Anda di halaman 1dari 20

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.

1 (2013)

TERAPI KOGNITIF DAN RELAKSASI UNTUK MENINGKATKAN


OPTIMISME PADA PENSIUNAN UNIVERSITAS X
Sendy Limono

Abstrak
Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah optimisme dapat ditingkatkan
dengan menggunakan terapi kognitif dan relaksasi dengan mengendalikan distorsi
kognitif pada subjek pensiunan Universitas X. Desain penelitian adalah quasi-
experiment (N=2), subjek penelitian dipilih menggunakan purposive non-random
sampling. Data diperoleh dari observasi dan wawancara, modifikasi angket
optimisme LOT-R (Revised Life Orientation Test), dan catatan harian. Data
dianalisis secara kualitatif dari perubahan skor pre test dan post test aspek
optimisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mampu meningkatkan
optimisme dengan mengendalikan distorsi kognitif.

Kata Kunci: terapi kognitif, relaksasi, optimisme, distorsi kognitif.

Tubuh manusia memiliki batas pensiunan karena kurangnya


dan semakin lama semakin menurun persiapan untuk menghadapi masa
kondisinya, terdapat masa ketika pensiun. Individu yang memiliki
individu tiba waktunya untuk harapan baik tentang masa depan
berhenti bekerja yang sering disebut ternyata kurang memiliki antisipasi,
dengan masa pensiun. Schwartz sehingga tidak yakin dalam
(dalam Hurlock, 1994) mengatakan menghadapi rintangan yang muncul
bahwa pensiun merupakan masa di masa pensiun. Berbagai perubahan
transisi ke pola hidup baru, seperti kondisi fisik yang menurun,
sedangkan menurut Kamus Besar pendapatan berkurang, berkurangnya
Bahasa Indonesia (2008) pensiun relasi sosial, dan berbagai perubahan
adalah tidak bekerja lagi karena masa lainnya menyebabkan individu
tugas telah selesai. Pada masa mengalami kecemasan dalam
pensiun usia individu semakin tua menghadapi masa pensiun.
dan tidak seproduktif selagi masih Seharusnya individu optimis dalam
muda, hal ini menimbulkan berbagai memandang masa depan, tetapi
gejolak emosi yang muncul pada individu menunjukkan pesimisme
pensiunan. Kecemasan muncul pada

1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

karena terdapat hal-hal di masa lebih cenderung mengantisipasi


depan yang dikhawatirkan. bencana. Perbedaan ini memiliki
dampak penting, bagaimana individu
Istilah optimisme dan
mengatasi stres (Carver & Scheier,
pesimisme diterapkan pada cara
1999; Scheier & Carver, 1992, dalam
berpikir individu dalam menyikapi
Lopez & Snyder, 2003). Optimisme
penyebab kejadian dalam kehidupan
dan pesimisme menjadi penting
mereka sehari-hari (Seligman, 1991).
karena berhubungan dengan hasil
Optimis adalah anggapan individu
fisik maupun psikologis yang
bahwa hal yang baik akan terjadi dan
meliputi gejala kesehatan, intensitas
pesimis merupakan anggapan bahwa
gejala fisik, simtomatologi depresi,
hal buruk yang akan terjadi padanya
penyesuaian terhadap penyakit yang
(Carver and Scheier, dalam Lopez
diderita, dan pemulihan dari operasi
dan Snyder, 2004). Carver and
(Scheier dan Carver, 1992, dalam
Scheier (1985, dalam Snyder dan
Brenes, Rapp, Rejeski, Miller, 2002).
Lopez, 2007) mendefinisikan
Pesimis berhubungan dengan
optimisme sebagai harapan dalam
kecemasan, stres, self-rated
mencapai target yang diinginkan, dan
kesehatan, depresi simtomatologi
merupakan kecenderung individu
serta berkorelasi dengan tingkat
untuk stabil dalam harapan baik dari
keparahan penyakit (Brenes, Rapp,
pada yang buruk. Terdapat lima
Rejeski, Miller, 2002). Optimis dan
aspek dalam optimisme yaitu
pesimis dapat muncul dalam waktu
harapan, keyakinan, antisipasi,
yang bersamaan dalam suatu waktu
pendayagunaan waktu, dan relasi
tertentu tetapi pada hal yang berbeda.
sosial (Marshall dkk, 1992;
Perubahan yang ada dari waktu ke
Robinson-Whelen dkk, 1997; Scheier
waktu dan situasi membutuhkan
dan Carver, 1985 dalam Brenes,
pengukuran keadaan (Lopez &
Rapp, Rejeski, Miller, 2002).
Snyder, 2003). Pada penelitian ini,
Optimisme seharusnya peneliti berfokus untuk mengukur
menganggap kesulitan dapat diatasi optimisme pada situasi masa
dengan sukses, sedangkan pesimis pensiun.
2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Pesimisme dapat disebabkan Kecemasan memiliki dampak pada


karena pensiunan cemas selama kognitif dan fisiologis. Tubuh
menjalani masa pensiun dan khawatir memiliki reaksi terhadap kecemasan
akan masa depan. Kecemasan yang memicu pikiran dan ketegangan
seringkali mengarah kepada hal yang otot. Dampak kecemasan terhadap
akan datang dan masih belum tentu pikiran dapat diatasi dengan terapi
terjadi. Gangguan kecemasan kognitif, sedangkan dampak
khususnya diyakini hasil dari kecemasan pada fisik (ketegangan
keyakinan yang menyimpang otot) diatasi dengan relaksasi otot.
berfokus pada ancaman fisik atau
Terapi kognitif adalah sistem
psikologis dan peningkatan rasa
yang dikembangkan oleh Aaron
kerentanan pribadi (Beck, Emery, &
beck, sistem ini menekankan pada
Greenberg, 1985, dalam Deacon dan
pentingnya kepercayaan dan
Abramowitz, 2004). Pada individu
pemikiran dalam menentukan
pencemas bahaya dipersepsikan
perilaku dan perasaan (Sharf, 2012).
berdasarkan asumsi palsu atau
Beck (1979, dalam Brenes, Rapp,
berlebihan, sedangkan pada individu
Rejeski, Miller, 2002)
normal berdasarkan pada
mengembangkan model kognitif
perhitungan yang lebih akurat
pada depresi yang membantu
mengenai resiko dan besarnya
individu mengidentifikasi dan
bahaya (Beck & Weishaar, dalam
memodifikasi keyakinan dan harapan
Corsini & Wedding, 2011). Salah
yang salah agar mereka dapat
satu penyebab kecemasan adalah
memperbaiki fungsinya. Terapi
distorsi kognitif, apabila individu
kognitif digunakan untuk mengatasi
memiliki berbagai kecemasan dan
pikiran otomatis atau distorsi kognitif
terus berlangsung lama-kelamaan
dan apabila pikiran otomatis
individu akan pesimis dalam
berkurang maka kecemasan juga
memandang hidupnya. Begitu pula
berkurang.
dengan pensiunan yang dapat
menjadi pesimis apabila memiliki Relaksasi otot adalah relaksasi
berbagai kecemasan dalam hidupnya. yang bertujuan menurunkan
3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

kecemasan dengan cara melemaskan (N=2). Tujuan untuk mengetahui


otot (Blackburn, Marie, & Davidson, efek terapi kognitif dan relaksasi
1994). Relaksasi otot secara untuk meningkatkan optimisme
mendalam dapat menurunkan dengan mengendalikan distorsi
ketegangan fisik dan merupakan kognitif pada subjek pensiunan
lawan dari ansietas (Blackburn, universitas X. Penelitian ini
Marie, & Davidson, 1994). Ketika merupakan penelitian quasi
individu cemas dan muncul stress, experimental yang tergolong desain
maka reaksi yang muncul ialah One Group Pre test- Post test. Hasil
melawan atau melarikan diri. Sistem pre test dibandingkan dengan hasil
saraf simpatik diaktifkan ketika post test untuk mengetahui ada
terancam dan terjadi perubahan pada perubahan atau tidak pada subjek
tubuh manusia yaitu denyut jantung setelah subjek mendapatkan terapi
dan tekanan darah meningkat, pupil kognitif dan relaksasi. Rancangan
dilatasi, pendengaran menjadi lebih penelitian tersebut digambarkan pada
tajam, dan muncul keringat dingin. tabel berikut ini:
Dengan melakukan relaksasi otot
Kelompok 01 X 02
maka tubuh menjadi relaks dan saat Eksperimen
tubuh dalam kondisi relaks maka
yang aktif adalah sistem para 01: Pre test pada kelompok
simpatik, yang berarti tekanan daran eksperimen
dan jantung menurun, pendengaran
X: perlakuan dengan terapi kognitif
dan pupil kembali ke kondisi normal,
dan relaksasi
dalam kondisi relaks individu dapat
berpikir lebih jernih (Davis, 02: Post test pada kelompok
Eshelman, dan McKay (1995). eksperimen

METODE INTERVENSI Metode kuantitafif digunakan untuk


Desain Intervensi melihat perubahan skor angket
Intervensi ini menggunakan optimisme, dan skor ketegangan otot,
desain single case quasi experiment dengan membandingkan skor pre tes

4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

dan post test. Metode kuantitatif PROSEDUR INTERVENSI


digunakan sebagai pencatatan subjek Latar Belakang dan Formulasi

selama menjalani proses intervensi. Masalah


Ketika masa pensiun timbul
Subjek berbagai permasalahan seperti
Subjek pada penelitian ini berjenis kepuasan kerja, pekerjaan, usia,
kelamin pria (N=2), dahulu bekerja kesehatan, status sosial dan lainnya.
sebagai administrasi, masa pensiun Kondisi individu di masa pensiun
0-3 tahun, skor aspek optimisme menimbulkan berbagai perubahan
rendah-sedang, tingkat kecerdasan dan dapat menimbulkan stres.
rata-rata. Individu akan mengalami peristiwa
Metode Pengumpulan Data yang tidak bisa dikendalikan dan
Data skor optimisme mempelajari respon serta hasil yang
diperoleh melalui observasi, independen satu sama lain.
wawancara, dan angket optimisme Pembelajaran ini dapat menyebabkan
yang modifikasi dari LOT-R sebuah anggapan bahwa respon tidak
(Revised Life Orientation Test) milik berguna dan digeneralisasikan ke
Scheier, Carver, & Bridges (1994) situasi yang baru sehingga
dan RLHT (Reformulated Learned mengganggu pembelajaran di masa
Helplessness Theory) yang disusun depan (Seligman, 1975, dalam Alloy,
oleh Abramsom, Seligman, & Abramson, Peterson, Seligman,
Teasdale, 1978 (dalam Lopez dan 1984). Pensiunan me ngalami situasi
Snyder, 2004), dan dari hasil yang stresful dan memerlukan
wawancara awal. Data hasil adaptasi, dalam kondisi ini pensiunan
ketegangan otot diperoleh dari mengembangkan rasa tidak berdaya.
pencatatan relaksasi harian dan data Pengalaman masa lalu memengaruhi
distorsi kognitif didapat dari keadaan saat ini atau masa depan,
pencatatan harian pemikiran karena individu telah mengalami
disfungsional. pembelajaran dan
menggeneralisasikan ke situasi yang
lain.

5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Pemikiran negatif akan Miller, 2002), dan depresi


memperburuk penyesuaian simtomatologi (Bromberger dan
psikologis dalam kondisi stres. Salah Matthews, 1996, dalam Brenes,
satu sumber stres yaitu pikiran, otak Rapp, Rejeski, Miller, 2002), serta
menerjemahkan dan berkorelasi dengan tingkat keparahan
menginterpretasikan kejadian yang penyakit (Mroczek dkk, 1993, dalam
ada di lingkungan. Cara individu Brenes, Rapp, Rejeski, Miller, 2002).
menafsirkan, menginterpretasikan, Dalam kondisi stres tubuh manusia
melabel sebuah kejadian akan dipersiapkan untuk lari atau
memengaruhi keadaan individu melawan, dan apabila keadaan stres
tersebut (relaks atau stres). Ketika berlangsung dalam jangka waktu
tubuh stres yang bekerja adalaha lama akan membawa dampak negatif
saraf para simpatik, korteks serebri bagi tubuh. Pentingnya mengurangi
mengirim tanda bahaya ke kecemasan adalah mengurangi
hipotalamus, lalu hipotalamus dampak negatif dari reaksi fisik yang
menstimulasi sistem syaraf simpatis ditimbulkan oleh kecemasan.
untuk membuat perubahan pada
Terapi kognitif digunakan
tubuh manusia yaitu tekanan darah
untuk mengurangi distorsi kognitif
meninggi, denyut jantung bertambah
pada pensiunan sehingga kecemasan
cepat, dan berkeringat (dalam Davis,
bisa berkurang, dan relaksasi
Martha., Eshelman, McKay, 1995).
digunakan untuk mengembalikan
Hasil wawancara tubuh ke keadaan normal (reaksi
menunjukkan bahwa subjek kebalikan dari stres) agar tubuh
pensiunan memiliki distorsi kognitif relaks. Ketika stres tubuh
tantang masa depannya sehingga mengaktivkan sistem saraf simpatik
menimbulkan kecemasan. Pesimis sehingga denyut jantung dan tekanan
telah terbukti menjadi prediksi darah meningkat. Respon relaksasi
kecemasan, stres, self-rated memiliki dampak penyembuhan
kesehatan (Robinson-Whelen et al., yang memberi kesempatan tubuh
1997, dalam Brenes, Rapp, Rejeski, untuk istirahat dari stres yang

6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

diakibatkan lingkungan eksternal dan parasimpatik bekerja sehingga dapat


internal (dalam Davis, Martha., menurunkan denyut jantung, tekanan
Eshelman, McKay, 1995), ketika darah (Conrad dan Roth, 2007).
tubuh relaks sistem saraf
Analisis SORC Aspek Optimisme Subjek A Sebelum Intervensi
Stimulus Organism Respon Consequece (pada
aspek optimisme)
• Subjek berada pada Pikiran (distorsi kognitif): • Subjek tidak banyak Konsekuensi Negatif:
situasi sendiri atau • Subjek berpikir bicara dengan Relasi Sosial:
bersama orang lain, mengenai pekerjaan tetangga. • Subjek menarik diri
ketika bangun tidur, (pekerjaanya tidak • Subjek tidak mau dan jarang
akan berangkat berhasil, jasanya tidak menggunakan jasa meluangkan waktu
bekerja, dan ketika dibutuhkan orang lain, service (karena takut untuk bersosialisasi
bekerja. merasa dibohongi), dibohongi). dengan tetangga.
tentang keluarga • Subjek melamun • Subjek susah tidur
(khawatir terhadap anak, diwaktu senggang apabila cemas
khawatir penghasilan (memikirkan masa mengingat masa
tidak cukup), tentang depannya dan tuanya kelak (apakah
kegiatan sehari-hari anaknya) anaknya akan
(khawatir tidak bisa • Subjek menjadi merawat dengan
sholat, dan khawatir tergesa-gesa karena baik).
tidak tepat waktu.) cemas terlambat dari
Perasaan: jadwal yang telah Antisipasi:
• Ketika muncul ditetapkan. • Pekerjaan atau
berbagai pikiran kegiatan yang
otomatis, subjek dikerjakan subjek
merasa cemas, kurang maksimal
kecewa, dan kesal. karena selama bekerja
subjek merasa cemas.

Tabel Analisis SORC Aspek Optimisme Subjek R Sebelum Intervensi


Stimulus Organism Respon Consequece (pada
aspek optimisme)
• Subjek berada pada Pikiran (distorsi kognitif): • Subjek ragu dalam Konsekuensi negatif:
situasi sendiri atau • Subjek berpikir mengenai mengambil keputusan Antisipasi:
bersama orang lain, pekerjaan (kustomer terkait pekerjaannya. • Berhenti bekerja
tetapi paling sering menolak kenaikan harga • Subjek menjaga jarak karena takut rugi.
muncul pikiran makanan, merasa tubuh ketika berelasi dengan Relasi Sosial:
otomatis di waktu kurang kuat untuk individu yang baru • Terbatasnya relasi
luang seperti ketika bekerja, merasa pekerjaan dikenal. sosial, terutama
sedang bersantai atau kurang berkualitas • Membatasi relasi dengan individu yang
istirahat di rumah. sehingga mendapat sosial dengan tetangga baru dikenal.
komplain), curiga setelah pensiun. • Tidak percaya diri
terhadap orang yang baru terutama apabila
dikenal (khawatir ditanya tentang
dimanfaatkan), merasa kegiatan sesudah
diejek apabila ditanya pensiun.
mengenai kegiatan
sesudah pensiun.
Perasaan:
• Ketika muncul pikiran

7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

otomatis, subjek
merasa rendah diri,
gelisah dan kesal.

Berdasarkan hasil analisis distorsi yang terjadi pada kedua subjek


kognitif kedua subjek dapat sesuai dengan pernyataan Beck &
disimpulkan bahwa kedua subjek Weishaar (dalam Corsini &
paling sering memunculkan distorsi Wedding, 2011), pada kasus
jenis penalaran emosi dan kesalahan kecemasan konten kognitif berkisar
peramal. Subjek menganggap dirinya tema bahaya dan individu cenderung
tidak mampu mengatasi rintangan membesarkan bahaya dan
dan menganggap hal buruk yang meminimalkan kemampuan untuk
terjadi atau memiliki perasaan yang mengatasi.
kuat terhadap sesuatu sehingga
merasa hal tersebut akan terjadi. Hal
Tabel ketegangan otot subjek A dan R
Hari % Ketegangan Otot Sebelum Relaksasi
Subjek A Subjek R
1 75 80
50 70
2 25 60
3 25 60
4 50 60
25 60
5 25 60
30 60
6 25 50
50 40
7 50 40
8 10 40
10 40
Rata-rata 440/8 = 55 40
40
800/11 = 73
Hasil analisis pencatatan relaksasi pada subjek A dan R berbeda. Pada
menunjukkan bahwa persentase subjek R lebih terkait dengan masa
penurunan ketegangan otot pada depan, pekerjaan, dan relasi sosial,
subjek R lebih besar jika sedangkan pada subjek A terkait
dibandingkan dengan subjek A, hal dengan jadwal, antisipasi, dan relasi
ini dikarenakan pemicu ketegangan sosial. Tentunya lebih berat
8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

permasalahan pada subjek R, subjek merasa kurang efektif dalam


sehingga tingkat ketegangan ototnya menggunakan waktunya.
lebih tinggi.
Mengidentifikasi Kondisi yang
Memformulasikan Tujuan awal Mempertahankan Perilaku
intervensi Aspek optimisme tidak ada yang
mendapat kategori skor sangat tinggi
Aspek optimisme tidak ada
meskipun telah diberikan terapi
yang mendapat kategori skor sangat
kgnitif dan relaksasi karena terdapat
tinggi meskipun telah diberikan
berbagai hal yang menghambat. Pada
terapi kgnitif dan relaksasi karena
aspek harapan, yang menjadi
terdapat berbagai hal yang
penghambat adalah pengalaman
menghambat. Pada aspek harapan,
masa lalu yang memengaruhi minat
yang menjadi penghambat adalah
sosial yang rendah dan harapan saat
pengalaman masa lalu yang
ini, aspek keyakinan dihambat oleh
memengaruhi minat sosial yang
kondisi emosi (kecemasan, perasaan
rendah dan harapan saat ini, aspek
tidak aman, tidak stabil, dan mudah
keyakinan dihambat oleh kondisi
frustrasi). Subjek tidak mampu
emosi (kecemasan, perasaan tidak
berpikir sistematis sehingga sulit
aman, tidak stabil, dan mudah
melakukan antisipasi. Pada aspek
frustrasi). Subjek tidak mampu
pendayagunaan waktu, subjek
berpikir sistematis sehingga sulit
merasa bahwa waktu luang setelah
melakukan antisipasi. Pada aspek
pensiun kurang digunakan secara
pendayagunaan waktu, subjek
efektif karena dahulu selama bekerja
merasa bahwa waktu luang setelah
subjek telah terbiasa diatur (jam
pensiun kurang digunakan secara
kerja) oleh pihak eksternal
efektif karena dahulu selama bekerja
(Universitas X), tetapi setelah
subjek telah terbiasa diatur (jam
menjalani masa pensiun dan harus
kerja) oleh pihak eksternal
mengatur waktu sendiri (internal),
(Universitas X), tetapi setelah
subjek merasa kurang efektif dalam
menjalani masa pensiun dan harus
menggunakan waktunya.
mengatur waktu sendiri (internal),
9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Mendesain Rencana Intervensi

Peneliti melakukan intervensi secara berbeda sesuai jadwal yang telah


individual dengan waktu yang disepakati.
Jadwal Pelaksanaan Terapi Kognitif
Hari/tanggal Kegiatan Waktu
29 November 2012 Pengambilan Baseline 3 hari
• Pengisian angket optimisme
• Self recording
5 Desember 2012 – Pelaksanaan Treatment + Relaksasi: 1 minggu
11 Desember 2012 • Diskusi mengenai terapi kognitif
(mengenali pikiran otomatis da
pemikiran rasional) dan pemberian
contoh teknik 2 kolom
• Diskusi mengenai jenis distorsi
kognitif dan pemberian contoh teknik 3
kolom.
• Mengisi tujuan terapi.
• Pemberian teknik 3 kolom (catatan
pemikiran disfungsional).
• Penjelasan relaksasi.
• Praktek relaksasi.
12 Desember 2012 Post-test 3 hari
• Pengisian angket optimisme.
• Mengisi catatan pemikiran
disfungsional.
22 Desember 2012 Follow up 1 hari
• Pengisian angket optimisme.

Pelaksanaan Penerapan
Peneliti melakukan intervensi secara berbeda sesuai jadwal yang telah
individual dengan waktu yang disepakati.

Tabel Jadwal Penerapan Terapi Kognitif dan Relaksasi


Partisipan
Sesi Pertemuan
Subjek A Subjek R
1 1 29 November 2012 29 November 2012
Pk. 08.00-09.00 Pk. 10.00-11.00
2 1 5 Desember 2012 5 Desember 2012
Pk. 12.30-15.30 Pk. 08.00-11.00
3 1 7 Desember 2012 8 Desember 2012
13.00-16.00 Pk. 08.00-10.30
2 10 Desember 2012 10 Desember 2012
Pk. 13.00-15.30 Pk. 08.00-11.00
3 11 Desember 2012 11 Desember 2012
Pk. 07.30-10.00 Pk. 10.00-12.00
4 1 14 Desember 2012 14 Desember 2012
Pk. 07.30-09.30 Pk. 10.00-11.30
5 1 22 Desember 2012 22 Desember 2012
10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Pk. 13.00-13.30 Pk. 11.00-11.30

HASIL DAN DISKUSI Aspek antisipasi subjek A


Hasil Intervensi mengalami peningkatan, sedangkan
Berdasarkan hasil analisis angket subjek R tidak mengalami
optimisme kedua subjek, aspek relasi peningkatan.
sosial mengalami peningkatan.

35
30
25
20 pretest
15 posttest
10 follow up
5
0
subjek A subjek R

Gambar 6.1 Skor Relasi Sosial Pretest, Posttest, follow up


Subjek A dan R mengalami perubahan perilaku, emosi memiliki
peningkatan skor dalam aspek relasi peranan dalam perubahan kognitif
sosial, kategori awal kedua subjek dan dapat diarahkan dengan
adalah sedang kemudian meningkat memperluas perspektif untuk
menjadi tinggi, dan setelah follow up memasukkan alternatif interpretasi
skor kedua subjek masih dalam pada suatu kejadian (Beck &
kategori tinggi. Terapi kognitif Weishaar, dalam Corsini &
terbukti mampu meningkatkan skor Wedding, 2011). Kedua subjek
aspek relasi sosial kedua subjek. memutuskan untuk memodifikasi
Tujuan terapi kognitif adalah pikiran dan menjadi lebih sadar
memperbaiki proses informasi yang konsekuensi emosional dan perilaku.
salah dan untuk menolong pasien Tanggapan rasional yang
memodifikasi asumsi yang mengatur dimunculkan oleh subjek mampu
emosi dan perilaku. Perubahan memperbaiki emosi yang dirasakan
kognitif dapat meningkatkan ketika menjalin relasi sosial. ketika
11
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

subjek berpikir positif, prasangka menjalin relasi sosial dan terjadi


buruk terhadap sesama berkurang peningkatan skor.
sehingga subjek lebih nyaman dalam

35
30
25
20 pretest
15 posttest
10 follow up
5
0
subjek A subjek R

Gambar 6.2 Skor Antisipasi Pretest, Posttest, follow up

Subjek A juga mengalami antisipasi karena kecemasan subjek


peningkatan pada aspek antisipasi A sebagian besar terkait dengan
dari skor awal sedang menjadi tinggi, jadwal, jadwal subjek A yang kurang
dan ketika follow up kategori skor teratur membuat subjek A tidak
antisipasi masih tinggi. Menurut yakin dapat melakukan pekerjaannya
Bandura (Feist & Feist, 2009) self dengan baik. Setelah diberikan terapi
efficacy adalah keyakinan individu kognitif, subjek A mampu mengenali
terhadap kemampuannya untuk bahwa salah satu sumber kecemasan
melakukan berbagai tindakan untuk terbesarnya dikarenakan jadwal dan
mengontrol fungsinya pada situasi subjek A yakin dapat lebih baik jika
tertentu. Individu yang percaya berusaha memperbaiki jadwal
bahwa dirinya mampu melakukan kegiatannya. Setelah jadwal kegiatan
sesuatu akan lebih berpotensi untuk diatur dan subjek A menaati jadwal
lebih mungkin mengubah situasi tersebut, hasilnya subjek A lebih
lingkungan dengan tindakan dan teratur dan mampu melakukan
lebih mungkin untuk sukses seluruh kegiatan yang telah ada pada
dibandingkan dengan individu yang jadwalnya sehinga skor antisipasi
memiliki self efficacy rendah. Subjek meningkat.
A mengalami peningkatan skor

12
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Subjek R tidak mengalami cenderung agresif sehingga kurang


peningkatan aspek antisipasi, skor mampu memersiapkan sesuatu dan
post test subjek R tetap pada kategori cenderung terburu-buru dalam
sedang, peningkatan terjadi pada melakukan berbagai hal.
skor follow up. Terapi kognitif Perubahan Distorsi Kognitif
melihat kepribadian terbentuk dari Sebelum dan Sesudah Intervensi
interaksi diantara pembawaan lahir Perubahan skor distorsi
dan lingkungan (Beck, Freeman, & kognitif sebelum dan sesudah
Davis, 2003, dalam Corsini & diberikan intervensi. Dua subjek
Wedding, 2011). Pada subek R, mengalami penurunan distorsi
antisipasi tidak mengalami kenaikan kognitif setelah diberikan terapi
karena kepribadian subjek R yang kognitif dan relaksasi.
terbiasa bersikap impulsif dan

30

25

20

15 pretest
posttest
10

0
subjek A subjek R

Gambar 6.3 Skor Distorsi Kognitif Pretest dan Posttest

Penurunan skor distorsi kognitif gangguan kecemasan khususnya


menunjukkan bahwa terapi kognitif diyakini hasil dari keyakinan yang
terbukti mampu menolong subjek menyimpang berfokus pada ancaman
untuk memperbaiki kognitifnya. Hal fisik atau psikologis dan peningkatan
ini sesuai dengan pernyataan Beck, rasa kerentanan pribadi. Perawatan
Emery, & Greenberg (1985, dalam kognitif membantu pasien
Deacon dan Abramowitz, 2004), mengidentifikasi dan memperbaiki
13
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

kognisi yang terdistorsi untuk Dua subjek penelitian


mengurangi rasa takut. mengalami penurunan ketegangan
Perubahan Ketegangan Otot otot setelah melakukan relaksasi
Sebelum dan Sesudah Intervensi selama satu minggu.

80
70
60
50
40 pretest
30 posttest
20
10
0
subjek A subjek R

Gambar 6.4 Rata-rata Penurunan Ketegangan Otot

Subjek A mengalami ketegangan otot ketegangan otot, relaksasi progresif


pada kategori sedang kemudian otot dapat menurunkan denyut nadi,
menurun menjadi sangat rendah. tekanan darah, mengurangi keringat,
Subjek R mengalami ketegangan otot dan frekuensi pernafasan (Davis,
pada kategori tinggi kemudian turun Eshelman, dan McKay (1995).
menjadi sedang. Penurunan skor Kedua subjek yang mengalami
ketegangan otot kedua subjek ketegangan otot saat memiliki beban
menunjukkan bahwa relaksasi dapat pikiran atau muncul distorsi kognitif,
menurunkan ketegangan otot. ketika melakukan relaksasi tubuh
Penurunan skor ketegangan otot subjek lebih relaks dan ketegangan
sesuai dengan pernyataan Edmund menurun sehingga subjek dapat
Jacobson (1992, dalam Davis, berpikir lebih jernih dan
Eshelman, dan McKay, 1995), teknik memunculkan tanggapan rasional.
relaksasi otot berdasar pada
Pembahasan Hasil Penelitian
keyakinan bahwa tubuh akan
Penelitian ini bertujuan mengetahui
merespon ansietas yang merangsang
kejadian dan pikiran dengan pengaruh terapi kognitif dan
relaksasi untuk meningkatkan
14
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

optimisme pensiunan. Meskipun memiliki dampak berarti. Peneliti


tujuan utama adalah untuk kemudian memberikan contoh
meningkatkan optimisme, terdapat distorsi kognitif milik orang lain
tujuan lain yaitu menurunkan distorsi (yang berani terbuka dan tidak malu
kognitif dan meningkatkan mengungkapkan pikiran
keterampilan kognitif serta praktek otomatisnya), contoh tersebut
relaksasi. Dua subjek penelitian ternyata membantu dan subjek
memiliki kesamaan kategori distorsi nampaknya mulai mengerti seperti
kognitif yang paling sering, yaitu apa pikiran otomatis dan mulai
penalaran emosional dan kesalahan mengenali dirinya.
peramal. Perbedaannya adalah Awalnya subjek A sulit
pemicu munculnya distorsi kognitif. mengenali pikiran otomatisnya dan
Subjek A mengalami distorsi terkait seringkali menuliskan kejadian pada
dengan jadwal kegiatan sehari-hari catatan hariannya. Peneliti dan
dan pekerjaan, relasi sosial dengan subjek A menghabiskan waktu lebih
keluarga maupun orang lain. banyak untuk berdiskusi mengenali
Sedangkan distorsi kognitif subjek R pikiran otomatis, dari pencatatan
terkait dengan pekerjaan dan relasi subjek yang berupa peristiwa, subjek
sosial. A mengingat kejadian dan pikiran
Subjek A mengalami yang muncul ketika peristiwa sedang
kemajuan, terjadi penurunan distorsi terjadi. Lama-kelamaan subjek A
kognitif setelah diberikan terapi mampu mengenali pikiran
kognitif dan relaksasi. Ketika awal otomatisnya dan tidak menuliskan
proses intervensi peneliti kesulitan peristiwa pada pencatatan. Latihan
menghadapi subjek A karena subjek dalam mengenali distorsi kognitif
A cenderung ingin tampil baik, membuat subjek sadar bahwa pikiran
mendahulukan orang lain, dan otomatis adalah hasil pemikiran
cenderung tampil seakan tidak subjek sendiri dan tergolong pada
memiliki permasalahan apapun. Hal jenis distorsi yang belum tentu
yang dikhawatirkan subjek adalah terbukti kebenarannya. Latihan
permasalahan sehari-hari yang tidak memunculkan tanggapan rasional
15
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

membuat subjek lebih banyak relasi sosial. Ketika pekerjaan subjek


berpikir positif sehingga membantu R mengalami kegagalan seringkali
subjek mengurangi prasangka buruk menimbulkan pikiran otomatis yang
terhadap orang lain. Memahami irrasional. Contohnya ketika anak
pikiran otomatis dan memonitor diri subjek R tidak berhasil mendapatkan
sendiri membuat subjek menyadari projek perusahaan, subjek R
bahwa sebagian kecemasannya menganggap bahwa anaknya tidak
dikarenakan subjek kurang teratur bisa bekerja. Contoh lain ketika
dalam mengatur jadwal, setelah atasan bersikap kurang ramah, subjek
subjek mengatur jadwal dan lebih merasa bahwa atasannya tidak
mempersiapkan kegiatannya, skor menyukai pekerjaannya. Terkait
antisipasi subjek mengalami dengan relasi sosial, subjek R sering
peningkatan dari skor awal sedang kali tersinggung karena merasa
kemudian menjadi tinggi. diejek apabila ditanya mengenai
Relaksasi membuat tubuh kegiatan setelah pensiun. Subjek R
subjek A lebih relaks, setelah juga seringkali berprasangka buruk
menguasai gerakan relaksasi subjek terhadap individu yang baru dikenal
mencoba melakukan relaksasi karena subjek beberapa kali memiliki
sebelum tidur, hasilnya subjek pengalaman tidak menyenangkan
menjadi lebih cepat tidur. Ketika terhadap orang yang baru dikenal,
relaksasi dilakukan setelah bangun ada perasaan khawatir dimanfaatkan.
tidur, subjek merasa tubuhnya lebih Terapi kognitif melatih
relaks dan membuat subjek lebih subjek mengenali pikiran otomatis
bersemangat ketika memulai yang irrasional dan mematahkan
kegiatan. dengan pikiran rasional. Peneliti dan
Jenis distorsi kognitif yang subjek R berdiskusi bersama dan
dialami subjek A dan R sama tetapi menganalisis pikiran otomatis subjek
pemicunya berbeda. Pada paragraf R, subjek R menyadari bahwa
sebelumnya telah disebutkan bahwa pikirannya tidak terbukti dan tidak
distorsi kognitif subjek R lebih ada fakta yang mendukung. Subjek R
banyak terkait dengan pekerjaan dan kemudian menganalisa pikiran
16
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

otomatisnya yang lain dan mencari prasangka buruk menurun dan


fakta yang mendukung. Selama membuat subjek lebih nyaman ketika
proses intervensi, subjek R belajar berelasi dengan individu lain
lebih cepat dibandingkan subjek A, kemudian meningkatkan skor relasi
subjek R lebih mudah mengerti sosial subjek. Hal ini sesuai dengan
penjelasan peneliti dan mampu pernyataan Becks (1995; Dryden dan
secara mandiri mengenali pikiran Ellis 2001 dalam Mc Laren, 2008),
otomatisnya. Subjek R seringkali Perawatan kognitif membantu pasien
berdiskusi mengenai jenis distorsi mengidentifikasi dan memperbaiki
yang dialami karena ragu dan kognisi yang terdistorsi untuk
khawatir salah menuliskan di lembar mengurangi rasa takut. Terapis
catatan. Subjek R meminta peneliti bekerja sama dengan pasien untuk
untuk memperhalus bahasa subjek R mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
yang akan dituliskan di pencatatan menanggapi pemikiran disfungsional
harian, karena subjek merasa serta keyakinan, sambil
bahasanya terlalu kasar. memperkenalkan berbagai teknik
Dibandingkan dengan subjek A untuk membantu mengubah pikiran,
secara umum subjek R lebih mandiri suasanan hati, dan perilaku (Beck
dalam mengerjakan tugas pencatatan 1995; Dryden dan Ellis 2001 dalam
harian, tetapi subjek R tetap Mc Laren, 2008).
berdiskusi dengan peneliti untuk Antisipasi subjek R tidak
memastikan pikiran otomatis, jenis mengalami kemajuan kemungkinan
distorsi, dan tanggapan rasional. terkait dengan kepribadian subjek R
Selama proses intervensi yang impulsif dan cenderung agresif.
subjek melatih dirinya untuk Subjek R sulit mengatur perencanaan
memunculkan alternatif pikiran yang karena seringkali tergesa-gesa dan
positif dan mematahkan pikiran tidak berpikir panjang ketika akan
negatifnya. Subjek yang seringkali melakukan sesuatu. Terapi kognitif
berprasangka terhadap orang lain dalam waktu singkat tidak mampu
kemudian melatih dirinya sendiri mengubah kebiasaan subjek R untuk
untuk berpikir rasional sehingga merencanakan sesuatu.
17
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Subjek R lebih sering memungkinkan subjek R untuk


mempraktekkan relaksasi menganggur dan tidak melakukan
dibandingkan dengan subjek A. kegiatan, sehingga muncul pikiran
Subjek R memiliki waktu luang lebih negatif dan kecemasan. Relaksasi
banyak sehingga memungkinkan membantu subjek untuk relaks dan
melakukan relaksasi lebih sering menurunkan ketegangan otot.
dibanding subjek A. Waktu luang
Tabel Analisis SORC Aspek Optimisme Subjek A Setelah Intervensi
Stimulus Organism Respon Consequece (pada
aspek optimisme)
• Subjek berada pada Pikiran (distorsi kognitif): • Subjek berusaha Konsekuensi positif:
situasi sendiri atau • Subjek .berpikir belum mencari teknisi yang Relasi sosial
bersama orang lain, tentu dibohongi oleh lain. • Perasaan cemas,
ketika bangun tidur, teknisi tersebut, bisa kesal, dan kecewa
akan berangkat saja memang teknisi • Subjek bersosialisasi terhadap individu lain
bekerja, dan ketika tersebut tidak mampu seperti biasa dan tidak menurun atau hilang.
bekerja. memperbaiki, (ketika menghindari tetangga • Relasi sosial
merasa dibohongi karena merasa tidak meningkat karena
teknisi). dibutuhkan. prasangka buruk
• Subjek berpikir bahwa menurun.
tetangganya bukan tidak • Subjek membiarkan Antisipasi:
membutuhkannya, tetapi anaknya pergi dengan • Subjek menjadi lebih
mungkin saja karena teman-temannya tanpa tenang, tubuh menjadi
jarang bergaul relasinya mengganggu dengan relaks, dan lebih
menjadi tidak akrab. melepon anaknya. mudah tidur.
• Subjek berpikir bahwa • Subjek mampu
anaknya akan baik-baik • Subjek menggunakan melakukan seluruh
saja karena pergi uang seperlunya dan kegiatan dengan
ditempat yang ramai sesuai dengan teratur.
(ketika khawatir kebutuhan yang
terhadap keslamatan penting.
anak).
• Subjek menjalani
• Subjek berpikir untuk
kegiatannya dengan
mengatur pengeluaran
teratur dan tidak
dan berhemat (ketika
tergesa-gesa.
khawatir penghasilan
tidak cukup).
• Subjek berpikir untuk
mengatur ulang
jadwalnya (ketika
khawatir tidak bisa
sholat, dan khawatir
tidak tepat waktu).
Perasaan:
• Ketika muncul
berbagai pikiran
otomatis, subjek
mencoba berpikir
rasional perasaan

18
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

cemas, kecewa, dan


kesal menurun.
dan untuk menurunkan ketegangan
Untuk mengatasi pikiran otomatis
subjek melakukan relaksasi. Subjek
yang menimbulkan rasa cemas,
juga mengatur jadwal menjadi lebih
kesal, dan kecewa, subjek
teratur agar kegiatan dapat berjalan
mematahkan dengan pikiran rasional
sesuai rencana.
Tabel Analisis SORC Aspek Optimisme Subjek R Setelah Intervensi
Stimulus Organism Respon Consequece (pada
aspek optimisme)
• Subjek berada pada Pikiran (distorsi kognitif): • Subjek berusaha Konsekuensi positif:
situasi sendiri atau • Subjek berpikir belum tetap bekerja meskipun Relasi sosial:
bersama orang lain, tentu kustomer menolak bahan baku mengalami • Perasaan rendah diri,
tetapi paling sering kenaikan, seharusnya kenaikan harga. gelisah dan kesal
muncul pikiran dapat mengerti karena menurun atau hilang
otomatis di waktu bahan baku mengalami • Subjek berusaha • Subjek menjadi lebih
luang seperti ketika kenaikan harga. bekerja lebih maksimal nyaman dan percaya
sedang bersantai atau (ketika kustomer menolak dan tetap bersikap diri ketika berelasi
istirahat di rumah. kenaikan harga) ramah terhadap dengan individu lain
• Subjek berpikir kustomer. sehingga aspek relasi
mungkin saja kali ini sosial meningkat
pekerjaanya kurang bagus • Subjek tetap mau
sehingga harus bergaul dengan
ditingkatkan dikemudian individu yang baru
hari, atau mungkin dikenal.
kustomernya sedang ada
masalah lain karena itu
mudah marah (ketika
merasa tubuh kurang kuat
untuk bekerja, merasa
pekerjaan kurang
berkualitas sehingga
mendapat komplain)
• Belum tentu semua
orang baru akan
memanfaatkan (ketika
curiga terhadap orang
yang baru dikenal,
khawatir dimanfaatkan),
merasa diejek apabila
ditanya mengenai
kegiatan sesudah pensiun.
Perasaan:
• Ketika muncul pikiran
otomatis, subjek
merasa lebih percaya
diri, tenang dan
menurunkan rasa
kesal.

19
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

3. Kecemasan dapat menghambat


Subjek berusaha berpikir rasional
peningkatan optimisme.
untuk mematahkan pikiran
otomatisnya dan tetap berusaha
Evaluasi dan Saran
untuk bertahan pada pekerjaan dan
Terdapat beberapa saran setelah
mengurangi prasangka buruknya
diadakan evaluasi terhadap
terhadap orang lain. Antisipasi
penelitian, yaitu:
subjek tidak mengalami peningkatan
1. Penelitian berikutnya dapat
karena subjek cenderung impulsif
menggunakan kelompok
dalam melakukan berbagai hal,
kontrol dan eksperimen agar
sehingga kurang persiapan dalam
terdapat data pembanding
bekerja.
untuk melihat pengaruh terapi

Kesimpulan Penelitian kognitif dan relaksasi

Berdasarkan hasil penelitian terapi terhadap optimisme

kognitif dan relaksasi untuk pensiunan.

meningkatkan optimisme pensiunan 2. Untuk lebih memotivasi

universitas X, peneliti menarik subjek penelitian, model foto


kesimpulan berikut: modul relaksasi sebaiknya
sesuai dengan subjek
1. Terapi kognitif dan relaksasi
penelitian, yaitu usia dewasa
memiliki pengaruh untuk
lanjut.
meningkatkan aspek optimisme
3. Peneliti sering mengingatkan
pensiunan universitas X.
subjek penelitian untuk
2. Kemajuan masing-masing
mengisi catatan harian agar
subjek dipengaruhi oleh
tidak ada catatan yang
kemauan untuk berubah,
terlewatkan.
kecermatan subjek dalam
mengenali sumber masalah,
dukungan kelompok, serta aspek
kepribadian.

20

Anda mungkin juga menyukai