KESETIMBANGAN KIMIA
Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan proses dari suatu
reaksi kesetimbangan. Suatu reaksi dapat dikatakan setimbang apa bila zat dalam suatu
reaksi tersebut memiliki laju penguraian dan pembentukan adalah sama.
1. Reaksi Irreversible dan Reversible
Reaksi yang searah (Ireversible) merupakan reaksi yang tidak dapat di balik atau
tidak dapat kembali ke keadaan semula di sebut reaksi satu
Ciri-ciri reaksi satu arah (Irreverrsible) :
Zat hasil reaksi tidak dapat diubah kembali menjadi pereaksi
Antara pereaksi dan hasil reaksi dihubungkan dengan satu arah anak panah
Reaksi berlangsung tuntas. Artinya, reaksi akan berhenti jika salah satu atau
semua pereaksi habis.
Reaksi bolak-balik (reversible) adalah reaksi yang produknya dapat berubah lagi
menjadi zat semula.
Adapun ciri-ciri reaksi bolak-balik (reversilble) :
Antar pereaksi dan hasil reaksi dihubungkan dengan dua arah anak panah (↔ ¿.
Reaksi ke kanan disebut reaksi maju dan reaksi ke kiri disebut reaksi balik.
Hb + O2 HbO2
Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan.
KESETIMBANGAN KIMIA
1. Tetapan Kesetimbangan
[ HI ]2
Kc=
[ H 2 ] .[I 2 ]
Tetapan Kesetimbangan Pembentukan HI:
L-1)
HI H2 I2 HI H2 I2 Kc
- 0,010667 0,011965 0,001831 0,003129 0,0176 54,5
7
- 0,011354 0,009044 0,003560 0,001250 0,0155 54,6
9
- 0,011337 0,007510 0,004565 0,000738 0,0135 54,4
Selanjutnya perhatikan reaksi penguraian HI berikut ini yang berlangsung padsa suhu
yang sama.
[ H ¿¿ 2].[I 2 ]
2HI (g) H2 (g) + I2 (g) ; Kc = ¿
[HI ]2
Jadi; nilai Kc1 pada reaksi pembentukan HI sebesar 54,5, sedangkan pada penguraian
1
= 0,018401. Hal ini memperlihatkan hubungan tetapan kesetimbangan dua reaksi
54,5
1 1
K c 1= atau K c 2=
K c2 K c1
Jika koefisien reaksi kesetimbangan diubah, pangkat konsentrasi juga akan berubah
sebagai berikut.
b. Jika koefisien tersebut dikalikan 1/x, nilai tetapan kesetimbangan menjadi akar
pangkat x
[ HBr ] 2
1. H2 (g) + Br2 (g) 2HBr (g) Kc =
[ H 2 ] .[Br ¿¿ 2]¿
[ HBr]4
2. 2H2 (g) + 2Br2 (g) 4HBr (g) Kc =
[ H 2 ] 2.[Br 2 ]2
[ HBr]
3. ½ H2 (g) + ½ Br2 (g) HBr (g) Kc =
[ H 2 ] 1/2 .[Br 2 ]1 /2
Hubungan antara tetapan-tetapan kesetimbangan tersebut sebagai berikut :
Contoh soal:
stoikiometri reaksi.
mA + nB pC + qD
[C ] p [ D ]q
m n
Persamaan tetapan kesetimbangannya: Kc = [ A ] [ B ]
Perhitungan nilai Kc untuk reaksi heterogen tidak jauh berbeda dengan reaksi
heterogen.
kesetimbangan
Perhitungan KP hanya didasarkan pada zat yang berfase gas. Zat berfase padat
gas-gas yang terlibat dalam kesetimbangan dengan koefisien setiap zat sebagai
pangkat.
r s
( PC ) x ( P D )
q p
Kc = ( PB ) x ( P A )
Kc =
Keterangan: PA, PB, PC, dan PD masing-masing merupakan tekanan parsial zat A, B, C,
dan D. Tekanan parsial gas ideal, misalnya A dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
jumlah molA
x PTotal
PA = Jumlah mol total gas
PTotal (tekanan total) adalah penjumlahan seluruh tekanan pada sistem kesetimbangan
(PA + PB + PC + PD).
Tekanan suatu zat sangan bergatung pada jumlah gas dan volume yang ditempatinya.
V = Volume (L)
T = Suhu (K)
Untuk suatu gas, yang terdapat dalam campuran beberapa gas, tekanan parsial dapat
n
P= R .T
V
n
Nilai V = kemolaran (konsentrasi gas).
PA = [A].R.T PC = [C].R.T
PB = [B].R.T PD = [D].R.T
([ C ]. R . T )r ([ D ]. R .T ) s
KP =
([ A ]. R . T ) p ([ B ]. R . T )q
[C ]r . ( R .T )r [ D ]s .( R .T )s
= [ A ] p . ( R .T )p [ B ]q .( R .T )q
[C ]r [ D ]s ( R . T )r (R . T )s
p q p q
= [ A ] [ B ] ( R. T ) ( R .T )
KP = KC.(R.T)(r + s) – (p + q)
5. Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah: peristiwa penguaraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
perbandingan jumlah zat yang terurai terhadap jumlah zat yang belum terurai (mula-
mula).Derajat disosiasi diberi notasi alfa (α). Derajat disosiasi(α) dapat berupa:
Derajat disosiasi (α) adalah perbandingan mol zat yang terdisosiasi dengan mol zat
Atau
Jumlah mol zat terurai
x 100 %
Derajat Disosiasi (α) = Jumlah mol zat mula−mula