Anda di halaman 1dari 7

ANALISA SISTEM KEPUTUSAN DENGAN METODE ANALYTIC

HIERARCHY PROCESS (AHP): PENENTUAN PEMBELIAN MOBIL

Harrys Pahala Manalu, S.T.


Management and Business Technology Department, Institute Technology of
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 60264, Indonesia, Email:
harrys.pm@bki.co.id

ABSTRAK

Pengambilan keputusan tentang pembelian mobil ini akan dianalisa dengan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Jenis mobil yang akan dipilih adalah Honda
Civic, Honda Saturn, Ford Escort, dan Mazda Miata. Keempat mobil ini adalah
kondisi bekas pakai. Kriteria penilaian yang dijadikan dasar pengambilan keputusan
adalah style (model), reliability (kehandalan) dan fuel economy (irit bahan bakar).
Harga dan volume mesin (cc) keempat mobil ini relatif sama, sehingga tidak
dijadikan kriteria penilaian.

AHP dilakukan dengan cara menyusun hirarki kriteria, serta memberikan nilai
perbandingan untuk masing-masing kriteria tersebut.

Kata kunci: AHP, hirarki, mobil

1
1. PENDAHULUAN

Mobil merupakan sarana transportasi yang hampir semua orang miliki di kota besar
seperti Jakarta. Bukan hanya sebagai moda transportasi, mobil juga sudah menjadi
gaya hidup dikalangan anak muda bahkan sampai orang tua.

Berbagai jenis mobil dapat dijumpai di pasaran. Mobil baru, bekas, sedan, jeep,
minibus, dll, sangat bervariasi. Harganya juga variatif, dari yang puluhan juta
sampai dengan milyaran rupiah juga ada, tergantung kemampuan dan kebutuhan
akan mobil itu sendiri.

Sebelum membeli mobil, banyak pertimbangan yang harus dianalisa oleh si calon
pembeli, masing-masing memiliki kriterianya sendiri. Dalam jurnal ini, kriteria
yang digunakan sebagai dasar pembelian mobil adalah style, reliability, dan fuel
economy, sedangkan jenis mobil yang akan dipilih adalah jenis sedan dengan merk
Honda Civic, Honda Saturn, Ford Escort, dan Mazda Miata.

2. METODE

Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya adalah persepsi manusia. Dengan hirarki suatu masalah yang kompleks
dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian
diatur menjadi suatu bentuk hirarki. (Thomas L. Saaty; 1993; 25)

Model AHP memakai input persepsi manusia yang dianggap expert. Kriteria expert
disini bukan berarti bahwa orang tersebut harus lebih jenius, pintar, bergelar dan
sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang benar-benar mengerti tentang
kriteria yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan
terhadap masalah tersebut. Karena menggunakan input yang kualitatif (persepsi
manusia) maka model ini juga dapat mengolah hal-hal yang kualitatif disamping
hal-hal yang kuantitatif.

Adapun kelebihan dari model AHP dibandingkan dengan yang lainnya:


1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambil keputusan.
4. Kemampuannya memecahkan masalah yang multi objektif dan multi
kriteria.

Cara kerja AHP adalah dengan menyederhanakan suatu permasalahan kompleks


yang tidak terstruktur, strategic dan dinamik menjadi bagian-bagian kecil. Prinsip
kerja AHP adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan/sasaran, kriteria dan alternatif
2. Menyusun hirarki dari kriteria dan alternatif
3. Memberi nilai alternatif dan kriteria

2
4. Memeriksa konsistensi penilaian alternatif dan kriteria
5. Menentukan prioritas kriteria dan alternatif.

Untuk menentukan prioritas dari beberapa kriteria, dilakukan analisa perbandingan


berpasangan (pairwise comparison) dari masing-masing kriteria. Pada Gambar 1
dapat terlihat hubungan sasaran, kriteria dan alternatif dalam AHP.

Goal PEMILIHAN
MOBIL

Criteria STYLE RELIABILITY FUEL ECONOMY

Alternatives CIVIC; SATURN;


ESCORT; MIATA
CIVIC; SATURN;
ESCORT; MIATA
CIVIC; SATURN;
ESCORT; MIATA

Gambar 1 Hubungan antara Goal, Criteria dan Alternatives dalam AHP

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty


(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekpresikan pendapat.

Tabel 1 Skala penilaian perbandingan berpasangan

Intensity of
Definition Explanation
Importance
1 Equal Importance Two elements contribute equally to the objective
Experience and judgment slightly favor one element over
3 Moderate Importance
another
Experience and judgment strongly favor one element over
5 Strong Importance
another
Very Strong One element is favored very strongly over another, its
7
Importance dominance is demonstrated in practice
The evidence favoring one element over another is of the
9 Extreme Importance
highest possible order of affirmation
Intensities of 2, 4, 6 and 8 can be used to express intermediate values. Intensities 1.1, 1.2, 1.3, etc. can be used
for elements that are very close importance.

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai


tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan
berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas. Untuk menentukan nilai
kepentingan relatif antar elemen, digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti
pada Tabel 1.

3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Peringkat Kriteria

Peringkat kriteria ini dibuat berdasarkan perbandingan berpasangan untuk masing-


masing kriteria (style, reliability dan fuel economy) dengan parameter penilaian
berdasarkan Table 1.

Tabel 2 Peringkat Kriteria

RANKING CRITERIA 1 2 3
STYLE RELIABILITY FUEL ECONOMY
A STYLE 1,000 0,500 3,000
B RELIABILIITY 2,000 1,000 4,000
C FUEL ECONOMY 0,333 0,250 1,000
TOTAL 3,333 1,750 8,000

Selanjutnya, tabel peringkat kriteria ini dinormalisasi untuk mendapatkan


peringkat prioritas, seperti pada Table 3 di bawah ini.

Tabel 3 Peringkat prioritas kriteria

RANKING PRIORITIES 1 2 3
STYLE RELIABILITY FUEL ECONOMY
A STYLE 0,300 0,286 0,375
B RELIABILIITY 0,600 0,571 0,500
C FUEL ECONOMY 0,100 0,143 0,125
TOTAL 1,000 1,000 1,000
Keterangan: A1 = Tabel 2 (A1 / Total Kolom 1)

Dari Tabel 2, kita memperoleh bobot masing-masing kriteria, yaitu: Style (0,3);
Reliability (0,6) dan Fuel Economy (0,1).

Tabel 4 Bobot kriteria

KRITERIA CRITERIA WEIGHT RANKING


STYLE 0,30 1
RELIABILIITY 0,60 2
FUEL ECONOMY 0,10 3

3.2 Consistency Ratio (CR)

Nilai CR diperoleh dengan cara, Tabel 2 (Matriks 3x3) dikalikan dengan Tabel 4
(Matriks 3x1), sehingga diperoleh nilai “Ax” sebagai berikut:

Ax
0,9
1,6
0,35

4
Dari “Ax” akan diperoleh ”!” sebagai berikut:

!
3,0
2,67
3,5
$%
Keterangan: " = = 0,9/0,3
&'()* ,

Nilai "ave = 3,06

• Consistency Index (CI) = (3,06 – 3) / (3 – 1) = 0,03, dimana 3 adalah jumlah


kriteria.

• Nilai Consistency Ratio (CR) diperoleh dari CI (0,03) dibagi 0,58, yaitu
0.047 (CR harus < 0.1), dimana 0,58 diperoleh dari Tabel Saaty yang
menyatakan hubungan antara CI untuk penilaiaan acak, sebagai berikut
(baris atas adalah ”"” dan baris bawah adalah variable acak)

3.3 Peringkat alternatif untuk masing-masing mobil

Peringkat alternatif untuk masing-masing mobil diperoleh dari perbandingan


berpasangan untuk masing-masing mobil terhadap satu kriteria. Parameter dan cara
penyusunan tabelnya sama dengan Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 5 Peringkat alternatif masing-masing mobil “style”

RANKING ALTERNATIVE
STYLE CIVIC SATURN ESCORT MIATA
CIVIC 1,000 0,250 4,000 0,167
SATURN 4,000 1,000 4,000 0,250
ESCORT 0,250 0,250 1,000 0,200
MIATA 6,000 4,000 5,000 1,000
TOTAL 11,250 5,500 14,000 1,617

Tabel 6 Peringkat prioritas alternatif "style"

PRIORITY VECTOR
STYLE CIVIC SATURN ESCORT MIATA
(Average)
CIVIC 0,089 0,045 0,286 0,103 0,131
SATURN 0,356 0,182 0,286 0,155 0,244
ESCORT 0,022 0,045 0,071 0,124 0,066
MIATA 0,533 0,727 0,357 0,619 0,559
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000

5
Tabel 7 Peringkat alternatif masing-masing mobil “reliability”

RANKING ALTERNATIVE
RELIABILITY CIVIC SATURN ESCORT MIATA
CIVIC 1,000 2,000 5,000 1,000
SATURN 0,500 1,000 3,000 2,000
ESCORT 0,200 0,333 1,000 0,250
MIATA 1,000 0,500 4,000 1,000
TOTAL 2,700 3,833 13,000 4,250

Tabel 8 Peringkat prioritas alternatif "reliability"

PRIORITY VECTOR
RELIABILITY CIVIC SATURN ESCORT MIATA
(Average)
CIVIC 0,370 0,522 0,385 0,235 0,378
SATURN 0,185 0,261 0,231 0,471 0,287
ESCORT 0,074 0,087 0,077 0,059 0,074
MIATA 0,370 0,130 0,308 0,235 0,261
TOTAL 1,000 1,000 1,000 1,000

Untuk “fuel economy”, nilai peringkat diperoleh dari data real (kuantitatif), yaitu:

Tabel 9 Peringkat prioritas alternatif "fuel economy)

Mobil Konsumsi BBM Priority Vector


Civic 14,45 Km/Ltr 0,300
Saturn 11,47 Km/Ltr 0,238
Escort 10,20 Km/Ltr 0,212
Miata 11,90 Km/Ltr 0,248
Total 48,04 Km/Ltr

3.4 Hasil

Untuk memperoleh sebuah keputusan tentang pemilihan mobil yang tepat untuk
ketiga kriteria di atas, selanjutnya dilakukan pengombinasian antara peringkat
kriteria dengan peringkat alternatif dan selanjutnya dikalikan dengan bobot
kriteria (Tabel 4).

Tabel 10 Hasil dari Analisa Keputusan berdasarkan AHP

STYLE RELIABILITY FUEL ECONOMY


CIVIC 0,131 0,378 0,301 0,30 0,296
SATURN 0,244 0,287 0,239 0,60 0,269
ESCORT 0,066 0,074 0,212 X 0,10 0,085
MIATA 0,559 0,261 0,248 0,349
Matriks Kombinasi Peringkat Kriteria & Alternatif Criteria Weight Decision Base

6
4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis keputusan dengan metode Analytic Hierarchy Process


(AHP), dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan membeli mobil Mazda Miata
dengan mempertimbangkan tiga kriteria seperti style, reliability dan fuel economy
adalah keputusan yang terbaik, dengan nilai peringkat 34,9% (skala 100%).

Untuk nilai peringkat kedua adalah mobil Honda Civic dengan nilai 29,6%, untuk
selanjutnya adalah mobil Honda Saturn (26,9%) dan Ford Escort (8.5%).

DAFTAR PUSTAKA

Al Harbi K.M.A.S. (1999), Application of AHP in Project Management, International Journal of


Project Management, 19, 19-27.

Brans, J.P., Mareschal, B., (2010) “How to Decide with Promethee, retrieved from
http://www.visualdecision.com on October 2010.

Haas R., Meixner, O., (2009) An Illustrated Guide to the Analytic Hierarchy Process, Lecture Notes,
Institute of Marketing & Innovation, University of Natural Resources, retrieved from
http://www.boku.ac.at/mi/ on October 2009.

Saaty, R. W., 1988, Decission Making in Complex Environments, Pittsburgh

Saaty, T.L., Vargas, L.G., (2001), Models, Methods, Concepts & Applications of the Analytic
Hierarchy Process, Kluwer’s Academic Publishers, Boston, USA.

Wikipedia, Analytic hierarchy process.

Anda mungkin juga menyukai