Just in Time (JIT)
Just in Time (JIT)
AKUNTANSI MANAJEMEN
OLEH :
AWWAL
B1C1 18 115
KELAS C
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga ucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
A. Latar belakang..................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 5
A. Just in time.......................................................................................................................... 5
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................ 21
3.2 SARAN............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
berlebihan, bahan baku yang rusak, kebanyakan pemasok, kebanyakan pesanan pembelian,
kecepatan atau keterlambatan penerimaan bahan, fasilitas penyimpanan yang terlalu besar,
perencaan bahan yang tidak baik, mengganti pemasok dan lain-lain.
Just In Time tidak mentoleransi adanya pemborosan. Just In Time merupakan suatu
sistem produksi yang didesain untuk mengeliminasi pemborosan dalam lingkungan produksi.
Menurut just in time pemborosan adalah sesuatu yang tidak memberi nilai tambah secara
langsung kepada nilai suatu produk. (Santoso, 2001, hal. 5)
Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan
memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean
Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan
menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just in
time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu
produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya
produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang
lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja
antara pelanggan dengan pemasok. Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem
manajemen pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku
cadang dibeli dan diproduksi pada saat diproduksi pada saat (just in time) akan digunakan dalam
setiap tahap proses produksi/pabrikasi.
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus
seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu
menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah
yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan
kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah
menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu
penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan. (Efrianti, 2014, hal. 101)
6
JIT merupakan suatu metode pemikiran produksi yang diprakarsai oleh Jepang, konsep
JIT adalah memproduksi item yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang
cermat. Dengan diterapkannya JIT melalui mekanisme kanban, diharapkan dapat memecahkan
permasalahan dalam penanganan persediaan bahan baku sehingga dapat mencapai efisiensi biaya
produksi dan meningkatkan laba perusahaan. Penerapan Just In Time dapat memperbaiki aset
produktivitas, pertumbuhan penjualan, karakteristik perusahaan pada dunia bisnis modern. Just
In Time hanya meminta unit yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada
saat yang dibutuhkan. (Dania, 2015, hal. 2)
Ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai berikut: (a) Sederhana adalah lebih
baik, (b) Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan, (c) Mempertahankan
persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek yang tersembunyi, (d) Setiap
aktivitas atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan, (e) Barang diproduksi apabila
dibutuhkan, (f) Pekerja harus berketerampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki
efisiensi dan kualitas produk. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas
system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak
menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada
continous improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang
tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produ
akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok.
JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu: (a) Seek a produce-to order production schedule, (b)
Seek unitary production, (c) Seek eliminate waste, (d) Seek continous product flow improvement,
(e) Seek product quality perfection, (f) Respect people, (g) Seek to eliminate contingencies, (h)
Maintain long term emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
eliminasi pemborosan merupakan jantung dari IT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka
perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang
rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.
JIT adalah suatu filosofi bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu
produksi sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun
proses non-manufaktur. Istilah lain JIT adalah short-cycle atau lean manufacturing. (Witjaksono,
2013, hal. 221). JIT adalah filosofi yang berfokus pada kegiatan pekerjaa yang dibutuhkan atau
7
yang diminta pada saat itu juga. JIT merupakan suatu pendekatan manufaktur yang
mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya
permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk
mengantisipasi permintaan (a pull system). JIT berpengaruh dalam hal mengurangi persediaan
sampai pada tingkat yang sangat rendah. Usaha untuk mencapai tingkat persediaan sampai
tingkat yang tidak signifikan sangat vital bagi kesuksesan JIT. Namun demikian, gagasan untuk
mencapai persediaan yang tidak signifikan niscaya akan menentang alasan-alasan tradisional
untuk menyimpan pesediaan yang telah disebutkan sebelumnya. JIT memecahkan masalah
kinerja tepat waktu dengan cara mengurangi waktu tunggu, dan bukannya dengan meningkatkan
persediaan. Waktu tunggu dalam hal ini tidak hanya sampai pesanan diterima di perusahaan,
namun sampai bahan baku diolah menjadi barang jadi (output). Waktu tunggu yang lebih singkat
akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pengiriman pada
tanggal yang diminta oleh pelanggan dan sekaligus dapat dengan cepat menghadapi permintaan
pasar. Dengan demikian, daya saing perusahaan meningkat. JIT mengurangi waktu tunggu
dengan menghindari kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, tidak tersedianya
bahan baku atau suku cadang, dan dengan menggunakan proses manufaktur sel. Sel-sel
manufaktur mengurangi jarak perjalanan antara mesin dan persediaan.
Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan berikut ini,
yaitu: kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, dan tidak tersedianya bahan
baku atau suku cadang. Penyimpanan persediaan merupakan salah satu solusi untuk ketiga
masalah tersebut. Mereka yang mendukung pendekatan JIT mengklaim bahwa persediaan tidak
memecahkan masalah melainkan hanya menyembunyikan atau menutup-nutupi masalah-masalah
tersebut. JIT dapat memecahkan masalah dengan menekankan pemeliharaan preventif, total
kontrol kualitas, dan dengan menjaga relasi yang baik dengan supplier. Ada terdapat empat
aspek penting dalam JIT:
1. Penghapusan semua kegiatan yang tidak menambah nilai produksi atau jasa.
2. Diperlukan suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.
3. Diperlukan suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi kegiatan.
4. Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian terhadap aktivitas
yang tidak menambah nilai.
8
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa JIT adalah persediaan dengan nilai nol
atau mendekati nol, artinya perusahaan sebisa mungkin tidak menanggung biaya penyimpanan.
Bahan baku akam tetap datang pada saat dibutuhkan. Model yang demikian tentu saja
pemasoknya adalah pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya
persediaan bahan baku.
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan
“zero inventories”. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang
tidak memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan JIT
tersebut, diperlukan asumsi sebagai berikut:
1. Ukuran lot kecil
2. Konsistensi kualitas tinggi
3. Pekerja dapat diandalkan
4. Persediaan menjadi minimum atau sebisa mungkin menjadi nol
5. Mesin dapat diandalkan
6. Rencana produksi stabil
7. Kepastian jadwal operasi
8. Keseragaman komitmen dan pandangan antara manajemen perusahaan dan karyawan,
dimana memiliki komitmen yang tinggi terhadap penerapan JIT yang dilakukan di
perusahaan. (Sinuraya, 2011)
9
mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continous improvement) pada
semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan
yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus nilai yang kian besar yang diberikan
kepada pelanggan, (4). Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas
nilai tambah, hal ini membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang tidak menambah nilai.
(Putra, 2014, hal. 4-5)
10
2. Kelancaran arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan ditingkatkan. Setelah
karyawan memusat pada area spesifik dari sistem, akan memungkinkan mereka untuk
memproses pengerjaan barang dengan lebih cepat sebagai ganti dari mempunyai pekerjaan
yang banyak, melelahkan, dan menyederhanakan tugas yang ada.
3. Karyawan yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih efisien. Setelah
karyawan terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang berbeda dalam sistem siklus sediaan,
akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja ketika mereka diperlukan dan
pada saat terjadi kekurangan pekerja, serta permintaan untuk produk tertentu meningkat.
4. Konsistensi yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi penggunaan jam orang
terhadap karyawan. Jika tidak ada permintaan atas suatu produk pada waktu tertentu maka
pekerja tidak perlu dibebani pekerjaan. Hal itu dapat menyelamatkan uang perusahaan karena
tidak perlu membayar pekerja untuk pekerjaan yang belum diselesaikan dan memungkinkan
mereka diarahkan pada pekerjaan lain.
5. Penekanan peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada perusahaan yang ingin terjadi
kekurangan atas sediaan. Tidak ada perusahaan yang ingin kekurangan atas sistem persediaan
mereka dan akan menciptakan kekurangan persediaan yang dimiliki didalam rak
penyimpanan. Jika perusahaan memiliki seorang pembekal kepercayaan maka perusahaan
dimungkinkan mendapat barang-barang atau komponen yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan perusahaan dan memelihara nama baik perusahaan di depan orang banyak
(masyarakat).
6. Pembekal melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif selama 24 jam penuh
dan kegiatan dipustkan atas keluar masuknya karyawan. Setelah manajemen memusatkan
perhatian pada batas waktu pertemuan, akan membuat karyawan bekerja keras untuk
memenuhi perwujudan sasaran persahaan dalam kaitan dengan keputusan kerja, promosi, atau
bahkan upah yang lebih tinggi. (Haming, 2014, hal. 306-309)
12
9. Rasio produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin kerap tidak
konsisten dengan filosofi JIT.
10. Inovasi manajemen, termasuk JIT memerlukan perubahan kultur organisasi secara
keseluruhan, contohnya:
a. JIT dapat mengubah irama kerja dan disiplin kerja organisasi secara keseluruhan.
b. Perombakan tata letak pabrik (plan lay out) untuk membentuk shop, sangat mungkin
memerlukan renovasi besar-besaran yang haus diperhitungkan sebagai investasi.
11. Karena ide dasar JIT adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur kerja,
menyebabkan banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Karenanya
sosialisasi penerapan JIT harus dilakukan jauh sebelum hari-H.
12. JIT sangat menekankan kerja sama tim, maka kerap dijumpai pekerja yang mengalami stress,
terutama mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang selama ini terisolasi atau mereka
yang memiliki kepribadian yang tidak tearn orinted. (Witjaksono, 2013, hal. 227-228)
13
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan
adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan fleksibel.
Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin dalam jalur produksi.
Selain itu, mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil
alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.
14
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika
sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak dapat
mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan harus mengulang
kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini
akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang kepada konsumen dan
menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam lingkungan Just In Time kualitas merupakan
elemen yang sangat penting disamping elemen yang lain.
7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan
pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih banyak
dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna
mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
Sistem Just In Time telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia, seperti
Toyota Motor Company di Jepang yang merupakan negara pencetus dari ide ini, Dell Computer,
Intel, Mc. Donald, Black and Decker, Goodyear, dan lain-lain. Sistem ini tidak hanya bisa
diterapkan di perusahaan manufaktur saja, tetapi juga dapat diterapkan di jenis perusahaan
lainnya, seperti perusahaan dagang maupun jasa. Di Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang
telah mencoba untuk menerapkan sistem Just In Time, seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT
Triangle Motor, PT Ardi Indah, dan lain-lain. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut, ada
beberapa perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem ini, seperti PT Astra Daihatsu
Motor, perusahaan ini telah berhasil meningkatkan kualitas produknya, mengurangi biaya, dan
meningkatkan partisipasi dari pekerja-pekerjanya. Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia,
sistem ini merupakan suatu hal yang baru karena hanya beberapa perusahaan yang mampu
menerapkannya dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini sulit untuk
diterapkan di Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang paling penting
adalah masalah dana. (Agustina, 2007, hal. 139-141)
G. Tujuan dan Manfaat Just In Time
Tujuan just in time memiliki dua tujuan strategis yaitu: untuk meningkatkan keuntungan
dan memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai dengan mengontrol biaya-
biaya (memungkinkan terbentuknya harga yang berdaya saing lebih baik dan meningkatkan
kauntungan), memperbaiki kerja pengiriman, dan juga kualitas. Tujuan just in time adalah
15
menghasilkan sebuah produk hanya ketika dibuthkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta
oleh para pelanggan. Sedangkan menurut pendapat lain tujuan utama just in time adalah untuk
menghasilkan produk hanya jika diperlukan dan hanya menghasilkan kuantitas produk sebanyak
yang diminta pelanggan. Just In Time mempunyai dua tujuan strategik yaitu: (1) Meningkatkan
laba, (2) Memperbaiki posisi persaingan perusahaan, (3) Tujuan tersebut dapat dicapai dengan:
mengurangi persediaan, meningkatkan mutu, mengendalikan aktivitas supaya biaya lebih rendah,
dan memperbaiki kinerja pengiriman barang. (Diaz, 2015, hal. 4)
Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya,
meningkatkan akurasi penentuan cost produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya tak
langsung, mengubah perilaku dan kepentingan relatif biaya tenaga kerja langsung, dan
mempengaruhi sistem penentuan cost pesanan dan cost proses. Terdapat dua manfaat yang dapat
ditemukan dari Just In Time antara lain:
1. Manfaat tangibles, yaitu:
a. Turn over pembelian bahan baku/ suku cadang bertambah.
b. Ketepatan pengiriman meningkat.
c. Lead time pengiriman berkurang.
d. Pekerjaan ekspedisi berkurang.
e. Waktu implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang.
2. Manfaat intangibles, yaitu:
a. Memperbaiki kualitas produk.
b. Berhasil mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan.
c. Memperbaiki produktivitas.
d. Jadwal produksi yang lebih baik.
e. Mengurangi keperluan untuk menginpeksi barang-barang yang masuk.
f. Meningkatkan efisiensi.
g. Memperbaiki posisi kompetitif.
h. Memperbaiki desain produk.
i. Memperbaiki moralitas dalam produksi.
j. Lebih banyak kontak personal dengan pemasok.
16
k. Mengurangi pekerjaan klerikal. (Putra, 2014, hal. 5)
17
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari metode JIT. Berikut ini beberapa
keunggulan dari metode JIT, antara lain:
1. Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas
yang diminta pelanggan.
2. Persediaan kecil, mungkin nol.
3. Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.
4. Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.
5. Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan
alat kerja dan metode kerja.
6. Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Beberapa kelemahan dari metode ini, yaitu:
1. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan
pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya
memproduksi satu jenis produk.
2. Dalam perusahaan manufaktur sulit sekali tidak memiliki persediaan, khususnya yang
bahan bakunya impor.
3. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan
mungkin biayanya mahal.
4. Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun relasi yang kuat dengan para
supplier.
5. Pengurangan persediaan yang dipaksa dan terlalu drastis dapat menyebabkan para pekerja
stress. Jika para pekerja melihat JIT sebagai suatu cara untuk memeras mereka, maka
usaha-usaha untuk mengimplementasikan JIT tidak akan sepenuhnya berhasil dan kinerja
karyawan malah akan menurun. (Sinuraya, 2011, hal. 7-8)
Adapun keuntungan dan kerugian penerpan JIT Purchasing. Berikut ini beberapa
keuntungan dari JIT purchasing, antara lain:
1. Keuntungan Bagi Pembeli
Berbagai keuntungan penerapan JIT purchasing antara lain: penurunan biaya bahan
baku, penurunan rework, lebih tepat waktu, penurunan biaya administrative, penurunan
biaya persediaan, penurunan inspeksi, serta kualitas barang jadi lebih baik.
18
2. Keuntungan Bagi Pemasok
Keuntungan bagi pemasok antara lain: capacity requirements dan jadwal produksi
lebih konsisten serta pemindahan finishedgoods yang lebih dapat diprediksi.
Selain itu terdapat beberapa kerugian penerapan metode JIT purchasing, antara lain:
perusahaan akan sulit untuk beralih ke pemasok lain, keterlambatan pengiriman akan
mengakibatkan kegiatan produksi terganggu, serta ketiadaan inspeksi mengakibatkan
substandard finished goods. (Suryandi, 2011, hal. 6-7)
19
2. Kontrak Pembelian, Just In Time Purchasing menerapkan kontrak pembelian jangka
panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling
menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok:
a. Memasok bahan yang murah
b. Bermutu tinggi
c. Berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah
d. Mengurangi frekuensi pemesanan
e. Sedangkan pada sistem tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek
dengan banyak pemasok.
3. Aktivitas dalam arus pembelian bahan, pada Just In Time Purchasing, aktivitas
pembelian bahan hanya melalui sedikit tahap daripada sistem pembelian tradisional yang
melalui banyak tahapan-tahapan. Dalam rangka menerapkan Just In Time, maka kondisi
dan proses pembelian harus diatur dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Dekat dengan pemasok.
b. Sedikit pemasok.
c. Pemasok tahu kualitas yang diinginkan perusahaan.
d. Meminimalisasi inspeksi.
e. Eliminasi penggudangan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus
seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu
menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah
yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan
kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah
menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk memenuhi tugas
mata kuliah akuntansi manajemen tentang Just In Time (JIT). Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam menganalisis biaya-biaya pada perusahaan. Pemakalah
menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini baik dari segi penulisan
makalah, kelengkapan isi, data yang disajikan, dan lainnya. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Diaz, A. P. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.
Haming, M. (2014). Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Mulla, B. M. (2009). Pengaruh Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM (Total Quality
Management) Terhadap Delivery Performance Pada Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan Tahun.2 No.2 , 115.
Putra, C. (2014). Penerapan Metode Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya
Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.3 No.1 , 4-5.
22
CONTOH SOAL :
Manajemen PT. Apa Aja Boleh ingin mengurangi waktu antara pesanan datang dari konsumen
dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya adalah
berikut ini :
. Hari
Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan produksi) 28,0
Diminta :
3. Analisa !
Jawab ;
1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
23
Throughput Time = 5.4 + 0.6 + 28.0 + 2.0 + 10.0
= 46
= 11.7 %
24