Anda di halaman 1dari 49

SAMPLING AUDIT UNTUK

PENGUJIAN PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN SUBSTANSIF
ATAS TRANSAKSI
PENGERTIAN SAMPLING AUDIT

Pemilihan dan evaluasi yang lebih kecil


dari 100% populasi menyangkut
relevansi audit seperti yang diharapkan
auditor ketika memilih item-item sampel
yang representatif dengan populasi
sehingga memberikan dasar yang layak
bagi pembuatan kesimpulan tentang
populasi.
SAMPEL REPRESENTATIF
Adalah sampel yang karakteristinya hampir sama dengan
yang dimiliki oleh populasi.
Asumsikan bahwa pengendalian internal klien
mengharuskan petugas klerk melampirkan dokumen
pengiriman ke setiap salinan faktur penjualan, tetapi
petugas tersebut tidak mengikuti prosedur tersebut tepat 3
persen. Jika auditor memilih sampel sebanyak 100 salinan
faktur penjualan dan menemukan tiga lampiran dokumen
pengiriman yang hilang, sampel tersebut dianggap
representatif. Jika dua atau empat item semacam itu
ditemukan dalam sampel, sampel tersebut dianggap cukup
representatif. Jika tidak ada atau ditemukan banyak item
yang hilang, sampel tersebut dianggap nonrepresentatif.
SAMPEL REPRESENTATIF
 Hasil sampel dapat menyebabkan kesimpulan yang
salah akibat kesalahan sampling atau kesalahan
nonsampling.
 Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak
representatif.
 Asumsikan bahwa auditor menerima bahwa
pengendalian dianggap efektif berdasarkan pengujian
pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang
memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya
memiliki tingkat pengecualian 8 persen, auditor
menerima populasi yang salah karena sampel tidak
cukup mewakili populasi.
SAMPEL REPRESENTATIF
Cara auditor untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang
tepat dari populasi.
 Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian
audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam
sampel.
 Dua penyebab risiko nonsampling adalah (1) kegagalan
auditor untuk mengenali pengecualian, dan (2) prosedur
audit yang tidak sesuai atau tidak efektif
SAMPLING STATISTIK
VS
SAMPLING NONSTATSITIK
Tiga tahap dalam penggunaan sampling satatistik dan
sampling nonstatistik:
1. Perencanaan sampel
2. Pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian
3. Pengevaluasian hasil

 Tujuan perencanaan sampel: memastikan bahwa


pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan
risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling.
SAMPLING STATISTIK
VS
SAMPLING NONSTATSITIK
 Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana sampel
dipilih dari populasi.
 Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan pengujian audit.
Tindakan Langkah
• Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak 100 1. Perencanaan
akan diperlukan sampel
• Memutuskan 100 mana yang akan dipilih dari populasi 2. Pemilihan sampel
• Melaksanakan prosedur audit untuk masing-masing dan Pelaksanaan
dari 100 item dan menentukan bahwa ada tiga pengujian
pengecualian
• Mencapai kesimpulan mengenai tingkat pengecualian 3. Pengevaluasian
yang mungkin dalam total populasi jika tingkat hasil
pengecualian sampel sama dengan 3 persen
SAMPLING STATISTIK
VS
SAMPLING NONSTATSITIK
 Sampling statistik berbeda dari sampling nonstatistik
dalam hal bahwa, dengan menerapkan aturan
matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur)
risiko sampling dalam merencanakan sampel (langkah
1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3).
 Dalam sampling nonstatistik, auditor tidak
mengkuantifikasi risiko sampling.
Pemilihan Sampel Probabilistik
VS
Nonprobabilistik
Dalam pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih secara
acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki
probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel.
Dalam pemilihan sampel nonprobabilistik, auditor memilih item
sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional dan
bukan metode probabilistik.
Pemilihan Sampel Probabilistik
VS
Nonprobabilistik
 Metode pemilihan sampel probabilistik:
 Pemilihan sampel acak sederhana
 Pemilihan sampel sistematis
 Pemilihan sampel probabilistik yang proposional
dengan ukuran sampel

 Metode pemilihan sampel nonprobabilistik:


 Pemilihan sampel sembarangan
 Pemilihan sampel blok
Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Dalam sampel acak sederhana, setiap kombinasi dari item
populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel.
Sebagian besar auditor sering kali menghasilkan angka
acak dengan menggunakan salah satu dari tiga teknik
pemilihan sampel dengan komputer: spreadsheet,
elektronik, generaor acak, dan perangkat lunak audit
tergeneralisasi.
Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Pemilihan Sampel Sistematis
Dalam pemilihan sampel sistematis, auditor menghitung
suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan
dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.
Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih mudah
digunakan.
Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Pemilihan Sampel Probabilitas yang Proposional
dengan Ukuran dan Bertahap
Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan
memilih sampel yang menekankan item-item populasi
dengan jumlah tercatat yang lebih besar.
Dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu adalah:
1. Mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan
setiap item populasi individual bersifat proporsional
dengan jumlah tercatat.
2. Membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya
menurut ukuran dolar dan mengambil sampel yang
lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang
lebih besar.
Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik
 Metode yang tidak memenuhi persyaratan teknis bagi
pemilihan sampel probabilistik.
 Karena metode sampel nonprobabilistik tidak didasarkan
pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel
mungkin sulit ditentukan.
Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik
Pemilihan Sampel Sembarangan
Pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh
auditor.
Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling
serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam
melakukan pemilihan.
Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik
Pemilihan Sampel Blok
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan
sisanya dipilih secara berurutan.
Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima
jika jumlah blok yang digunakan masuk akal.
Sampling untuk Tingkat Pengecualian

Auditor menggunakan sampling pada pengujian


pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
menentukan apakah pengendalian berjalan secara efektif
dan apakah tingkat kesalahan moneter berada di bawah
batas yang dapat ditoleransi.
Auditor mengestimasi persentase item-item dalam populasi
yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.
Persentase tersebut disebut sebagai tingkat keterjadian
(occurance rate) atau tingkat pengecualian (exception
rate)
Sampling untuk Tingkat Pengecualian

Contoh:
Jika auditor menentukan bahwa tingkat pengecualian untuk
verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3 persen,
maka rata-rata 3 dari setiap 100 faktur tidak diverifikasi
secara layak.
Pengecualian yang sangat diperhatikan oleh auditor:
1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang
ditetapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo
Sampling untuk Tingkat Pengecualian
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan
untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi,
yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat
pengecualian populasi.
Contoh:
Asumsikan bahwa auditor ingin menentukan persentase salinan
faktur penjualan yang tidak dilampirkan dokumen pengiriman.
Karena auditor tidak dapat mengecek setiap faktur, persentase
aktual dari dokumen pengiriman yang hilang tetap tidak
diketahui. Auditor hanya memperoleh sampel salinan faktur
penjualan dan menentukan persentase faktur yang tidak
dilampiri dokumen pengiriman. Kemudian auditor menyimpulkan
bahwa tingkat pengecualian sampel merupakan estimasi terbaik
atas tingkat pengecualian populasi.
Sampling untuk Tingkat Pengecualian
Karena tingkat pengecualian didasarkan pada sampel,
kemungkinan besar tingkat pengecualian sampel akan berbeda
dari tingkat pengecualian populasi aktual. Perbedaan tersebut
disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error). Auditor
memperhatikan baik estimasi kesalahan sampling maupun
reliabilitas estimasi tersebut, yang disebut risiko sampling
(sampling risk).
Contoh:
Asumsikan auditor menentukan tingkat pengecualian sampel
sebesar 3%, dan kesalahan sampling sebesar 1%, dengan risiko
sampling sebesar 10%. Auditor dapat juga menyatakan bahwa
estimasi interval tingkat pengecualian populasi berada antara
2% dan 4% (3% ± 1) dengan risiko salah sebesar 10% (dan
peluang benar sebesar 90%).
Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
Istilah atau terminologi yang digunakan dalam Sampling Audit
Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
14 langkah dalam fase penerapan sampling untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi:
Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat
ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan
yang terlalu tinggi
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih Sampel
11. Melaksanakan prosedur audit

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit


12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptabilitas populasi
Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
Biasanya auditor mendefinisikan tujuan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
sebagai:
• Menguji keefektifan operasi pengendalian
• Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji
moneter
Merencanakan Sampel
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
 Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana
membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu
sampel.
 Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur
audit di mana sampling audit dapat diterapkan.
Merencanakan Sampel
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
Asumsikan sebagian program audit berikut:
1. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak
biasa (prosedur analitis)
2. Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas
menangani kas (pengujian pengendalian)
3. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat:
a. Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian
b. Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian
pengendalian)
c. Pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian)
4. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing-masing ke
salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
5. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman terkait (pengujian
substantif atas transaksi)
Contoh Prosedur Audit untuk Siklus Penjualan
Contoh Prosedur Audit untuk Siklus Penjualan (lanjutan)
Merencanakan Sampel
3. Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian
Jika sampling audit diterapkan, auditor harus mendefinisikan
dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi
pengecualian.
Ketiadaan atribut pada setiap item sampel akan menimbulkan
pengecualian bagi atribut tersebut.
Baik dokumen yang hilan maupun salah saji yang tidak material
akan menciptakan pengecualian kecuali auditor menyatakan
secara khusus hal sebaliknya dalam kondisi pengecualian.
3. Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian
Merencanakan Sampel
4. Mendefinisikan Populasi
Auditor dapat menddefinisikan populasi untuk memasukkan
setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel,
sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi seperti yang
telah didefinisikan..
Auditor harus menguji populasi menyangkut kelengkapan dan
rinciannya sebelum suatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa
semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Merencanakan Sampel
5. Mendefinisikan Unit Sampling
Definisi unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit.
Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka
acak yang dihasilkan auditor.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya
berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman.
Merencanakan Sampel
6. Menetapkan Tingkat Pengecualian yang Dapat Ditoleransi
(tolarable exception rate = TER)
TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan
diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan
efektif (dan/atau tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih
dapat diterima).
TER dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ukuran
sampel.
TER yang rendah akan memerlukan ukuran sampel yang lebih
besar dibandingkan TER yang tinggi.
Merencanakan Sampel
6. Menetapkan Tingkat Pengecualian yang Dapat Ditoleransi
(tolarable exception rate = TER)

Seperti ditunjukkan pada Gambar 15-2:


• Untuk atribut 1, kelalaian mencatat faktur penjualan akan cukup
signifikan sehingga TER yang paling rendah (4 persen) akan dipilih
• Untuk atribut 2-5, penagihan pelanggan dan pencatatan transaksi yang
salah sangat mungkin terjadi, tetapi tidak ada salah saji yang mungkin
terjadi atas jumlah penuh faktur. Akibatnya, auditor memilih TER
sebesar 5 persen untuk masing-masing atribut tersebut
• Atribut 6-9 memiliki TER yang paling tinggi karena dianggap kurang
penting dalam audit
Merencanakan Sampel
7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas
Ketergantungan yang Terlalu Tinggi
 Risiko auditor akan menyimpulkan bahwa pengendalian jauh lebih
efektif daripada yang sebenarnya merupakan risiko ketergantungan
yang terlalu tinggi (overreliance).

 Risiko ketergantungan yang terlalu rendah (underreliance) adalah


risiko auditor akan menyimpulkan secara salah bahwa pengendalian
kurang efektif dibandingkan yang sebenarnya.

 Auditor biasanya berfokus pada risiko ketergantungan yang lebih


tinggi karena hal itu mempengaruhi efektivitas audit.
Merencanakan Sampel
 Risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu
tinggi (acceptable risk of overreliance = ARO) mengukur risiko
yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu
pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saj sebagai dapat
ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya
lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER).
 ARO yang tinggi berarti auditor bersedia menanggung risiko yang
cukup substansial untuk menyimpulkan bahwa pengendalian sudah
efektif setelah semua pengujian selesai dilakukan, meskipun
sebenarnya tidak efektif.
 Untuk audit di mana auditor sangat tergantung pada pengendalian
internal, risiko pengendalian akan dinilai rendah sehingga ARO juga
akan menjadi rendah.
 ARO yang rendah menyiratkan bahwa pengujian pengendalian
sangatlah penting dan akan berhubungan dengan penilaian risiko
pengendalian yang rendah serta mengurangi pengujian atas rincian
saldo
Merencanakan Sampel
8. Mengestimasi Tingkat Pengecualian Populasi
 Auditor harus terlebih dahulu membuat estimasi tingkat
pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel
yang sesuai.
 Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated
population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel
yang relatif kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yan dapat
ditoleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan lebih sedikit
estimasi yang tepat.
 Auditor seringkali menggunakan hasil audit tahun sebelumnya
untuk mengestimasi EPER.
Merencanakan Sampel
9. Menentukan Ukuran Sampel Awal
 Empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal (initial
sampel size) bagi sampling audit: ukuran populasi, TER, ARO,
dan EPER.
 Ukuran populasi bukan merupakan faktor yang signifikan dan
umumnya dapat diabaikan,
Sensitivitas Ukuran Sampel terhadap Perubahan Faktor
 Untuk memahami konsep yang mendasari sampling dalam audit,
auditor harus memahami dampak kenaikan atau penurunan
salah satu dari empat faktor yang menentukan ukuran sampel,
sementara faktor-faktor yang lain dianggap tetap.
Memilih Sampel & Melaksanakan
Prosedur Audit
10. Memilih Sampel
 Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling
audit, auditor harus memilih item-item dalam populasi untuk
memasukkan sampel.
 Untuk meminimalkan kemungkinan klien mengubah item-item
sampel, auditor tidak boleh memberi tahu klien terlalu cepat
item-item sampel yang dipilih.
Memilih Sampel & Melaksanakan
Prosedur Audit
11. Melaksanakan Prosedur Audit
 Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap
item dalam sampel untuk menentukan apakah sampel tersebut
konsisten dengan definisi atribut dan dengan mempertahankan
catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan.
Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi
 Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate = SER)
dapat dengan mudah dihitung dari hasil sampel aktual.
 SER sama dengan jumlah aktual pengecualian dibagi dengan
ukuran sampel aktual
Mengevaluasi Hasil
13. Menganalisis Pengecualian
 Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti
kecerobohan karyawan, salah memahami instruksi, atau
kelalaian melaksanakan prosedur yang disengaja.
 Sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki dampak yang
signifikan terhadap evaluasi sistem secara kualitatif.
Mengevaluasi Hasil
14. Memutuskan Akseptabilitas Populasi
 Jika auditor menyimpulkan bahwa TER – SER terlalu kecil untuk
menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau jika SER
melebihi TER, auditor harus mengikuti salah satu dari empat
tindakan:
1) Merevisi TER atau ARO
2) Memperluas Ukuran Sampel
3) Merevisi Penilaian Risiko Pengendalian
4) Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen

Anda mungkin juga menyukai