Anda di halaman 1dari 23

KMB II

”ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE HEMORAGIK


DAN NON HEMORAGIK”

KELOMPOK : 5
Alestya Febrimaharani (1440118004)
Fajar Maulana (1440118022)
Nenden Mustikal Harom (1440118051)
Nuryati (1440118055)
Siti Mega lestari (1440118070)
Syifa febri aulia (1440118074)

STIKES RAFLESIA DEPOK


2020
Jl. Mahkota Raya 32-B Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota
Depok, Jawa Barat, Indonesia 16451
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “srtoke hemorraghic dan non - hemorraghic”
ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu diajukan sebagai salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah keperawatan medical bedah II yang di berikan kepada
kami.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk itu dengan
senang hati kami akan menerima segala saran, kritik pembaca guna memperbaikan makalah ini
di kemudian hari.

i
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Definisi penyakit..............................................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................................4
C. Manifestasi klinis.............................................................................................................................5
D. Patofisiologi.....................................................................................................................................8
E. Komplikasi....................................................................................................................................10
F. Penatalaksanaan.............................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................................14
A. Pengkajian.....................................................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................16
C. Intervensi.......................................................................................................................................17
BAB IV.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................................................20
B. Saran...............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak. Stroke disebabkan oleh thrombosis, embolisme
serebral, isekemia, dan hemoragi serebral. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni
terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita
syaraf. Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya,
stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Angka kejadian stroke dunia di perkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tetapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat
kecacatan yang di timbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk
mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan
pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami
cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit
mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit.
Berbagai fakta diatas menunjukan, stroke masih merupakan masalah utama di
bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini
diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi
rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat
dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat
akan meminimalkan kecacatan yang di timbulkan. Untuk itulah penulis menyusun
makalah mengenai stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian
tertinggi di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari stroke hemoragik dan non hemoragik?
2. Apa saja etiologi stroke hemoragik dan non hemoragik?
3. Apa manifestasi klinis stroke hemoragik dan non hemoragik?
4. Bagaimana patofisiologi dari stroke hemoragik dan non hemoragik ?
5. Apa saja komplikasi dari stroke hemoragik dan non hemoragik?
6. Bagaimana penatalaksanaan stroke hemoragik dan non hemoragik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) pasien dengan stroke
hemoragik dan non hemoragik?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pasien
dengan gangguan syaraf
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi stroke hemoragik dan non
hemoragik
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi stroke hemoragik dan non
hemoragik
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis stroke hemoragik dan non
hemoragik
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi stroke hemoragik dan non
hemoragik
e. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi stroke hemoragik dan non
hemoragik
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan stroke hemoragik dan non
hemoragik
g. Agar mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien stroke
hemoragik dan non hemoragik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit
Stroke menurut World Health Organization (WHO,1988) seperti yang dikutip
(Junaidi ,2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Menurut
Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya aliran darah keotak karena perdarahan (stroke hemoragik)
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke
iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian
perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera
berakhir dengan kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan
penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran
darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar
dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak.

Stroke atau yang disebut juga dengan penyakit serebrovaskuler adalah cedera
vascular akut pada otak yang disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan
pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini
menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai dengan gejala tergantung pada
tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006). Stroke adalah penyakit gangguan fungsional
akut, fokal maupun global, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan
ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau berakibat kematian (Ganong, 2003).Stroke
adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya
pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah,
oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam
waktu yang sangat singkat (Raine, 2006).
3
Penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20% adalah
hemoragik. Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik maupun
emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75% menjadi stroke
iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara bertahap dengan
penyakit arterosklerosis (Schretzman, 2001). Jadi stroke adalah gangguan fungsi saraf
yang terjadi karena gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner Suddarth, 2002,
Hal 2130-2144)
1. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem
vascular (yaitu, pembuluh darah atau jantung) selama manusia hidup, serta bekuan
darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan thrombus.
Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vascular, tidak disebut sebagai
thrombus, thrombus ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema disekitarnya.
2. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah da material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebri.
3. Iskemia serebri
Iskemia serebri adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya
menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika aliran darah
serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak
faktor yaitu hemoragi, emboli, thrombosis dan penyakit lain.

4. Hemoragi serebral
4
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke
dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan intraserebral dan
intracranial meliputi pendarahan dalam ruang subarachnoid atau didalam jaringan
otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena arterosklerosis. Pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak.

C. Manifestasi klinis
Secara umum tanda dan gejalanya adalah:

1. Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.

2. Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.

3. Gangguan persepsi.

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.

5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot, kandung kemih.

Secara luas menurut literature tanda gejlanya adalah:

1. Infark pada Sistem Saraf Pusat

Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.

a. Infark total sirkulasi anterior (karotis):

1) Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal).

2) Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus).

3) Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya fungsi


visuospasial (hemisfer nondominan).

b. Infark parsial sirkulasi anterior:

1) Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.

5
c. Infark lakunar:

1) Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda menyebabkan


sindrom yang karakteristik.

d. Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar):


1) Tanda-tanda lesi batang otak.
2) Hemianopia homonim.
3) Infark medulla spinalis (Price, 2005).
2. Serangan Iskemik Transien
Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara mendadak; gejala seperti
sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. TIA
umumnya berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-jam. Daerah arteri
yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi:
a. Karotis (paling sering):
b. Hemiparesis.
1) Hilangnya sensasi hemisensorik.
2) Disfasia
3) Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia
retina.
c. Vertebrobasilar:
1) Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternative.
2) Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut).
3) Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini
terjadi secara bersamaan (Price, 2005).
3. Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri kepala
mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah,
dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig).
Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat edema papil dan perdarahan
retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:

6
a. Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intracranial.
b. Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan.
c. Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia
(Price, 2005).
4. Perdarahan Intraserebral Spontan
Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari lokasi
perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan intrakranial. Diagnosis
biasanya jelas dari CT scan (Price, 2005).
5. Perdarahan Sub Dural
Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisiensi
neorologik daerah otak yang tertekan.
6. Perdarahan Sub Araknoid
a. Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa
keluhan sakit kepala.
b. Kesadaran sering terganggu, dari tidak sadar sebentar, sedikit delirium sampai
koma.
c. Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam setelah
perdarahan.
d. Gangguan fungsi saraf otonom, mengakibatkan demam setelah 24 jam karena
rangsangan meningeal, muntah, berkeringat, menggigil, dan takikardi.
e. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena
(stress ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria dan
albuminuria.

7. Perdarahan Intra Serebral


Gejala prodormal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan
seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/ marah. Pada permulaan serangan
sering disertai dengan mual, muntah dan hemiparesis. Kesadaran biasanya menurun
dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½-2 jam,
dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).

7
D. Patofisiologi
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi
akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri
kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan di bagian dalam
jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara
progresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang
berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan
kapsula interna.Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan
dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan
di luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar
ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan otak
secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama kali pecah, serta
mengiritasi selaput otak (Price, 2005).

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada umur 55 sampai 75 tahun. Stroke
hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu Intracerebral hemorage sebesar 10% dari kasus stroke
dan diiringi dengan gejala sakit kepala dan Subarachnoid hemorage sebesar 7% dari
kasus stroke, yang juga dapat disebabkan sakit kepala yang berat, serangan, dan
kehilangan kesadaran (Schretzman, 2001). Faktor resiko dari Intracereberal hemorage
dipengaruhi oleh usia, ras, jenis kelamin (laki-laki), tekanan darah tinggi, konsumsi
alkhohol. Sedangkan Subaracnhoid hemorage sering terjadi sobek atau ruptur dari
kongenital aneurysms atau vascular malformation yang berada didalam permukaan
subarachnoid, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan merokok (Harwood, et al., 2010).

8
Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik maupun
emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75% menjadi stroke
iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara bertahap dengan
penyakit arterosklerosis (Schretzman, 2001). Tandanya adalah akumulasi aliran menjadi
lambat pada arteri cerebral, memfasilitasi untuk membentuk terjadinya thrombi. Thrombi
ini sebagai penghubung dengan tanda arterosklerosis, yang dapat menyebabkan
penyempitan dan terhambatnya pembuluh darah arteri. Hasil dari kerusakan terhadap
aliran darah yang menuju pada tanda dan gejala iskemik, termasuk penurunan neurologik
fokal. Tanda dan gejala ini yang memelihara perkembangannya setiap jam setiap harinya,
yang biasanya setiap pagi akan mengalami hipotensi (Schretzman, 2001).Infark iskemik
serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan
arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinik dengan cara:

1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.

2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan


aterom.

3. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

4. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang


kemudian dapat robek.

Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di
bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang
menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala
kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem
saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan
kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’
yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik

9
kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema
sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik
yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak.Edema otak
dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke mayor,
akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya
(Smith et al, 2001).

E. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral,
dan luasnya area cedera antara lain (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144):

a. Hipoksia serebral  diminimalkan dengan memberi oksigenisasi darah adekuat ke


otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigenisasi jaringan.

b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan menghentikan trombus lokal.
Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

10
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan


edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi
antitrombisit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan trombus dan embolisasi (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897).

2. Penatalaksanaan pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan (Arif Muttaqin, 
2008):

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan


membuka arteri karotis di leher

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan


manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA

c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

3. Penatalaksanaan stroke di unit gawat darurat

Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan
mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil
yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan
mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase
akut ini. Selain itu tindakan yang dapat dilakukan untuk menyatabilkan keadaan
pasien dengan konsep gawat darurat yang lain yaitu dengan konsep ABC yaitu
(Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897):

11
a. Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala
hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun
sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya adalah pasien
dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis,
pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks jalan
napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan Jangan biarkan makanan atau
minuman masuk lewat hidung.

b. Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di


pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran
napas. Contoh tindakannya adalah intubasi endotrakea dan ventilasi
mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan
biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini dan  berikan
oksigen 2-4 L/menit melalui kanul nasal.

c. Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular),  yaitu fungsi jantung dan


pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus,
atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat. Gangguan
jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi juga bisa
merupakan komplikasi dari stroke tersebut. Contoh tindakannya adalah
pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang dan
jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda
gagal jantung kongestif. Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain
setelah keadaan pasien stabil yaitu (Arif Mansjoer, 2000. hal 17-26):

1) Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan


kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti
dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45% karena dapat
memperhebat edema otak

2) Buat rekamanan EKG dan lakukan foto rontgen otak

3) Tegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

12
4) CT scan atau MRI bila alat tersedia.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Klien Dengan stroke hemoragik dan non hemoragik

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
13
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
4. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.

14
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II),
gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar
bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral
(nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.

e. Dada
1) Inspeksi                 :  Bentuk simetris
2) Palpasi                   :  Tidak adanya massa dan benjolan.
3) Perkusi                  :  Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4) Auskultasi             : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,  suara jantung I dan
II murmur atau gallop.
f. Abdomen
1) Inspeksi                 :  Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2) Auskultasi             :  Bisisng usus agak lemah.

15
3) Perkusi                  : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1) Nilai 0  : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi        kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral
2. Intoleransi aktivitas

C. INTERVENSI
NO Dignosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan a) Management Sensasi
jaringan serebral keperawatan diharapkan klien dapat: Perifer
- Berkomunikasi dengan jelas b) Monitor status cairan
dan sesuai dengan termasuk intake dan
kemampuan output
- Menunjukkan perhatian, c) Monitor fungsi bicara
konsentrasi dan orientasi d) Upayakan suhu dalam
-  Memproses informasi batas normal
- Membuat keputusan dengan e) Monitor GCS secara
benar teratur
16
- Menunjukan fungsi sensori f) Catat perubahan dalam
motori cranial yang utuh penglihatan
- Tingkat kesadaran mambaik g)  Monitor Tekanan Intra
- Tidak ada gerakan-gerakan Kranial (TIK )
involunter h) Monitor TIK  pasien dan
neurologi, bandingkan
dengan keadaan normal
i) Monitor tekanan perfusi
serebral
j) Posisikan kepala agak
tinggi dan dalam posisi
anatomi
k) Pertahankan keadaaan
tirah baring
l) Pantau tanda-tanda vital
m) Kolaborasi pemberian
oksigen, obat
antikoagulasi, obat
antifibrolitik,
antihipertensi,
vasodilatasi perifer,
pelunak feses sesuai
indikasi.

2. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan a) Kaji tanda dan gejala


keperawatan diharapkan klien yang menunjukkan
dapat: ketidaktoleransi
terhadap aktivitas dan
- memampukan   pasien memerlukan pelaporan
untuk beraktivitas terhadap perawat dan
- Bertoleransi terhadap dokter

17
aktivitas yang biasanya b) Tingkatkan pelaksanaan
dapat didemonstrasikan ROM pasif sesuai
dengan daya tahan, indikasi
konservasi energi,dan c) Jelaskan pla
perawatan diri : aktivitas peningkatan terhadap
sehari-hari ( ADL aktivitas
- Menyeimbangkan aktivitas d) Buat jadawal latihan
dan istirahat aktivitas secara bertahap
- Menyadari keterbatasan untuk  pasien dan
energi berikan periode istirahat
- Tingkat daya tahan adekuat e) Berkan suport dan
untuk aktivitas libatkan keluarga dalam
program terapi
f) Berikan reinforcemen
untuk pencapaian
aktivitas sesuai program
latihan
g) Kolaborasi ahli
fisioterapi
h) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
pilihan-pilihan aktivitas

18
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Di indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai
penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di indonesia
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Stroke
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak.Penyebabnya adalah trombosis, embolisme serebral, iskemia dan
hemoragi serebral. Stroke dapat mengakibatkan banyak kerugian dari penderita dan
keluarga. Bahkan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Penangganan pada
klien yang menderita stroke haruslah cepat, tepat dan akurat untuk meminimalkan
kecacatan yang diakibatkan.

19
B. Saran
Saran yang disampaikan adalah agar mahasiswa lebih memahami konsep penyakit
stroke dan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke serta mendalami
penangganan pasien dengan stroke

DAFTAR PUSTAKA

Utami, dkk. 2013. Studi Penggunaan Calcium Channel Blocker (CCB) Pada Pasien Stroke
Hemorraghic. Jurnal Penelitian Farmasi, Vol. 10, No. 2
Praja, dkk. 2013. Studi Penggunaan obat neuroprotektan pada pasien stroke iskemik.
Pharmacy journal, Vol. 10, No. 2
WHO. 2008. The Global Burden of Disease 2004 Update. WHO Press, WorldHealth
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland

20

Anda mungkin juga menyukai