat
untuk menuntut hak-haknya dan mengembangkan sumber daya hukumnya secara
mandiri, semakin gencar dan luas dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaruan
hukum tetap terasa lambat dan masih tak tentu arahnya.
Definisi Umum HAM

Definisi atau pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar (asasi) yang
dimiliki manusia sejak ia lahir, yang memang sudah diberikat (kodrat) kepada Tuhan
kepada manusia yang harus saling dihormati dan dilindungi satu sama lain.

HAM mulai diperbincangkan beberapa dekade terakhir, yang mana diharapkan


dengan adanya konsep HAM yang jelas maka setiap manusia di bumi ini
mendapatkan hak dasar yang sama untuk hidup dengan layak sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

Apa itu Hak? Asasi?

Sebelum kita menjelajah lebih jauh tentang HAM, kita harus tahu dulu apa itu HAK
dan apa itu Kewajiban. Karena selama ini yang dibahas hanyalah hak asasi manusia
bukan kewajiban asasi manusia.

HAM singkatan dari Hak Asasi Manusia. Ada tiga kata yang menjadi pondasi
pemikiran utama, pertama adalah Hak, hak adalah sesuatu yang harus didapatkan
oleh seseorang sejak ia lahir dan atau sejak ia menyelesaikan kewajiban. Kedua
adalah asasi yang berarti dasar, dasar bisa diartikan sebagai minimum, dan ketiga
adalah manusiaa sebagai subyek yang mendapatkan hak asasinya.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan anugrah yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain, tetapi walaupun manusia sebagai
makhluk Tuhan yang sempurna tetapi tidak ada manusia yang sempurna.

Kesempurnaan manusia terletak pada akal dan hati, dengan keduanya manusia
diberi kebebasan untuk menentukan dia mau menjadi seperti apa. Dan dengan
kedua hal tersebut maka manusia mengkonsepkan sebuah pemikiran berupa hak-
hak yang harus dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi tanpa terkecuali, jika hak-
hak tersebut tidak terpenuhi maka dia tidak bisa dikatakan hidup layak sebagai
seorang manusia.

Karena ada hak maka harus ada kewajiban, maka kewajiban yang paling utama
manusia adalah menghormati hak-hak orang lain atas dirinya. Kadang kala dengan
mengatas namakan HAM seseorang melanggar hak-hak asasi milik orang lain.

Pengertian Hak Asasi Manusia dari Berbagai Sudut Pandang

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada sebuah teori fundamental yang
banyak dipakai yaitu teori kedaulatan rakyat yang dianut oleh John Bodin. Dalam
teori tersebut pada dasarnya negara bisa dibentuk jika ada dua asas yaitu pactum
unionis dan pactum subjectionis.

Pactum unionis ialah sebuah perjanjian yang dilakukan oleh masing-masing individu
untuk membentuk sebuah negara, sedangkan pactum subjectionis ialah perjanjian
masing-masing individu dengan negara yang dibentuk. Perjanjian tersebut
dimaksudkan bahwa negara atau pemerintah dalam menjalankan tugasnya semata-
mata melaksanakan mandat/perintah dari individu-individu (rakyat).

Mandat rakyat tersebut berupa perintah kepada pemerintah yang berkuasa untuk
mengelola sumber daya di segala bidang agar berjalannya roda pemerintahan dan
kenegaraan berdasarkan konstitusi yang telah dibentuk dalam perjanjian pactum
subjectionis.

Dengan berdasarkan dua asas tersebut maka pemerintah wajib melindungi hak-hak


individu rakyatnya dengan kekuatan yang dimilikinya. Sehingga para warga
negaranya dapat hidup dengan tenteram dan nyaman.

Definisi HAM Menurut Ahli

Seperti dikutip dari contohsurat.co.id ada banyak pendapat mengenai definisi hak
asasi manusia, tetapi pada dasarnya sama saja yaitu menekankan hak dasar yang
memang sudah dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir.

Definisi dibawah ini tidak 100% benar seperti yang disampaikan tiap ahli, tetapi
belajargiat.id berusaha menyajikan definisi ham sebaik mungkin. Berikut ini adalah
beberapa definisi atau pengertian ham menurut banyak ahli :

1. Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 1999

HAM menurut UU No. 39 Tahun 99 adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.

2. C. de Rover

Hak Asasi Manusia (HAM) menurut Rover ialah hak hukum yang telah dimiliki oleh
setiap orang sebagai manusia, hak-hak tersebut dimiliki oleh setiap orang (universal)
baik kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan. Hak-hak tersebut bisa saja
dilanggar tetapi tidak bisa dihapuskan.

3. Franz Magnis-Suseno

Hak Asasi Manusia menurut Franz dan Suseno adalah hak-hak yang dipunyai oleh
manusia bukan dari pemberian kepadanya (manusia) oleh masyarakat, melainkan
pemberian atas martabatnya sebagai seorang manusia (bukan hukum positif yang
berlaku). Manusia memilikinya (ham) karena ia seorang manusia.

4. Kevin Boyle dan David Beetham

HAM atau hak asasi manusia menurut Kevin dan  David adalah serta merta sebuah
kebebasan yang fundamental artinya setiap makhluk hidup (individu)  memiliki hak-
hak yang berasal dari kebutuhan-kebutuahn serta kapasitasnya sebagai seorang
manusia.
5. A.J.M Milne

HAM berdasar pendapat Milne ialah hak yang telah dimiliki oleh seluruh umat
manusia di setiap masa, setiap tempat, karena keutamaan dari keberadaannya
sebagai seorang manusia (pemberian Tuhan).

6. Oemar Seno Adji

HAM menurut pendapat Oemar adalah hak yang telah melekat pada martabat
seorang manusia sebagai instan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
bersifat tidak boleh dilanggar oleh siapapun serta seolah-olah sebagai suatu holy
area.

7. Budiardjo

Definisi hak asasi manusia budiardjo adalah hak yang telah dimiliki manusia
(diperoleh) sejak ia lahir / hadir ditengah-tengah masyarakat.

8. Austin-Ranney

HAM adalah ruang kebebasan seseorang/individu yang telah dirumuskan dengan


jelas kedalam konstitusi serta dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.

Konsep tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

Ide tentang HAM sendiri berawal atau muncul dari keyakinan manusia itu sendiri
sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang bersifat
sama dan sederajat. Artinya manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan
mempunyai martabat, hak-hak yang sama. Karena itulah setiap manusia harus
diperlakukan secara adil serta beradab.

Sifat Hak Asasi Manusia (HAM) adalah umum dan universal, artinya HAM berlaku
untuk semua manusia, tidak mengenal ras, suku, bangsa dan agama. Masyarakat
yang ada di seluruh dunia haruslah berusaha untuk menjaga hak-hak satu sama
lain, tidak menindas hak-hak orang lain yang secara sosial ataupun ekonomi berada
dibawahnya.

Tetapi, memang faktanya dalam penegakan HAM tidaklah mudah baik dilakukan
oleh negara maupun masyarakat. Tetapi kita sebagai manusia yang berilmu, berakal
dan beradab senantiasa harus berusaha untuk saling menghormati hak-hak sesama.

Gus Dur bilang, kalau ada yang lebih penting dari politik dan kekuasaan adalah
kemanusiaan

Seperti pada penjelasan sebelumnya, HAM pada dasarnya adalah fitrah / anugerah
yang memang sudah ada sejak manusia itu lahir/eksis di dunia karena pemberian
dari Tuhan Yang Maha Esa. Ada atau tidaknya pengakuan dari orang lain tidak
mempengaruhi hak seseorang, jadi ada atau tidaknya orang yang mengakui maka
HAM tetaplah dimiliki oleh seseorang.
Orang lain bisa melanggar HAM milik seseorang, tetapi tidak bisa menghapusnya.

Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia

Sama seperti hak-hak yang lain, hak asasi manusia juga memiliki ciri-ciri khusus
terutapa karena ada aasinya.

Berikut ini adalah karakteristik khusus ham :

1. Hakiki

Hak asasi manusia (ham) ialah hak asasi (dasar) yang dimiliki oleh setiap manusia
sejak ia dilahirkan,

2. Universal

HAM bersifat umum, tidak membeda-bedakan antara ras, suku, etnis, agama,
negara dan berbangsa. Semua orang punya hak yang sama sebagai fitrah seorang
manusia,

3. Tidak Dapat Dicabut

HAM milik seseorang tidak bisa dicabut oleh seseorang yang lain,

4. Tidak Dapat Dibagi

HAM tiap orang memiliki kedudukan yang sama, hak yang sama baik dalam politik,
ekonomi, sosbud, dll.

Jenis-Jenis Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM diakui dan disepakati oleh negara-negara di dunia melalui Piagam PBB atau
disebut dengan Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Sedunia Hak
Asasi Manusia) yang berisi 30 pasal. Dan disepakati pada tanggal 10 desember
1948, sehingga hari hak asasi manusia jatuh pada tanggal 10 desember.

Hak Asasi Manusia (HAM) menurut Piagam PBB atau UDHR adalah :

1. Hak untuk hidup,


2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum,
3. Hak untuk kemerdekaan hidup,
4. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
5. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
6. Hak untuk memperoleh pekerjaan,
7. Hak menganut aliran kepercayaan (agama),
8. Hak untuk memperoleh nama baik,
9. Hak memiliki seuatu.
9 hak diatas tidak urut, tetapi isinya sama.

1. HAM Menurut Instrumen HAM Internasional

HAM itu cakupannya sangat luas, karena itulah HAM juga bermacam-macam.
Secara umum HAM dibedakan menjadi 2 berdasarkan instrumen HAM internasional.
Yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (The
International Covenant on Economics, Social and Cultural Rihts /
ICESCR) dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (The
International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR).

2. HAM berdasarkan Hak-Hak Sipil dan Politik

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk berserikat
3. Hak kebebasan berkumpul secara damai
4. Hak mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan (intimidasi)
5. Hak atas berpikir, mempunyai konsiensi dan beragama
6. Hak atas kesamaan di muka badan badan peradilan (mempunyai kedudukan
yang sama di mata hukum)
7. Hak atas kebebasan dan persamaan

3. HAM berdasarkan hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

1. Hak atas pendidikan


2. Hak atas kehidupan yang layak
3. Hak atas pensiun
4. Hak untuk mendirikan sarikat kerja
5. Hak atas pekerjaan

4. HAM Secara Umum

1. Personal rights, hak asasi pribadi


2. Poverty rights, hak asasi ekonomi
3. Political rights, hak asasi politik
4. Rights of Legal Equality, hak asasi untuk memperoleh perlaukan yang sama
di depan hukum dan pemerintahan
5. Social and cultural rights, hak asasi sosial & kebudayaan
6. Procedural rights, hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan & perlindungan

Kewajiban Asasi Manusia

Selain ada hak asasi manusia, tentu ada kewajiban asasi manusia. Karena hak dan
kewajiban keduanya tidak dapat dipisahkan. Seseorang bisa mendapatkan haknya
jika sudah menunaikan kewajibannya.

Adapaun kewajiban dasar manusia adalah sebagai berikut :


1. Setiap orang yang ada di wilayah kedaultan NKRI baik WNI ataupun WNA
wajib untuk patuh pada undang-undang hukum yang berlaku, baik tertulis
maupun tidak tertulis (norma) serta hukum internasional.
2. Setiap warga negara wajib ikut bela negara.
3. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia milik orang lain.
4. Setiap orang wajib tunduk pada batasan-batasan yang berlaku (yang
ditetapkan UU dan norma/adat setempat).

Macam-macam Pelanggaran HAM Berat

Salah satu tantangan terberat dalam upaya penegakan HAM adalah adanya
pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM sendiri ada pelanggaran yang berat yaitu
kejahatan Genosida dan Kejahatan Kemanusiaan.

1. Kejahatan Genosida

Kejahatan Genosida adalah kejahatan yang sistematis bertujuan untuk


memusnahkan suatu golongan / etnis / bangsa / suku. Genosida termasuk jenis
pelanggaran ham yang paling mengerikan dan sangat berbahaya untuk
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Contoh kejahatan genosida adalah hitler pada perang dunia 2 yang berusaha
memusnahkan orang-orang yahudi. Kejahatan genosida dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain : 

1. Memindahkan paksa anak-anak dari satu kelompok ke kelompok lain, dengan


tujuan menghentikan pertumbuhan kelahiran dalam kelompok yang ingin di
musnahkan.
2. Membunuh seluruh anggota kelompok,
3. Menciptakan sebuah kondisi yang memungkinkan untuk musnahnya suatu
kelompok, baik fisik secara menyeluruh atau sebagian, seperti dengan cara
memutus saluran air, memblokade bantuan kemanusiaan, dll.

2. Kejahatan Kemanusiaan

Kejahatan kemanusiaan adalah kejahatan yang dilakukan sebagai bagian dari


kejahatan sistematis dan meluas dengan tujuan langsung ke masyarakat sipil.
Contoh kekejaman polpot presiden Kamboja (1975-1979).

Dalam serangan kejahatan kemanusiaan menimbulkan dampak yang mengerikan,


antara lain :

1. Perbudakan
2. Pemusnahan
3. Pembunuhan
4. Pemindahan penduduk secara paksa (pengusiran)
5. Perampasan hak dan kemerdakaan
6. Penyiksaan
7. Kejahatan seksual
8. Kejahatan apartheid (deskriminatif)
Upaya untuk Penegakan HAM

Karena HAM ini adalah hak dasar yang wajib dimiliki oleh setiap orang dan wajib
dilindungi oleh negara, dihormati satu sama lain maka harus ada upaya yang nyata
untuk melakukan penegakan HAM.

Dalam penegakan HAM ada dua metode atau cara , pertama penegakan HAM
melalui pencegahan. Kedua, penegakan HAM melalui penindakan.

1. Penegakan HAM Melalui Pencegahan

Pencegahan pelanggaran HAM adalah upaya yang dilakukan dalam rangka untuk
menciptakan kondisi dimana HAM dapat ditegakkan dan dihormati dengan kondusif
dan tenang.

Adapun upaya-upaya penegakan HAM melalui pencegahan antara lain adalah :

1. Adanya UU yang mengatur tentang HAM, sehingga penegakan HAM bersifat


mengikat untuk setiap warga negara dalam wilayah.
2. Pembentukan lembaga-lembaga pemantau dan penegak HAM, baik nasional
maupun internasional.
3. Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat (edukasi), baik melalui
pendidikan formal, pendidikan tidak formal, maupun iklan layanan
masyarakat.

Diantara ketiga tersebut yang paling menentukan adalah pelaksanaan pendidikan


HAM. Masyarakat harus diberikan pemahaman dan pengertian yang menyeluruh
untuk saling menghargai satu sama lain.

Dalam budaya ketimuran, khususnya di Indonesia di semua suku dan daerah saling
menghormati adalah norma tata krama yang wajib dijunjung tinggi. Diatas hak
pribadi ada hak umum, kalau dalam bahasa jawa ada istilah “njawani” yang berarti
benar-benar melaksanakan filosofi kehidupan jawa yaitu diantaranya menghormati
satu sama lain.

2. Penegakan HAM Melalui Penindakan

Jika pelanggaran HAM sudah terlanjur terjadi, maka harus ditindak dan ditegakkan
keadilan seadil-adilnya, supaya korban kembali mendapatkan haknya yang telah
dilanggar, dan pelaku mendapatkan balasan yang setimpal dan diharapkan dapat
bertobat.

Adapun upaya untuk penegakan HAM melalui penindakan antara lain :

1. Pendampingan (advokasi) kepada para korban pelanggaran HAM.


2. Penerimaan pengaduan atas pelanggaran HAM, dalam hal ini KOMNAS HAM
atau lembaga-lembaga hukum lainnya.
3. Investigasi terhadap kasus pelanggaran HAM, yang dilakukan oleh instansi-
instansi yang bertanggung jawab.
4. Penyelesaian kasus dengan cara mediasi, perdamaian, atau penilaian ahli.
5. Jika kasusnya sangat berat maka harus diselesaikan melalui jalur pengadilan.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Di Indonesia sama seperti negara-negara lain tidak lepas dari kasus pelanggaran-
pelanggaran HAM baik berat maupun ringan. Berikut ini adalah contoh-contoh
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia :

1. Kasus Pembunuhan Aktivis Munir

Munir adalah aktivis HAM Indonesia serta pendiri Kontras (Komisi untuk Orang
Hilang dan Tindak Kekerasan) dan Imparsial meninggal saat sedang menuju
Amsterdam di atas pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA-974.
Kematiannya diakibatkan oleh racun rsenic dalam jumlah tinggi menurut hasil forensi
dari Institut Forensik Belanda (NFI). Atas kasus ini, organisasi HAM di Indonesia
membawa kasus ini ke Komisi HAM PBB, karena Munir salah satu tokoh HAM
internasional.

2. Kasus Kerusuhan di Timor-Timor Setelah Referendum 1999

Timor Leste dulunya adalah salah satu provinsi di NKRI, tetapi pada referendum
yang dilakukan tahun 1999 akhirnya Timor Leste menyatakan pisah dari NKRI. Hasil
referendum ini menimbulkan gejolak sosial yang hebat, sehingga terjadi kerusahan
massal dan pembakaran besar-besaran di wilayah tersebut, termasuk pembakaran
di kota Dili. Menurut KPP HAM, kasus Timor-Timor ini termasuk kasus pelanggaran
HAM yang berat.

3. Kasus Pembunuhan Theys Hiyo E Luay (Tahun 2001)

Theys Hiyo adalah Ketua PDP atau Presidium Dewan Papua, ia meninggal secara
tidak wajar tanggal 11 November 2011. Ia meninggal di dalam mobil yang ia
tumpangi setelah mengikuti acara sumpah pemuda, sopir mobilnya dikabarkan
melarikan diri. Pada saat itu Theys sedang mengikuti persidangan atas dugaan
makar dari wilayah NKRI dengan mendirikan negara merdeka Papua.

4. Kasus Pembunuhan Aktivis Buruh : Marsinah

Marsinah adalah aktivis buruh dan karyawati dari perusahaan PT CPS, ia ditemukan
meninggal di Dusun Jegong, Nganjuk, Jatim tanggal 9 Mei 1993. Meninggalnya
marsinah diduga keras karena keterlibatannya dalam demo buruh terhadap PT CPS
pada tanggal 3 & 4 Mei 1993. Pada  tanggal 30 September 1993, dibentuk tim untuk
menyelidiki kematiaanya. Dari hasil investigasi ditetapkan 10 orang yang terduga
terlibat dalam pembunuhan tersebut, tetapi dari hasil persidangan semuanya bebas.
Sehingga menimbulkan ketidakpuasan yang meluas di masyarakat.

5. Kasus Tanjung Priok tahun 1984

Pada tanggal 12 September 1984, terjadi bentrokan hebat di Tannjung Priok


sehingga jatuh korban setidaknya 79 orang, 54 luka-luka dan 24 meninggal. Dalam
kasus itu, Komnas HAM menduga ada pelanggaran ham berat berupa :
pembunuhan kilat, penangkapan, penyiksaan, dan penghilangan orang dengan
paksa.

Dalam upaya penegakan HAM di Indonesia tentu saja ada hambatan dan tantangan
yang dihadapi. Berikut ini adalah hambatan dan tantangannya :

Hambatan Penegakan HAM di Indonesia

Dalam penegakan HAM, hambatannya bisa dibagi menjadi dua yaitu :

1. Hambatan HAM dari Luar Negeri

Hambatan dari luar negeri yang paling besar adalah masuknya ideologi-ideologi ke
Indonesia. Ideologi ini tentu saja bertentangan dengan ideologi yang di anut oleh
Indonesia yaitu ideologi Pancasila.

Ideologi yang dari luar negeri adalah ideologi liberalisme, yang mengajarkan
manusia sebagai makhluk yang bebas dan merdeka. Dalam pemikiran ini kaum
liberal menginginkan agar negara tidak terlalu ikut campur dalam berbagai urusan,
seperti ekonomi, agama, dll. Sepintas bagus, tetapi jika dibiarkan akan terjadi
kesenjangan sosial dan pelanggaran HAM hebat.

Ideologi lain seperti ideologi islam keras, yaitu ideologi yang ingin mendirikan negara
khilafah di Indonesia. Padahal Indonesia ini adalah Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan Indonesia juga didirikan atas
persetujuan banyak agama dan kelompok tidak hanya umat islam saja.

Jika ideologi dan pemikiran islam keras ini berlanjut maka akan terjadi pergolakan
seperti yang terjadi di timur tengah.

2. Hambatan HAM dari Dalam Negeri

Selain dari faktor eksternal, penegakan HAM juga ada hambatan dari dalam negeri
yaitu dalam hal keadaan geografis dan wilayah Indonesia. Negara ini sangat luas,
dan wilayahnya didominasi dengan laut, sehingga aksesnyapun tidaklah mudah.

Karena keadaan geografis dan infrastruktur yang tidak mendukung maka akan
menjadi hambatan besar saat pemerintah ingin memberikan sosialisasi HAM di
daerah-daerah terpencil. Hambatan lain adalah manusia-manusianya yang masih
belum terlalu sadar akan pentingnya penegakan HAM, dalam hal ini bisa pada
penegak hukum yang masih menyalah gunakan kekuasaannya.

Tantangan Penegakan HAM di Indonesia

Tantangan penegakan HAM adalah makin banyaknya pelanggaran-pelanggaran


HAM yang terjadi, dan kasus pelanggaran-pelanggaran yang tidak terselesaikan, dll.

Pada umumnya tantangan pengakan HAM antara lain :


1. Perhatian masyarakat dan media massa lebih terarah pada teroris dan
korupsi daripada penanganan kasus HAM (harusnya berimbang).
2. Terjadinya dendam masa lalu, yaitu karena di masa lalu mengalami ketidak
adilan. Jika dibiarkan akan menimbulkan gejolak di masyarakat.
3. Tidak profesionalnya penegak hukum / instansi terkait dalam penegakan ham.
4. Masih maraknya budaya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
5. Lemahnya kekuatan masyarakat / civil society yang bisa menekan
pemerintahan untuk mengakkan HAM.

Instrumen HAM Internasional

Selain berupa undang-undang yang telah dijelaskan, HAM juga dilindungi dengan
hukum internasional. Adapun instrumen-instrumen HAM internasional sebagai
berikut :

1. Hukum Kebiasaan adalah praktik umum yang diterima sebagai hukum, dan


menjadi salah satu sumber hukum di Mahkamah Internasional untuk
menyelesaikan sengketa internasional.
2. Piagam PBB
3. The International Bill of Human Rights
4. Traktat-traktat pada bidang Khusus HAM
1.  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

MPR adalah lembaga negara (bukan lagi lemabag tertinggi setelah amandemen
UUD 1945) yang terdiri dari seluruh anggota DPR dan anggota Dewan terpilih dalam
pemilu legislatif. Masa jabatan lima tahun MPR sebagai istilah Parlemen dan Dewan
dan Majelis harus mengadakan setidaknya sekali dalam masa jabatan di ibukota
negara.

Fungsi, tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dan menetapkan Konstitusi


2. Menginstall presiden dan wakil presiden
3. Letakkan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya sesuai
Konstitusi

Hak dan Kewajiban anggota Majelis dalam melaksanakan tugas dan


wewenangnya.

 Mengusulkan perubahan pasal-pasal UUD.


 Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
 Memilih dan dipilih
 Membela diri
 Imunitas
 Protokoler
 Keuangan dan administrasi

Kewajiban Anggota Majelis

1. Menjalakan Pancasila
2. Menjalankan undang-undang 1945 dan peraturan
3. Menjaga integritas Republik dan kerukunan nasional
4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan kelompok
5. Melaksanakan peran sebagai wakil rakyat dan wakil daerah

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR adalah lembaga negara yang berfungsi sebagai badan perwakilan rakyat.
Anggota Parlemen dipilih oleh pemilu legislatif yang diikuti pembawa anggota
kandidat partai politik Perwaklian legislatif.
Dewan terdiri dari Dewan Rakyat (Pusat) dan Dewan (area). Keanggotaan DPR
yang berjumlah 560 orang menurut UU Pemilu Nomor 10 tahun 2008 diresmikan
dengan keputusan presiden untuk masa jabatan 5 tahun. Masa jabatan berakhir
ketika anggota parlemen baru memberikan sumpah / janji oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam rapat paripurna.

Kewenangan DPR

1. Membuat Undang-undang Hukum (fungsi legislasi)


2. Menetapkan anggaran negara (fungsi anggaran)
3. Mengawasi pemerintah dalam melaksanakan undang-undang (fungsi
pengawasan)

Hak-hak anggota DPR

1. Hak interpelasi
2. Hak Angket
3. Hak Aspirasi

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19-22 UUD 1945. Susunan DPR ditetapkan
dalam Undang – Undang dan DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
( Pasal 19 ). Mengingat keanggotaan DPR merangkap keanggotaan MPR maka
kedudukan Dewan ini adalah kuat dan oleh karena itu tidak dapat dibubarkan oleh
Presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara.

DPR memiliki kekuasaan membentuk UU ( pasal 20 ayat 1 ). Hal ini berbeda dengan
UUD 1945 sebelum amandemen 2002, dimana DPR nampak lebih pasif karena
sesuai dengan UUD sebelum amandemen pasal 20, DPR dapat menyetujui RUU
yang diusulkan pemerintah, dan pasal 21 berhak mengajukan RUU. Menurut hasil
amandemen 2002, DPR memiliki kekuasaan membentuk UU dan mempunyai hak
inisiatif yaitu hak untuk mengajukan RUU ( Pasal 21 ayat 1 ).

Pasal 20 ayat (3) UUD 1945 menetapkan, bahwa jika RUU yang diajukan
pemerintah tidak mendapat persetujuan DPR, maka RUU itu tidak boleh diajukan
lagi dalam persidangan DPR pada masa itu. Pasal 21 ayat (2) dinyatakan bahwa
apabila RUU yang dikeluarkan DPR tidak disahkan Presiden, maka tidak boleh
diajukan dalam persidangan DPR pada masa itu.Dalam pasal 22 UUD 1945, Perpu
harus mendapat persetujuan dari DPR.

Dengan adanya wewenang DPR seperti diatas, maka sepanjang tahun dapat terjadi
musyawarah yang teratur antara Pemerintah dengan DPR dalam menentukan
kebijaksanaan dan politik pemerintah.

Dalam pembentukan UU APBN harus ada persetujuan dari DPR. Jika DPR menolak
untuk memberikan persetujuannya terhadap anggaran yang diusulkan pemerintah,
maka pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu ( Pasal 23 ayat 3 ). Dalam suatu
kabinet Parlementer, penolakan terhadap RAPBN dapat mengakibatkan berhentinya
Menteri yang bersangkutan, bahkan juga kabinet seluruhnya.Dalam hal ini, UUD
1945 menganut sistim pemerintahan Presidensiil tidak mengakibatkan Pemerintah
atau Menteri harus diberhentikan.

Wewenang Anggota DPD

1. Lembaga negara baru sebagai ukuran akomodasi untuk representasi


kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
penghapusan utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota Majelis.
2. Keberadaan ini dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Republik
Indonesia.
3. Dipilih langsung oleh rakyat di daerah melalui pemilu.
4. Memiliki kewenangan untuk mengusulkan dan berpartisipasi dalam
pembahasan RUU dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
RUU lain yang berkaitan dengan kepentingan daerah.

4. Presiden dan Wakil Presiden

Menurut sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen


2002, bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka Presiden memiliki legitimasi yang lebih kuat dibandingkan dengan
UUD 1945 sebelum amandemen.Demikian pula terjadi pergeseran kekuasaan
pemerintahan dalam arti, kekuasaan presiden tidak lagi dibawah MPR melainkan
setingkat dengan MPR.Namun hal ini bukan menjadi diktator, sebab jika Presiden
melakukan perbuatan melawan hukum atau melanggar konstitusi maka MPR dapat
melakukan impeachment, yaitu memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya
pasal 3 angka (3).
Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, Presiden dapat meminta pertimbangan
kepada suatu Dewan Pertimbangan. Sebelum amandemen, Dewan Pertimbangan
ini disebut Dewan Pertimbangan Agung ( Pasal 16 UUD 1945 ) yang kedudukannya
setingkat dengan Presiden dan DPR.

Adapun Wakil Presiden adalah pembantu Presiden dalam menyelenggarakan


pemerintahan sehari-hari. Apabila Presiden berhalangan hadir atau tidak dapat
menjalankan tugas karena sesuatu hal, mati, sakit atau karena sebab lainnya,
bahkan apabila Presiden mangkat atau mengundurkan diri, maka jabatan presiden
diisi oleh Wakil Presiden secara otomatis.

Kewenangan Presiden sebagai kepala negara

1. Membuat perjanjian dengan negara-negara lain melalui persetujuan DPR


2. Mengangkat duta dan konsul
3. Menerima duta besar dari negara-negara asing
4. Memberikan gelar, dekorasi, tanda-tanda kohormatan untuk warga negara
atau orang asing yang memberikan kontribusi untuk Indonesia.

Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan

 Menjalankan kewenangan sesuai konstitusi pemerintah


 Berhak untuk mengajukan tagihan ke DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah
 Menegakkan Konstitusi dan menjalankan hukum dan peraturann dengan
lurus, benar dan baik untuk Nusa dan Bangsa
 Memeberi grasi dan rehabilitasi
 Memberikan amnesti dan abolisi dengan pertimbangan dpr

Selain kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden adalah panglima tertinggi
tentara yang memiliki kewenangan sebagai berikut:

1. Menyatakan perang, damai, perjanjian dengan negara-negara lain dengan


persetujuan DPR
2. Membuat perjanjian internasional dengan persetujuan Parlemen
3. Menyatakan keadaan darurat

5. Mahkamah Agung (MA)


Menurut Pasal 24 UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
merdeka untuk melaksanakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.Kekuasaan peradilan dilaksanakan oleh MA dan badan peradilan yang
berada dibahnya dalam lingkungan peradilan umum dan agama. Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji Peraturan Perundang-Undangan
di bawah UU, dan memiliki kewenangan lain yang diberikan oleh UU, pasal 24A ayat
(1).

Calon Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat
persetujuan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden, ayat
(3).Ketua dan wakil ketuan MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung, ayat (4).

UUD 1945 tidak memberikan hak menguji materiil kepada MA karena dengan
adanya hak menguji materiil maka MA akan melampaui kewenangannya
menegakkan peraturan perundangan dan akan menimbulkan kekosongan hukum.

Kewenangan Mahkamah Agung, antara lain:

1. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yang memegang


kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)].
2. Memiliki weweang banding, pengujian peraturan undang-undang dibawah UU
tersebut
3. Mengusulkan tiga anggota hakim konstitusi
4. Memberikan pertimbangan (presiden mengajukan grasi)

6. Mahkamah Konstitusi (MK)

Tentang MK diatur dalam Pasal 24C UUD 1945, yaitu:

 Ayat (1)

“ MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya


bersifat final, untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan hasil pemilu.”
 Ayat (2)

“ MA wajib menberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran


oleh Presiden dan/ Walpres menurut UUD. “

 Ayat (3)

“ MK memiliki sembilan orang anggota hakim konstitusi, yang ditetapkan oleh


Presiden yang masing – masing diajukan tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR
dan tiga orang oleh Presiden. “

Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat


(1) dan (2)

1. Mengadili pada Uji pertama dan terakhir dari Undang-Undang Dasar,


2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan konstitusi,
3. Pembubaran partai politik,
4. Memberi titik terang tentang perselisihan hasil pemilu.

Selain itu, Mahkamah juga diminta untuk memberikan keputusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden atau Wakil Presiden menurut
UUD. Dengan kewenangan tersebut, jelas bahwa Mahkamah berhubungan dengan
semua instansi yang bekerja di bawah prosedur negara bahwa jika ada sengketa
antar lembaga negara atau dalam hal proses judicial review yang diajukan oleh
lembaga negara di MK

7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan dalam UUD 1945 diatur di dalam Pasal 23E –
23G.Badan Pemeriksa Keuangan dibentuk tanggal 1 Januari 1947 berdasarkan
Penetapan Pemerintah 1946 No. 11/UM.Presiden RI menetapkan berdirinya BPK.

Dalam reformasi dewasa ini salah satu hal yang snagat penting dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara adalah pengelolaan keuangan negara secara
transparan.Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPRD
dan DPD, sesuai dengan kewenangannya Pasal 23E ayat (2).Hasil pemeriksaan
tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/ Badan sesuai dengan UU
Pasal 23E ayat (3).Dalam reformasi ini, peran BPK sangat penting karena salah satu
agenda utama dalam reformasi adalah memberantas KKN.Oleh karena itu, sistim
pemeriksa keuangan negara melalui BPK ini harus benar-benar mampu
membersihkan praktek – praktek korupsi.
Wewenang Anggota BPK

1. Anggota BPK dipilih dengan mempertimbangkan Parlemen DPD.


2. Kewenangan untuk mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
(APBN) dan daerah (APBD) dan menyajikan hasil pemeriksaan kepada DPR
dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
3. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
4. Mengintegrasikan peran BPK sebagai lembaga pengawas departemen yang
bersangkutan internal BPK.

8. Komisi Yudisial

Pasal 24 Aayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan bahwa calon yang diusulkan
Komisi Yudisial kepada DPR untuk disetujui. Keberadaan Komisi Yudisial tidak bisa
dipisahkan dari kekuasaan kehakiman.

Ketentuan ini bahwa posisi adalah posisi kehormatan bahwa hakim harus dihormati,
dilindungi, dan ditegakkan kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat
independen.

Dalam hubungannya dengan MA, tugas KY terkait dengan fungsi hanya


mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, sementara mengusulkan pengangkatan
hakim lainnya, sebagai hakim Mahkamah Konstitusi tidak terkait dengan KY.

Sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan


atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial memiliki kewenangan:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah


Agung kepada DPR untuk disetujui.
2. Menjaga kehormatan, martabat, dan perilaku hakim.
3. Menetapkan Kode dan / atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-
sama dengan Mahkamah Agung.
4. Mempertahankan dan menegakkan pelaksanaan Kode dan / atau Pedoman
Perilaku Hakim (KEPPH).
Tugas Komisi Yudisial

Berdasarkan Pasal 14 Undang-undang Nomor 18 tahun 2011, dalam otoritas


olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung ke DPR untuk
mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial memiliki tugas:

1. Menjalankan pendaftaran calon hakim agung


2. Menjalankan seleksi terhadap calon hakim agung
3. Penetapan calon hakim agung
4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Hubungan Antar Lembaga Negara

Berikut ini terdapat beberapa hubungan lembaga pemerintah negara indonesia,


terdiri atas:

 Hubungan antara Presiden dengan MPR  

Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai


wakil rakyat sesuai dengan UUD 1945 ( Pasal 1 ayat 2 ), disamping DPR dan
Presiden. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa baik Presiden
maupun MPR dipilih langsung oleh rakyat, Pasal 2 ayat (1) dan pasal 6A ayat (1).
Berbeda dengan kekuasaan MPR memurut UUD 1945 sebelum amandemen 2002
yang memiliki kekuasaan tertinggi dan mengangkat serta memberhentikan Presiden
dan/wakil presiden.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 hasil amandemen 2002, maka Presiden dapat
diberhentikan sebelum habis masa jabatannya baik karena permintaan sendiri atau
karena tidak dapat melakukan kewajibannya maupun diberhentikan oleh MPR.

Pemberhentian Presiden oleh MPR sebelum masa jabatan berakhir, hanya mungkin
dilakukan jikalau Presiden sungguh-sungguh telah melanggar hukum berupa (Pasal
7A) :

1. Penghianatan terhadap negara


2. Korupsi
3. Penyuapan
4. Tindak pidana berat lainnya
5. Perbuatan tercela
6. Terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau walpres
Tentang pemberhentian Presiden dan/ walpres  ini di atur lebih lanjut oleh UU No 21
Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai
Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/ Walpres.

 Hubungan antara Presiden dengan DPR  

Presiden dan DPR sama-sama memiliki tugas antara lain :

1. Membuat UU ( Pasal 5 ayat 1, 20 dan 21 ), dan


2. Menetapkan UU tentang APBN  ( Pasal 23 ayat 1 ).

Membuat UU berarti menentukan kebijakan politik yang diselenggarakan oleh


Presiden (Pemerintah). Menetapkan Budget negara pada hakekatnya berarti
menetapkan rencana kerja tahunan.DPR melalui Anggaran Belanja yang telah
disetujui dan mengawasi pemerintah dengan eksekutif.Di dalam pekerjaan untuk
membuat UU, maka lembaga-lembaga negara lainnya dapat diminta pendapatnya.

Sesudah DPR bersama Presiden menetapkan UU dan RAPBN, maka di dalam


pelaksanaannya DPR berfungsi sebagai pengawas terhadap
pemerintah.Pengawasan DPR terhadap Presiden adalah suatu konsekuensi yang
wajar (logis), yang pada hakikatnya mengandung arti bahwa Presiden
bertanggungjawab kepada DPR dalam arti partnership.

Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, dan dengan pengawasan tersebut maka
terdapat kewajiban bagi pemerintah untuk selalu bermusyawarah dengan DPR
tentang masalah-masalah pokok dari negara yang menyangkut kepentingan rakyat
dengan UUD 1945 sebagai landasan kerjanya.

Hal ini tetap sesuai dengan penjelasan resmi UUD 1945 dinyatakan bahwa Presiden
harus tergantung kepada Dewan.Sebaliknya, kedudukan DPR adalah kuat, Dewan
ini tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Oleh karena seluruh anggora DPR
merangkap menjadi anggota MPR, maka DPR dapat senantiasa mengawasi
tindakan-tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh-
sungguh melanggar Pidana atau konstitusi maka Majelis itu dapat melakukan sidang
istimewa untuk melakukan impechment.
Bentuk kerjasama DPR dan Presiden tidak boleh mengingkari partner
legislatifnya.Presiden harus memperhatikan, mendengarkan, berkonsultasi dan
dalam banyak hal, memberikan keterangan-keterangan serta laporan-laporan
kepada DPR dan meminta pendapatnya.Dengan adanya kewenangan DPR, maka
sepanjang tahun terjadi musyawarah yang diatur antara pemerintah dan DPR, dan
DPR mempunya kesempatan untuk mengemukakan pendapat rakyat secara kritis
terhadap kebijaksanaan dan politik pemerintah.

Apabila DPR menganggap Presiden melanggar melanggar Haluan Negara, maka


DPR menyampaikan memorandum untuk mengingatkan Presiden.Apabila dalam
waktu tiga bulan Presiden tidak memperhatikan memorandum DPR tersebut, maka
DPR menyampaikan memorandum yang kedua.Apabila dalam kurun waktu satu
bulan memorandum yang ke dua tidak diindahkan oleh Presiden, maka DPR dapat
meminta MPR mengadakan sidang istimewa untuk mengadakan impeachment.

Selain hubungan-hubungan diatas, Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan


perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Jadi dalam
hubungan Presiden dengan DPR, tidak dikenal sistem oposisi seperti dalam sistem
Parlementer, tetapi ada sistem koreksi yang konstruktif karena antara Presiden dan
DPR terdapat hubungan kerja yang erat.

4 Pilar Kebangsaan adalah soko guru (tiang penyangga yang kokoh) yang
membuat seluruh rakyat Indonesia merasa aman, nyaman, sejahtera, tentram dan
terhindar dari berbagai jenis gangguan dan bencana.

Suatu negara pasti memiliki sistem keyakinan atau belief system yang menjadi
landasan hidup seluruh rakyatnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sistem keyakinan tersebut berisikan konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh satu
negara. Banyak yang menyebut sistem keyakinan sebagai sebuah philosophische
grondslag (filosofi).

Satu pilar yang kuat dan kokoh akan mampu menangkal berbagai jenis gangguan
dan ancaman baik dari dalam negara itu sendiri maupun dari luar. Sistem keyakinan
yang dimiliki Indonesia haruslah mampu menjamin terwujudnya keamanan,
ketertiban, keadilan, kenyamanan dan kesejahteraan bagi semua warga negaranya.

Ketua MPR RI Taufiq Kiemas merupakan pencetus 4 pilar kebangsaan. Beliau


menerima gelar kehormatan dari universitas trisaki berupa gelar doctor honoris
apertura (H.C). Berikut adalah 4 pilar kebangsaan yang dicetuskan oleh beliau.

 Pancasila
 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 Bhineka Tunggal Ika

1. Pancasila

Pancasila merupakan landasan atau pilar pertama yang menyokong kekokohan


yang dimiliki bangsa Indonesia. Pemikiran tersebut muncul karena 5 sila yang
terdapat dalam pancasila merupakan wujud dari sistem kepercayaan (belief system)
yang dimiliki Indonesia.

Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara yang majemuk dengan


keanekaragaman yang dimilikinya. Oleh karena itu sistem kepercayaan yang dimiliki
diharapkan mampu mengakomodir atau menjembatani seluruh keberagaman
tersebut.

Sila pertama dalam pancasila berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Sila ini dapat
diterima oleh seluruh agama tanpa terkecuali. Masing-masing agama tentunya
memiliki Tuhan yang sembah. Sila ini memiliki maksud agar rakyat Indonesia
memiliki agama, memeluk keyakinan dan memiliki satu Tuhan yang disembah.

Kata ‘satu’ bukan berarti harus sama, selama rakyat Indonesia memiliki ‘satu’ nya
masing-masing maka itu sudah menjadi wujud pasti dari sila ini. Sila pertama ini
bahkan diakui sebagai common denominator oleh bangsa Indonesia.

Selanjutnya dalam sila kedua disebutkan ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’. Sila
ini merupakan wujud penghormatan atas hak asasi manusia yang dimiliki oleh
seluruh warga negara. Semua rakyat Indonesia pada dasarnya memiliki harkat dan
martabat yang sama.

Pengakuan tersebut didapatkan secara adil dan beradab. Yang terpenting adalah
pancasila dianggap sebagai pilar penyangga kokoh bagi bangsa Indonesia yang
pluralistik.
2. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar 1945 atau yang disingkat UUD 1945 menjadi pilar kedua
yang menyangga kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat luas dapat
memahami makna yang dimaksudkan dalam teks pembukaan UUD 1945.

Pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 merupakan batang tubuh. Oleh karena
itu, jika tidak memahami makna dari teks pembukaan UUD 1945 tidak akan mungkin
bisa mengevaluasi batang tubuh yang menjadi derivatnya.

3. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Masing-masing negara di dunia memiliki bentuk negaranya sendiri. Bentuk negara


yang dimiliki indonesia adalah negara kesatuan yaitu NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia).

Sebelumnya, para pendiri bangsa memiliki banyak pertimbangan untuk memiliki


NKRI sebagai bentuk negara Indonesia. Pertimbangan utamanya adalah karena
strategi devide et impera (pecah belah) yang dimiliki Belanda mampu membuat
mereka bertahan selama 350 tahun menjajah Indonesia.

Pada masa itu Indonesia masih terpecah belah dalam bentuk kerajaan.
Pertimbangan para pendiri bangsa terbukti mampu membuat Indonesia lebih kokoh
dan tidak mudah terpecah belah. Setelah berbentuk negara kesatuan taktik pecah
belah Belanda dapat dipatahkan dengan mudah.

4. Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika memiliki arti walau berbeda-beda namun namun tetap satu jua.
Semboyan ini merupakan semboyan negara Indonesia yang pertama kali dicetuskan
oleh Mpu Tantular.

Semboyan ini kemudian dituangkan Mpu Tantular dalam karyanya dengan bunyi
‘Bhinna Ika Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa’. Mpu Tantular sendiri
merupakan seorang pujangga di Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja
Hayamwuruk (1350-1389).

Pada masa itu, rakyat kerajaan Majapahit hidup rukun dengan berpegang pada
prinsip Bhineka Tunggal Ika. Seperti diketahui, rakyat Majapahit menganut berbagai
kepercayaan yang berbeda.

Oleh karena itu tujuan dari dibuatnya semboyan ini adalah untuk mencegah
perpecahan di kalangan masyarakat. Meskipun mereka menganut kepercayaan atau
agama yang berbeda, namun mereka tetap sama dalam satu pengabdian.

Sejarah Singkat 4 Pilar Kebangsaan


Sejarah tercetusnya 4 Pilar Kebangsaan diprakarsai oleh Taufiq Kiemas, ketua MPR
yang terpilih secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih, Taufiq secara
marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua fraksi MPR untuk membuat
sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan juga Pancasila.

Dari sinilah gagasan 4 pilar kebangsaan berawal. Gagasan ini dibuat untuk
menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta
mengamalkan pancasila.

Pada awal kemunculannya, gagasan 4 pilar kebangsaan dihadapkan pada kritik dan
perdebatan yang cukup keras. 4 pilar kebangsaan yang berasal dari Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dianggap tidak pantas disejajarkan.

Terutama karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari penetapan
tanggal lahirnya pancasila pada 1 juni 1945. Beberapa pihak berpendapat jika
pancasila lahir pada 18 agustus 1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar
negara Indonesia.

Namun secara perlahan, Taufiq Kiemas mampu meyakinkan seluruh pihak jika 1 juni
1945 menjadi hari lahirnya pancasila. Hal itu dikarenakan pada tanggal 1 juni 1945
Bung Karno pertama kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5
pokok dasar negara dihadapan sidang BPUPKI.

Sedangkan 18 agustus kini diperingati sebagai hari konstitusi karena pada hari itu
PPKI mengesahkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi negara.

Diplomasi Taufiq Kiemas yang lembut dan bergagasan membuat semua perdebatan
yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara konsisten selalu memperingati 1
juni sebagai hari lahirnya pancasila dan 18 agustus sebagai hari konstitusi.

Implementasi 4 Pilar Kebangsaan

Implementasi 4 Pilar Kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dari


hal yang sederhana. Salah satunya adalah peka terhadap lingkungan yang ada di
sekitar. Sebagai sesama warga negara tentunya kita harus saling tolong menolong
jika ada warga negara lainnya yang kesulitan.

Selain itu toleransi akan keberagaman juga perlu diperkuat. Seperti misalnya dalam
satu daerah ada banyak bangunan tempat ibadah, akan tetapi bangunan masjid
menjadi bangunan yang paling besar dan luas.

Kita harus memahami hal ini dikarenakan umat islam menjadi mayoritas dan
memiliki umat yang paling banyak. Oleh karena itu, bangunan masjid di bangun lebih
besar dan luas agar mampu menampung seluruh umatnya untuk beribadah.

Anda mungkin juga menyukai