Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERPAJAKAN

“Tax Planning PPh Pasal 21”

Dosen Pengampu : Ok Sofyan Hidayat, S.E., M.Si., Ak. CA.

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Perpajakan

Oleh :

Syarfika Amirah (7191220016)


Fahira Amalya (7193520005)
Nurul Izyan (7193220013)
Halima Tussa’diyah (7192220001)

AKUNTANSI NONDIK A 2019

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS


EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perpajakan yang
berjudul “Tax Planning PPh Pasal 21" ini dengan baik. Saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada:

1. Bapak Ok Sofyan Hidayat, S.E., M.Si., Ak. CA. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perpajakan, yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat belajar dan
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Orang tua, yang senantiasa memberi kami dukungan dalam perkuliahan baik dalam
memberikan

semangat maupun dana sehingga kami dapat membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu kami sangat menantikan kritik maupun saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
saya ucapkan terimakasih.

Medan, 18 September 2020

Penulis

i3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Pasal 21 ................................................................................................ 3

B. Undang-Undang PPh Pasal 21 ....................................................................................... 3

C. Wajib Pajak PPh Pasal 21 .............................................................................................. 3

D. Objek Pajak PPh Pasal 21 ............................................................................................. 4

E. Metode Pemotongan PPh Pasal 21 ................................................................................. 6

F. Tarif PPh Pasal 21 ......................................................................................................... 7

G. Tarif Progresif PPh Pasal 21.......................................................................................... 7

H. Rumus dan Cara Perhitungan PPh Pasal 21 ................................................................... 8

I. Komponen Perhitungan PPh Pasal 21 ........................................................................... 10

J. Cara Pelaporan SPT PPh Pasal 21 ................................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan usaha bisnisnya, tentu perusahaan melakukan upaya untuk


memaksimalkan laba usahanya. Dengan laba yang tinggi, perusahaan akan mendapat
kepercayaan dari investor dan juga kreditur, sehingga perusahaan mendapat modal untuk
melakukan kegiatan operasional perusahaan. Hampir seluruh kehidupan dan
perkembangan dunia usaha dipengaruhi oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar, bahkan dari tahun ke tahun jumlah
penerimaan Negara dari perpajakan dalam APBN selalu meningkat, misalkan dalam
dibuktikan, diambil contoh APBN tahun 2011, pada penerimaan dalam negeri sebesar
77,55 % adalah berasal dari pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan hal yang potensial
dan penting bagi pendapatan Negara. Ketentuan perpajakan telah mengalami reformasi
melalui beberapa kali perubahan pada sistem perpajakan nasional.

Sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia adalah sistem self assessment,
yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2011). Selain dari pada itu
Wajib Pajak diwajibkan pula melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan
yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting untuk membiayai
pengeluaran, baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Pemerintah pun menjadikan pajak sebagai alat kebijakan moneter. Bagi perusahaan atau
pelaku usaha, pajak menjadi beban yang memengaruhi laba bersih. Baik omset ataupun
laba bersih perusahaan merupakan salah satu objek pajak yang akan dihitung besar
pajaknya kemudian disetorkan kepada Negara. Perubahan demi perubahan dalam
peraturan perpajakan menuntut wajib pajak baik orang pribadi atau badan usaha untuk
selalu mengikuti setiap perubahan peraturan perpajakan.

Untuk dapat melakukan penghematan terhadap pajak, terutama Pajak Penghasilan


orang pribadi dan badan dapat dilakukan dengan perencanaan pajak pada biaya-biaya
yang berkaitan dengan kesejahteraan bagi karyawan, antara lain melalui pemberian
penghasilan kepada karyawan. Selain itu melakukan prosedur perhitungan, pemotongan,

1
dan penyetoran atas PPh 21 atas karyawan secara benar akan menghindarkan perusahaan
dari pemeriksaan ataupun sanksi yang bersifat pemborosan. Tanggungan beban pajak PPh
21 karyawan akan memengaruhi besarnya laba perusahaan. Semakin besar beban pajak
yang berasal dari PPh 21 atas karyawan maka laba perusahaan akan semakin kecil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER -32/PJ/2015, PPh


21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri.

B. Undang-Undang PPh Pasl 21

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sampai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008


tentang Pajak Penghasilan.

2. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan


pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
Orang Pribadi.

3. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang pedoman teknis tata cara
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.

4. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang penetapan bagian


penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta
pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan menimbang Pajak
Penghasilan.

5. Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.

6. Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan


Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.
C. Wajib Pajak PPh 21

Dalam Wajib Pajak atas PPh Pasal 21 adalah pegawai, penerima uang pesangon,
pensiun, tunjangan hari tua, jaminan hari tua, ahli waris dan Wajib Pajak kategori bukan
3
pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian
jasa. Wajib pajak yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari akuntan, arsitek,
pengacara, dokter, konsultan, aktuaris, penilai, dan notaris.

2. Bintang film, pemain musik, penyanyi, pembawa acara, bintang iklan, bintang sinetron,
peragawan, kru film, sutradara, foto model, pelukis, pemain drama, penari, pemahat,
dan seniman lainnya.

3. Olahragawan, pelatih, penyuluh, pengajar, penasihat, moderator, dan penceramah.

4. Peneliti, pengarang, dan penerjemah.

5. Penyedia jasa komputer dan sistem aplikasi, fotografi, teknik, telekomunikasi, ekonomi,
elektronika, sosial dan penyedia jasa kepanitiaan.

6. Petugas dinas luar asuransi, direct selling, distributor perusahaan multi-level marketing,
petugas penjaja barang dagangan.

7. Dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap perusahaan atau anggota
dewan komisaris. Penerima penghasilan atas keikutsertaan dalam kegiatan seperti
peserta perlombaan dan seni dalam segala bidang termasuk perlombaan olahraga,ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, ketangkasan dan jenis perlombaan lainnya.

8. Peserta pertemuan, sidang, konferensi, kunjungan kerja, dan peserta rapat. Peserta
pendidikan dan pelatihan, peserta kegiatan lainnya.

9. Mantanpegawai.

D. Objek Pajak PPh Pasal 21

a. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

 Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
 Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
4
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran
lain sejenis.
 Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
 Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
 Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

b. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

 Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa.
 Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,
merupakan penerimaan.
 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari
tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
 Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
 Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) huruf l Undang-Undang
Pajak Penghasilan.

5
E. Tarif PPh Pasal 21

Tarif Pajak yang dimuat pada PPh Pasal 21 dibebankan kepada Wajib Pajak yang telah
berpenghasilan. Namun, sebelumnya Anda harus mengetahui terlebih dahulu tentang besaran
Penghasilan Kena Pajak (PKP) PPh Pasal 21 yang diatur dalam peraturan Direktorat Jenderal
Pajak sebagai berikut.

1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan Kena


Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP
sebesar Penghasilan Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
terbaru. Sementara pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.Sedangkan untuk
pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015
Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar 50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP dalam satu bulan.

2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal
Pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Maka tidak
termasuk dalam PPh Pasal 21.

Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib Pajak tidak akan dikenakan pajak
penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak lebih dari
Rp54.000.000,-. Objek Penghasilan Tidak Kena Pajak dipaparkan sebagai berikut.

 Rp54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi.


 Rp4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
 Rp54.000.000,- untuk istri yang memiliki jumlah penghasilan tersebut telah
digabung dengan penghasilan suami.

6
 Rp4. 500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga kandung serta keluarga
dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

F. Tarif Progresif PPh Pasal 21

Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif
progresif sebagai berikut:

1) Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar 5%.
2) Penghasilan Rp50.000.000,- sampai dengan Rp250.000.000,- per tahun dikenakan tarif
pajak sebesar 15%.
3) Penghasilan Rp250.000.000,- sampai Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif sebesar
25%.
4) Penghasilan di atas Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif pajak sebesar 30%.

Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20%
lebih tinggi daripada Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.

G. Rumus dan Cara Perhitungan PPh pasal 21

Perhitungan PPh 21 dilakukan dengan mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan
Pajak atau jumlah bruto dari penghasilan yang ditetapkan. Umumnya penghasilan yang
diterima atau diperoleh tersebut akan dikurangi dengan unsur pengurang yang juga
ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rumus cara menghitung PPh 21 sebagai
berikut:

PPh 21 = Tarif Pajak x (Penghasilan – Pengurang)

Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP, perhitungan dilakukan
dengan mengalikan 120% dengan total pajak yang terutang.

PPh 21 yang harus dibayar = 120% x PPh 21 Terutang

7
H. Cara Pelaporan SPT PPH 21

Berdasarkan situs Online pajak, terdapat komponen-komponen yang harus


diikutsertakan dalam perhitungan PPh 21, seperti:

a. Penghasilan bruto
Dalam hal ini yang termasuk ke dalam penghasilan bruto (penghasilan kotor)
yaitu penghasilan rutin yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam
jangka waktu tertentu, meliputi gaji pokok dan tunjangan/insentif (tunjangan
makan, tunjangan transportasi, dan semacamnya).

b. Penghasilan tidak rutin


Beberapa penghasilan yang masuk dalam kategori ini yaitu upah dalam bentuk
bonus, THR (Tunjangan Hari Raya Keagamaan), serta upah lembur.

c. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayar perusahaan


Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA) yang
tinggal di Indonesia selama lebih dari enam bulan, wajib memiliki dan
menjadi anggota BPJS.Program asuransi kesehatan ini diselenggarakan oleh
pemerintah dan wajib ada di setiap perusahaan. Di mana pembayar annya
dihitung berdasarkan persentase dari gaji atau upah yang diperoleh.

d. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah sebuah kompensasi dan rehabilitasi
bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja terhitung mulai berangkat
kerja sampai tiba kembali di rumah, atau menderita penyakit lain yang
berkaitan dengan pekerjaan.Iuran JKK ini dibayarkan sepenuhnya oleh
perusahaan. Besarnya iuran JKK dikelompokkan berdasarkan jenis usaha dan
tingkat risikonya.

 Kelompok I : premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan.

 Kelompok II : premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan.

 Kelompok III : premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan.

 Kelompok IV : premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan.


8
 Kelompok V : premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.

e. Jaminan Kematian (JK)

Jaminan ini diperuntukkan bagi ahli waris dari anggota program BPJS
Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Dalam hal
ini, kamu wajib menanggung iuran program Jaminan Kematian (JK) sebesar
0,3% dari gaji bulanan yang kamu peroleh.

f. JaminanKesehatan
Terhitung sejak Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yaitu sebesar 5%
dari gaji bulanan (gaji pokok dan tunjangan tetap). Di mana 4% dibayar oleh
perusahaan (pemberi kerja) dan 1% dibayar oleh pegawai.Batas tertinggi gaji
bulanan yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran jaminan kesehatan
adalah dua kali PTKP dengan status kawin dan memiliki 1 anak. Untuk
keluarga lainnya, yaitu terdiri dari anak keempat dan seterusnya, serta
orangtua dan mertua, besar iurannya yaitu 1% per orang (dipotong dari gaji
bulanan).
g. TunjanganPPh21(jikaada)
Bagi perusahaan yang memberi tunjangan PPh 21 kepada para pegawainya
(penuh atau sebagian), maka jumlah tunjangan PPh 21 ini dijadikan komponen
tambahandaripenghasilanbruto.Sementara u ntuk metode perhitungan gaji bagi
pegawai yang menerima tunjangan PPh 21 adalah metode gaji bersih.
h. TunjanganBPJS(jikaada)
Bagi perusahaan yang memberi tunjangan BPJS (JKK, JK, JP, atau Jkes)
secara penuh, maka tunjangan BPJS ini dijadikan komponen tambaha n dari
penghasilan bruto. Metode perhitungannya juga menggunakan metode gaji
bersih.
i. Pengurangpenghasilanbruto
Biaya-biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto yaitu:

 Biaya jabatan (staf hingga direktur) – Biaya ini diasumsikan sebagai


pengeluaran selama setahun yang berhubungan dengan pekerjaan.
Berdasarkan PER-16/PJ/2016, biaya jabatan yaitu sebesar 5% dari
penghasilan bruto, maksimal Rp500.000/bulan atau Rp6.000.000/tahun.

9
 Biaya pensiun – Berdasarkan PER-16/PJ/2016, besarnya biaya pensiun yaitu
5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp200.000/bulan atau
Rp2.400.000/tahun.

Iuran BPJS yang dibayarkan pegawai – Dalam hal ini yang termasuk dalam
iuran BPJS sebagai pengurang penghasilan bruto yaitu:

 Jaminan Hari Tua (JHT); Jumlah iuran JHT yang ditanggung


perusahaan sebesar 3,7% dan yang ditanggung pegawai sebesar
2%.
 Jaminan Pensiun (JP); Jumlah iuran JP yang ditanggung
perusahaan sebesar 2% dan yang ditanggung pegawai sebesar 1%.
 Jaminan Kesehatan (JKes); Jumlah iuran yang ditanggung pegawai
yaitu sebesar 1%.

I. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) – PTKP menjadi salah satu komponen
yang cukup penting dalam perhitungan PPh Pasal 21. PTKP ini merupakan
jumlah nilai penghasilan bruto bagi wajib pajak yang tidak dikenakan pajak.

J. Cara Pelaporan SPT PPH 21

Menurut R. Santoso Brotodiharjo ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh
war SPT Masa PPh Pasal 21 adalah Surat Pemberitahuan untuk melaporkan tentang Pajak
Penghasilan karyawan di Indonesia. Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan
berikutnya, diikuti oleh batas akhir waktu lapor pajak yaitu setiap tanggal 20. Untuk
mengetahui lebih jelas tentang cara lapor pajak PPh 21, berikut tahapan yang wajib Anda
ketahui:

 Login di aplikasi e-Faktur dengan akun PKP yang sudah Anda miliki. Masukkan NPWP
dan password serta kode keamanan yang tertera.
 Akan muncul pilihan a menu yaitu e-Billing, e-Form, dan e-Filing. Klik e-Filing untuk
melaporkan SPT PPh 21. Pilih file SPT Masa PPh Pasal 21 yang ingin Anda laporkan
(dalam bentuk CSV dan PDF) namun pastikan nama kedua file tersebut sudah sama.
Setelah itu Anda dapat klik “Start Upload” maka akan muncul pesan bahwa
proses upload selesai.
10
 Selanjutnya Anda akan diminta untuk meminta kode verifikasi. Klik “oke” dan akan
muncul kode rincian SPT yang akan dilaporkan serta kolom kode verifikasi. Segera
ambil kode verifikasi dengan klik link yang dimaksud. Anda bisa copy kode verifikasi
yang dikirimkan ke email Anda dan masukkan ke kolom kosong. Sesudah memastikan
SPT dan kode verifikasi sudah benar, klik “Kirim SPT”.

Selanjutnya cek email kembali untuk memastikan Anda mendapat tanda terima Laporan SPT
Masa PPh 21 secara online atau Bukti Penerimaan Elektronik (BPE). Simpan bukti tersebut
sebagai tanda Anda sudah berhasil melakukan cara lapor SPT Masa PPh Pasal 21 online.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak
bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak.Pajak Penghasilan Pasal
21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
Penghasilan Tidak Kena Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan terhadap
penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam
menghitungpenghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar
wajib pajak di Indonesia.Dasar Hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 di Indonesia yang
terbaru adalah :Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian
Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi serta Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan
Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang .Pajak merupakan penyumbang terbesar bagi kas negara.
Ingat, bayarlah pajak sesuai dengan UU yang berlaku. Demikianlah kesimpulan ini, Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arham, M.I. (2016). Analisis Perencanaan Pajak Untuk PPh Pasal 21 Pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Tuminiting. Jurnal EMBA. 4. (1) Maret 2016: 077-086
https://koinworks.com/blog/apa-itu-pph

13

Anda mungkin juga menyukai