1
Pelestarian bangunan tua merupakan suatu pendekatan yang
strategis dalam pembangunan kota, karena pelestarian
menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam
proses pembangunan yang dilakukan manusia. Salah satu
cara untuk mendukung kegiatan pelestarian bangunan tua
adalah dengan pelaksanaan insentif dan disinsentif
pelestarian bangunan. Di Indonesia sendiri, terdapat
beberapa bentuk insentif dan disinsentif yang telah
dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan tentang
pelestarian bangunan.
2
pembuatan kembaran (replication). Dalam penelitian kali ini,
penulis memilih untuk melakukan pelestarian konservasi
bangunan gedung PT PPI/ ex. Kantor Tjipta Niaga
(ROTTERDAM INTERNATIO) dengan mengaplikasikan
konsep adaptive re-use sebagai salah satu aplikasi konsep
konservasi bangunan tua. Gedung ini dipilih karena kondisi
fisiknya yang memprihatinkan dan harus dilestarikan karena
merupakan bagian dari sejarah kehidupan perdagangan di
kawasan Kota Tua. Aplikasi konsep adaptive re-use pada
bangunan ini dirasa tepat, karena lokasinya yang berada di
kawasan Kota Tua yang hampir setiap harinya dikunjungi
oleh para wisatawan lokal maupun asing. Sehingga bangunan
ini dapat memberikan pengalaman berwisata baru bagi
pengunjung dan memberikan manfaat secara ekonomi
kepada pengelola gedung hingga masyarakat sekitarnya.
3
menghidupkan kembali fungsi lama ataukah dengan
mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang
dibutuhkan. Sementara yang dimaksud dengan adaptive re-
use adalah membangun kembali bangunan lama untuk fungsi
baru. Konsep ini merupakan salah satu cara ekonomis dalam
menyelamatkan bangunan dan umumnya terjadi perubahan
yang besar terutama perubahan pada organisasi ruang
dalamnya.
4
yang berkaitan dengan proses pelestarian bangunan di suatu
kawasan/kota, sehingga dapat dicarikan pemecahannya dan
diharapkan menjadi salah satu metode analisis dalam
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan sejenis
serta menjadi sebuah referensi akademis.
5
Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif komparatif. Penelitian kualitatif
komparatif adalah penelitian yang bersifat obyektif karena
berinteraksi terhadap fakta yang diteliti dan memberikan
gambaran berupa studi preseden sebagai pembanding objek
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis melampirkan
beberapa studi preseden yang dianggap berhasil dalam
penerapan konsep adaptive re-use yaitu sebagai berikut:
1 2 3
6
1 2 3
7
yang dianalisa maupun hasil analisanya berbentuk gambaran
tentang suatu fenomena yang terjadi.
1 2 3
8
1 2 3
9
1 2 3
10
teori konservasi
11
Pengertian Umum Pelestarian
Pelestarian berasal dari kata lestari yang artinya tetap
selama-lamanya, tidak berubah. Maka secara umum
pelestarian dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
membuat sesuatu tetap selama-lamanya, tidak berubah dan
mempertahankan sesuatu sebagaimana mestinya.
12
penelitiannya, bahwa kajian yang bersifat teoritis-konseptual
hendaknya ditindaklanjuti dengan perencanaan-perancangan
kawasan yang komprehensif, disertai dengan konsep
pemasarannya serta implementasinya, dengan sasaran pada
pengembangan/penataan kawasan studi yang berkualitas
dan berkarakter khas. Untuk mewujudkannya, peran arsitek
sangat dibutuhkan dan penting dalam menentukan fungsi
yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan.
13
suatu museum, tetapi dalam perkembangannya saat ini
pelestarian tidak hanya mencakup skala bangunan saja.
Sementara menurut Shankland dalam Bani (2004), lingkup
pelestarian dibedakan atas:
a) Desa dan kota kecil bersejarah;
b) Kawasan bersejarah dalam kota besar;
c) Kota bersejarah; dan
d) Kelompok bangunan bersejarah.
14
Dari beberapa lingkup objek pelestarian di atas, yang
termasuk dalam kajian arsitektur adalah pelestarian baik
dalam lingkup areal maupun fisik yang berwujud bangunan
atau kawasan bangunan. Dan di dalamnya membahas
tentang unsur-unsur pembentuk bangunan seperti fasade,
ornamen, struktur dan unsur lainnya yang sarat tentang nilai
sejarah dan estetika bangunan.
15
lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bentuk
asalnya berdasarkan data pendukung tentang bentuk
arsitektur dan struktur keadaaan asal tersebut dan agar
persyaratan teknis terpenuhi. (Ref.
UNESCO.PP.36/2005)
2. Preservasi
Preservasi (dalam konteks luas) adalah kegiatan
pemeliharaan bentuk fisik suatu tempat dalam kondisi
16
eksisting dan memperlambat bentukan fisik tersebut
dari kerusakan.
Preservasi (dalam konteks terbatas) adalah bagian dari
perawatan dan pemeliharaan yang intinya
mempertahankan keadaan sekarang dari bangunan dan
lingkungan cagar budaya agar kelayakan fungsinya
terjaga dengan baik. (Ref. UNESCO.PP.36/2005)
17
3. Konservasi
Konservasi (dalam konteks luas) adalah semua proses
pengelolaan suatu tempat hingga terjaga signifikan
budayanya. Hal ini termasuk pemeliharaan dan
mungkin (karena kondisinya) termasuk tindakan
preservasi, restorasi, rekonstruksi, konsolidasi dan
revitalisasi. Biasanya kegiatan ini merupakan
kombinasi dari beberapa tindakan tersebut.
18
bahan yang digunakan sebagai konstruksi bangunan
agar persyaratan teknis dari bangunan itu terpenuhi.
(Ref. UNESCO.PP.36/2005)
4. Rekonstruksi
Adalah kegiatan pemugaran untuk membangun kembali
dan memperbaiki seakurat mungkin bangunan dan
lingkungan yang hancur akibat bencana alam atau lainnya,
rusak akibat terbengkalai atau keharusan pindah lokasi
karena salah satu sebab darurat, dengan menggunakan
bahan yang tersisa (terselamatkan) dengan penambahan
bahan bangunan baru dan kemudian menjadikan
bangunan tersebut layak fungsi dan memenuhi
persyaratan dari teknis bangunan tersebut. (Ref.
UNESCO.PP.36/2005)
19
Gambar 4: Taman Sari, Yogyakarta yang merupakan taman bekas
kerajaan Kesultanan Yogyakarta
sumber :
http://www.alumni.ugm.ac.id/simponi/?page=ibrt_ugm&bid=84
5. Konsolidasi
Adalah kegiatan pemugaran yang menitikberatkan pada
pekerjaan memperkuat, memperkokoh struktur yang
rusak atau melemah secara umum agar persyaratan teknis
bangunan terpenuhi dan bangunan tetap layak fungsi.
Konsolidasi bangunan dapat juga disebut dengan istilah
stabilisasi kalau bagian struktur yang rusak atau melemah
bersifat membahayakan terhadap kekuatan struktur.
20
Gambar 5: Candi Borobudur yang mengalami proses konsolidasi untuk
memperkuat struktur yang mulai melemah
sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Borobudur
6. Revitalisasi
Adalah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk
mendapatkan nilai tambah yang optimal dari segi
ekonomi, sosial dan budaya dalam pemanfaatan bangunan
dan lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian
dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah
hilangnya aset-aset kota yang bernilai sejarah karena
kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas.
(Ref. UNESCO.PP.36/2005, Ditjen PU-Ditjen Tata
Perkotaan dan Tata Pedesaan).
21
Gambar 6: Kawasan Clarke Quay dan Boat Quay, Singapura
sumber: http://www-singapore.com/food-dining/boatquay-clarkequay.htm
7. Pemugaran
Adalah kegiatan memperbaiki atau memulihkan kembali
bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya ke bentuk
aslinya dan dapat mencakup pekerjaan perbaikan struktur
yang bisa dipertanggungjawabkan dari segi arkeologis,
histories dan teknis. (Ref. PP.36/2005)
22
Gambar 7: Candi Borobudur yang mengalami
pemugaran merupakan salah satu upaya konservasi
bangunan bersejarah di Indonesia
sumber : http://fotowisata.com
Tujuan Pelestarian
Tujuan pelestarian seperti diungkapkan oleh Budiharjo
(1991:VII-5) adalah :
1. Mengembalikan wajah obyek konservasi
2. Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang
kehidupan masa kini
23
3. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan
dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam
obyek pelestarian.
4. Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota
dalam wujud fisik tiga dimensi.
Manfaat Pelestarian
Menurut Budihardjo (1995:8) manfaat dari upaya pelestarian
adalah:
1. Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan
hasrat berkesinambungan, berkaitan dengan masa lalu,
serta memberi pilihan untuk tinggal dan bekerja di
samping lingkungan modern.
2. Pelestarian memberi keamanan psikologis bagi seseorang
untuk dapat melihat menyentuh dan merasakan bukti –
bukti fisik sejarah.
3. Kelestarian mewariskan, menyediakan catatan historis
tentang masa lalu dan melambangkan keterbatasan masa
hidup manusia.
24
4. Kelestarian lingkungan lama adalah salah satu aset
komersil terbesar dalam kegiatan wisata internasional.
5. Dengan dilestarikannya warisan yang berharga dalam
keadaan baik maka generasi yang akan datang dapat
mempelajari warisan-warisan tersebut dan
menghargainya sebagaimana yang telah dilakukan oleh
para pendahulunya.
25
3. Perkembangan pembangunan artefak sepanjang waktu,
sebagai respon terhadap intervensi kegiatan atau individu
yang bernilai historis.
26
perancangan yang mengendalikan fungsi, bahan
bangunan, tata informasi, garis sempadan, proporsi dan
gaya arsitektonis.
Penentuan wilayah : penentuan sebuah kawasan
sebagai kawasan pusaka berikut pembatasan
pembangunan dan penggunaan yang diperbolehkan
terhadap bangunan pusaka di dalamnya, misalnya
pembangunan yang dilakukan hanya oleh mengubah
interior bangunan atau penggunaan bangunan harus
sesuai dengan fungsi semua.
2. Hukuman, undang-undang/peraturan juga merupakan
pelengkap sebagai alat pencegah bagi pengabaian atau
perusakan kekayaan pusaka.
3. Pinjaman, tersedianya pinjaman dapat menambah peluang
bagi perlindungan karena dalam banyak kasus nilai hak
milik akan bertambah melalui rehabilitasi dan perbaikan.
Pertambahan nilai berarti mengimbangi biaya pinjaman.
Pembebasan pajak untuk bangunan pusaka yang
disumbangkan kepada organisasi pelestarian.
Bantuan dana pelestarian
27
4. Penggunaan kembali adaptif, bangunan-bangunan pusaka
yang sudah tidak berfungsi dapat digunakan lagi dengan
fungsi baru yang sesuai.
5. Penjualan hak-hak pembangunan, dalam konteks nilai
lahan perkotaan yang tinggi, bangunan pusaka seringkali
dibongkar untuk mengeksploitasi nilai lahan tempat
bangunan pusaka berdiri. Untuk menghindari perusakan,
hak-hak pembangunan dapat dijual atau dipindahkan ke
lokasi lain dalam suatu daerah tertentu. (sumber :
Pelestarian Bangunan Pusaka)
28
1. Menurut Piagam Burra (1981), yang menjadi payung dari
semua kegiatan pelestarian adalah konservasi, yaitu
semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna
mempertahankan nilai kulturnya. Mencakup semua
kegiatan pemeliharaan dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi setempat.
29
Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat diketahui
bahwasanya konservasi adalah suatu upaya perlindungan
dan penjagaan terhadap suatu bangunan dan lingkungan dari
kerusakan-kerusakan di sekitarnya sehingga nilai sejarah,
arsitektural, estetika bangunan, nilai keilmuan dan nilai
sosial tetap dapat terpelihara untuk generasi mendatang.
Kegiatan konservasi ini meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan pengembangan
terhadap kemungkinan adanya pengalihan fungsi baru dari
bangunan tersebut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka
konservasi kawasan mencakup suatu upaya pencegahan
adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang
tidak sesuai, baik secara fisik maupun non-fisik.
Manfaat Konservasi
Beberapa manfaat yang diperoleh dari upaya pelestarian
menurut Budihardjo dalam Thamrin (1988: 11) di antaranya
adalah:
30
1. Memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat
untuk kontinuitas dan memberi kaitan yang berarti
dengan masa lalu.
2. Mewariskan arsitektur, menyediakan catatan historis
tentang masa lalu dan melambangkan keterbatasan masa
hidup manusia.
3. Kelestarian lingkungan lama merupakan salah satu aset
komersial dalam kegiatan wisata baik nasional maupun
internasional.
31
fisik bangunan, agar tidak mengubah bukti-bukti sejarah
yang tersirat di dalamnya.
3. Kebijaksanaan yang sesuai untuk suatu tempat harus
didasarkan atas pemahaman terhadap makna kultural dan
kondisi fisik bangunannya.
4. Menjaga terpeliharanya latar visual yang sesuai, seperti
bentuk, skala warna tekstur dan bahan dari setiap
perubahaan baru yang berakibat buruk terhadap latar
visual, harus dicegah.
Kriteria Konservasi
32
5. Keaslian bangunan
6. Keterawatan bangunan
Obyek Konservasi
33
1. Garis cakrawala dan koridor pandang, seperti
pengendalian terhadap ketinggian bangunan dan
pengarah pandangan tentang view dan vista yang baik.
2. Kawasan, seperti kawasan yang mewakili gaya tradisional
tertentu yang dilindungi dari ancaman kehancuran dan
penambahan figur-figur baru.
3. Wajah jalan, seperti pelestarian fasade bangunan dan
perlengkapan jalan.
4. Lingkungan alami
5. Kota dan desa
6. Bangunan
7. Benda dan penggalan
34
Gambar 8: Contoh diagram rencana konservasi
sumber : http://antariksaarticle.blogspot.com
35
a) Pengawetan (preservation), yaitu mempertahankan
bangunan seperti adanya saat akan diawetkan yang
dilakukan dengan alat bantu berupa zat pengawet,
teknologi dan sebagainya
Sifat dari metode ini adalah:
Penampilan estetiknya tidak boleh ada yang ditambah
maupun dikurangi
Intervensi apapun yang diperlukan dalam rangka
mengawetkan bangunan hanya boleh dilakukan pada
permukaan bangunan dan diusahakan seminimal
mungkin.
b) Pemugaran (restoration), yaitu pengembalian warisan
budaya ke kondisi awal perkembangan morfologinya.
Sifat dari metode ini adalah:
Proses atau tahapan yang akan digunakan ditentukan
oleh kesejarahannya atau integritas estetikanya
Tingkatan perubahan yang dilakukan lebih besar
dibanding dengan preservasi sederhana.
36
c) Penguatan (consolidation), yaitu usaha mempertahankan
bentuk dan bangun warisan budaya dengan menggunakan
alat bantu kebendaan.
Sifat dari metode ini adalah:
Tingkat perubahan fisik pada bahan maupun elemen
bangunan digunakan untuk mempertahankan aspek
struktural bangunan
Tolak ukur perubahan pada proses ini mulai dari
perubahan sederhana hingga perubahan radikal.
37
d) Pemakaian baru (adaptive re-use), yaitu membangun
kembali bangunan lama untuk fungsi baru.
Sifat dari metode ini adalah:
Merupakan salah satu cara ekonomis dalam
menyelamatkan bangunan
Umumnya terjadi perubahan yang besar dalam proses
ini terutama perubahan pada organisasi ruang
dalamnya.
38
e) Pembangunan ulang (reconstruction), yaitu membangun
kembali bangunan yang sudah hilang.
Sifat dari metode ini adalah:
Bangunan rekonstruksi bertindak sebagai pengganti
tiga dimensional dari struktur asli secara terukur,
bentuk fisiknya ditetapkan oleh bukti arkeologis, arsip
serta literature
Memiliki tingkat perubahan yang paling besar.
39
Sifat dari metode ini adalah:
Memiliki sifat yang sama dengan rekonstruksi namun
secara fisik replika lebih akurat daripada rekonstruksi.
Tingkat perubahan pada proses replika termasuk
dalam perubahan yang paling besar, namun memiliki
kegunaan yang spesifik misal sebagai museum.
40
teori
adaptive reuse
41
Adaptive re-use merupakan
salah satu cara dalam upaya
konservasi bangunan.
42
positif terhadap kawasan itu sendiri dan pemerintah
setempat.
43
Kriteria Bangunan Adaptive Re-use
Berikut adalah beberapa kriteria yang menentukan apakah
bangunan harus dilestarikan dan digunakan kembali atau
hanya dibongkar (untuk luas tanah yang ditempatinya) yaitu:
1. Nilai sosial dari bangunan tersebut
Nilai sosial erat kaitannya dengan kondisi lokasi dan
kehidupan masyarakat sekitar.
2. Potensi penggunaan kembali tapak yang erat kaitannya
dengan kerusakan fisik dan dukungannya terhadap
penggunaan masa depan.
3. Pentingnya sejarah tapak, baik dari segi fisik dari jalan dan
daerah, serta peran tapak dalam pemahaman masyarakat
masa lalu.
4. Kondisi ekologi alam dari tapak, apakah tapak tersebut
cocok atau dapat mendukung lingkungan kerja yang akan
dirancang dalam tapak.
44
Manfaat Adaptive Re-Use dalam Konservasi
45
Sementara manfaat lainnya yang dapat kita petik adalah :
1. Mendukung strategi konservasi dan penghematan
sumber daya
2. Biaya konstruksi yang relatif lebih rendah
3. Biaya akuisisi lahan yang cukup ringan
4. Waktu pengerjaan/konstruksi yang lebih singkat
tergantung dari lingkup pekerjaannya
5. Menjembatani hubungan antara kehidupan masa lalu
dengan masa kini.
46
studi preseden
di asia
47
Metode adaptive re-use di berbagai wilayah di dunia dikenal
dengan istilah “building conversion”. Di negara-negara
wilayah Asia khususnya Singapura, metode ini sudah lama
dikembangkan pada bangunan bersejarah mereka. Di sana
terdapat berbagai macam bangunan yang telah mengalami
peralihan fungsi. Berikut akan penulis uraikan beberapa
bangunan di berbagai negara yang telah mengaplikasikan
konsep adaptive re-use :
48
Namun atas berbagai macam masukan dan desakan dari para
perencana, maka diambillah suatu kebijakan untuk
melestarikan bangunan-bangunan tua tersebut menjadi
fungsi yang baru. Setelah pemerintah Singapura
berkomitmen membersihkan sungai selama 10 tahun dan
rampung pada tahun 1987, kawasan tepian sungai ini
akhirnya dapat dimanfaatkan secara maksimal.
49
façade dan bagian dalamnya. Fungsi-fungsi lama pada
bangunan ini dirubah menjadi fungsi yang baru agar lebih
menguntungkan pemerintah Singapura dalam bidang
pariwisata. Selain itu dengan menutup jalur bagi kendaraan
bermotor sehingga ruang terbuka di depan bangunan
menjadi seperti hamparan pedestrian bagi para pejalan kaki
dan dapat digunakan untuk tempat makan terbuka bagi
beberapa kafe. (Dikutip dari Purwantiasning, 2005 dalam
http://publikasiku.blogspot.com/2005/12/non-published-04-
2005-konservasi-di.html)
50
Gambar 14: Daerah tepian sungai Singapura setelah dikonservasi
sumber : dokumentasi pribadi, 2013
51
Gambar 16: Daerah tepian sungai Singapura
setelah dikonservasi
sumber : dokumentasi pribadi, 2013
52
terbesar dan sudah dianggap sebagai pencakar langit pada
saat itu. Bangunan ini ditetapkan sebagai monumen nasional
dan diberi kehidupan yang baru berupa penyewa baru pada
tahun 1988 dan sekarang dikenal dengan MICA Building.
53
Gambar 17: Fasade gedung MICA dipenuhi jendela warna-warni
sumber : dokumentasi pribadi, 2013
54
studi preseden
di eropa
55
Selain di negara-negara wilayah Asia, metode ini juga sudah
lama dikembangkan di negara-negara wilayah Eropa. Di sana
terdapat berbagai macam bangunan bersejarah yang telah
mengalami peralihan fungsi. Berikut akan penulis uraikan
beberapa bangunan di berbagai negara yang telah
mengaplikasikan konsep adaptive re-use :
56
pelabuhan. Salah satunya adalah bekas rumah pompa yang
dahulu berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan level
air di dock dialihfungsikan menjadi sebuah bar yang cantik,
The Pump House. (Dikutip dari Gedemahaputra, 2014
dalamhttp://gedemahaputra.wordpress.com/2014/03/02/me
nikmati-sekeping-masa-lalu-di-liverpool/)
57
Gambar 19: The pump house yang telah beralihfungsi menjadi bar yang
cantik dan ramai pengunjung
sumber : http://gedemahaputra.wordpress.com/2014/03/02/menikmati-
sekeping-masa-lalu-di-liverpool/
58
1. Tersedianya inisiatif politik (political will) yang kuat
dari pemerintah dalam mendorong percepatan proses
revitalisasi.
59
Di negara Inggris, tepatnya di kota Liverpool terdapat
suatu organisasi swasta yang mengurus program
revitalisasi kawasan maupun bangunan tua yang dikenal
dengan Urban Splash. Urban Splash inilah yang berusaha
memunculkan setiap karakter dan keunggulan masing-
masing bangunan tua di Liverpool dengan fungsi yang
baru.
60
ini memuat berbagai macam strategi perencanaan
kawasan yang komprehensif. Di kawasan Clarke Quay dan
Boat Quay, konsep tata guna lahannya menggunakan
pendekatan konsep high & best use dan dynamic tenant
mix yang dilengkapi dengan panduan desain spasial
kawasan dan desain perangkat streetscape yang atraktif.
(Dikutip dari Ridwan Kamil, 2008 dalam
http://ridwankamil.wordpress.com/2008/09/27/strategire
vitalisasi-kota-kota-asia-dalam-konteks-persaingan-
global/)
61
Chinatown dan kawasan Mohamed Sultan, keduanya
berhasil direvitalisasi dari kawasan perdagangan umum
dan hunian yang terlantar menjadi kawasan wisata makan
dan hiburan yang aktif dan sukses. (Dikutip dari Ridwan
Kamil, 2008 dalam http://ridwankamil.wordpress.com
/2008/09/27/strategirevitalisasi-kota-kota-asia-dalam-
konteks-persaingan-global/)
62
kawasan kota
lama jakarta
63
Kota Tua sebagai Kawasan Konservasi
64
oleh Bapak SD Darmono, selaku presiden direktur PT
Jababeka. Kedua tim ini nantinya akan berfungsi
mengembangkan Kota Tua Jakarta dengan melakukan
revitalisasi.
65
Program revitalisasi Kota Tua yang dilakukan Pemprov DKI
Jakarta dan konsorsium BUMN dan pihak swasta melibatkan
para pakar antara lain Sofyan Djalil. Dengan struktur antara
lain sebagai penasihat bidang hubungan kelembagaan Sofyan
Djalil, penasihat bidang seni rupa dan museum Oei Hong
Djien, penasihat bidang arsitektur dan heritage Han Awal,
dan lain-lain. Dalam jangka waktu enam bulan, target dari
konsorsium tersebut adalah merevitalisasi Museum
Fatahillah, selesai melaksanakan adaptive re-use dari Kantor
Pos Fatahillah untuk dijadikan visitor center dan Jakarta
Museum of Contemporary Art serta mengadakan Fiesta Kota
Tua di Fatahillah Square berupa public performance, food
festival, dan pesta rakyat. Program ini bertujuan untuk
menghidupkan kembali nilai sejarah kawasan Kota Tua
sebagai Culture District dengan prinsip public private
partnership. (dikutip dari hasil diskusi dengan kelompok PT
Pembangunan Jakarta dan kelompok Pelestarian Kota Tua
pada tanggal 14 Maret 2014)
66
Gambar 21: Suasana diskusi pembahasan tujuan dari program revitalisasi
kawasan Kota Tua, Jakarta
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
67
Peran PT P.P.I dalam Revitalisasi Kota Tua
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT P.P.I) sangat
berperan penting dalam program revitalisasi Kota Tua. Hal
ini dapat dilihat dari keikutsertaannya Direktur Divisi
Manajemen Aset PT P.P.I yaitu Bapak Robert Tambunan
sebagai Ketua Jakarta Heritage Trust. Dengan adanya JHT,
beliau menilai tidak ada lagi (yang semula dibentuk sebagai
Paguyuban Kota Tua) yang menyalahgunakan wewenang,
salah satu contohnya adalah organisasi dijalankan orang
yang tidak memiliki, atau mengelola bangunan. Akibatnya,
banyak kebijakan Paguyuban Kota Tua yang berlawanan
dengan kepentingan pemilik dan pengelola bangunan.
68
Gambar 23: Logo Jakarta Heritage Trust
sumber :
http://jakartaheritagetrust.wordpress.com/
69
P.P.I). PT P.P.I kurang lebih memiliki 16 gedung di kawasan
Kota Lama Jakarta. Pada umumnya gedung-gedung ini saling
berdekatan atau berada di satu blok yang sama. Gedung-
gedung tersebut antara lain yaitu Toko Merah, gedung Tjipta
Niaga dan gedung Pasar Kota Tua.
70
milik PT P.P.I yang salah satu di antaranya adalah gedung
Tjipta Niaga.
3
2
Gambar 24 Peta Blok gedung milik PT P.P.I di jalan Kalibesar Timur IV dan jalan Pintu Besar
Utara
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
71
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasanya PT P.P.I
memiliki 3 gedung yang berada di dalam satu blok yaitu di
sisi jalan Kalibesar Timur IV dan jalan Pintu Besar Utara.
Gedung-gedung tersebut yaitu:
72
Gambar 25: Bagian dalam gedung Tjipta Niaga yang digunakan untuk pengambilan foto
pre-wedding
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
73
Gambar 26: Galeri Pasar Kota Tua yang menjual berbagai macam
pakaian dan aksesoris
sumber : http://amaliarosadotcom.wordpress.com
3) Gedung Perkantoran
74
rasa kepedulian kita terhadap aset bersejarah di kawasan
Kota Tua.
75
Dari beberapa gedung milik PT P.P.I yang berada di titik Jalan
Kalibesar Timur dan Jalan Pintu Besar Utara, gedung yang
memiliki potensi terbaik untuk dikonservasi dengan
dialihfungsikan adalah gedung Tjipta Niaga. Hal ini didukung
oleh:
a. Gedung Tjipta Niaga memiliki luas bangunan yang lebih
dibandingkan bangunan lainnya, sehingga tepat untuk
dibuat fungsi baru seperti hotel dan lainnya
76
studi kasus
77
Sejarah Berdirinya Gedung PT P.P.I
78
Menurut Candrian Attahiyat (Ketua Unit Pelaksanaan Teknis
Pemetaan dan Pengembangan Kota Tua) gedung Tjipta Niaga
terdiri atas dua gedung. Pada sisi Jalan Kalibesar Timur,
digunakan sebagai kantor Internationale Crediet en Handels
Maatschappij yang kemudian dinasionalisasi menjadi Bank
Exim, serta gedung Koloniale Zee en Brand Assurantie
Maatschappij yang dinasionalisasi menjadi BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) Tjipta Niaga, pada sisi Jalan Pintu Besar
Utara. (Dikutip dari buku karya Windoro Adi, dengan judul
Batavia 1740, Menyisir Jejak Betawi)
79
Gambar 30: Gedung Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij yang
dinasionalisasi menjadi BUMN Tjipta Niaga, pada sisi Jalan Pintu Besar
Utara tempo dulu
sumber : http://silvanaekasari.blogspot.com/2013/05/gedung-cipta
niaga-rotterdam-internatio.html
80
bangun dengan konstruksi beton bertulang. Tangga dan lobi
atas dibuat mewah, dengan anak-anak tangga yang dilapisi
bata keras yang diminyaki, sehingga tampak seperti marmer
hitam yang dipoles. Lampu - lampu atas di lobi dihiasi kaca
pada jendela, yang di dalamnya terdapat berbagai emblem
dan tanda pengenal keturunan, kota atau negara.
81
Gambar 32: Tanda pengenal keturunan kota atau negara yang
terletak di lantai dua gedung bank Exim
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
82
Lokasi dan Data Gedung PT P.P.I
83
Gambar 33: Peta lokasi gedung Tjipta Niaga
sumber : google maps, 2014
84
Perkembangan Gedung PT P.P.I
Adapun perkembangan dari gedung Tjipta Niaga tertera pada
tabel 1 berikut ini:
Tabel 3. Perkembangan gedung Tjipta Niaga dari tahun ke tahun
sumber : hasil wawancara dengan Bapak Pras selaku Wakil Direktur Divisi Manajemen Aset
PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
85
Data Fisik Gedung PT P.P.I
86
Kali Besar Timur IV) dimanfaatkan untuk area parkir
kendaraan para wisatawan.
Denah Eksisting
Gedung ini memiliki dua akses utama, yaitu melalui sisi jalan
Pintu Besar Utara dan jalan Kali Besar Timur IV. Hal tersebut
dikarenakan gedung ini memiliki dua bagian yaitu bagian
barat dan timur, masing-masing bagian memiliki 2 pintu
utama.
Bagian barat gedung ini terdiri dari 2 lantai dan 1 lantai atap,
sementara bagian timur terdiri dari 3 lantai. Karena
minimnya perawatan dan pemeliharaan, gedung ini menjadi
rusak dan terbengkalai. Walaupun demikian gedung ini tetap
memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing dan
lokal.
87
Gambar 34: Denah Site Plan Eksisting Gedung PT P.P.I
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
88
Gambar 35: Denah Blok Plan Eksisting Gedung PT P.P.I
sumbe : dokumentasi pribadi, 2014
89
Gambar 36: Denah Eksisting Gedung PT P.P.I
sumber: dokumentasi pribadi, 2014
90
Gambar 37: Denah Eksisting Gedung PT P.P.I
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
91
Kondisi Eksisting
Gambar 38: Eksterior Gedung pada sisi A (Jl. Kali Besar Timur 4)
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
92
Sementara fasade gedung pada bagian yang menghadap jalan
Pintu Besar Utara, kondisinya lebih memprihatinkan. Terjadi
banyak kerusakan seperti atap yang telah roboh, jendela-
jendela yang keropos dan tidak bisa dibuka hingga hilang
termakan waktu. Cat-cat pada dinding juga dipenuhi oleh
lumut hijau sehingga gedung ini terlihat kumuh dan angker.
Gambar 39: Eksterior Gedung pada sisi B (Jl. Pintu Besar Utara), pada sisi ini atap
gedung telah roboh (tidak beratap)
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
93
Gambar 40 dan 41: Eksterior Gedung pada sisi B (Jl. Pintu Besar Utara), pada
sisi ini atap gedung telah roboh (tidak beratap)
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Bagian interior pada sisi barat lantai dasar, saat ini sering
digunakan untuk kegiatan foto pre-wedding dan tempat
tinggal. Pada bagian ini, terjadi kerusakan yang cukup parah
pada bagian lantai. Sementara pada bagian kaca jendela,
sebagiannya telah rusak/pecah dan terdapat beberapa
furniture peninggalan Bank Exim.
94
Gambar 42, 43 dan 44: Interior sisi barat lantai dasar gedung (PT
Bank Exim) yang saat ini sering digunakan untuk tempat foto
pre-wedding
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
95
Gambar 45 dan 46: Interior sisi barat lantai dasar gedung yang pada
awalnya ditempati oleh PT Bank Exim dan pada saat ini kondisinya
tidak terawat dan cukup memprihatinkan
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
96
warga. Dan pada saat musim hujan, bagian ini didominasi
oleh genangan air. Hal ini terjadi karena telah robohnya atap
di bagian ini dan hilangnya beberapa jendela.
Gambar 47 dan 48: Interior sisi timur lantai dasar gedung yang pada awalnya
ditempati oleh PT Tjipta Niaga dan pada saat ini digunakan untuk tempat
makan/berdagang
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
97
Di lantai dasar gedung ini juga terdapat dapur dan toilet yang
masih difungsikan oleh penjaga gedung. Kondisi toilet
gedung ini sangat memprihatinkan karena bagian plafon area
ini sudah keropos bahkan hilang dan sebagian besar pintu
toilet telah keropos. Walaupun demikian saluran air bersih
dan kotor masih bisa dimanfaatkan dengan baik oleh penjaga
gedung.
98
Gambar 50: Kondisi area koridor menuju toilet
yang terletak di lantai dasar gedung
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
99
Pada interior lantai dua gedung, kondisinya tidak jauh
berbeda dengan lantai satu. Jika terjadi hujan, pada lantai ini
juga terdapat beberapa genangan air dan bagian pintu
jendela telah mengalami keroposan. Walaupun demikian
area ini tetap mempunyai daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan untuk melakukan pengambilan foto maupun
syuting.
Gambar 52 dan 53: Lantai dua gedung Tjipta Niaga, pada area ini jika
hujan, terdapat banyak genangan karena bagian atap ini telah hilang
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
100
Gambar 54, 55 dan 56: Lantai dua gedung Tjipta Niaga, pada area ini
jika hujan maka terdapat banyak genangan
karena bagian atap ini telah hilang
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
101
Gambar 57, 58 dan 59: Lantai dua gedung yang sering digunakan untuk
area foto pre-wedding dan syuting video klip
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
102
Sementara interior lantai tiga sisi timur gedung ini,
kondisinya sangat memprihatinkan. Atap pada bagian ini
telah roboh dan kaca-kaca pada pintu jendela sebagian besar
telah hilang. Karena sudah tidak beratap lagi, dinding pada
lantai ini didominasi oleh lumut hijau dan lantai menjadi
rusak.
103
Gambar 62, 63, 64 dan 65: Area gedung yang sudah tidak
beratap namun masih terdapat sisa-sisa
dari struktur atap tersebut
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
104
Kemudian di area lantai atap gedung, saat ini kondisinya
cukup memprihatinkan. Walaupun demikian struktur atap di
bagian ini (sisi barat gedung) masih berfungsi sebagai
pelindung dari cuaca panas maupun hujan.
Gambar 66, 67 dan 68: Lantai struktur atap bangunan yang masih
berfungsi untuk melindungi bangunan dari
cuaca panas maupun hujan
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
105
Di dalam gedung ini juga masih tersisa beberapa peninggalan
pemilik gedung, seperti kaca patri yang menunjukkan tanda
pengenal bangsa. Selain itu profil-profil pada bagian atas
kolom menjadi ciri khas langgam arsitektur yang dipilih oleh
arsitek.
106
Kondisi Bangunan-bangunan di sekitar
Berikut akan penulis uraikan beberapa bangunan bersejarah
lainnya di sekitar gedung PT P.P.I (ex. Tjipta Niaga) yang
telah direvitalisasi maupun sedang direvitalisasi, yaitu:
6 2
5 4
3
1
107
1) Museum Fatahillah Jakarta
108
Gambar 74: Tampak depan gedung PT Pos Indonesia
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
3) Museum Wayang
109
Gambar 75: Museum Wayang yang dibuka untuk umum
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
110
Gambar 76: Bagian depan museum Seni Rupa dan Keramik
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
5) Café Batavia
111
Gambar 77: Bagian depan café Batavia
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
112
7) Toko Merah
Gedung ini adalah gedung PT. Dharma Niaga dan pada saat
ini dikelola oleh PT P.P.I yang terletak di Jl. Kali Besar
Barat No.107, Jakarta Barat. Bangunan yang pernah
digunakan sebagai rumah kediaman Gubernur Jenderal
VOC Baron van Irnhoff tersebut memiliki arsitektur
bergaya Barok abad ke-18, terlihat pada elemen cornice
dan jendela tinggi yang dominan.
113
Data Non-Fisik Gedung PT P.P.I
114
Gambar 80: Penggolongan lingkungan cagar budaya di Zona 2
Kawasan cagar budaya Kota Tua
sumber : guidelines Kota Tua, 2014
115
Karena lokasinya yang terletak di jalan Kali Besar Timur,
maka gedung PT P.P.I termasuk dalam lingkungan cagar
budaya golongan II. Dalam lingkungan golongan II terdapat
beberapa kebijakan yang diberlakukan, agar bangunan-
bangunan cagar budaya di dalamnya dapat diselamatkan dan
dilestarikan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:
1) Penataan lingkungan dilakukan dengan tetap
mempertahankan keaslian unsur-unsur lingkungan serta
arsitektur bangunan yang menjadi ciri khas kawasan,
yaitu mempertahankan karakter ruang-ruang kota dan
melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya yang
ada.
2) Ruang kota di sepanjang Kali Besar, di sepanjang Jalan
Pintu Besar Utara dan di sekitar lapangan Stasiun Beos
dimanfaatkan untuk tempat kegiatan umum dan
komersial terbatas.
3) Pada bangunan cagar budaya dimungkinkan dilakukan
adaptasi terhadap fungsi-fungsi baru sesuai dengan
rencana kota, yaitu memanfaatkan bangunan-bangunan
untuk kegiatan komersial, hiburan, hunian terbatas/
hotel, dan apartemen.
116
4) Penataan papan nama dan papan iklan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan di dalam pedoman.
117
Gambar 82 dan 83: Beberapa sudut gedung yang digunakan
untuk tempat tinggal
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
118
3. Ketika penulis melakukan observasi hingga bagian atap
gedung, penulis menemukan sebuah kasur yang
sepertinya digunakan untuk tempat beristirahat
seseorang.
119
Gambar 86: Kawasan Kota Tua dipenuhi wisatawan lokal maupun
asing dan dikuasai oleh sekelompok preman
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
120
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Gambar 88: Salah satu warga sekitar yang berjaga dipintu masuk gedung
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
121
2. Di sekitar gedung, dipenuhi oleh para pedagang makanan
maupun aksesoris yang pada umumnya mereka tinggal di
sekitar kawasan Kota Tua
122
strategi
penerapan
123
Prinsip - Sasaran Konservasi yang Tepat
124
Namun akibat dari rasa ketidakpedulian masyarakat akan
keberadaan mereka inilah yang menyebabkan kumuhnya
kawasan Kota Tua Jakarta. Bangunan-bangunan tersebut
menjadi terbengkalai dan terkikis waktu, bahkan ada
sebagian dari mereka telah roboh.
125
1. Memahami prinsip dari suatu kegiatan konservasi
agar hasil yang didapatkan sesuai dengan harapan
126
revitalisasi maupun konservasi kawasan Kota Tua ini
adalah:
a) Identitas Kota dan “Sense Of Place”
Gambar 93: Kawasan Kota Tua yang terletak di sepanjang Kali Besar
merupakan ciri khas dan identitas dari ibukota DKI Jakarta
sumber : https://www.flickr.com/photos/eric_arianto/4521868273/
127
waktu. Sangat disayangkan jika kawasan ini hilang
karena ulah manusia, dimana mulai lunturnya rasa
cinta dan semangat melestarikan bangunan
bersejarah.
b) Nilai Sejarah
128
Gambar 94: Museum Fatahillah merupakan salah satu museum di Kawasan
Kota Tua yang memiliki beberapa dokumen bersejarah
tentang terbentuknya Kota Oud Batavia
sumber : dokumentasi pribadi, 2014
c) Nilai Arsitektur
129
dengan memaksimalkan seluruh kemampuannya
sehingga saat ini masih tetap awet.
130
d) Pendidikan
e) Sumber Inspirasi
131
budaya hingga pariwisata. Salah satu contohnya
adalah mampu memberikan lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi
merawat dan meramaikan kembali kehidupan di
kawasan tersebut.
132
g) Peningkatan Kualitas
133
2. Memahami bagaimana sasaran konservasi yang tepat
dan dapat diaplikasikan di kawasan Kota Tua Jakarta
134
Dari uraian tersebut di atas maka sasaran yang tepat dari
upaya konservasi kawasan Kota Tua adalah dengan:
1. Melakukan proses rekonstruksi untuk mengembalikan lagi
beberapa bagian bangunan yang mulai dan sudah rusak
2. Menghidupkan kembali bangunan tersebut agar dapat
berfungsi sama seperti sebelumnya maupun dengan
fungsi yang baru
3. Memberikan bantuan berupa dana kepada para pemilik
yang kurang mampu mendanai sendiri biaya perawatan
gedung
4. Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif dalam
kegiatan konservasi bangunan bersejarah dengan
memberikan ilmu pengetahuan tentang pelestarian
bangunan
5. Upaya konservasi dilakukan secara terus menerus
sehingga bangunan tersebut dapat terus terawat dan
menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing
6. Kawasan di sekitar Kota Tua Jakarta juga perlu dibenahi
agar bangunan bersejarah tetap dapat berdiri. Salah
satunya adalah dengan melarang kendaraan roda empat
135
yang berukuran besar untuk tidak melewati jalur kawasan
Kota Tua Jakarta.
136
Manfaat yang Diperoleh
137
adaptive re-use. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Nilai Sosial
138
2. Pentingnya Sejarah Tapak
139
dapat dimanfaatkan secara optimal. Seperti di Singapura
sungai di sepanjang kawasan Boat Quay dijadikan tempat
wisata yang mampu menarik para wisatawan.
Keberhasilan di sana dapat dijadikan acuan bagaimana
mewujudkan kembali kawasan yang telah mati.
b) Di bidang ekonomi
Meningkatkan tarif perekonomian masyarakat sekitar
karena adanya fungsi baru di kawasan Kota Tua, sehingga
tersedianya lapangan pekerjaan.
140
c) Di bidang sosial
Menjembatani antara kehidupan masa lalu dengan
kehidupan masa kini.
141
1. Menghidupkan kembali fungsi bangunan dengan membuat
fungsi baru yang didasari pada luas, tingkat struktur dan
penikmat fasilitas bangunan (publik, semi private dan
private) dengan konsep mix-used.
142
2. Pemanfaatan maksimal area publik dengan menyediakan
sarana-prasarana yang layak dan nyaman, seperti:
a) Adanya jalur pedestrian yang nyaman untuk
semua umur.
b) Peremajaan area berjualan para pedagang agar
tidak mengganggu aktifitas para pejalan kaki.
c) Memaksimalkan area hijau di sekitar kawasan
Kota Tua, misalnya dengan membangun
beberapa taman yang dihiasi dengan pepohonan
rindang.
d) Adanya pengerukan kali di sepanjang kawasan
Kota Tua (Kali Besar) sehingga kali tersebut
menjadi bersih dan nyaman, serta dapat
dimanfaatkan sebagai wisata air di kawasan Kota
Tua.
143
bersejarah tersebut. Akses-akses utama menuju Kota Tua
saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, dimana jalur
yang dilalui mengalami tingkat kemacetan yang cukup
parah. Permasalahannya lainnya yaitu sulitnya para
wisatawan untuk mendapatkan area parkir kendaraannya
dengan kondisi yang aman dan mudah dijangkau.
144
maupun asing untuk berwisata sambil mempelajari
sejarah ibukota.
145
keindahan, namun dapat memberikan “pesan”
dari gedung tersebut.
146
stakeholders, sejarahwan dan seniman agar
bentuk gedung tetap berada pada wajah aslinya.
147
Gagasan/ Ide Aplikasi Adaptive Re-Use
Dari data dan hasil analisa data fisik maka dapat disimpulkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Kesimpulan analisa data fisik gedung PT P.P.I
sumber : hasil analisa pribadi, 2014
Tingkat
Kerusakan Solusi
kerusakan
0 – 50% Kerusakan fisik gedung Solusi untuk tingkat kerusakan ini adalah
yang termasuk dalam dengan melakukan perbaikan secara
tingkat ini yaitu pada menyeluruh pada tiap elemennya dan
bagian: penambahan struktur baru untuk
Dinding interior memperkuat struktur lama bangunan. Hal
Kolom dan balok ini diperlukan jika pihak pemilik ingin
Lantai menambah lantai ataupun ruang-ruang
Kusen pintu dan jendela baru.
Tangga (Sebaiknya penambahan ini dilakukan tanpa
merusak kulit luar bangunan)
51 – 100% Kerusakan fisik gedung Solusi yang paling tepat untuk tingkat
yang termasuk dalam kerusakan ini adalah dengan melakukan
tingkat ini yaitu pada rekonstruksi ulang dan menggunakan
bagian: material baru dengan kualitas yang lebih
Dinding eksterior baik. Dan diharuskan perbaikan total ini
Plafon dibuat semirip mungkin dengan bentuk
Daun dan kaca Jendela aslinya
Konstruksi atap
148
wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini merupakan
bagian dari kelas menengah ke bawah. Maka dari itu
diharapkan fungsi-fungsi baru yang akan diterapkan dalam
kawasan ini, menggunakan tarif yang tidak terlalu mahal dan
terjangkau.
149
membuat suatu fungsi baru yang dapat menampung
mereka dengan ciri khas tersendiri.
150
area sport center di dalamnya. Sehingga para wisatawan
dapat tetap berolahraga sambil menikmati sejarah
terbentuknya Oud Batavia.
4) Ballroom
Saat ini, sebagian besar gedung-gedung yang berada di
kawasan Kota Tua Jakarta tidak menyediakan tempat
khusus untuk mengadakan suatu acara diskusi maupun
konferensi yang nyaman dan eksklusif. Maka dari itu,
gedung ex. Tjipta Niaga ini diharapkan mampu
menyediakan ballroom yang memberikan kesan grand
dan nyaman.
151
tujuan komersil tetapi juga diperuntukkan bagi
pelayanan kepada masyarakat atau orang tertentu. Dan
lambat laun tujuan dasarnya berubah karena sifat ini
jelas memerlukan biaya pemeliharaan dan pengurusan.
Maka dari itu gedung ex. Tjipta Niaga ini ditujukan untuk
memberikan image baru tentang wisata kawasan
bersejarah yang tidak hanya menekankan pada titik
keindahan tetapi dapat memberikan “pesan” kepada
para wisatawan agar tetap melestarikan bangunan
bersejarah dan warisan budaya Indonesia.
152
Pada area lantai dasar gedung dapat dimanfaatkan untuk
area yang bersifat publik, seperti area wisata kuliner dan
sport center. Dalam usulan ini, penulis membagi area
wisata kuliner menjadi dua yaitu kuliner tradisional dan
internasional. Untuk area kuliner tradisional diberikan
space yang lebih luas dan terletak pada bagian timur
bangunan yang berhadapan langsung dengan jalan Pintu
Besar Utara. Hal ini dikarenakan wisatawan yang berada
di sekitar jalan Pintu Besar Utara lebih ramai dan jarak
yang paling cepat ditempuh dari sisi taman Fatahillah
berada pada bagian ini. Dan untuk area kuliner
internasional posisinya berbatasan langsung dengan
jalan Kali Besar Timur IV. Sementara untuk area sport
center diletakkan pada bagian paling barat bangunan
yang berhadapan langsung dengan jalan Kali Besar Raya.
Hal ini bertujuan agar para pengunjung dapat
berolahraga sambil menikmati pemandangan sungai Kali
Besar yang diramaikan oleh aktifitas luar pengunjung
lainnya.
153
Sport center
Koridor/akses utama menuju hostel
Area kuliner tradisional
Area kuliner internasional
Area servis
Gambar 101: Contoh pembagian zoning pada lantai dasar gedung PT P.P.I
sumber : hasil analisa, 2014
154
Ballroom
Koridor/akses utama menuju hostel
Area hostel
Area servis
Gambar 102: Contoh pembagian zoning pada lantai dua gedung PT P.P.I
sumber : hasil analisa, 2014
155
Area hostel
Area sky dining
Area servis
Gambar 103: Contoh pembagian zoning pada lantai tiga gedung PT P.P.I
sumber : hasil analisa, 2014
156
agar dapat menghilirisasi para wisatawan akan
“keberadaan”nya.
157
3. Menerapkan teknologi canggih dan terbaru pada ruang
dalam bangunan.
Dewasa ini, perkembangan ilmu teknologi di berbagai
bidang termasuk arsitektur/ interior sangatlah pesat.
Salah satu negara di Asia yang berhasil
mengimplementasikan teknologi visual ke dalam suatu
bangunan adalah Singapura. Di sana setiap bangunan yang
dirancang dilengkapi dengan teknologi canggih di
dalamnya yang dapat membantu pengunjung menikmati
seluruh fasilitas bangunan. Maka dari itu, interior gedung
ex. Tjipta Niaga ini diarahkan untuk didesain semi-
museum dengan dilengkapi teknologi canggih di
dalamnya.
158
penutup
159
Sejarah merupakan jembatan penghubung terbaik antara
peristiwa-peristiwa saat ini dengan peristiwa di masa lalu,
oleh karena itu setiap kawasan maupun bangunan bersejarah
sudah sepatutnya kita lestarikan. Aplikasi pelestarian suatu
kawasan maupun bangunan yang saat ini sering digunakan
adalah konservasi, karena cara ini dinilai cukup berhasil
dalam mempertahankan warisan bersejarah di Indonesia.
Upaya konservasi suatu kawasan maupun bangunan dapat
berhasil jika dilakukan dengan strategi yang matang dan
terarah. Maka dari itu strategi yang tepat dalam upaya
konservasi adalah dengan metode adaptive re-use yaitu
metode mengubah suatu kawasan atau bangunan menjadi
suatu tempat dengan fungsi baru yang lebih menguntungkan
dari fungsi lama, tanpa mengubah karakter dan nilai sejarah
yang terkandung di dalamnya.
160
strategi penerapan adaptive re-use yang dinilai tepat untuk
gedung ini adalah:
Tabel 5. Strategi penerapan adaptive reuse untuk gedung ex Tjipta Niaga
sumber : hasil analisa pribadi, 2014
Strategi
Aplikasi Strategi
No. Penerapan
Penerapan Adaptive Re-use
Adaptive Re-use
Memiliki strategi
yang mampu Adanya perbaikan pada fasade gedung
menghilirisasi dengan memberikan sentuhan warna yang
para wisatawan lebih menarik dan dilengkapi pencahayaan
1
untuk dapat yang optimal. Dan pada bagian interior
melihat gedung menerapkan konsep teknologi yang
“keberadaan” canggih dan terbaru
gedung
Memiliki satu
strategi identitas
Mengubah ruang dalam gedung untuk
ekonomi yang
disesuaikan dengan fungsi baru yang tepat
unik dan mampu
3 seperti tempat wisata kuliner yang
bersaing dengan
dilengkapi dengan hostel, sport area, sky
bangunan lainnya
dining hingga ballroom
di kawasan Kota
Tua Jakarta
161
Strategi
Aplikasi Strategi
No. Penerapan
Penerapan Adaptive Re-use
Adaptive Re-use
Membuat suatu
organisasi atau
badan pengelola Menjalin kerjasama yang lebih baik lagi
pengawasan yang antara pihak JHT dengan pemerintah
4 beranggotakan setempat dan perusahaan BUMN lainnya
para untuk lebih melestarikan dan merawat
stakeholders, bangunan bersejarah
sejarahwan dan
seniman
162
Dalam bidang ekonomi, hasil yang diperoleh dapat
digunakan untuk biaya perawatan dan pemeliharaan agar
bangunan dapat tetap terjaga kelestarian dan nilai
sejarahnya. Sementara dalam bidang pariwisata, sosial dan
budaya adalah dapat mengajak generasi muda untuk lebih
menghargai warisan sejarah dan mampu menarik para
wisatawan lokal maupun asing dengan tetap
mempertahankan identitas sebuah kota.
163
Maka dari itu perlu adanya campur
tangan dari para ahli sejarah dan
budayawan, agar nilai-nilai sejarah
dan karakter asli kawasan maupun
bangunan tetap utuh dan terjaga
dengan baik. Selain itu perlu
diadakan sosialisasi mengenai
pentingnya sejarah dan
peninggalannya kepada masyarakat
luas, agar identitas dari sebuah kota
tetap terjaga dan tidak hilang oleh
ulah tangan manusianya sendiri.
164
referensi
165
[1] ANONIM. Sejarah Perkembangan Kota Tua Jakarta.
Kotatuajakarta.org.
[2] ATMADI, P. Arsitektur dan Pengembangannya di
Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press. 1997. Yogyakarta.
Indonesia.
[3] BARNETT, Winston and Cyril Winskell. A Study of
Conservation. London: Routledge. 1977.
[4] BUDIHARDJO, Eko. Conservation and Restoration. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Indonesia. 1991
[5] BUDIHARDJO, Eko. Konservasi Arsitektur sebagai Warisan
Budaya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Indonesia. 1997d.
[6] BUDIHARDJO, Eko. Revitalisasi Pusat Kota Lama. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Indonesia. 1997e.
[7] BUDIHARDJO, Eko. Arsitektur Pembangunan dan
Konservasi. Djambatan. Jakarta. Indonesia. 1997f.
[8] BUDIHARDJO, Eko. Preservation and Conservation of
Cultural Heritage in Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Indonesia. 1997g.
[9] Dinas Tata Kota DKI Jakarta. Rencana Induk Kota Tua
Jakarta: A Vibrant, Diverse, and Living Cultural Heritage
District. PSUD. 2007.
[10] HEUKEUN, Adolf. Historical Site of Jakarta. Yayasan Cipta
Loka Caraka. 2000.
[11] IRPANSA. Re-Use Sebagai Konsep Eko-Urban Pada
Kawasan Kota Tua, Jakarta. Dalam http://id.scribd.com/doc/
200121635/Arling-Kota-Tua. 2014
[12] MARTOKUSUMO, Widjaja. Revitalisasi Sebuah
Pendekatan Dalam Peremajaan Kawasan. Bandung : Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota ITB vol. 19 no. 3 Desember
2008, 57-73. 2008
166
[13] JONES, AN & LARKHAM, PJ. The Character of
Conservation Areas. Report commisioned from Plan Local for
the Conservation and Built Environmnet Panel. London:
Royal Town Planning Institute. 1993.
[14] KAMIL, Ridwan. Strategi Revitalisasi Kota-Kota Asia
Dalam Konteks Persaingan Global. Artikel
ridwankamil.wordpress.com. 27 September 2008.
[15] LARKHAM, PJ. Conservation and the City. London:
Routledge. 1996.
[16] LIN, EM. Adaptive Reuse of the Historic Boat Quay
Singapore River, Singapore. http://web.mit.edu/akpia/
www/AKPsite/4.239/ singa/singa.html. without year.
[17] ORBASLI, A. Architectural Conservation. Blackwell
Publishing. Singapore. 2008.
[18] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Konservasi dan
Perkembangan Ekonomi. Bias Arkade. Jakarta. Indonesia.
2004.
[19] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Sebuah Pemaparan
Tentang Konsep Konservasi di Inggris. Jurnal Arsitektur
Universitas Pancasila HIRARCHI. Volume 1 Edisi 2. November
2004. Universitas Pancasila. Jakarta. Indonesia. 2004.
[20] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Konversi Bangunan Tua
Sebagai Salah Satu Aplikasi Konsep Konservasi. Jurnal
Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta NALARs.
Volume 8 Nomor 2. Juli 2009. Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Jakarta. Indonesia. 2009.
[21] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Aplikasi Konsep
Konservasi Pada Bantaran Sungai Studi Kasus: Clarke Quay.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur Universitas Negeri
Yogyakarta INERSIA. Volume VI Nomor 2. Desember 2010.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Indonesia. 2010.
167
[22] PURWANTIASNING, Ari Widyati & MAULIANI, Lily &
AQLI, Wafirul. Tipologi Konversi Bangunan Tua di Pusat Kota
Studi Kasus Pecinan di Singapura dan Petak Sembilan di
Jakarta. Jurnal Arsitektur Universitas Muhammadiyah
Jakarta NALARs. Volume 11 Nomor 2. Juli 2012. Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Jakarta. Indonesia. 2012.
[23] PURWANTIASNING, Ari Widyati & MAULIANI, Lily &
AQLI, Wafirul. Building Conversion as an Application of Old
Building Conservation, Comparative Studies: China Town
Singapore, Petak Sembilan Jakarta. Proceeding International
Seminar Genius Loci. Universitas Negeri Makassar. 14-16
Februray 2013. Universitas Negeri Makassar. Indonesia.
2013.
[24] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Designation of
Conservation Area as an Effort to Preserve a Local Wisdom,
Comparative Studies: Chester England and Tenganan
Pegeringsingan Bali. Proceeding of International Seminar
Genius Loci. Universitas Negeri Makassar. 14-16 Februray
2013. Universitas Negeri Makassar. Indonesia. 2013.
[25] PURWANTIASNING, Ari Widyati; Masruroh, F;
Nurhidayah. Analisa Kawasan Boat Quay Berdasarkan Teori
Kevin Lynch. Jurnal Ilmiah Arsitektur NALARs Volume 12
Nomor 1 Januari 2013. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2013.
[26] PURWANTIASNING, Ari Widyati & HADIWINOTO,
Ashadi & HAKIM, Luqmanul. Revitalization of Port Area as an
Effort to Preserve the Identity of the City,Comparative Studies:
Clarke Quay-Boat Quay Singapore, Albert Dock Liverpool and
Sunda Kelapa Jakarta. Proceeding of The XII International
Forum Le Vie dei Mercanti, Best Practice in Heritage
Conservation Management From the World to Pompeii. The
168
Faculty of Architecture of the Second University of Naples
Monastery of San Lorenzo, Aversa, Italy. June 12th-14th 2014.
Italy. 2014
[27] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Enhancing the Quality
of Environment by Creating a Concept of Revitalization for
Port Area of Sunda Kelapa. Proceeding Of The 6th
International Conference of Urban Policies Environmental
Land Management for Local and Regional Development. The
Faculdad de Arquitectura y Urbanismo, Universidad Nacional
del Nordeste Resistencia, Argentina. Italy. June 04th-06th
2015. Argentina. 2015.
[28] PURWANTIASNING, Ari Widyati; SOFIANA, Retdia;
ANISA. An Impleneting Strategy of Adaptive Reuse Concept for
Historical Old Buildings within Jakarta Old Town Area.
Proceeding Of The 6th International Conference of Urban
Policies Environmental Land Management for Local and
Regional Development. The Faculdad de Arquitectura y
Urbanismo, Universidad Nacional del Nordeste Resistencia,
Argentina. Italy. June 04th-06th 2015. Argentina. 2015.
[29] PURWANTIASNING, Ari Widyati. Revitalization
Guidelines as Control’s Tool in Urban Planning: Review of
Jakarta Old Town Guidelines. Keynote Speech Of The 6th
International Conference of Urban Policies Environmental
Land Management for Local and Regional Development. The
Faculdad de Arquitectura y Urbanismo, Universidad Nacional
del Nordeste Resistencia, Argentina. Italy. June 04th-06th
2015. Argentina. 2015.
[30] REYNOLDS, J. Conservation Planning in Town and
Country. Liverpool: Liverpool University Press. England.
1976.
169
[31] RTPI. The Character of Conservation Areas. A
Commisioned Study. London: RTPI. 1994.
[32] SURJOMIHARJO, A. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta.
Dinas Museum dan Pemugararan Propinsi DKI Jakarta.
Jakarta. Indonesia. 2000
[33] TIESDELL, S, Oc, T & HEATH, T. Revitalizing Historic
Urban Quarters. Oxford:Butterworth. England. 1996.
170
tentang penulis
171
Retdia Sofiana, lahir di Jakarta 17
Oktober 1990. Di tahun 2010, lulusan
SMK N 26 Pembangunan Jakarta ini
melanjutkan studi nya di perguruan
tinggi Universitas Muhammadiyah
Jakarta, Fakultas Teknik Jurusan
Arsitektur. Selama 4 tahun proses
studi tersebut, ia juga menjalani
rutinitas bekerja di salah satu
perusahaan konsultan arsitektur di
Jakarta. Dan pada tahun 2014, ia
mendapatkan gelar Sarjana Teknik
dan melanjutkan karirnya di bidang
interior desain di salah satu perusahaan
terkemuka di Jakarta.
172
Ari Widyati Purwantiasning, lahir
di Temanggung, 3 Januari 1972.
Menyelesaikan Sarjana Arsitektur di
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
Universitas Indonesia, 5 Januari 1996.
Menyandang gelar Master of Art in Town
and Regional Planning (MATRP) dari
Department of Civic Design, Faculty of
Social and Environmental Studies,
University of Liverpool, Inggris, 13
Desember 1999.
Sejak September 2000, menjadi Dosen
Tetap pada Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah
Jakarta, dan memegang jabatan sebagai Ketua Jurusan periode 2004-
2008 dan 2008-2012 serta sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik
periode 2012-2014. Sejak tahun 1997 mempunyai konsultan arsitektur
dan interior pribadi aribahri architect yang menangani berbagai disain
arsitektur dan interior.
173
Anisa, lahir di kudus 24 Maret 1977.
Menempuh pendidikan sejak dari SMA
hingga S2 di Yogyakarta. Melanjutkan S1
pada jurusan teknik arsitektur
Universitas Gadjah Mada pada tahun
1995 setelah menyelesaikan pendidikan
dari SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Studi lanjut S2 Arsitektur pada kampus
yang sama pada tahun 2001.
174